Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159220 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Nur Laili Mayang
"ABSTRAK
Stunting merupakan pertumbuhan tidak normal karena kekurangan zat gizi kronis selama masa kehamilan sampai 2 tahun pertama kehidupan. Anak yang stunting memiliki metabolisme yang rendah dan menghambat oksidasi lemak sehingga berisiko tinggi mengalami kegemukan di usia 3-5 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan terhadap kejadian stunting pada anak usia 0-23 bulan di Kecamatan Babakan Madang Tahun 2018. Penelitian dilakukan menggunakan desain cross sectional, menggunakan data sekunder Gizi dan Kesehatan Balita dengan jumlah sampel 279 yang didapatkan setelah melakukan teknik purposive sampling dengan kriteria eksklusi anak lahir tidak cukup bulan. Pengambilan data sekunder dilakukan dengan cara membuat kaji etik dan surat permohonan kepada pemilik data. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa prevalensi stunting pada anak usia 0-23 bulan mencapai 21,1. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menemukan perbedaan bermakna kejadian stunting berdasarkan asupan energi OR= 2,059; 95 CI 1,145-3,705 , asupan zink OR= 2,987; 95 CI 1,641-5,435 , dan asupan zat besi OR= 4,246; 95 CI 2,172-8,301 pada anak usia 0-23 bulan di Kecamatan Babakan Madang. Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa asupan zat besi sebagai faktor dominan kejadian stunting pada anak usia 0-23 bulan setelah dikontrol oleh variabel jumlah balita, asupan zink, keberagaman makanan, ASI eksklusif, asupan energi, praktik BAB keluarga, pendidikan ibu, jumlah keluarga, asupan protein. OR= 3,392; 95 CI 1,373-8,376 . Berdasarkan hasil penelitian, saran bagi suku dinas yaitu mengkampanyekan peningkatan asupan zat besi selama 1000 HPK, bagi puskesmas dan posyandu untuk melakukan pengukuran panjang badan dan penyuluhan ke masyarakat tentang pentingnya asupan zat besi bagi anak dan ibu hamil. Selanjutnya, saran untuk peneliti lain adalah melakukan penelitian lebih luas serta membandingkan antara pedesaan dan perkotaan serta melakukan 3 kali food re-call untuk mengetahui asupan makan anak secara keseluruhan.

ABSTRACT
Stunting is an abnormal growth due to chronic malnutrition during pregnancy until the first two years of life. Stunting children have a low metabolism and inhibit the oxidation of fat so that high risk of obesity children age 3 5 years. The objective of this research is to determine the dominant factor related with stunting occurrence among children aged 0-23 months in Babakan Madang district in 2018. The research was descriptive study with cross sectional design that using secondary data of Nutrition and Health of toddler and include 279 children taken after doing purposive technique sampling with the exclusion criteria of pre term birth. Secondary data collection is done by making ethical clearance and application letter to data owner. The results showed prevalence of stunting in children aged 0-23 months was 21.1. The results of bivariate analysis with chi square test found significant differences stunting incidence based on energy intake OR 2.059 95 CI 1.145 3,705 , zinc intake OR 2,987 95 CI 1,641 5.435 , and iron intake OR 4,246 95 CI 2.172 8.301 . Furthemore, multivariate analysis with binominal logistic regression showed iron intake as a dominant factor of stunting occurrence among children aged 0 23 months after controlled by other variable of number of toddler, zinc intake, food diversity, exclusive breastfeeding, energy intake, family laterine, mother education, number of family, and protein intake OR 3,392 95 CI 1.373 8.376 . Based on this research, the recommendations for Suku Dinas Kesehatan are to appeal for increase iron intake during 1000 HPK, for puskesmas and posyandu to measurement body length and counseling to the community about importand iron intake for child and pregnant mother. And then, the advice for researchers are more extensive research and compare between rural and urban and use 3 times food re call to know the overall intake of children. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Dhani Yustika
"Anak dengan kondisi stunting mengalami pertumbuhan yang tidak optimal, daya tahan tubuh rendah dan rentan terhadap penyakit, dan kemampuan kognitif yang rendah, meningkatkan risiko kegemukan dan penyakit degeneratif sehingga mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan hubungan asupan zat gizi, riwayat ASI eksklusif, riwayat infeksi penyakit, berat lahir, panjang lahir, pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan kejadian stunting. Penelitian cross-sectional ini menggunakan data sekunder Gizi dan Kesehatan Balita di Kecamatan Babakan Madang Tahun 2018 dengan jumlah sampel 134 responden yang didapatkan dengan teknik purposive sampling. Hasil analisis bivariat dengan uji chisquare menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan pendidikan ibu terhadap kejadian stunting (p= 0,040; OR= 2,986; 95%, CI: 1,128-7,903). Diperlukan peran aktif Dinas Kesehatan untuk mensosialisasikan pentingnya asupan gizi seimbang bagi anak serta puskesmas dan posyandu untuk melakukan pengukuran tinggi badan minimal 6 bulan sekali.

