Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168296 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tifanne Winesa
"ABSTRAK
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus yang di kenal dengan Human papillomaviruses HPV. Salah satu upaya pencegahan kanker serviks di Indonesia dilakukan dengan imunisasi HPV sejak dini. Imunisasi HPV untuk anak dilakukan sejak tahun 2016. Hasil menunjukan terdapat pro dan kontra dari orangtua siswi dalam pelaksanaan perdananya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara faktor pengetahuan orangtua terkait kanker serviks dengan motivasi situasional orangtua terhadap imunisasi HPV tersebut. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang. Sampel penelitian ini adalah orangtua siswi. Sebanyak 238 responden dipillih menggunakan consecutive sampling. Hasil analisis penelitian menunjukan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan terkait kanker serviks dengan motivasi situasional orangtua terhadap imunisasi HPV anak p=0,046; ?=0,05. Berdasarkan hasil penelitian diperlukan suatu upaya peningkatan pengetahuan tentang kanker serviks sehingga dapat meningkatkan motivasi orangtua terhadap imunisasi HPV.

ABSTRACT
The main cause of cervical cancer is a viral infection that is known as Human papillomaviruses HPV . One of the solution to prevent cervical cancer in Indonesia is done by immunization of HPV. HPV immunization for children has been done since 2016. The results show there are pros and cons from parents in fields. This research aims to determine whether there is a correlation between knowledge factors of parents related to cervical cancer with situational motivation of parents to HPV immunization. The research design used is cross sectional. The sample of this research are parents of girls. A total of 238 respondents were selected using consecutive sampling. The result of the research analysis showed that there was a correlation between cervical cancer knowledge level with parental situational motivation toward childhood HPV immunization p 0,046 0,05. The result of this study suggest the need for increase parents knowledge about cervical cancer that can affects parent 39s motivation for HPV immunization. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anthony Sugiharto Winarno
"Tujuan: Kanker serviks masih menjadi kanker terbanyak kedua di Indonesia. Sementara kesadaran untuk deteksi dini dengan inspeksi visual dengan asam asetat (VIA) semakin meningkat, vaksinasi HPV belum menjadi program nasional. Vaksinasi masih efektif pada orang dengan rentang usia 15-26 tahun, dan diberikan dalam 3 dosis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa kedokteran di Jakarta terhadap HPV dan vaksinasi.
Desain: survei cross-sectional dibagikan kepada 10 mahasiswa praklinik Fakultas Kedokteran di Jakarta, dari Juli hingga Agustus 2020. Kuisioner yang dibagikan sendiri untuk menilai pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang kanker serviks dan vaksinasi. Kuesioner dikumpulkan menggunakan Google Form dan dianalisis menggunakan Aplikasi Stata ver 13 for Mac. Data dianalisis menggunakan chi-square.
Hasil: dari 2518 mahasiswa kedokteran, 124 mahasiswa dikeluarkan. Separuh dari mahasiswa akademis yang lebih tua (57,14%) memiliki pengetahuan dan perilaku yang baik tentang kanker serviks dan vaksinasi. Tingkat pengetahuan secara signifikan berhubungan dengan perilaku termasuk status vaksinasi. Namun, 60% dari mahasiswa akademis yang lebih muda memiliki sikap yang baik terhadap kanker serviks dan vaksinasi.
Kesimpulan: pengetahuan yang lebih baik berkorelasi dengan perilaku yang lebih baik terhadap kanker serviks dan vaksinasi. Lebih lanjut tentang HPV dan manfaat yang terkait dengan vaksinasi terhadap HPV harus dimasukkan dalam kurikulum di semua tahun sekolah kedokteran.

Objectives: Cervical cancer is still the second most prevalent cancer in Indonesia. While the awareness for early detection with visual inspection with acetic acid (VIA) has been raising, HPV vaccination has not yet become a national program. Vaccination is still effective in people ranged from 15-26 years old, and administered in 3 doses. The objectives of this research were to assess knowledge, attitude, and behaviour of medical students in Jakarta towards HPV and its vaccination.
