Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162245 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudi Hadisaputra
"ABSTRAK
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia. Saat ini, IPA Pulo Gadung dapat mengolah debit air sebesar 4.200 L/detik. Tujuan dari penelitian ini adalah 1 mengevaluasi desain unit pengolahan terhadap kriteria desain, 2 mengevaluasi kualitas air baku dan air bersih, 3 mengevaluasi efisiensi kinerja unit pengolahan, serta 4 menentukan debit pengoptimalan. Untuk mengetahui tingkat kinerja kualitas IPA Pulo Gadung, maka dilakukan pengujian kualitas air, yaitu kekeruhan SNI 06-6989.25-2005, E. Coli Most Probable Number, zat organik SNI 06-6989.22-2004, dan COD Standard Methods: 5220 D serta jar test. Selain itu, untuk mengetahui tingkat kinerja kuantitas, maka dilakukan evaluasi desain terhadap kriteria desain dan rancangan pengoptimalan kapasitas. Berdasarkan evaluasi desain, banyak aspek yang tidak memenuhi kriteria desain. Berdasarkan parameter COD, pada PP No. 82 Tahun 2001, air baku yang digunakan IPA Pulo Gadung tergolong dalam air Kelas IV air untuk mengairi pertanaman. Air bersih hasil pengolahan, berdasarkan Permenkes No. 492 Tahun 2010, memiliki beberapa parameter kualitas air yang tidak memenuhi standar tersebut. Unit mixing well efektif dalam menghilangkan E. Coli 47,7, sedimentasi dan filtrasi menghilangkan kekeruhan 93,05 dan 97,32, serta reservoir menghilangkan E. Coli 73,04. Secara keseluruhan, IPA Pulo Gadung dapat menghilangkan kekeruhan sebesar 99,83, E. Coli sebesar 96,39, organik sebesar 40,16, dan COD sebesar 16,57. Dari uji jar test, koagulan optimal untuk air IPA Pulo Gadung adalah koagulan PAC 20 ppm. Dengan mengacu pada kriteria desain, debit optimal masing-masing unit adalah intake sebesar 9,33 m3/detik, saringan kasar 1,09 m3/detik, saringan halus 13,44 m3/detik, grit chamber 4,86 m3/detik, pompa 7,65 m3/detik, mixing well 18,9 m3/detik, flokulasi 3,09 m3/detik, sedimentasi 5,83 m3/detik, filtrasi 12 m3/detik, dan reservoir 16,57 m3/detik. Kesimpulannya adalah kinerja pengelolaan kualitas air IPA Pulo Gadung sudah baik dan kapasitasnya masih dapat ditingkatkan.

ABSTRACT
Clean water is one of the basic needs for human beings. Currently, IPA Pulo Gadung can treat 4,200 L sec of raw water. The objectives of this study are 1 to evaluate the design of the processing unit based on design criteria, 2 to evaluate the quality of raw and clean water, 3 to evaluate the efficiency of processing unit removal rate, and 4 to determine the flowrate optimization. To determine the removal rate of IPA Pulo Gadung, the water qualities to be tested are turbidity SNI 06 6989.25 2005, E. Coli Most Probable Number, organic matter SNI 06 6989.22 2004, and COD Standard Methods 5220 D and jar test. To determine the level of quantity performance, the unit design was evaluated to design criteria and determined the flowrate optimization. Based on design evaluation, many aspects do not meet the design criteria. Based on COD parameters, in PP No. 82 of 2001, raw water used by IPA Pulo Gadung classified in Class IV water water to irrigate crop. Clean water produced, based on Permenkes No. 492 of 2010, has several water qualities that do not meet the standard. The mixing well unit is effective in removing E. Coli 47.7, sedimentation and filtration removing turbidity 93.05 and 97.32, and reservoir removing E. Coli 73.04. Overall, IPA Pulo Gadung can eliminate with the removal rate of turbidity 99.83, E. Coli 96.39, organic matter 40.16, and COD 16.57. From jar test, optimal coagulant for IPA Pulo Gadung is PAC 20 ppm. With reference to the design criteria, the optimal flowrate of each unit is intake 9.33 m3 sec, coarse screen 1,09 m3 sec, fine screen 13,44 m3 sec, grit chamber 4.86 m3 sec, pumping system 7.65 m3 sec, mixing well 18.9 m3 sec, flocculation 3,09 m3 sec, sedimentation 5.83 m3 sec, filtration 12 m3 sec, and reservoir 16.57 m3 sec. The conclusion is that the performance of water quality removal rate of IPA Pulo Gadung is good and the capacity can still be improved."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.M. Sandyanto Adityosulindro