Stunting causing non-optimal growth, low endurance, susceptibility to disease and low cognitive abilities and increase the risk of obesity and degenerative diseases which affected human resources quality. This study aims to determine the relationship between nutrient intake, history of exclusive breastfeeding, history of disease infection, birth weight, length of birth, paternal education and maternal education with stunting. This cross-sectional study using secondary data in Babakan Madang District, Bogor in 2018 with a sample of total 134 children obtained by purposive sampling technique. Bivariate analysis with the chi-squared test showed that there was significant relationship between maternal education and the incidence of stunting (p = 0.04; OR = 2.986; 95%, CI: 1,128-7,903). This study gives us empirical evidence for Ministry of Health to increasing campaign and promotion regarding the importance of balanced nutrition for children under five and Puskesmas and Posyandu should be used to measure height for age at least once in six months.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eunike Bunga Putriani
"ABSTRAK
Stunting atau pendek untuk anak seusianya, didefinisikan sebagai PB/U <-2 SD dari median standar pertumbuhan anak milik WHO. Stunting memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Babakan Madang tahun 2019. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder Gizi dan Kesehatan Balita Babakan Madang dengan jumlah sampel 283 anak yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, serta memiliki data yang lengkap. Variabel dependen yang digunakan yaitu stunting, sementara variabel independennya adalah pendapatan keluarga, tingkat pendidikan ibu, usia ibu saat hamil, tinggi badan ibu, pemberian kolostrum, usia mulai pemberian MPASI, dan kerutinan kunjungan ke posyandu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada anak usia 6-23 bulan mencapai 33,2 persen, yang termasuk dalam kategori tinggi menurut klasifikasi WHO pada tahun 1995. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kerutinan kunjungan ke posyandu dengan kejadian stunting. Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa kerutinan kunjungan ke posyandu merupakan faktor dominan kejadian stunting (OR= 2,102; 95% CI 1,268-3,486). Berdasarkan hasil penelitian, saran bagi posyandu, yaitu menetapkan waktu teratur untuk pelaksanaan posyandu, rutin memberikan penyuluhan terkait gizi dan kesehatan ibu hamil, bayi, dan balita, serta melakukan kunjungan rumah pada ibu atau pengasuh bayi dan balita yang tidak rutin ke posyandu. Saran bagi masyarakat, yaitu untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu. Kemudian, saran untuk peneliti lain, yaitu melakukan penelitian dengan cakupan yang lebih luas dan mendalam."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kelvin Halim
"Prevalensi stunting pada balita di Indonesia, khususnya Kabupaten Bogor masih tergolong tinggi. Keragaman konsumsi pangan, salah satu penilaian pada praktik pemberian makan bayi dan anak, merupakan salah satu determinan utama dalam kejadian stunting. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan keragaman konsumsi pangan dan faktor lainnya dengan kejadian stunting pada balita. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah sampel 149 anak usia 6-35 bulan di Kecamatan Babakan Madang selama bulan April-Juni 2019. Skor keragaman konsumsi pangan diambil dari 1x24hr food recall berdasarkan 7 kelompok pangan dan dikategorikan berdasarkan beragam (<4 kelompok pangan) dan tidak beragam (≥4 kelompok). Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stunting pada anak sebesar 32.2%. 31.5% anak mengonsumsi pangan tidak beragam. Hasil uji chi-square menunjukkan adanya hubungan bermakna antara keragaman konsumsi pangan (p=0.033), minimum acceptable diet (p=0.013), dan konsumsi sayur dan buah sumber vitamin A (p=0.015). Maka dari itu, upaya intervensi perlu dilakukan dengan meningkatkan keragaman pangan dan kualitas makan bayi dan anak dalam menurunkan risiko kejadian stunting di tingkat keluarga dan masyarakat.