Design: a cross-sectional survey was distributed to 10 Faculty of Medicine pre-clinical students in Jakarta, from July to August 2020. A self-administrated questionnaire was distributed to assess the knowledge, attitude, and behaviour regarding cervical cancer and vaccination. The questionnaire was collected using Google Form and analysed using Stata Application ver 13 for Mac. The data was analysed using chi-square.
Results: from 2518 medical students, 124 students were excluded. Half of the older academic students (57,14%) had a good knowledge and behaviour regarding cervical cancer and vaccination. Knowledge level was significantly associated with behaviour including vaccination status. However, 60% of younger academic students had a good attitude towards cervical cancer and vaccination.
Conclusions: better knowledge correlate with a better behaviour towards cervical cancer and vaccination. More about HPV and the benefits associated with vaccination against HPV should be included in the curriculum in all years of medical school.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marisa Sasuwe
"Vaksinasi HPV memiliki efektivitas paling tinggi bila diberikan pada anak usia 9-12 tahun. Sejak tahun 2016 Indonesia menjadi satu dari sekian banyak negara yang memberlakukan program vaksinasi HPV berbasis sekolah (BIAS), dimana saat ini program ini masih terbatas di DKI Jakarta.Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa vaksinasi HPV berbasis sekolah memiliki angka cakupan paling tinggi. Namun, menurut data di Jakarta, vaksinasi HPV masih belum mencapai target cakupan 95%. Guru pembina UKS sebagai garda terdepan pelaksanaan vaksinasi HPV di sekolah berperan sanga penting dalam proses pengambilan keputusan orang tua untuk mengijinkan atau menolak pemberian vaksinasi bagi anak mereka. Guru adalah fasilitator yang akan berperan memfasilitasi orang tua dan petugas kesehatan dalam pelaksanaan vaksinasi HPV di sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Kesiapan Guru Pembina UKS SD Sebagai Fasilitator Vaksinasi HPV Dalam Program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)  Di Jakarta Selatan menurut karakteristik jenis kelamin,umur, tingkat pendidikan, lama menjabat sebagai guru Pembina UKS dan riwayat pelatihan. Pengukuran kesiapan dilihat dalam enam dimensi yaitu peran, sikap, pengetahuan, kapasitas, kapabilitas dan tanggung jawab. Penelitian dilakukan pada 50 Guru pembina UKS SD di 10 Kecamatan Jakarta Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode cross sectional dan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Hasil Penelitian menunjukkan 52% Guru Pembina UKS di Jakarta Selatan memiliki kesiapan rendah dan 48% memiliki kesiapan tinggi dalam menjalankan tugas sebagai fasilitator vaksinasi HPV BIAS.  Dimensi pengetahuan merupakan dimensi kesiapan yang paling rendah, dengan 70% Guru pembina UKS memiliki pengetahuan kurang tentang vaksinasi HPV dan kanker serviks. Karakteristik Individu memiliki hubungan signifikan dengan kesiapan : umur (p= 0.036), lama menjabat (p=0.012) dan riwayat diklat ( p= 0.010). Sedangkan jenis kelamin (p=0.661) dan tingkat pendidikan (p=0.502) tidak ditemukan hubungan signifikan terhadap kesiapan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka pelatihan tentang vaksinasi HPV dalam BIAS bagi Guru pembina UKS merupakan hal yang paling penting untuk dilaksanakan dalam rangka mendukung kesiapan Guru Pembina UKS sebagai fasiliatator vaksinasi HPV BIAS di Jakarta Selatan.

HPV vaccination has the highest effectiveness when given to children aged 9-12 years. Since 2016 Indonesia has become one of few countries that has implemented a school-based HPV vaccination program (BIAS), which is currently limited to DKI Jakarta. Previous research has shown that school-based HPV vaccination has the highest coverage rates. However, according to data in Jakarta, HPV vaccination has not yet reached the 95% coverage target. UKS teachers as the frontline in implementing HPV vaccination in schools play an important role in the decision-making process of parents to allow or refuse vaccinations for their children. School Health Teacher is the facilitator who will play a role in facilitating parents and health workers in carrying out HPV vaccinations in schools.