"Air merupakan salah satu kebutuhan utama dalam menunjang kehidupan manusia. Kebutuhan terhadap air minum terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktifitasnya. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kota Depok secara umum dan di wilayah pelayanan Cabang I PDAM Tirta Kahuripan khususnya, maka kebutuhan akan air minum juga akan terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan evaluasi dan optimalisasi kinerja dari instalasi pengolahan air (IPA) Citayam yang mensuplai kebutuhan air minum wilayah pelayanan Cabang I, Kota Depok. Kinerja IPA dapat diketahui melalui evaluasi dengan meninjau kuantitas kebutuhan air, kapasitas pengolahan IPA dan kualitas air baku serta air produksi yang dihasilkan IPA Citayam. Selain itu tentunya dengan mempertimbangkan ketersediaan air baku. Dari hasil evaluasi dapat dilakukan optimalisasi kinerja IPA untuk meningkatkan efektifitas pengolahan dan mengetahui kapasitas optimal yang dapat diolah oleh instalasi. Evaluasi dan optimalisasi dilakukan pada instalasi yang ada di IPA Citayam yaitu Instalasi Kedasih dan Degremont. Metode penelitian yang akan dilakukan adalah observasi lapangan secara langsung di IPA Citayam. Berdasarkan proyeksi kebutuhan air diperkirakan kapasitas desain IPA akan terpakai seluruhnya pada tahun 2013.
Dari hasil evaluasi, diketahui bahwa efektifitas pengolahan instalasi sekitar 40% dan diperlukan perbaikan teknis pada unit intake, koagulasi, flokulasi, filtrasi dan desinfeksi. Untuk kinerja yang lebih optimal diperlukan perbaikan teknis pada beberapa unit pengolahan dan penambahan PAC dan/atau karbon aktif untuk mengantisipasi peningkatan kadar organik di air baku.
Dari hasil optimalisasi kapasitas desain pengolahan (kapasitas produksi), instalasi Kedasih dapat ditingkatkan kapasitasnya sebesar 30% dari 100 lt/dt menjadi 130 lt/dt. Sedangkan instalasi Degremont diperkirakan dapat ditingkatkan sebesar 50% dari 10 lt/dt-paket menjadi 15 lt/dt-paket (60 lt/dt menjadi 90 lt/dt). Maka total peningkatan kapasitas IPA Citayam adalah 37,5% dari 160 lt/dt menjadi 220 lt/dt, sehingga masih dapat memenuhi kebutuhan air sampai tahun 2015.

Water is one of the major needs in human life. Demand of drinking water is rising in line with increasing of population and activities. Along with the increasing number of residents in Depok City in general and in the service of Branch I PDAM Tirta Kahuripan particularly, the need for drinking water will also continue to increase. To meet these needs, evaluation and optimization of the performance of Citayam water treatment plant (WTP) which is supply a drinking water in Branch I service areas, Kota Depok is needed. WTP performance can be known through the evaluation by reviewing the quantity of water required, WTP capacity, and also the raw water quality and water production of WTP Citayam. Other than that, it is also important to consider the availability of raw water.
From the evaluation results, optimizing the performance can be done to improve the effectiveness of the WTP process and find out the optimum capacity that can be processed by the installation. Evaluation and optimization is performed on both existing installations in the WTP Citayam, which is Kedasih and Degremont Installation. The evaluation and optimization method is done by field observation directly on WTP Citayam. Based on the projections of water demand, it is estimated tha WTP design capacity will be used up entirely in 2013. From the results of the evaluation, the effectiveness of processing installations is around 40% and they need some technical improvements in the intake unit, coagulation, flocculation, filtration and disinfection unit.
