Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203439 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eunike Princella
"ABSTRACT
Setiap suku di Indonesia memiliki nilai dasar yang dijadikan pedoman dalam hidup. Pada masyarakat Batak, Dalihan Na Tolu merupakan budaya dalam bentuk sistem kekerabatan yang dijunjung tinggi pada masyarakat Batak untuk mendapatkan tiga berkat hidup, yakni hamoraon kekayaan, hagabeon keturunan, dan hasangapon kehormatan. Studi-studi sebelumnya menjelaskan perubahan Dalihan Na Tolu pada masyarakat Batak perkotaan namun tidak membahas bagaimana upaya mempertahankan nilai Dalihan Na Tolu tersebut dalam lingkup keluarga. Penelitian ini ingin membahas bagaimana sosialisasi yang dilakukan pada keluarga etnis Batak Toba dalam menghadapi perubahan sosial di perkotaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dalihan Na Tolu dan 3 tiga berkat hidup orang Batak masih dipertahankan di masyarakat Batak perkotaan. Pola sosialisasi yang efektif digunakan keluarga khususnya orang tua dalam menurunkan nilai Dalihan Na Tolu dan 3 tiga berkat hidup adalah dengan pola sosialisasi demokratis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam pada keluarga Batak Toba yang masing-masing keluarga terdiri dari satu ayah, satu ibu, dan dua anak yang berjemaat di HKBP di DKI Jakarta.

ABSTRACT
Each ethnics in Indonesia has a basic value that is used as a guide in life. In Batak community, Dalihan Na Tolu is a culture in the form of a kinship system that is upheld in the Batak community to get three blessings of life, namely hamoraon wealth, hagabeon generation, and hasangapon honor. Previous studies have explained Dalihan Na Tolu 39 s change to the Batak community in urban context but did not discuss how to maintain the value of Dalihan Na Tolu itself in the family sphere. This research would like to discuss how socialization conducted on Toba families in facing social changes in urban areas. The results show that Dalihan Na Tolu and three blessings of life are still maintained in Batak community in urban context. The effective socialization patterns used by families, especially parents in teaching Dalihan Na Tolu and three blessings of life is the democratic socialization. This research used qualitative method with in depth interview to Toba family which each family consist of one father, one mother, and two children who are members of HKBP in DKI Jakarta. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siburian, Robert
"Tesis ini adalah kajian tentang Dalihan na Tolu dan kegiatan ekonomi, yang mengambil studi kasus pada Orang Batak Toba di Porsea. Hal ini dilatarbelakangi oleh kuatnya sistem kekerabatan berdasarkan prinsip Dalihan na Tolu, yang unsur-unsurnya adalah dongan tutu, hula-hula, dan boru dalam melaksanakan upacara adat. Dalam melaksanakan upacara adat tersebut ketiga unsur menyatakan sebagai satu pelaksana adat (si sada ulaon). Pernyataan sebagai satu pelaksana adat mengakibatkan apabila pada upacara adat, salah satu di antara ketiga unsur tidak diikutsertakan maka upacara adat tidak dapat dilaksanakan. Apabila anggota dan masing-masing unsur tidak diikusertakan dalam upacara adat, hal itu dikategorikan pengucilan yang menyakitkan. Saling menghormati di antara Orang Batak Toba tidak saja hanya dalam percakapan ataupun sekedar istilah kekerabatan saja tetapi jugu dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
Berangkat dan terintegrasinya Orang Batak Toba dalam melaksanaan sebuah upacara adat, penelitian ini mencoba melihat kekuatan dari semangat Dalihan na Tolu itu dalam kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, permasalahan pokoknya adalah bagaimana peranan Dalihan na Tolu dalam kegiatan ekonomi Orang Batak Toba. Apakah memang kerja sama yang luar biasa kuatnya dalam pelaksanaan adat Orang Batak Toba juga berperan dalam kegiatan ekonomi. Penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan itu.
Teori yang digunakan untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini adalah teori sistem kekerabatan yang diperkenalkan oleh Murdock dan teori struktur sosial yang diperkenalkan oleh Redcliffe-Brown. Penggunaan teori ini karena Dalihan na Tolu tidak terlepas dart sistem kekerabatan Orang Batak Toba, dan sebagai sebuah sistem kekerabatan, di sana terjadi hubungan-hubungan sosial. Hubungan sosial terwujud karena adanya struktur sosial. Teori struktur sosial inilah yang melihat hubungan-hubungan sosial yang ada dalam sistem kekerabatan tersebut.