This study aims to determine the Readiness Overview of Elementary School Health Teacher (UKS) as Facilitators of HPV Vaccination in the School Children Immunization Month Program (BIAS) in South Jakarta according to the characteristics of gender, age, level of education, length of time serving as a UKS Teacher and training history. Measurement of readiness is seen in six dimensions, namely roles, attitudes, knowledge, capacity, capabilities and responsibilities. The study was conducted on 50 UKS elementary school teachers in 10 sub-districts of South Jakarta. This research is a descriptive study with cross sectional method and uses a quantitative approach.
The results showed that 52% of UKS teachers in South Jakarta had low readiness and 48% had high readiness in carrying out their duties as facilitators of BIV HPV vaccination. The knowledge dimension is the lowest readiness dimension, with 70% of UKS teachers having less knowledge about HPV vaccination and cervical cancer. Individual characteristics have a significant relationship with readiness: age (p = 0.036), length of service (p = 0.012) and training history (p = 0.010). While gender (p = 0.661) and education level (p = 0.502) no significant relationship was found in readiness in this study. Based on the results of this study, the training on HPV vaccination in BIAS for UKS Teachers is the most important thing to do in order to support the readiness of the UKS Guidance Teacher as a facilitator for BIV HPV vaccination in South Jakarta.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T55049
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewanti
"ABSTRAK
Karies pada anak usia sekolah mengalami peningkatan setiap tahunnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pengetahuan dan kesadaran pentingnya perawatan kesehatan gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada
anak usia sekolah. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif. Responden penelitian berjumlah 156 anak usia sekolah di SDN Pondok Cina 4 Depok. Pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak
usia sekolah di SDN Pondok Cina 4 Depok (p value: 0,013). Penelitian ini merekomendasikan institusi kesehatan, institusi pendidikan, dan orang tua untuk meningkatkan muatan informasi terkait kesehatan gigi dan perawatan gigi pada anak usia sekolah sehingga dapat mencegah terjadinya karies gigi

abstract
Caries in school-age children increases every year. One of the factors that affects the dental caries are knowledge and awareness of the importance dental health care. The aims of this study are to determine the relationship between the levels of dental health knowledge with the behavior of doing dental care. This study used descriptive correlative design. Sample of this study are 142 school age children in SDN Pondok Cina 4 Depok. Stratified random sampling is used as the sampling
techniques. The results of this study showed that there is a significant relationship between level of dental health knowledge with dental care behavior of school-age children in SDN Pondok Cina 4 Depok (p value: 0.013). The study recommends to health care institutions, educational institutions, and parents to enhance the information content related to dental health and dental care at school-age children to prevent the occurrence of dental caries."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42783
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Perikani
"ABSTRACT
Anak usia 1-5 tahun atau biasa disebut Balita Bawah Lima Tahun memiliki sistem imun yang rendah dan cukup rentan terhadap serangan penyakit, oleh karena itu anak memerlukan serangkaian imunisasi untuk membangun kekebalan dasar pada tubuhnya. Adanya KLB Difteri dapat meningkatkan resiko balita mengalami kecacatan, kesakitan dan kematian. Pengetahuan ibu berperan penting dalam memenuhi kelengkapan imunisasi difteri sebagai tindakan pencegahan penyakit difteri, hal ini kaitannya dengan kepatuhan ibu. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kepatuhan imunisasi difteri anak usia 1-5 tahun. Desain penelitian cross sectional menggunakan metode convinience sampling. Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 1-5 tahun, jumlah sampel penelitian sebanyak 95 responden. Hasil analisa data menunjukan ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kepatuhan imunisasi difteri anak usia 1-5 tahun p le; p = 0.001, =0.5. Tenaga kesehatan keperawatan dapat meningkatkan upaya preventif dan promosi kesehatan tentang imunisasi dan difteri agar kepatuhan terhadap imunisasi difteri dapat ditingkatkan.