Prevalence of stunting among under children in Indonesia, particularly in Bogor, East Java, is still considered high. Dietary diversity, one of the important assessments in infant and child feeding practice, is one of important determinants of stunting. This study is aimed to examine associations between dietary diversity with other factors with prevalence of stunting among children. A cross-sectional design study involving 149 children aged 6-35 months in Babakan Madang District from April-June 2019 was performed in this study. Dietary diversity scores were collected from 1x24hr food recall based on 7 food groups and categorized as low (<4 food groups) and high (≥4 food groups). Results showed the prevalence of stunting in this study is 32.2%. 31.5% of the children had low dietary diversity. Using chi-square analysis, there was significant associations in prevalence of stunting in children in dietary diversity (p=0.033), minimum acceptable diet (p=0.013), and consumption of vitamin A-rich fruits and vegetables (p=0.015). Interventions should be taken by improving dietary diversity to reduce the burden and prevalence of stunting in both household and community level."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitratur Rahmah Agustina
"Kekurangan gizi dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik, intelektual dan juga dianggap sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian underweight pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari penelitian payung Hibah PITTA B tahun 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17,3% anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Babakan Madang mengalami underweight, dan 6,1% di antaranya mengalami severly underweight. Dari 214 anak, 63,6% anak berusia 12-23 bulan, 50,5% laki-laki, 7% mengalami BBLR, 75,7% lahir dari ibu berpendidikan rendah, 47,7% memiliki ibu dengan pengetahuan kurang, 68,7% tidak memperoleh ASI eksklusif, 25,2% mengalami diare, 46,7 % mengalami defisit energi, dan 46,7% defisit protein. Hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa tidak satupun variabel berhubungan dengan kejadian underweight. Namun, hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa usia anak (p value = 0,014), pendidikan ibu (p value =0,029) berhubungan signifikan dengan kejadian underweight. Adapun pengetahuan ibu (p value = 0,004) berhubungan terbalik dengan kejadian underweight. Pendidikan ibu merupakan faktor dominan kejadian underweight pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Babakan Madang tahun 2019 (OR= 3,259, 95% CI ; 1,132-9,382). Peneliti menyarankan Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor untuk memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, khususnya ibu yang memiliki anak usia 6-23 bulan tentang gizi bayi dan balita, gejala dan dampak dari kekurangan gizi, pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, beserta faktor-faktor lainnya yang dapat menyebabkan kekurangan gizi pada anak.