For a more optimal performance, it needs technical improvements on several processing units and the addition of PAC and / or activated carbon to anticipate an increase in organic content in raw water. From the results of the optimization of the processing capacity (production capacity), Kedasih installation capacity can be increased by 30% from 100 L/s to 130 L/s. While the Degremont installation can be upgraded up to 50% from 10 L/s-package to 15 L/s-package (60 L/sec to 90 L/s). So the total capacity increase of WTP Citayam is 37.5% from 160 L/s to 220 L/s, so it is still able to meet the water needs until 2015."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50639
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Visionta
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi unit filtrasi IPA Buaran I dari segi kriteria desain, kinerja, dan kualitas efluen serta mengidentifikasi tahapan peningkatan kapasitas unit agar dapat mengolah debit dari 3000 L/detik menjadi 3500 L/detik. Metode yang digunakan adalah evaluasi kriteria desain dan operasional. Berdasarkan hasil evaluasi ditemukan bahwa dimensi dan laju filtrasi sebesar 7,375 m/jam masih memenuhi kriteria desain. Namun berdasarkan perhitungan ekspansi media dan perbandingan kedalaman dengan ukuran efektif (nilai L/de) kedalaman media eksisting sebesar 0,6 m tidak memenuhi kriteria desain sehingga diperlukan perbaikan. Dari segi operasional durasi filter run ditemukan sebesar rata-rata 26,8 jam dari seluruh bak yang masih memenuhi kriteria desain literatur tetapi dengan durasi yang jauh lebih rendah dari kriteria desain IPA Buaran yaitu 48 jam. Kualitas air olahan filter pada parameter kekeruhan, mangan, dan besi masih memenuhi standar PerMenKes No. 492 Tahun 2010 mengenai Persyaratan Kualitas Air Minum. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengakomodasi peningkatan kapasitas menjadi 3500 L/detik adalah penyesuaian media filter menjadi media ganda, pengaplikasian kerikil penyangga, dan penyesuaian laju air scouring. Lapisan kerikil yang digunakan adalah bertipe reverse gradation yang dimodifikasi.

This study aims to evaluate the filtration unit of Buaran Water Treatment Plant in terms of design criteria, performance and effluent quality and identify the stages of increasing the capacity of the unit in order to process discharge from 3000 L/sec to 3500 L/sec. Based on the evaluation results it was found that the dimensions and filtration rate of 7,375 m/h still meet the design criteria. However, based on the calculation of media expansion and rasio of depth and effective size (L/de value) of the existing media depth of 0,6 m does not meet the design criteria so improvements are needed. From an operational perspective the filter run duration was found to be an average of 26,8 hours that is much lower than the Buaran Water Treatment Plant design criteria of 48 hours. The quality of filtered water in turbidity, manganese and iron parameters still meets regulation’s requirements for drinking water quality thus no special modification is needed. Efforts that can be made to accommodate the increase in capacity of 3500 L/s are by adjusting the filter media from a single media to a dual media, applying a modified reverse gradation gravel layer, and adjusting the water scouring rate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ilham Azhari
"Kebutuhan terhadap air minum terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktifitasnya. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kecamatan Benda, Kota Tangerang, kebutuhan akan air minum juga akan terus meningkat. Instalasi Pengolahan Air Benda dibangun tahun 2010 di kawasan Perumahan Duta Garden, Kota Tangerang. Namun, hingga saat ini belum pernah dilakukan evaluasi kinerja unit pengolahan dari IPA Benda. Kinerja instalasi pengolahan air diketahui melalui evaluasi dengan meninjau kualitas dan kuantitas air baku yang digunakan, kualitas air produksi yang dihasilkan, dan kapasitas pengolahan instalasi Benda. Dari hasil evaluasi dapat dilakukan optimalisasi kinerja instalasi untuk mengetahui efektifitas unit pengolahan dari instalasi.
Hasil analisis data kependudukan menunjukan laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Benda mengikuti pola pertumbuhan aritmatik dengan rata-rata pertambahan penduduk sebesar 2564 jiwa setiap tahunnya. Hasil perhitungan proyeksi kebutuhan air menunjukan bahwa terdapat kenaikan kapasitas kebutuhan air menjadi 100 L/detik hingga tahun 2018 dan 150 L/detik hingga tahun 2026. Hasil dari evaluasi instalasi eksisting dengan debit 50 L/detik adalah dapat mengolah air baku sehingga menghasilkan air produksi yang memenuhi standar kulitas air minum. Namun terdapat beberapa masalah pada beberapa unit pengolahan yang sebaiknya diperbaiki guna meningkatkan kinerja instalasi.

The need for drinking water continues to increase along with the increasing of population and its activities. As the increasing number of population in Kecamatan Benda, Kota Tangerang, the need for drinking water will also continue to increase. Benda Water Treatment Plant was built in 2010. Until now, there has been no evaluation of the performance of processing units from WTP Benda. The performance of the water treatment plant is known through evaluation by reviewing the quality and quantity of the raw water used, the quality of the produced water, and the processing capacity of the plant.
