Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43549 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andikaputra Brahma Widiantoro
"ABSTRACT
Recovery logam tanah jarang dari pasir silika menggunakan adsorben komposit Karbon Aktif / Pektin telah dilakukan. Pemanfaatan pasir silika di indonesia masih sangat kurang padahal di dalam pasir silika terdapat komponen logam tanah jarang yang sangat potensial untuk dimanfaatkan. Metode yang sering dilakukan adalah metode biosorpsi. Adsorben yang digunakan adalah adsorben komposit ini dikarenakan karbon aktif / pektin bisa lebih dimaksimalkan lagi untuk melakukan proses adsorpsi. Penelitian dimulai dengan mengekstraksi kulit pisang kepok untuk mendapatkan pektin dilakukan dengan mencampurkan asam klorida pada suhu 80C dan mengendapkan dengan etanol selama 15-17 jam. Proses pretreatment pasir silika dengan cara roasting hingga suhu 600 ? ?C selama 2 jam. Proses pembuatan adsorben komposit dengan cara mencampurkan karbon aktif dengan pektin selama 2 jam dengan suhu 30C. Proses adsorpsi pasir silika dengan cara mengaduk adsorben komposit dengan larutan pasir silika selama 2 jam. Variasi yang digunakan dalam percobaan ini adalah variasi waktu kontak dan variasi massa pektin. Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah isolasi pektin dari kulit pisang dengan rata rata yield sebesar 13. Sintesis adsorben komposit untuk digunakan sebagai adsorben dalam pengujian adsorpsi logam tanah jarang yang ada di dalam pasir silika. Kondisi optimum yang didapat pada saat variasi waktu kontak adalah 1,5 jam. Kondisi optimum yang didapatkan untuk variasi massa pektin adalah saat berat pektin 0,35 gram. Kondisi terbaik yang didapat dari penelitian ini adalah pada saat massa pektin sebesar 0,35 gram dengan rincian 84,40 untuk Y, 54,38 untuk La, 59,38 untuk Nd, 79,50 untuk Ce, 68,00 untuk Sm. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorben komposit berpontensi untuk menyerap logam tanah jarang yang ada di pasir silika.

ABSTRACT
Recovery of rare earth element from silica sand using adsorbents composite activated carbon pectin has been performed. Utilization of silica sand in Indonesia is still very less when in silica sand there are rare earth element components that are potential to be utilized. The most common method is the biosorption method. Adsorbent used is adsorbent composite because the activated carbon pectin can be maximized again to do the adsorption process. Research begins by extracting banana peel skin to obtain pectin by mixing hydrochloric acid at 80 C and depositing with ethanol for 15 17 hours. Silica sand pretreatment process by roasting up to 600 C for 2 hours. The process of making composite adsorbent by mixing the activated carbon with pectin for 2 hours with temperature 30 C. Silica sand adsorption process by stirring the composite adsorbent with silica sand solution for 2 hours. Variations used in this experiment were variations of contact time and variations mass pectin. The results obtained in this study are pectin isolation from banana peel with an average yield of 13. The synthesis of composite adsorbents for use as adsorbents in the rare earth metal adsorption testing is present in silica sand. The optimum condition obtained when the contact time variation is 1.5 hours. The optimum condition obtained for pectin mass variation is when the weight of pectin is 0.35 gram. The best conditions obtained from this study were at the time of pectin mass of 0.35 grams with details of 84.40 for Y, 54.38 for La, 59.38 for Nd, 79.50 for Ce, 68.00 for Sm. The results show that the composite adsorbent has the potential to absorb rare earth metals present in silica sand."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincent Ivandrew Pelafu