Malnutrition can affect to physical and intellectual growth as well as considered a major cause of children morbidity and mortality. This study aims to determine the dominant factors associated with the underweight cases in children aged 6-23 months in Babakan Madang District, Bogor Regency. The research design was cross-sectional. This study used secondary data obtained from the PITTA B umbrella study in 2019. The results showed that 17.3% of children aged 6-23 months in Babakan Madang District were underweight and 6.1% of them were severelyly underweight. Among 214 children, there were 63.6% children aged 12-23 months, 50.5% were male, 7% experienced LBW, 75.7% raised by mothers with low education, 47.7% had mothers with poor knowledge, 68.7% did not receive exclusive breastfeeding, 25.2% had diarrhea, 46.7% had an energy deficit, and 46.7% had a protein deficit. The results of the chi-square analysis showed that none of the variables associated with the underweight problem. However, the logistic regression test results showed that the children age (p value = 0.014), mothers’ educational background (p value = 0.029) were significantly associated with underweight. Meanwhile, maternal knowledge (p value = 0.004) was inversely related to underweight. Maternal education is the dominant factor in children underweight problem aged 6-23 months in Babakan Madang District in 2019 (OR = 3.259,95% CI; 1,132-9,382). The researcher suggested the Bogor District Health Office to provide socialization and education to the community, especially mothers who have children aged 6-23 months in regard to nutrition for infants and toddlers, symptoms and impacts of malnutrition, the importance of clean and healthy living habits, and other factors which can cause malnutrition in children."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Rahmani Fitri
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor terkait dan dominan faktor dalam kejadian stunting pada anak-anak antara 24-30 bulan dalam dua yang dipilih desa-desa di Kecamatan Cakung pada tahun 2019. Metode penelitian ini adalah cross sectional Desain. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 221 anak-anak dan mereka diperoleh oleh pengambilan sampel cluster. Penelitian ini dilakukan pada Mei 2019 di Jatinegara dan Pulogebang Kecamatan. Database dikumpulkan dengan mengukur tinggi badan, wawancara pada kuesioner, dan penarikan makanan 2x24 jam. Hasil analisis menunjukkan Proporsi anak usia 24-30 bulan yang mengalami stunting adalah 20,4%. Mann Whitneys Tes menunjukkan bahwa asupan makronutrien, asupan mikronutrien seperti vitamin C dan seng menunjukkan hubungan yang signifikan dengan stunting. Uji chi square menunjukkan hal itu makronutrien, asupan mikronutrien seperti vitamin A, usia minum susu, frekuensi konsumsi susu, pendidikan ibu, dan pengetahuan ibu tentang gizi menunjukkan a hubungan yang signifikan dengan stunting. Hasil analisis multivariat diperoleh usia minum susu sebagai faktor dominan dalam kejadian stunting pada anak usia 24- 30 bulan di dua kecamatan terpilih di Kecamatan Cakung.

The purpose of this study was to determine the related factors and dominant factors in the incidence of stunting in children between 24-30 months in the two selected villages in Cakung District in 2019. The method of this study was cross sectional design. The number of samples in this study were 221 children and they were obtained by cluster sampling. This research was conducted in May 2019 in Jatinegara and Pulogebang Districts. The database was collected by measuring height, interview on
questionnaire, and 2x24 hour food withdrawal. The analysis showed that the proportion of children aged 24-30 months who experienced stunting was 20.4%. The Mann Whitney Test shows that macronutrient intake, micronutrient intake such as vitamin C and zinc
show a significant relationship with stunting. Chi square test showed that macronutrients, micronutrient intake such as vitamin A, age of drinking milk, frequency of milk consumption, mothers education, and mothers knowledge about nutrition showed a significant relationship with stunting. Multivariate analysis results obtained by age drinking milk as a dominant factor in the incidence of stunting in children aged 24-30 months in two sub-districts selected in the District of Cakung."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meetry Rona Pangestika
"Masalah kurang gizi pada baduta yaitu stunting, wasting dan underweight baik di Sulawesi Barat maupun di tingkat nasional masih menjadi masalah serius. Ditambah lagi kenyataannya terdapat anak-anak yang memiliki dua atau lebih masalah kurang gizi secara bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan CIAF (composite index anthropometric failure) pada baduta di Sulawesi Barat. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional yang memanfaatkan data Riskesdas 2018 dengan jumlah sampel sebanyak 395 anak. Analisis dilakukan mengunakan uji chi kuadrat dan regresi logistic ganda. Hasil penelitian didapatkan prevalensi CIAF pada anak usia 0-23 bulan di Sulawesi Barat  tahun 2018 sebesar 47.3 %. ISPA dan berat badan lahir memiliki hubungan signifikan dengan CIAF, dimana ISPA merupakan faktor dominan (OR= 2.13). Namun tidak ada hubungan yang signifikan antara CIAF dengan keanekaragaman konsumsi makanan (MDD), diare, TB Paru, MPASI Dini, imunisasi, status pekerjaan ayah, status pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, wilayah tempat tinggal, inisiasi menyusu dini (IMD), cara pembuangan tinja baduta, sumber Air minum dan pemberian kapsul vitamin A. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu anak yang mengalami ISPA dalam berisiko 2.1 kali mengalami CIAF sehingga upaya pencegahan penyakit infeksi berulang perlu ditingkatkan agar tidak berdampak pada masalah kurang gizi.