The analysis of population data indicate the rate of population growth in Kecamatan Benda follow the arithmetic growth pattern with average population increase of 2564 people each year. The result of water demand projection shows that there is an increase of water demand capacity to 100 L sec until 2018 and 150 L sec until 2026. The result of the existing installation evaluation with the discharge of 50 L sec is able to process raw water to produce production water that meet drinking water quality standard. However, there are some problems in several processing units that should be improved to enhance the performance of the installation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67785
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmadi Jaya Subekti
"Kota Bekasi merupakan kota penyangga Ibu kota DKI Jakarta, hal ini mempengaruhi pertumbuhan kota Bekasi yang semakin pesat seiring dengan pesatnya keadaan ekonomi Jakarta. Pesatnya pertambahan penduduk kota Bekasi, menuntut fasilitasi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi salah satunya adalah kebutuhan akan air minum. Kebutuhan akan Air minum yang memenuhi baku mutu diatur pemerintah dalam undang-undang No. 7 Tahun 2004 mengenai Sumber Daya Air. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Rawa Lumbu merupakan salah satu instalasi yang melayani kebutuhan air minum di Kota Bekasi. Saat ini PDAM Rawa Lumbu memiliki tiga buah instalasi air minum dengan kapasitas total 260 l/det. Salah satunya adalah instalasi pelat baja dengan kapasitas 2 _ 100 l/det yang telah dibangun pada tahun 2005. Sebagai salah satu penyedia air minum PDAM Rawa Lumbu dituntut untuk dapat menyediakan air minum yang memenuhi syarat baku mutu air minum pada PERMENKES no 907/MENKES/SK/VII/2002.
Maksud dan tujuan dari tugas akhir ini adalah mengevaluasi efisiensi Instalasi Pengolahan Air Minum Rawa Lumbu dalam mereduksi kadar polutan dalam air baku kalimalang serta melakukan evaluasi unit-unit pengolahan instalasi dengan kapasitas 100 l/det berdasarkan debit pengolahannya. Setelah dilakukan analisa diketahui unit pengolahan WTP Rawa Lumbu memiliki efisiensi yang cukup baik dalam mereduksi turbiditas dengan kisaran rata-rata 97 - 99% . Sedangkan dari analisa dimensi dengan menggunakan debit eksisting 68 l/det dan debit desain 100 l/det diketahui unit-unit pengolahan masih memiliki kinerja yang baik, namun kapasitas maksimum pengolahan berdasarkan bak sedimentasi hanya dapat mengolah debit sebesar 91 l/det. Sedangkan untuk reservoir yang ada saat ini hanya dapat menampung debit pengolahan sebesar 106,41 l/det.

The population of Bekasi is effected by the economics development of Jakarta. This increase in population demanded fulfillment of people's necessity, one of them is drinking water. The necessity of drinking water has been arranged in national constitution of Indonesian Republic number 7 year 2004 about Water Resources. Public Water company (PDAM) Rawa Lumbu is one of the water treatment plant which serve the necessity of drinking water in Bekasi. Today Rawa Lumbu Water treatment plant has three instalation with total capacity of 260 l/sec. One of them is steel plate installation with capacity of 200 l/sec, which was built on 2005. As one of drinking water provider PDAM Rawa Lumbu is demanded to be able to provided safe drinking water that fulfill nation water regulation PERMENKES 907/MENKES/SK/VII/2002.
The objective of this final report is to evaluate the efficiency of Rawa Lumbu water treatment plant installation in reducing water impurities and to evaluate water treatment unit process with capacity of 100 l/sec. Result of the evaluation analysis shows that Rawa Lumbu water treatment plant has a good efficiency about 97 - 99 % in reducing turbidity. After calculating with current flow rate of 68 l/sec and design flow rate of 100 l/sec, units in the treatment plant shows that it still has a good performance but it has a maximum flow rate of 91 l/sec. As for current reservoir has a maximum flow rate of 106,41 l/sec.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50474
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurannisa Shaleha
"Kebutuhan air minum di Kota Depok yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang juga semakin meningkat setiap tahunnya. Dalam memenuhi kebutuhan air minum dibutuhkan pengolahan air minum yang bekerja dengan baik serta pengembangan pengolahan air minum itu sendiri. Dalam pengembangan ini memerlukan evaluasi dan pengoptimalan kinerja dari Instalasi Pengolahan Air IPA di Kota Depok, salah satu yang perlu ditinjau adalah IPA Legong yang melayani kebutuhan air minum wilayah Kota Depok bagian Timur.