Penelitian ini berangkat dari asumsi bahwa sistem kekerabatan yang merupakan bagian dari struktur sosial berpengaruh terhadap seluruh kehidupan masyarakat termasuk kegiatan ekonomi. Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem kekerabatan berdasarkan prinsip Dalihan na Tolu kurang terlihat peranannya dalam kegiatan ekonomi Orang Batak Toba di Kelurahan Pasar Porsea dan Patane III. Dalihan na Tolu yang dapat dikategorikan sebagai modal sosial yang menyemangati Orang Batak Toba untuk bekerja sama dalam pelaksanaan adat, yang menjadi salah satu faktor untuk membentuk perkumpulan klen tidak saja di Kecamatan Porsea juga di daerah-daerah lain tidak tercermin dalam kegiatan perekonomian.
Orang Batak Toba yang bermukim di Kecamatan Porsea berjalan sendiri-sendiri. Bentuk-bentuk jaringan ekonomi yang terbentuk pun hanya didasarkan kepada kepentingan ekonomi saja, walaupun aktor-aktor yang sating berhubungan dalam bidang ekonomi itu melahirkan istilah-istilah kekerabatan setelah merujuk pada unsur-unsur dalam unit Dalihan na Tolu masing-masing. Kendati peranan Dalihan na Tolu tidak tercermin dalam kegiatan ekonomi, para pelaku ekonomi tidak menafikan bahwa unsur-unsur dari Dalihan na Tolu dapat terlibat dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh aktor. Akan tetapi pengalaman mereka mencatat bahwa melibatkan unsur-unsur Dalihan na Tolu dalam kegiatan ekonomi dapat merusak hubungan sosial mereka yang berkerabat. Sebab, ketersinggungan dalam kegiatan ekonomi dapat berakibat ketersinggungan dalam kehidupan sosial.
Hal lain yang mengakibatkan para pelaku ekonomi lebih memilih orang luar untuk bekerja dalam usaha ekonominya adalah karena anggota kerabat tersebut relatif lebih sulit diajak bekerja sama. Ada anggapan bekerja ditempat kerabat justru memperkaya pemilik usaha saja. Sementara dari pihak yang mau diajak untuk bekerja itu lebih memilih bekerja di tempat lain. Sebab dengan demikian, mereka lebih babas untuk bekerja.
Dengan hasil penelitian yang demikian, Dalihan na Tolu yang dapat mengikat Orang Batak Toba di mana pun berada hanya efektif di kegiatan adat saja, sementara dalam kegiatan ekonomi, dengan aturan-aturan yang ada di dalamnya tidak efektif untuk membangun sebuah kekuatan ekonomi di kalangan Orang Batak Toba di Kecamatan Porsea."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irin Oktafiani
"ABSTRAK
Skripsi ini menjelaskan mengenai pola pengasuhan dua anak laki-laki bergejalaautis dalam keluarga Batak. Perasaan sayang yang dirasakan oleh orangtua kemudian terbentuk menjadi perilaku dalam pengasuhan anak mereka. Walaupun lahir dengan keadaan berbeda, anak laki-laki bergejala autis tetap diasuh seperti anak normal lainnya dalam rangka mempertahankan nilai budaya dalam masyarakat Batak. Pengumpulan data dilakukan dengan cara in-depth interview dan pengamatan untuk mendapatkan data yang menjelaskan keterkaitan pengasuhan dua keluarga dengan anak laki-laki bergejala autis, terhadap nilai budaya masyarakat Batak, yaitu hamoraon, hagabeon, dan hasangapon.