Undernutrition in children under five especially aged 0-23 months like stunting, wasting, underweight either in West Sulawesi or nationally is still being a serious problem. In addition there are children who have two or more undernutrition problem simultaneously and none of the three conventional indicators are able to provide the overall prevalence burden of undernutrition. This research aims to determine the dominant factor of composite index anthropometric failure aged 0-23 months in West Sulawesi using Riskesdas Data 2018. This research used cross sectional design with a sample total of 395 children aged 0-23 months. Data were analyzed using chi square for bivariate analysis and multiple regression logistic for multiple analysis. The result showed that 47.3% children aged 0-23 months were undernourished by using CIAF. Acute respiratory infection and birth weight were significantly related to CIAF with acute respiratory infection is a dominant factor (OR 2.13). Meanwhile there were no significant relationship between minimum dietary diversity, diarrhea, lung tuberculosis, early complementary feeding, basic immunization, early initiation of breastfeeding, working status of mother, working status of father, education status of mother, area of residence, source of drinking water, feces children disposal, and supplementation of vitamin A. The conclusion of this research was children who have suffered ARI in the last month have a risk 2.3 times of experiencing CIAF. Therefore increasing efforts to prevent repeated ARI is needed. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allisya Aurelia
"Pemberian ASI eksklusif memiliki dampak positif baik bagi ibu maupun bayinya, namun persentase cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-5 bulan di Nusa Tenggara Barat berdasarkan data Riskesdas 2018 hanya sebesar 20,3%. Hal ini masih dibawah target pencapaian indikator ASI Eksklusif yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, yaitu 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-23 bulan di NTB. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain studi cross sectional dengan sampel 802 bayi usia 0-23 bulan yang tinggal di NTB. Data yang digunakan bersumber dari Riskesdas 2018. Analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat menggunakan chi square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda. Hasil menunjukan bahwa, 56,7% diberikan ASI eksklusif. Analisis bivariat juga menunjukan antara paritas dan IMD dengan pemberian ASI eksklusif (p-value < 0,05). Analisis multivariat menu that parity and early initiation of breastfeeding (EIBF) were significantly associated with EBF (p-value < 0,05). Parity was the most dominant risk factor of EBF (p-value = 0,002 ; OR : 1,6 ; 95% CI : 1,1 – 2,1)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Fatimah
"Stunting atau perawakan pendek pada anak merupakan suatu ?tragedi yang tersembunyi? dan dampaknya menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang irreversibel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan kejadian stunting pada balita usia 24 ? 59 bulan di Kelurahan Harapan Mulya Kota Bekasi tahun 2013. Disain penelitian adalah cross sectional dan melibatkan 143 sampel yang diambil dengan sampel acak sederhana. Status stunting dinilai berdasarkan Z-score TB/U menurut klasifikasi WHO. Pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice, berat badan menggunakan timbangan digital, asupan makanan (energi, protein, vitamin A, zink) menggunakan FFQ semikuantitatif. ASI, berat lahir, penyakit infeksi, pendidikan ayah dan ibu, status ekonomi didapatkan melalui wawancara.
Hasil analisis menunjukkan sebanyak 32,9% balita usia 24-59 bulan tergolong stunting. Uji chi-square menunjukkan berat lahir, asupan energi dan protein, asupan zink, pendidikan ayah dan status ekonomi berhubungan signifikan dengan kejadian stunting. Analisis regresi logistik menghasilkan berat lahir sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting setelah dikontrol pendidikan ayah dan asupan energi (p=0,003;OR=6,663;CI=1,87? 23,5). Untuk mencegah kejadian stunting pada balita, disarankan pemeriksaan kehamilan yang teratur, memberikan makanan bergizi seimbang untuk balita sesuai AKG yang dianjurkan, mempersiapkan status kesehatan dan gizi yang baik untuk remaja perempuan sebelum kehamilan.