ABSTRACT
Children aged 1 5 years or commonly called Toddlers Under Five Years have a low immune system and are quite susceptible to disease attacks, therefore children need a series of immunizations to build basic immunity in the body. The presence of Diphtheria Outbreak may increase the risk of todlers experiencing disability, illness and death. Mother 39 s knowledge plays an important role in fulfilling the completeness of diphtheria immunization as a preventive measure of diphtheria disease, this is related to mother 39 s compliance. The purpose of this study was to identify the relationship between mother 39 s knowledge level and compliance diphtheria immunization in children 1 5 years old. The research design used cross sectional with convinience sampling method. Sample in this research is a mother have children aged 1 5 years old, the number of research samples were 95 respondents. The result of data analysis showed that there was a correlation between mother 39 s knowledge level and diphtheria immunization of children 1 5 years old p le p 0.001, 0.5 Nursing health can improve preventive and health promotion about immunization and diphtheria, so that adherence to diphtheria immunization can be improved."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Sutopo
"ABSTRACT
Kanker serviks adalah salah satu penyakit malignansi yang cukup berbahaya, dengan 500.000 kejadian baru dan 240.000 kematian setiap tahunnya. Walau etiologi intinya, human papillomavirus (HPV), telah diketahui sejak tahun 1990-an, sepertinya terdapat kofaktor-kofaktor yang mendorong kejadian penyakit ini. Salah satu yang menarik untuk diteliti adalah Epstein-Barr virus (EBV). Pada penelitian ini, 20 sampel swab serviks dari pasien dengan kanker serviks (positif HPV risiko tinggi), sementara 48 sampel swab serviks dari pasien dengan penyakit non-kanker serviks (negatif HPV). EBV dideteksi menggunakan uji real time PCR, sementara level DNA EBV dihitung berdasarkan persamaan Livak. Hubungan infeksi EBV sebagai kofaktor terhadap infeksi HPV dianalisis menggunakan statistik. Secara kualitatif, ditemukan bahwa populasi subyek positif EBV memiliki risiko sekitar 2,388 kali lebih mungkin menderita infeksi HPV dibandingkan populasi negatif EBV. Secara kuantitatif, jumlah DNA EBV pada populasi subyek dengan kanker serviks dan positif EBV sekitar 71 kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi subyek dengan kanker serviks dan negatif EBV. Secara statistik, hubungan infeksi EBV sebagai kofaktor terhadap infeksi HPV secara kualitatif maupun kuantitatif tidak bermakna (p > 0,05). Penelitian dengan populasi yang lebih besar dan multicenter dibutuhkan untuk menyokong hasil penelitian ini.

ABSTRACT
Cervical cancer is one of the most dangerous malignant diseases, with around 500,000 new cases and 240,000 deaths each year. Although its main etiology, HPV, has been associated clearly with it since the 1990s, there appears to be various cofactors driving the pathophysiology of this disease, with one of the most interesting ones being EBV. In this study, 68 cervical swab samples with known HPV DNA content is analysed for the presence of EBV DNA. 2-by-2 table analytic statistics with various methods are then conducted to understand the connections between these two pathogens and the patients disease. It is found that in this sample population, patients with HPV are around 2.388 times more likely to be infected by EBV. The amount of EBV DNA in the case population is also found to be around 71 times more than in the control population. However, both results are statistically insignificant (p > 0.05). In conclusion, the results found shows interesting proof for the complicicity of EBV in the pathophysiology of cervical cancer, although statistically insignificant. Studies with a larger population and multicentered approach are needed to support the findings of this study."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoses Rivano Bakara
"Latar belakang: Kanker merupakan penyakit dengan insidensi yang berkembang pesat. Salah satu dari jenis kanker tersebut adalah kanker orofaring. Kanker orofaring mempunyai beberapa faktor risiko salah satunya Human Papillomavirus (HPV). Terdapat peningkatan insidensi karsinoma sel skuamosa orofaring yang terkait dengan HPV. Mahasiswa medis memegang kontribusi yang penting dalam diagnosis, skrining, dan vaksinasi HPV untuk menekan perkembangan kanker orofaring yang terkait HPV, namun memiliki tingkat pengetahuan yang kurang mengenai kanker orofaring yang terkait HPV. Belum pernah ada penelitian di Indonesia terkait pengetahuan kanker orofaring yang terkait HPV pada mahasiswa ilmu kesehatan.
Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan terhadap kanker orofaring yang terkait HPV.
Metode: Penelitian deskriptif analitik potong lintang pada 1004 mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan menggunakan kuesioner yang telah diadaptasi serta diuji validitas dan reliabilitasnya.
Hasil: Mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan yang tidak memadai pada semua aspek pertanyaan. Jumlah responden dengan tingkat pengetahuan yang memadai untuk pengetahuan secara keseluruhan adalah 8,6%, pengetahuan umum HPV 42,2%, pengetahuan tentang kanker orofaring terkait HPV 2%, dan tingkat pengetahuan vaksin HPV 14,9%. Usia, jenis kelamin, tahun masuk, dan asal fakultas membedakan tingkat pengetahuan keseluruhan, pengetahuan umum HPV, dan pengetahuan tentang vaksin HPV. Selanjutnya, tingkat pengetahuan kanker orofaring terkait HPV dibedakan oleh tahun masuk dan asal fakultas.
Kesimpulan: Tingkat pengetahuan mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan UI terhadap HPV, kanker orofaring yang terkait HPV, serta vaksin HPV belum memadai. Tingkat pengetahuan secara umum dibedakan oleh faktor usia, jenis kelamin, tahun masuk, dan asal fakultas.

Background: Cancer is a disease with a rapidly growing incidence. One of these types of cancer is oropharyngeal cancer. Oropharyngeal cancer has several risk factors, one of which is the Human Papillomavirus (HPV). There is an increased incidence of HPV related squamous cell carcinoma of the oropharynx. Medical students play an important contribution in the diagnosis, screening, and vaccination of HPV to suppress the development of HPV-related oropharyngeal cancer, but have a lack of knowledge about HPV-related oropharyngeal cancer. There has never been any research in Indonesia assessing knowledge on HPV related oropharyngeal cancer in health science cluster students.
Objective: To determine the level of knowledge of Health Sciences Cluster students regarding HPV related oropharyngeal cancer.
Method: Cross-sectional analytic descriptive study on 1004 health sciences cluster students using a questionnaire that has been adapted and tested for its validity and reliability.
Results: The majority of respondents have an inadequate level of knowledge on all aspects of the question. The percentage of respondents with an adequate level of overall knowledge was 8.6%, general knowledge of HPV 42.2%, knowledge of HPV-related oropharyngeal cancer 2%, and knowledge of HPV vaccine 14.9%. Age, sex, year of entry, and faculty origin differentiated the level of overall knowledge, general knowledge of HPV, and knowledge of the HPV vaccine. Furthermore, the level of knowledge of HPV-related oropharyngeal cancer was differentiated by year of entry and faculty origin.