ABSTRACT
This thesis explains about upbringing patterns of two male child with autism symptoms in Batak’s family. The love felt by the parents then, becomes into behaviors to raise their children. Although born in different being like others, but these male child with autism symptoms still treated like normal children to keep the Bataknese cultural values. Datas collected by in-depth interview and observation way to explain about the connection between the upbringings of two families of boys with autism symptoms towards Bataknese cultural values of hamoraon, hagabeon, and hasangapon."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57534
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Duma Yanti
"Penelitian ini membahas tentang warisan budaya tidak berwujud masyarakat
Batak yang dikenal dengan nama Dalihan Na Tolu yang namanya diambil dari
benda budaya berupa tungku batu tiga kaki. Tujuan penelitian ini adalah untuk
membuat sebuah bentuk pameran tetap yang dapat meluluhkan stereotip negatif
yang berkembang di masyarakat umum terhadap masyarakat Batak, dengan
menampilkan Dalihan Na Tolu sebagai identitas masyarakat Batak yang
dikomunikasikan lewat pameran tetap Museum Batak TB Silalahi Center
(selanjutnya disingkat Museum Batak TBSC). Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui metode observasi dan
dokumentasi. Data kemudian diolah secara deskriptif analitik. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa: (1) Dalihan Na Tolu merupakan warisan budaya tidak
berwujud yang patut diangkat menjadi identitas masyarakat Batak di Museum
Batak TBSC; (2) Museum Batak TBSC saat ini belum menonjolkan Dalihan Na
Tolu sebagai identitas Batak dalam pameran tetapnya; (3) Menampilkan Dalihan
Na Tolu di Museum Batak TBSC dapat dilakukan dengan menghubungkan
koleksi yang disusun dalam satu tema dengan Dalihan Na Tolu; (4) Untuk
menyederhanakan pemahaman terhadap Dalihan Na Tolu dilakukan dengan cara
menghasilkan makna konotasinya dengan teori Roland Barthes dari makna
harafiah Dalihan Na Tolu sebagai tungku batu tiga kaki; (5) Makna konotasi
Dalihan Na Tolu adalah struktur Sosial masyarakat Batak, masyarakat yang
seimbang, Masyarakat yang menjunjung kerjasama, masyarakat yang rukun dan
saling menghormati; (6) Pameran tetap Museum Batak TBSC didekonstruksi dan
disusun dalam sepuluh tema yang merangkul keunikan masyarakat Batak dan
setiap tema akan membangun salah satu makna konotatif Dalihan Na Tolu.

This study discusses the intangible cultural heritage of Batak society known as
Dalihan Na Tolu. The name of Dalihan Na Tolu is taken from the name of a
material culture which means the form of three-foot stone hearth. The purpose of
this study is to create a permanent exhibition form that can be devastatingly
negative stereotypes of the Batak people that developed in the general public, by
displays Dalihan Na Tolu as Batak society identity that communicated through
the permanent exhibition of Museum Batak TB Silalahi Center (hereinafter
abbreviated as Museum Batak TBSC). This study used a qualitative approach.
Data were collected through observation and documentation methods, and then
processed by descriptive analytic. Results of data analysis indicate that: (1)
Dalihan Tolu is an intangible cultural heritage should be communicated as
Batak’s identity; (2) Currently, Museum Batak TBSC not accentuate Dalihan Na
Tolu as Batak identity; (3) Showing Dalihan Tolu in Batak Museum can be done
by connecting Dalihan Na Tolu with the collection is arranged in a theme; (4) The
understanding of Dalihan Na Tolu is simplified through generating connotation
meaning of Dalihan Na Tolu through Roland Barthes's theory; (5) Connotation
meanings of Dalihan Na Tolu is the social structure of Batak society, balanced
society, people who uphold cooperation, society of harmony and mutual respect;
(6) The permanent exhibition of Museum Batak TBSC deconstructed and
organized into ten themes that embrace the uniqueness of Batak society and each
theme will build one of the connotative meaning of Dalihan Na Tolu.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T34953
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasugian, Sukardi W.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3550
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sahala, Sumijati
"Hukum adat yang beraneka ragam banyaknya masih berlaku pada suku bangsa di Indonesia, dan masing-masing mengacu pada sistem kekerabatan yang dianut. Sistem kekerabatan patrilineal seperti pada suku Batak dan Bali, tidak memasukkan anak perempuan sebagai ahli waris dan tidak termasuk penerus keturunan. Pelaksanaan hukum waris yang termasuk bidang hukum keluarga menurut hukum adat Batak khususnya Batak Toba di Jakarta, masih menggunakan hukum adat Batak. Sejak tahun 1961. MA mengeluarkan putusan yaitu Yurisprudensi No.179/K/ST/1961 tentang warisan adat di tanah Batak Karo yang memperhitungkan anak perempuan sebagai ahli waris dan mendapatkan bagian yang sama dengan anak laki-laki terhadap harta kekayaan bapaknya (orang tuanya). Dari Yurisprudensi tersebut terlihat bahwa secara yuridis anak perempuan adalah ahli waris, hak waris anak laki-laki dan anak perempuan tidak dibedakan, namun kenyataannya dalam masyarakat Batak Toba anak perempuan bukan ahli waris apalagi mempunyai hak untuk mendapatkan harta warisan bapaknya (orang tuanya).