"Meningkatnya permintaan global akan logam tanah jarang (LTJ) dan masalah lingkungan yang terkait dengan penambangan tradisional telah mendorong eksplorasi sumber alternatif. Penelitian ini menyelidiki kelayakan pemulihan serium oksida (CeO2), sebuah LTJ berharga, dari limbah terak timah di Indonesia. Penelitian ini berfokus pada penilaian kelayakan teknis ekstraksi CeO2, evaluasi kelayakan ekonomi proses pemulihan, dan analisis dampak lingkungan, terutama terkait mitigasi radon. Proses ekstraksi skala laboratorium dilakukan, menunjukkan keberhasilan pemulihan CeO2 dengan tingkat ekstraksi maksimum 75,16% (Tarigan 2023) dalam kondisi optimal. Kelayakan ekonomi dinilai menggunakan kerangka analisis biaya-manfaat (CBA), menggabungkan analisis arus kas diskon (DCF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proyek ini layak secara finansial, dengan nilai kini bersih (NPV) positif sebesar Rp 100.536.458.975,00, tingkat pengembalian internal (IRR) sebesar 24%, dan periode pengembalian modal selama 6 tahun. Rasio manfaat-biaya (BCR) sebesar 1,49 semakin mendukung daya tarik ekonomi proyek ini. Penilaian dampak lingkungan mengungkapkan potensi risiko yang terkait dengan paparan radon dari terak timah, tetapi juga mengukur potensi penghematan biaya kesehatan akibat berkurangnya paparan radon. Temuan penelitian ini memiliki implikasi signifikan bagi industri pertambangan Indonesia dan pasar LTJ global, menyoroti potensi terak timah sebagai sumber sekunder LTJ dan menekankan pentingnya mengintegrasikan pertimbangan lingkungan dan kesehatan ke dalam proses industri.

The increasing global demand for rare earth metals (REMs) and the environmental concerns associated with their traditional mining have led to the exploration of alternative sources. This study investigates the feasibility of recovering cerium oxide (CeO2), a valuable REM, from tin slag waste in Indonesia. The research focuses on assessing the technical feasibility of CeO2 extraction, evaluating the economic viability of the recovery process, and analyzing the environmental impact, particularly concerning radon mitigation. A laboratory-scale extraction process was conducted, demonstrating the successful recovery of CeO2 with a maximum extraction rate of 75.16% (Tarigan 2023) under optimized conditions. The economic viability was assessed using a cost-benefit analysis (CBA) framework, incorporating a discounted cash flow (DCF) analysis. The results indicate that the project is financially viable, with a positive net present value (NPV) of Rp100,536,458,975.00, an internal rate of return (IRR) of 24%, and a payback period of 6 years. The benefit-cost ratio (BCR) of 1.49 further supports the project's economic attractiveness. The environmental impact assessment revealed potential risks associated with radon exposure from tin slag, but also quantified the potential health cost savings resulting from reduced radon exposure. The findings of this study have significant implications for the Indonesian mining industry and the global REM market, highlighting the potential of tin slag as a secondary source of REMs and emphasizing the importance of integrating environmental and health considerations into industrial processes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merisa Aulia
"Ekstraksi padat cair logam tanah jarang dari limbah tailing bauksit dengan menggunakan asam sulfat telah diteliti. Dalam studi ini, limbah tailing bauksit digunakan karena kandungan logam tanah jarang yang terdapat didalamnya tinggi dan ketersediaanya yang melimpah di Indonesia. Limbah tailing bauksit didalamnya masih terdapat pengotor sehingga perlu dilakukan pre-treatment berupa pencucian, pengeringan dan grinding untuk memperkecil ukuran partikel, sehingga luas kontak antara asam sulfat dengan logam tanah jarang meningkat. Ekstraksi padat cair dengan asam sulfat dilakukan setelah pre-treatment dengan pemberian panas untuk mempercepat reaksi dan pengadukan untuk menghindari terjadinya penggumpalan. Untuk mendapatkan logam tanah jarang hidroksida dilakukan pengendapan dengan reagen garam natrium sulfat dan natrium posfat dengan penyesuaian pH dari leachate. Feed awal tailing bauksit dan hasil leachate pada tahap ekstraksi diuji dengan ICP-OES untuk mengetahui nilai konversi dari logam tanah jarang yang didapatkan dan juga analisis energi aktivasi reaksi kimia dan difusi pada proses ekstraksi. Logam tanah jarang hidroksida terbentuk dalam bentuk endapan sebanyak 9,8 gram dengan yield 90,75 melalui kondisi optimum sebagai berikut: pelarut asam sulfat 3M, suhu ekstraksi 60oC dan waktu ekstraksi 30 menit.