Evaluasi dilakukan dengan meninjau kualitas dan kuantitas air baku dan air produksi serta kapasitas pengolahan IPA yang digunakan. Langkah pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan data primer dan sekunder, observasi lapangan, wawancara, dan diskusi dengan pengelola IPA Legong sistem Kedasih. Kemudian, tahap evaluasi kinerja unit pengolahan dengan menghitung dimensi setiap unit berdasarkan parameter kriteria desain yang tersedia dan membandingkannya. Tahap pengoptimalan kapasitas berdasarkan hasil evaluasi kinerja dengan memberikan solusi alternatif permasalahan.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa IPA Legong sistem Kedasih dapat meningkatkan kapasitas pengolahan sebesar 40 dari 300 l/dt menjadi 420 l/dt. Selain itu, hasil analisis penyisihan kualitas air juga menyimpulkan dair beberapa parameter yang diuji masih memenuhi syarat dalam Permenkes 429/2010 serta unit pengolahan IPA Legong masih bekerja dengan baik dan belum terdapat kendala akan melampaui syarat kualitas air minum.

The increasing demand for drinking water in Depok City is growing as the population grows every year. In meeting the needs of drinking water water treatment is required to work well and the development of drinking water itself. In this development and Performance optimization of Water Treatment Plant WTP in Depok City, one of the things to be considered is Legong WTP that serves the drinking water needs of East Depok City.
The evaluation is done by measuring the quality and quantity of air and air production and processing capacity of WTP. The first step is to dig primary and secondary data, interviews and discussions with Legong WTP Kedasih system manager. Then, the evaluation stage of the performance of the processing unit by calculating the unit of each parameter based on the available design parameters and compare them. Stage of capacity based optimization based on results with alternative solutions.
The results showed that Legong WTP system can increase processing capacity by 40 from 300 l dt to 420 l dt. In addition, the results of air quality allowance analysis also influenced some parameters that are still needed in Permenkes 429 2010 and Legong WTP processing unit still work well and no one will meet the drinking water quality requirements.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoirul Abidin
"Laju pertumbuhan yang tinggi di Kecamatan Teluk Jambe Timur sebesar 5,43 % perlu diikuti dengan peningkatan kualitas dan kuantitas layanan air minum untuk memenuhi tingginya kebutuhan air minum masyarakat. Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Karawang Kabupaten Karawang berencana untuk melakukan peningkatan kapasitas eksisting dengan evaluasi dan optimalisasi. Kapasitas eksisting dari IPAM Karawang adalah 320 L/detik yang berasal dari WTP 1 100 L/detik dan WTP 2 220 L/detik. Langkah yang dilakukan untuk evaluasi adalah evaluasi kualitas air baku dan air produksi, proyeksi jumlah penduduk dan kebutuhan air, serta evaluasi WTP 2. Tingginya parameter fisika dan kimia pada air baku dapat diturunkan dengan unit yang ada di IPAM Karawang sehingga kualitas air produksi sudah sesuai dengan PERMENKES 492/2010. Evaluasi dilakukan untuk WTP 2 karena memiliki potensi peningkatan kapasitas produksi.
Evaluasi dilakukan pada unit tandon prasedimentasi, intake, WTP 2 (flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi), dan reservoir berdasarkan kriteria desain. Hasil evaluasi menghasilkan kapasitas maksimum WTP 2 sebesar 340 L/detik. Dari evaluasi dan optimalisasi kapasitas produksi IPAM Karawang meningkat dari semula 320 L/detik menjadi 440 L/detik. Jika dikaitkan dengan proyeksi jumlah penduduk dan kebutuhan air, kapasitas eksisting 320 L/detik dapat memenuhi kebutuhan air sampai tahun 2013. Sedangkan kapasitas hasil evaluasi dan optimalisasi 440 L/detik mampu memenuhi kebutuhan air daerah layanan sampai tahun 2015.