Permasalahan utama yang dihadapi adalah apakah warga masyarakat adat Batak masih berpegang pada hak waris dalam hukum adat Batak sehingga menjadi kendala bagi penerapan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita. Dalam mengamati kehidupan warga masyarakat Batak Toba di Jakarta, digunakan teori jender, antropologi hukum dikaitkan dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (living law). Jender manurut Saparinah Sadli merupakan sejumlah karakteristik psikologis ditentukan secara sosial dengan adanya seks lain, dasar hubungan jender itulah diasumsikan dengan adanya perbedaan analisis. Dalam menganalisis peran laki-laki. dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari dalam kenyataannya bekerja, yang rumusan hukum tidak hanya hukum yang tertulis saja tetapi juga aturan yang tidak tertulis, Menurut rumusan von Benda Beckmann hukum merupakan konsepsi kognitif dan normatif termasuk didalamnya prinsip, adat dan norma-norms lainnya.
Bekerjanya hukum dalam kehidupan warga masyarakat Batak juga. dapat dilihat apakah hukum adat itu masih hidup dan diterapkan. Moore dalam penelitiannya terhadap orang Chagga di Tanzania, Afrika. rnengemukakan bahwa betapa pentingnya hukum untuk mengadakan perubahan sosial (Sally Folk Moore ; 1993: 1-18). Hukum yang dimaksud adalah hukum tanah yang merupakan undang-undang dan dapat diterapkan untuk menggantikan pedoman-pedoman yang berlaku tentang kepemilikan tanah, menjadi diawasi melalui sistem kepemilikan yang diambil alih seluruhnya oleh negara. Penelitian Moore ini mirip dengan penelitian tentang hukum waris pada suku bangsa Batak. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dan bersifat kualitatif Kami menggabungkan beberapa teknik penelitian, yaitu dalam mengumpulkan informasi diterapkan metode telaah kepustakaan dan beberapa dokumen yang berbentuk keputusan dan tulisan. Untuk melengkapi data tersebut kami juga mengikuti kegiatan adat dalam kehidupan sehari-hari antara warga masyarakat Batak di Jakarta dengan pengamatan terlibat (participation-observation), disamping data yang didapat dari lima orang ketua adat sebagai informan. Data juga didapat dari kuesioner yang disebarkan kepada 40 orang wanita dari marga Simandjuntak dan Pasaribu dan untuk lebih memahami serta menghayati pengalaman wanita dalam masalah warisan, diadakan wawancara secara mendalam (depth-interview) terhadap sepuluh orang ibu yang diambil secara snow-ball.
Hasil penelitian dapat disimpulkan sbb ; walaupun secara normatif anak perempuan tidak termasuk dalam kelompok ahli waris, namun dalam perkembangannya, keluarga yang berasal dari warga masyarakat Batak Toba yang bertempat tinggal di Jakarta sudah memasukkan anak perempuan mereka sebagai ahli waris, sedangkan bagian yang diterima anak perempuan sangat bervariasi, yaitu bagian anak laki-laki lebih banyak dari anak perempuan, bagian anak perempuan tergantung dari saudara laki-lakinya atau bagian anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Hal yang utama dapat dilihat pada bidang pendidikan, dimana anak laki-laki dan perempuan mendapat prioritas utama dengan tidak ada perbedaan. Satu hal yang ditemui dalam penelitian ini adalah bahwa pengertian perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan pada warga masyarakat Batak Toba di Jakarta tidak pada hal yang negatif saja, lebih jauh perbedaan peran tersebut bertujuan untuk memberikan perlindungan dan keamanan (emotional security) bagi anak perempuan mereka, baik yang masih lajang maupun yang sudah berkeluarga."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firma Novita
"Penelitian ini mengkaji kompleksitas pengalaman perempuan Batak Toba terkait penerapan falsafah hidup Hagabeon dan otonomi atas tubuhnya pada perkawinan yang belum memiliki anak laki-laki. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe studi kasus. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi terhadap 6 (enam) subjek utama. Penelitian ini menggunakan teori Pierre Bourdieu tentang habitus dan doxa, teori Kate Millet tentang Sexual Politics serta teori Eksistensialis Simone De Beauvoir. Hasil analisis menunjukkan pengetahuan terkait dengan falsafah hidup subjek penelitian tidak menunjukkan perbedaan berarti, namun pemaknaan pada masing-masing subjek membuat kondisi tersebut menjadi berbeda. Terkait pengalaman subjek penelitian tentang kontrol atas fungsi reproduksi, subjek penelitian menjelaskan bahwa sudah tidak lagi terobsesi memiliki anak yang banyak. Faktor hidup merantau, kesehatan dan ekonomi menjadi latar belakangnya. Namun, keinginan untuk memiliki anak laki-laki tetap menjadi tujuan mereka. Temuan memperlihatkan subjek penelitian berada pada kondisi paradoks. Mereka menjadi perempuan yang memiliki kesadaran tentang otonomi tubuhnya, dengan bernegosiasi terkait jumlah anak yang jauh lebih sedikit dibanding dengan konsep awal Hagabeon. Di sisi lain mereka tetap menginginkan anak laki-laki sebagai gambaran idealisasi mereka untuk mewujudkan status sebagai perempuan sempurna (Gabe) dalam perspektif budaya Batak Toba, yang dapat dicapai perempuan Batak Toba dengan memiliki banyak anak dan memiliki anak laki-laki sebagai penerus marga.