The rare earth liquid element solid extraction of bauxite tailing waste using sulfuric acid has been investigated. In this study, bauxite tailing waste is used because of the rare earth element content contained in it 39 s high and abundant availability in Indonesia. The bauxite tailings waste therein still contains impurities which require pre treatment in the form of washing, drying and grinding to minimize particle size, so the contact area between sulfuric acid and rare earth metals increases. The liquid solid extraction with sulfuric acid is carried out after pre treatment with heat to accelerate the reaction and stirring to avoid precipitation. To obtain a rare earth element hydroxide was carried out a precipitation with a sodium sulfate salt reagent and sodium phosphate with a pH adjustment of the leachate. Initial feed of bauxite tailings and leachate at the extraction stage was tested with ICP OES to determine the conversion value of the rare earth elements obtained and also the energy activation analysis of chemical reaction and diffusion in the extraction process. The rare earth metal hydroxide formed in the form of sediment as much as 9.8 gram with 90.75 yield through the following optimum conditions 3M sulfuric acid solvent, 60oC extraction temperature and 30 minutes extraction time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Tsania
"Air adalah senyawa yang tersusun dari unsur hidrogen dan oksigen (H2O) dengan beragam manfaat. Pada aspek pendidikan, perannya adalah sebagai sanitasi, kebutuhan minum, dan proses pembelajaran. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) berada pada peringkat ke-14 dari 16 fakultas di UI berdasarkan penilaian kategori air menurut Green Metric, yaitu penilaian UI terhadap konsep kerangka lingkungan, ekonomi, dan sosial. Bentuk konservasi air FMIPA UI hanya penghematan air dan pemanfaatan danau sebagai sumur resapan air. Pada penulisan ini, outlet Danau Agathis UI dimanfaatkan sebagai sumber air baku dengan kadar COD dan kekeruhan sebesar 14,4 mg/L dan 15,4 NTU. Maka dari itu, dibuat perancangan instalasi pengolahan air bersih/minum (IPAM) FMIPA UI yang melayani 6624 orang sivitas berdasarkan hasil proyeksi metode aritmatik tahun 2020-2042. IPAM terdiri dari bangunan intake, saluran transmisi, 2 unit Slow Sand Filter (SSF), unit pencuci media pasir filter hidrolik, 1 unit desinfeksi dan reservoir. SSF merupakan unit tinjauan utama pada perancangan dengan melandaskan studi literatur, menggunakan pasir silika dan karbon aktif. Efisiensi penyisihan COD dan kekeruhan pada SSF secara berurutan sebesar 67% dan 97%, serta laju filtrasi 0,25 m/jam. Hasil air olahan sesuai dengan standar Permenkes No. 492 Tahun 2010 dan PP RI No.82 Tahun 2001.

Water is a substance consisting hydrogen and oxygen (H2O) with various benefits for human beings. In educational point of view, water supports sanitation and the needs of drinking and educational laboratory. Faculty of Mathematics and Natural Science (FMIPA UI) ranks 14th out of 16 Faculties in Universitas Indonesia based on Green Metric assessment in terms of water. It is an assessment metrics to measure the concept of framework, economic, and social. The conservation of water done by FMIPA UI only consists of water-saving and utilizing lake as water catchment well. This design elaborate the use of Agathis Lake outlet as a clean water source with COD and turbidity value, subsequently 14,4 mg/L and 15,4 NTU. Therefore, a water treatment plant needs to be installed, so can be beneficial 6624 people based on arithmetic forecasting from year 2020-2042. It consists of intake building, transmission line, 2 units of Slow Sand Filter (SSF), hydraulic media washing, 1 unit of disinfection and reservoir. The SSF will use silica sand and activated carbon as filters. To fit with the safety level boundary of clean water written in Permenkes No. 492 Tahun 2010 and PP RI No.82 Tahun 2001, the target percentage of COD and turbidity removal of the SSF design is subsequently 67% and 97% with filtration rate of 0,25 m/hour."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Husnul Fadhilla
"Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode adopsi dengan mengambil data-data sekunder dari perusahaan-perusahaan yang sudah terbukti dalam menghasilkan logam tanah jarang di beberapa negara seperti Australia, Amerika Serikat, India, Kanada dan Malaysia. Sehingga dengan menggunakan metode tersebut akan dibuat desain sirkuit benefisiasi logam tanah jarang yang diharapkan mampu meningkatkan nilai ekonomis. Dengan umpan yang diambil adalah monazite high grade 78,31% (dengan kadar REO 65,71%) dan monazite lower grade 35,09% (dengan kadar REO 62,10%) dari Kepulauan Bangka-Belitung.Tahapan-tahapan prosesnya meliputi pengolahan mineral mulai dari ore dressing, sizing, screening, separation. Dan tahapan benefisiasi mineral yang meliputi material handling, milling, digesting, neutralizing, solvent extraction, dan concentrating.