Conclusion: The level of knowledge of health sciences cluster students on HPV, HPV related oropharyngeal cancer, and the HPV vaccine is inadequate. The level of knowledge is generally differentiated by factors of age, gender, year of entry, and faculty origin.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Rizka Wardhani
"Latar belakang: Kota Depok mengalami kenaikan 110 kasus kanker serviks pada 2021-2022. Sebagian besar kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi human papillomavirus (HPV). Program imunisasi HPV di Indonesia terintegrasi dengan imunisasi sekolah. Cakupan HPV nasional pada 2021 adalah 78,5% pada dosis 1 dan 60,6% pada dosis 2 dan data cakupan terakhir Kota Depok tahun 2023 adalah 85,3% (di bawah target 90%). Cakupan imunisasi bergantung pada peran orang tua sebagai pemegang keputusan imunisasi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mencari determinan status imunisasi HPV anak terutama dari aspek orang tua dan mendapatkan informasi alasan anak tidak menerima vaksin. Metode: Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan teknik cluster random sampling. Studi ini melakukan analisis univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan regresi logistik. Hasil: Cakupan imunisasi HPV pada populasi sampel 79,2%. Dua alasan terbanyak mengapa anak tidak vaksin adalah tidak mendapatkan informasi dari sekolah (41,5%) serta anak sakit atau tidak masuk sekolah (26,8%). Analisis bivariat menunjukkan bahwa persepsi hambatan orang tua yang rendah (OR 3,57; 95% CI: 1,69-7,51) dan orang tua yang mendapatkan cukup dukungan informasi dari penyedia layanan (OR 2,86; 95% CI 1,14-7,22) memiliki odds yang lebih besar untuk mendapatkan imunisasi HPV. Kesimpulan: Banyaknya orang tua/wali yang tidak mendapatkan informasi dari sekolah dan anak tidak hadir saat jadwal imunisasi, menyiratkan perlu adanya evaluasi prosedur penyampaian informasi serta tindakan proaktif dalam menghubungi orang tua/wali dari anak yang melewatkan imunisasi secara berulang.

Background: Depok City experienced an increase of 110 cervical cancer cases in 2021-2022. Most cases of cervical cancer are caused by human papillomavirus (HPV) infection. The HPV immunization program in Indonesia is integrated with school immunization. The national HPV coverage in 2021 is 78.5% at dose 1 and 60.6% at dose 2 and the latest coverage data for Depok City in 2023 is 85.3% (below the 90% target). Immunization coverage depends on the role of parents as decision makers for child immunization. This study aims to find the determinants of children's HPV immunization status, especially from the parents' aspect and get information on the reasons why children do not receive the vaccine. Methods: The study design used was cross sectional with cluster random sampling technique. This study conducted univariate analysis using frequency distribution and bivariate analysis using logistic regression. Results: HPV immunization coverage in the sample population was 79.2%. The top two reasons for not vaccinating children were lack of information from the school (41.5%) and sickness or absence from school (26.8%). Bivariate analysis showed that low perceived parental barriers (OR 3.57; 95% CI: 1.69-7.51) and parents who received enough information support from providers (OR 2.86; 95% CI 1.14-7.22) had greater odds of HPV immunization. Conclusions: The high number of uninformed parents/guardians from schools and missed immunizations implies the need to evaluate information delivery procedures and proactively contact parents/guardians of recurrent missed immunizations."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Gita Merisa
"Imunisasi dasar merupakan hal yang penting bagi anak karena imunisasi merupakan salah satu cara mencegah infeksi penyakit tertentu yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Persentase kelengkapan imunisasi di Indonesia sudah mencapai 85,2%, namun hal ini tidak sesuai dengan keadaan di Provinsi Papua. Persentase kelengkapan imunisasi di Provinsi Papua hanya mencapai 45,7%. Rendahnya persentase kelengkapan imunisasi ini dapat dipengaruhi berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dan akesibilitas ke pelayanan kesehatan terdekat dengan kelengkapan imunisasi batita di Pegunungan Jayawijaya, Provinsi Papua. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan studi cross sectional. Data diperoleh melalui hasil wawancara terhadap 168 responden dengan menggunakan kuesioner. Responden didapatkan melalui teknik consecutive sampling. Dari 168 responden, 99 subjek memperoleh imunisasi lengkap dan 69 subjek tidak memperoleh imunisasi lengkap. Berdasarkan hasil analisis dengan Chi-square, tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi berhubungan dengan kelengkapan imunisasi batita (p=0,043). Hubungan aksesibilitas ke pelayanan kesehatan terdekat tidak memenuhi kriteria uji Chi-square sehingga digunakan uji alternatif, yaitu uji Fisher. Berdasarkan uji Fisher, tidak terdapat hubungan bermakna antara aksesibilitas ke pelayanan kesehatan terdekat dan kelengkapan imunisasi batita (p=0,307). Oleh karena itu, perlu dilakukan progam untuk meningkatkan tingkat pengetahuan ibu. Dengan begitu, kelengkapan imunisasi batita diharapkan akan meningkat.