The population rate of Teluk Jambe Timur district is 5,43 %. It needs the increase of the quality and quantity of public water treatment to fulfill the society’s need of potable water. Water treatment plant (WTP) Karawang plans to do improvement to the existing capacity by evaluating and optimizing. The existing planed are evaluating the raw water quality and the effluent, projection of chemical parameters of raw water can be reduced using the existing WTP Karawang units as PERMENKES 492/2010. This final project is to evaluate the WTP 2 because it is potentially able to increase the production capacity.
Evaluation is done to pre sedimentation, intake, WTP 2 (flocculation, sedimentation, and filtration), and reservoir based on the design criteria. Base on the evaluation result, the capacity of WTP 2 can be increase to be 340 L/s in maximum. Based on the evaluation and production capacity optimalization of WTP Karawang increase from 320 L/s to 440 L/s. Related with population projection and the need of water, the existing capacity 320 L/s can fulfill the need of water until 2013. Meanwhile, the capacity based on evaluation and optimizing 440 L/s can fulfill the need of water until 2015.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53556
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindyolaras Cahyo Pramusinto
"Instalasi pengolahan air minum dalam prosesnya akan menghasilkan limbah yang berupa lumpur. Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum pasal 9 ayat 3 bahwa limbah akhir dari proses pengolahan air baku menjadi air minum wajib diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sumber air baku dan daerah terbuka. Instalasi Pengolahan Air Minum Cibinong merupakan salah satu instalasi yang belum melakukan pengolahan limbah dari proses pengolahan air karena limbah yang dihasilkan langsung dibuang ke sungai Ciliwung. Jumlah timbulan debit lumpur dengan aliran kontinyu IPAM Cibinong I sebesar 394,35 m3/hari dan IPAM Cibinong II sebesar 187,44 m3/hari.
Tujuan dari penelitian ini untuk merencanakan instalasi pengolahan lumpur guna mentaati peraturan yang berlaku. Berdasarkan neraca massa dapat diketahui unit penghasil lumpur yang signifikan adalah unit sedimentasi, dikarenakan massa lumpur yang dihasilkan cukup besar. Akan direncanakan unit pengolahan lumpur yang terdiri dari proses thickening, chemical conditioning, dan dewatering. Pemilihan unit tahap dewatering pengolahan tersebut berdasarkan analisa SWOT dan metode decision matrix, kemudian diperoleh mechanical dewatering dengan menggunakan centrifuge.
Berdasarkan luas lahan, timbulan cake lumpur, dan kebutuhan polimer dipilih instalasi pengolahan lumpur yang terdiri dari 2 buah bak ekualisasi. Dimana 1 bak ekualisasi mengumpulkan lumpur dari unit flokulasi dan air pencucian filter, selanjutnya menuju chemical conditioner, recovery basin¸ dan gravity thickener. Sedangkan bak ekualisasi lainnya mengumpulkan lumpur dari unit sedimentasi menuju gravity thickener kemudian menuju centrifuge.

Water treatment plant produced sludge in a large quantity. Based on Government Regulation No. 16, 2005 in which under item 3 of the article 9, it is stipulated that the waste produced from any processing must be treated before it is discharged into water sources and open areas. The sludge generated from WTP Cibinong I and II is directly discharge into stream Ciliwung. The sludge generation of WTP Cibinong I in continuous flow is 394,35 m3/day and WTP Cibinong II is 187,44 m3/day.
The aim of this study is to plan for sludge treatment plant in order to comply with applicable regulations. Based on the mass balance, sedimentation is a unit which significantly produced sludge in large quantity. Sludge treatment plant will be planned consists of thickening process, chemical conditioning, and dewatering. The selection of dewatering processing unit is based on SWOT analysis and decision matrix method, with this tools it can be concluded that centrifuge will be used.
Based on land area, sludge generation, and need of polymer, will be selected sludge treatment plant which has 2 equalization basins. One equalization basin will collect the sludge from flocculation unit and backwash water and towards to chemical conditioner, recovery basin, and will be mixed in gravity thickener with outflow from other equalization basin which collects sludge from sedimentation. After that, it will toward to mechanical dewatering centrifuge.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53053
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Kharisma R.
"Tingginya laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor sebesar 4,63% per tahun, perlu diimbangi dengan peningkatan kapasitas penyediaan layanan air minum guna memenuhi peningkatan kebutuhan air minum masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melakukan peningkatan kapasitas Instalasi Pengolahan Air Cibinong (IPA Cibinong) melalui evaluasi dan pengembangan (uprating). Kondisi eksisting IPA Cibinong PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor, berkapasitas 330 L/detik memiliki dua WTP yaitu, WTP 1 kapasitas 100 L/detik dan WTP 2 kapasitas 230 L/detik. Evaluasi dilakukan untuk WTP 2 karena memiliki potensi peningkatan kapasitas produksi. Evaluasi dilakukan pada unit intake, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan reservoir berdasarkan kriteria desain.