This research done by using adoption method by taking secondary data from proven have been companies in yielding rare earth metal in some states like Australia, United States, India, Canada and Malaysia. So by using the method will be made circuit design of beneficiation rare earth metal expected can increase economic value. With feed ore taken is monazite high grade 78.31% ( REO grade is 65.71%) and monazite lower grade 35.09% ( REO grade is 62.10%) from Bangka-Belitung archipelago. The process steps covering beneficiation to start from ore dressing, sizing, screening as of separation. And step beneficiation mineral covering material handling, milling, digesting, neutralizing, solvent extraction, ion exchange and concentrating.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51073
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aninda Visakha Gunawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan logam tanah jarang dari terak timah berdasarkan konsentrasi asam sulfat dan rasio padat-cair yang paling optimum pada proses pelindian asam. Penelitian ini melakukan variasi terhadap konsentrasi asam sulfat sebesar 4, 6, 8, dan 10 M, serta rasio padat-cair (S/L) sebesar 1:10 dan 1:15 g/mL. Perlakuan awal sampel terak timah, yaitu diayak untuk mendapatkan ukuran seragam ≤ 100 mesh, kemudian dipanaskan dengan furnace pada suhu 700°C, dilanjutkan dengan pelindian asam menggunakan asam sulfat. Pelindian asam dilakukan dengan bantuan magnetic stirrer pada suhu 40°C selama 30-180 menit dan ditentukan yield ekstrak unsur serium (Ce), niobium (Nb), dan total unsur logam tanah jarang berupa serium (Ce), lanthanum (La), neodymium (Nd), praseodimium (Pr), dan itrium (Y). Ekstrak hasil pelindian dikarakterisasi dengan uji ICP-OES (inductively coupled plasma - optical emission spectrometry) untuk mendapatkan kandungan logam tanah jarang pada setiap variasi waktu, konsentrasi asam, dan rasio padat-cair. Yield Nb tertinggi didapatkan pada pelindian dengan rasio S/L 1:10 g/mL dengan konsentrasi 8M selama 120 menit, yaitu 68,75%. Yield Ce tertinggi diperoleh pada pelindian dengan rasio S/L 1:15 g/mL dengan konsentrasi 10 M selama 150 menit, yaitu 61,50%. Yield total 5 unsur LTJ tertinggi diperoleh pada pelindian dengan rasio S/L 1:15 g/mL dengan konsentrasi 10 M selama 150 menit, yaitu sebesar 84,06%.