Immunization is an important thing for toddler because it can protect toddler from getting infected by certain infectious disease which can be prevented by immunization. 85,2% toddler in Indonesia get complete immunization, but this fact is contradictive with the condition happened in Papua Province. There are only 45,7% toddler get complete immunization. This low percentage could be affected by various factors. This study aims to determine whether there are correlation between 2 factors (status of mother?s knowledge about immunization and accessibility to nearest health care) and toddler?s immunization status in central mountain Jayawijaya, Papua Province. This study is an analitycal study in the form of cross sectional study. Data was collected by interviews with 168 respondents who are chosen by consecutive sampling. From 168 respondents, 99 respondents have complete immunization and 69 respondents don?t have complete immunization. The result is performed by Chi-square test and Fisher test. Based on Chi-square test, there is correlation between status of mother?s knowledge about immunization and toddler?s immunization status in central mountain Jayawijaya, Papua Province (p=0,043). The other hand, there is no correlation between accessibility to nearest health care and toddler?s immunization status in central mountain Jayawijaya, Papua Province (p=0,307) based on Fisher test. In consequence, there should be a program to improve mother?s status of knowledge in order to increase the percentage of toddlers completely immunized"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nayla Hayyin
"Infeksi HPV merupakan penyebab penyakit menular seksual terbanyak. Meskipun HPV sering dikaitkan dengan perempuan dan kanker serviks, data menunjukkan insiden yang tinggi pada kalangan pria dan perempuan. Tetapi, kesadaran mengenai infeksi dan vaksinasi HPV masih rendah pada kalangan pria. Mahasiswa kedokteran sejak tahap preklinik memiliki peran dalam manajemen HPV masa mendatang. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan pengetahuan dengan perilaku mahasiswa preklinik laki-laki terkait infeksi dan vaksinasi HPV. Studi potong lintang ini meneliti mahasiswa preklinik laki-laki di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Subjek diberikan kuesioner daring tentang pengetahuan dan perilaku terhadap infeksi dan vaksinasi HPV. Kemudian, dilakukan uji statistik chi-square untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku mahasiswa laki-laki preklinik FKUI terhadap infeksi dan vaksinasi HPV. Terdapat 120 mahasiswa FKUI tingkat 1, 2, dan 3 yang terlibat dalam studi ini. Sebanyak 90,8% sampel memiliki pengetahuan baik mengenai infeksi dan vaksinasi HPV, sedangkan 38% sampel menunjukkan perilaku tepat terkait vaksinasi HPV. Analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0,05) antara tingkat pengetahuan dan perilaku mahasiswa FKUI preklinik mengenai infeksi serta vaksinasi HPV. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi hubungan antara pengetahuan dan perilaku tersebut.

HPV infection is the leading cause of sexually transmitted diseases. While HPV is often associated with women and cervical cancer, data show a high incidence among men and women. However, awareness about HPV remains low among men. Medical students in the pre-clinical phase play a critical role in the future management of HPV. This study explores the relationship between knowledge and practice among male pre-clinical students concerning HPV infection and vaccination. This cross-sectional study examined male pre-clinical students from Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Subjects were given an online questionnaire regarding their knowledge and practice towards HPV infection and vaccination. The chi-square statistical test was used to determine the correlation between knowledge and practice of male pre-clinical students at FKUI regarding HPV infection and vaccination. A total of 120 students from FKUI in first, second, and third year participated in this study. 90.8% of the sample showed good knowledge about HPV infection and vaccination, while 38% exhibited appropriate practice regarding HPV vaccination. Bivariate analysis indicated no significant correlation (p>0.05) between the knowledge and practice of pre-clinical students at FKUI regarding HPV infection and vaccination. However, further research is needed to explore the relationship between knowledge and practice on this topic."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>