This study examines the complexity of the experience Batak Toba women that related to the application of Hagabeon`s life philosophy and autonomy over his body in Batak Toba marriages that do not yet have sons. This study used a qualitative approach with case study where data was obtained through in-depth interviews and observations of 6 (six) main subjects. The author used Pierre Bourdieu's of habitus and doxa, Kate Millet`s of Sexual Politics and the Existentialist of Simone De Beauvoir theories. All of these theories basically complement each other and can further explain the problems experienced by the subject of research. The results of the analysis show that the knowledge which is held in relation to the life of philosophy by the research subjects did not show significant differences but the meaning of each subject made the condition different. Regarding to the experience of the subjects about control over reproductive functions, the subjects explained that they were no longer obsessed with having children in large numbers. Life, health and economic factors are the background. Nevertheless, the desire to have sons remains their goal. The findings of this research show that the subject of the study is a paradoxical condition. On the other hand, they become women who have an awareness of their bodies autonomy with negotiate the number of the children far less than the ideal number in the initial concept of Hagabeon. However, on the other hand they still want son who are a picture of idealization for them to realize their status as perfect women (Gabe) in the perspective of Batak Toba culture which can be achieved by Batak Toba women in having many children and having son as successor to the clan."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T53226
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandjaitan, Nurmala Kartini
"Skripsi ini mencoba menguaraikan dan menganalisa kehidupan Inang-inang yg bertempat tinggal di Jakarta.Apa yang akan dibahas adalah kegiatan dagang, kedudukan dan peranan Inang-inang dalam keluarga Batak Toba di jakarta. Kegiatan dagang yang dilakukan Inang-inang merupakan gejala sosial yang muncul di antara anggota masyarakat Batak Toba yang hidup diperantauan termasuk di kota Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1977
S12887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Debby Sonita F.
"ABSTRAK
Adat Batak Toba yang didasarkan pada sistem kekerabatan patrilineal mempengaruhi perlakuan orangtua dan masyarakat terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Perlakuan tersebut memiliki kaitan dengan konsep diri yang terbentuk pada diri mereka^ terutama pada perempuan yang menjadi tokoh inferior dalam adat Batak Toba. Dengan alasan tersebut. penelitian ini berusaha menggali bagaimana gambaran konsep diri yang terbentuk pada perempuan Batak Toba dewasa muda yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Pendekatan dalam penelitian ini adalah melalui kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner dan wawancara. Dari hasil pemerolehan data dengan menggunakan kuesioner, ditemukan bahwa subyek dengan konsep diri positif cenderung memiliki kemantapan dan keyakinan dalam memandang dan menilai diri sendiri, memiliki konsep diri yang terintegrasi dengan baik, namun cenderung untuk tidak terbuka sehingga melakukan kecurangan tfaking). sedangkan subyek dengan konsep diri negatif cenderung memiliki keraguan dalam memandang dan menilai diri sendiri, memiliki konsep diri yang juga terintegrasi dengan baik, dan cenderung terbuka. Dari hasil pemerolehan data melalui wawancara, ditemukan bahwa semua subyek (2 orang) mengakui bahwa adat Batak Toba memberi pengaruh paling besar pada subdimensi kepuasan (internal) dan subdimensi keluarga (eksternal) konsep diri mereka. Seluruh subyek juga mengaku bangga dan bersyukur telah dilahirkan sebagai perempuan Batak Toba. 'l Selama ini, penelitian mengenai pengaruh adat Batak Toba terhadap konsep diri lebih terfokus pada laki-laki yang menjadi tokoh superior dan esensial dalam masyarakat Batak Toba. Padahal, pada kenyataannya adat Batak Toba juga berpengaruh terhadap konsep diri perempuan."
2005
S3488
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>