This research aims to obtain rare earth metals from tin slag based on the most optimum sulfuric acid concentration and solid-liquid ratio in the acid leaching process. This research varied the sulfuric acid concentration of 4, 6, 8, and 10 M, as well as the solid-liquid ratio (S/L) of 1:10 and 1:15 g/mL. The initial treatment of the tin slag sample was sifted to obtain a uniform size of ≤ 100 mesh, then heated in a furnace at a temperature of 700°C, followed by acid leaching using sulfuric acid. Acid leaching was carried out with the help of a magnetic stirrer at a temperature of 40°C for 30-180 minutes and the yield of extracts of the elements cerium (Ce), niobium (Nb), and total rare earth metal elements in the form of cerium (Ce), lanthanum (La), neodymium were determined. (Nd), praseodymium (Pr), and yttrium (Y). The leached extract was characterized using the ICP-OES (inductively coupled plasma - optical emission spectrometry) test to obtain the rare earth metal content at each variation in time, acid concentration and solid-liquid ratio. The highest Nb yield was obtained in leaching with an S/L ratio of 1:10 g/mL with a concentration of 8M for 120 minutes, namely 68.75%. The highest Ce yield was obtained in leaching with an S/L ratio of 1:15 g/mL with a concentration of 10 M for 150 minutes, namely 61.50%. The highest total yield of 5 REE elements was obtained in leaching with an S/L ratio of 1:15 g/mL with a concentration of 10 M for 150 minutes, namely 84.06%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfit Taufikoh
"Di Indonesia, terdapat beberapa wilayah yang berpotensi untuk ditemukannya cadangan unsur tanah jarang (UTJ). Salah satunya di Pulau Bangka dan Belitung yang berasosiasi dengan keberadaan Tin Belt of Southeast Asia. Mineral pembawa UTJ di wilayah penelitian terdiri dari zirkon, monasit, dan xenotim yang berasosiasi dengan endapan timah plaser. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis binokuler, sayatan tipis, sayatan poles, dan micro-XRF. Karakteristik monasit dan xenotim cenderung memiliki ciri yang hampir sama, sedangkan zirkon lebih mudah untuk dibedakan. Secara keseluruhan, komposisi zirkon di wilayah penelitian lebih dominan daripada monasit dan xenotim. M1 merupakan sampel dengan kandungan xenotim yang sangat tinggi. Berdasarkan jenis unsurnya, sampel penelitian lebih banyak mengandung unsur tanah jarang ringan (LREE) daripada unsur tanah jarang berat (HREE). Keterdapatan HREE yang cukup dominan ditemukan dalam sampel P1 dan M1.

In Indonesia, several areas have potential reserves of rare earth elements (REE). One of them is the Bangka Belitung Islands which are related to the existence of the Tin Belt of Southeast Asia. REE minerals in the research area consist of zircon, monazite, and xenotime that are associated with tin placer deposits. This study used several methods, such as binocular, thin section, polished section, and micro-XRF analysis. The characteristics of monazite and xenotime incline to have the same pattern, while zircon is easier to distinguish. Relatively, the research area has a prominent zircon than monazite and xenotime. M1 is a sample with the highest xenotime content. Based on the type of REE, the sample study conceived of more light rare earth elements (LREE) than heavy rare earth elements (HREE). The dominant HREE was just found in P1 and M1 samples."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iftironi Haritsah
"Telah dilakukan pemisahan logam tanah jarang Ce, La dan Nd dari konsentrat logam tanah jarang hasil olah pasir monasit. Pemisahan dilakukan melalui proses leaching menggunakan asam nitrat HNO3 dan oksidasi menggunakan asam nitrat berlebih. Selanjutnya dilakukan proses dijesti menggunakan natrium hidroksida NaOH. Penambahan amoniak NH4OH kedalam larutan hingga mencapai tingkat keasaman denga pH = 4.0 ditemukan efektif memisahkan serium Ce dan konsentrat lainnya. Endapan berwarna kuning yang terbentuk adalah endapan konsentrat Ce. Penambahan larutan amoniak NH4OH hingga pH = 8.0 untuk memisahkan konsentrat Nd dan filtratnya yaitu konsentrat La. Prosedur pengendapan bertingkat ini bertujuan untuk memperoleh hasil ekstraksi dalam bentuk senyawa oksidanya yaitu CeO2, La2O3 dan Nd2O3 dengan fraksi massa mencapai berturut-turut 48.3, 71.1 dan 54.8. Proses leaching dan presipitasi bertingkat yang diterapkan dalam penelitian ini memiliki tingkat perolehan yield masing-masing 80,38, 9,4 dan 10,21 untuk ketiga jenis oksida tersebut.