Hasil evaluasi menghasilkan kapasitas maksimum WTP 2 sebesar 345 L/detik. Evaluasi juga memperhatikan kualitas air baku dan air produksi. Kualitas air produksi yang diuji memenuhi PERMENKES 492/2010. Hasil evaluasi dijadikan acuan uprating atau peningkatan kapasitas produksi WTP 1 menjadi sama dengan kapasitas WTP 2 setelah evaluasi. Dari evaluasi dan uprating kapasitas produksi IPA Cibinong meningkat dari semula 330 L/detik menjadi 690 L/detik. Jika dikaitkan hasil proyeksi jumlah penduduk dan kebutuhan air, kapasitas eksisting 330 L/detik dapat memenuhi kebutuhan air sampai tahun 2014. Sedangkan kapasitas hasil evaluasi dan uprating sebesar 690 L/detik mampu memenuhi kebutuhan air daerah layanan sampai tahun 2020.

The high rate of population growth Cibinong Subdistrict, Bogor Regency by 4,63% per years, needs to be balanced with the increased capacity of water supplier in order to meet the increasing demands of the public drinking water. Accordingly, this research aims to increase capacity Cibinong Water Treatment Plant (WTP Cibinong) through the evaluation and uprating. WTP Cibinong with 330 L/s capacity consist of WTP 1 capacity 100 L/s and WTP 2 capacity 230 L/s. Evaluation will be conducted for WTP 2 because it has the production capacity increasing. Evaluation start from intake, coagulation, flocculation, sedimentation, filtration, and reservoired units based on design criteria.
Evaluation result from WTP 2 has a maximum capacity of 345 L/s. The evaluation also concerned about the quality of 'raw water' and 'production water'. The quality of water production was conduct under the PERMENKES 492/2010. The result from evaluation used as reference for uprating or increasing WTP 1 production in order to equal with WTP 2. Evaluation and uprating will increase production capacity WTP Cibinong from 330 L/s to 690 L/s. Associated with population projection, the existing condition able to fulfill water demands until 2014, while the result of evaluation and uprating will be able to fulfill water demands until 2020.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53314
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kebutuhan air minum untuk kota Depok seiring dengan perkembangan penduduk yang mencapai pertumbuhan 3,23% pertahun. Untuk dapat memenuhi perkembangan kebutuhan air minum diperlukan evaluasi dan optimalisasi kinerja dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Citayam yang mensuplai kebutuhan air minum wilayah pelayanan Cabang I, Kota Depok. Kinerja IPA dapat diketahui melalui evaluasi dengan meninjau kebutuhan air, kuantitas dan kualitas air baku, kapasitas pengolahan IPA dan kualitas air produksi yang dihasilkan IPA Citayam. Tahap awal berupa pengumpulan data primer dan sekunder, observasi lapangan, serta wawancara dan diskusi dengan pengelola IPA Citayam yang meliputi Instalasi Kedasih dan Degremont.Tahap evaluasi kinerja berupa menghitung proyeksi kebutuhan air penduduk serta dimensi unit bangunan dengan membandingkan dengan kriteria disain yang ada, dan tahap optimalisasi kerja dengan memberikan solusi pemecahan masalah. Dari hasil evaluasi, diketahui bahwa efektifitas pengolahan instalasi sekitar 40% dan diperlukan perbaikan teknis pada unit intake, koagulasi, flokulasi, filtrasi dan desinfeksi. Dari hasil optimalisasi kapasitas desain pengolahan (kapasitas produksi), instalasi Kedasih dapat ditingkatkan kapasitasnya sebesar 30% dari 100 lt/dt menjadi 130 lt/dt. Sedangkan instalasi Degremont dapat ditingkatkan sebesar 50% dari 10 lt/dt-paket menjadi 15 lt/dt-paket. Maka total peningkatan kapasitas IPA Citayam adalah 37,5% dari 160 lt/dt menjadi 220 lt/dt, sehingga masih dapat memenuhi kebutuhan air sampai tahun 2015.
"
540 LTR 4:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>