Results of separation of rare earth metals consisted of Ce, La and Nd from monazite sands are reported. Separation was carried out through a leaching process employing a nitric acid HNO3 as the leaching agent and oxidized by an excess nitric acid. Furthermore, the process is done using sodium hydroxide NaOH. Additional treatment of digestion was applied to the solution using ammonia NH4OH until the acidity level of pH 4.0 was achieved and found to effective to separate the cerium Ce and other concentrates. The yellow precipitates which formed from this selective pH was Ce concentrates. The addition of an ammonia NH4OH into the solution with intended pH 8.0 has resulted in Nd concentrate as the precipitates and La in the filtrate. This multilevel precipitation procedure aims to obtain the extraction results in the form of the oxidation compounds CeO2, La2O3 and Nd2O3 with respective mass fraction reaching 48.3, 71.1 and 54.8. The leaching and precipitation processes which applied in this study has succeeded in obtaining the above mentioned rare earth oxides with yield level respectively 80.38, 9.4 and 10.21.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T49519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky
"Permintaan terhadap logam tanah jarang meningkat sangat cepat akibat pertumbuhan yang tajam pada bidang teknologi terkini. Penelitian mengenai teknik pengambilan senyawa logam tanah jarang dari limbah pertambangan telah banyak berkembang, salah satunya adalah menggunakan limbah tailing bauksit yang dilakukan oleh Aulia 2018. Salah satu tahapan pengambilan kembali dari penelitian tersebut adalah ekstraksi padat-cair. Ekstraksi padat cair ini dilakukan dengan menggunakan asam sulfat. Melihat betapa tingginya permintaan terhadap logam tanah jarang, peningkatan skala ekstraksi logam tanah jarang dari skala penelitian menjadi skala industri sangatlah penting. Untuk dapat meningkatkan skala ekstraksi, maka perlu didesain alat ekstraktor dengan skala yang lebih besar pula. Dalam mendesain ekstraktor, pemodelan terhadap bagaimana ekstraksi logam tanah jarang ini harus dilakukan. Dengan adanya model ekstraksi, memprediksi ukuran ekstraktor yang diperlukan lebih mudah dengan biaya dan waktu yang lebih sedikit.
Pada penelitian ini dilakukan pengembangan pemodelan ekstraksi logam tanah jarang dari limbah tailing bauksit di dalam ekstraktor unggun diam. Tujuannya adalah untuk mengetahui yield ekstraksi tertinggi dan mendapatkan model yang dijadikan dasar landasan terhadap perancangan ekstraktor dengan aplikasi. Pada penelitian ini model matematik dan simulasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh kondisi operasi yaitu: ukuran partikel, laju alir fluida, dan konsentrasi asam terhadap yield yang didapatkan. Ekstraktor unggun diam dengan ukuran tinggi unggun 30 cm dan diameter unggun 3 cm menghasilkan total ekstrak logam tanah jarang sebesar 0,0065761 gram selama waktu ekstraksi 300 menit. Hasil ekstraksi meningkat apabila ukuran jari-jari partikel tailing bauksit yang digunakan semakin kecil, laju alir asam sulfat semakin kecil dan konsentrasi asam sulfat yang digunakan semakin besar. Berdasarkan studi kelayakan ekonomi maka ekstraksi menggunakan ekstraktor unggun diam pada penelitian ini dinilai tidak layak secara ekonomi karena mendapatkan nilai net present value yang negatif sebesar Rp465.094.967. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan melakukan pemodelan untuk ukuran ekstraktor yang lebih besar dimana perlu memperhatikan koefisien dispersi secara angular dan tangensial. Ukuran ekstraktor yang lebih besar juga diharapkan memberikan hasil yang lebih optimum sehingga dapat lebih ekonomis.

Demand of rare earth elements is growing rapidly due to significant growth in advance information technology industry and other electronic appliances. Research about rare earth elements recovery from mining waste has been developed widely, one of them from bauxite tailing is done by Aulia 2018. Leaching is one of these recovery technology step. This leaching method uses sulfuric acid as solvent. Due to the high demand of rare earth element, scaling up extraction of rare earth element from laboratorium scale to industry scale has become very important. In order to scale extraction up, a larger extractor scale need to be designed. In designing extractor, model of how rare earth element extraction phenomeno happen has to be made. With this model, it will help to predict extractor size needed with less cost and time.
In this research, rare earth element extraction from bauxite tailing waste inside fixed bed extractor model is developed. Aim of this research are to know highest extraction yield and to obtain a model to be used in extractor designing. In this research, mathematics modelling and simulation are done to understand effect of operation condition such as particle size, fluid velocity, and acid concentration to yield obtained. Fixed bed extractor with size of 30 cm in height and 3 cm in diameter extracts 0.0065761 gram of rare earth element for 300 minutes of extraction. Extraction yield will increase if particle size is decreased, sulfuric acid flow rate is decreased and concentration of sulfuric acid is increased. Usage of this fixed bed extractor is not economically feasible with a negative net present value of Rp465.094.967. Research advancement could be done by creating model for bigger extractor size which consider angular and tangensial dispersion coefficient. Bigger extractor output is expected to have higher yield so that it will be more economic.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triwidya Nayaprabha
"Kalimantan Tengah merupakan salah satu lokasi terletaknya deposit pasir kuarsa di Indonesia. Pasir kuarsa di Kalimantan Tengah memiliki kandungan SiO₂ yang tinggi, sehingga biasa disebut dengan pasir silika. Pasir silika dapat digunakan sebagai pasir industri, oleh karena itu dibutuhkan estimasi volume sebaran pasir silika untuk memenuhi kebutuhan pasir industri. Salah satu upaya untuk mengetahui jumlah estimasi volume pasir silika adalah dengan mengetahui kondisi bawah permukaan menggunakan survei geofisika. Dalam penelitian ini, digunakan metode geolistrik resistivitas dengan konfigurasi wenner-alpha serta data bor sebagai data pendukung untuk membantu proses interpretasi. Hasil dari pengukuran akan dibuat pemodelan 2D dan 3D untuk dianalisis serta mengetahui sebaran pasir silika pada wilayah penelitian dan volumenya. Penelitian ini menggunakkan 50 elektroda yang berjarak 5 meter antar elektroda dengan lintasan sepanjang 490 meter. Hasil dari pengukuran akan diolah menggunakan inversi least-square untuk mendapatkan penampang 2D dan metode gridding untuk mendapatkan model 3D. Hasil interpretasi dari 5 lintasan menunjukkan rentang nilai resistivitas sebesar 0 – 4000 Ωm dengan adanya sebaran pasir silika murni yang memiliki nilai resistivitas >1000 Ωm pada penampang geolistrik 2-D. Nilai Resistivitas diklasifikasikan menjadi 3 jenis berdasarkan litologi wilayah penelitian, yaitu nilai 100 – 300 Ωm yang merupakan lapisan lempung, nilai 300 – 700 Ωm yang merupakan lapisan lempung dengan campuran pasir silika, dan >700 Ωm yang merupakan pasir silika. Perhitungan estimasi volume pasir silika dilakukan dengan cara membuat model 3-D, didapatkan estimasi sebaran pasir silika sebesar 1438443 m³ dengan nilai resistivitas >1000 Ωm. Berdasarkan hasil penelitian, pasir silika mengalami penebalan yang mengarah ke timur laut.

Central Kalimantan is one of the locations where quartz sand deposits are located in Indonesia. Quartz sand in Central Kalimantan has a high SiO₂ content, so it is commonly called silica sand. Silica sand can be used as industrial sand, therefore it is necessary to estimate the volume of silica sand distribution to meet the needs of industrial sand. One of the efforts to find out the estimated volume of silica sand is to know the subsurface conditions using a geophysical survey. In this study, the geoelectrical resistivity method was used with the Wenner-alpha configuration and drill data as supporting data to assist the interpretation process. The results of the measurements will be made into 2D and 3D modeling for analysis and to determine the distribution of silica sand in the study area and its volume. This study used 50 electrodes spaced 5 meters between electrodes with a path of 490 meters. The results of the measurements will be processed using the least-square inversion to obtain a 2D cross-section and the gridding method to obtain a 3D model. Interpretation of the 5 lines shows a range of resistivity values of 0 – 4000 Ωm in the presence of pure silica sand with a resistivity value of >1000 Ωm on the 2-D geoelectric cross section. Resistivity values are classified into 3 types based on the lithology of the study area, namely values of 100 – 300 Ωm which are clay layers, values 300 – 700 Ωm which are clay layers mixed with silica sand, and >700 Ωm which are silica sand. Calculation of the estimated volume of silica sand is done by making a 3-D model, obtained an estimated distribution of silica sand of 1438443 m³ with a resistivity value of >1000 Ωm. Based on the research results, silica sand is thickening towards the northeast."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>