Stunting or short stature is a ?hidden tragedy? and its impact causes disorder to a irreversible child?s development. The aim of this study were to determine the dominant factor of stunting among children aged 24-59 months at Harapan Mulya sub-district in Bekasi city 2013. Design was a cross sectional study on 143 children whom chosen by simple random sampling. Status of stunting were expressed by height for age z-score (HAZ) according to the WHO classification. Children?s height were measured using microtoise, body weight was measured with digital scales, nutrients intake (energy, protein, vitamin A and zink) were collected throught semiquantitative FFQ. Breastfeeding, birthweight, infection disease, education of father and mother and economic status were collected through interview.
The analysis result showed 32,9% children aged 24-59 months were stunting. Chi-square test showed birthweight , energy and protein intake, zinc intake, father education and economic status were significant correlate with stunting. Logistic regression analysis showed birthweight variable as a dominant factor which related to stunting after being controlled by father education and energy input (p=0,003;OR=6,663;CI=1,8723,5). Suggestion for deterrence of stunting is the regular pregnancy inspection, giving nutritious wellbalanced under five years food input as according to AKG suggested, preparing good nutrient and health status for woman adolescent before pregnancy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Sanjaya
"Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang terjadi sebagai akibat dari buruknya asupan makan anak, kejadian infeksi yang berulang, dan tidak adekuatnya stimulasi psikosoial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat tahun 2017. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional, menggunakan data primer dengan jumlah sampel sebanyak 210 anak yang diambil dengan teknik multistage random sampling dari 12 Posyandu pada 6 kelurahan dari 3 kecamatan di Jakarta Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengukuran panjang badan anak dan melakukan wawancara dengan responden.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebanyak 16,2 anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat mengalami stunting. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menemukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat adalah suplementasi vitamin A OR=3,62; 90 CI 1,144-8,939 dan tingkat pendidikan ibu OR=2,40; 90 CI 1,167-4,885. Hasil analisis multivariat dengan analisis regresi logistik ganda menemukan bahwa suplementasi vitamin A merupakan faktor dominan dari kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat tahun 2017 setelah dikontrol oleh variabel capaian MAD, praktik pemberian kolostrum, dan tingkat pendidikan ibu OR=4,00; 90 CI 1,402-11,436.
Berdasarkan hasil penelitian, saran untuk pihak Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Barat adalah perlu dilakukan assessment untuk mengetahui mengapa anak yang masih berusia kurang dari 6 bulan sudah diberikan susu formula, cakupan mendapatkan suplementasi vitamin A harus ditingkatkan hingga mencapai 100, perlu dilakukan penyediaan alat antropometri panjang badan yang baku untuk setiap Puskesmas dan Posyandu, dan perlu dilakukan pelatihan mengenai prosedur yang baik dan benar dalam mengukur panjang badan anak; saran untuk pihak Puskesmas dan Posyandu adalah perlu dilakukan pemantauan status gizi berdasarkan indeks PB/U setiap 3 bulan sekali, perlu dilakukan pelatihan prosedur panjang badan kepada kader, perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat mengenai praktik pemberian makan yang tepat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan bagi anak; saran untuk peneliti lain adalah penelitian perlu dilakukan pada skala yang lebih besar baik dari sisi jumlah sampel maupun wilayah, penggunaan variabel capaian minimum dietary diversity, minimum meal frequency, dan minimum acceptable diet sebaiknya digunakan secara berhati-hati dan pengukurannya dilakukan 2-3 kali pada hari yang berbeda, serta perlu dilakukan 24-hour dietary recall untuk mengetahui keadekuatan asupan makan anak.

Stunting is the impaired growth and development that children experience as the result of poor nutrition, repeated infection, and inadequate psychosocial stimulation. The objective of this research is to determine the dominant factor related with stunting occurrence among children aged 6 23 months in West Jakarta Region in 2017. This research was descriptive study with cross sectional design that using primary data and included 210 children taken with a multistage random sampling technique from 12 Posyandu on 6 administrative villages of 3 sub districts of West Jakarta region. Data collection was done by measuring children's length and conduct interviews with respondents.
The result showed prevalence of stunting was 16,2. The Chi Square analysis showes that vitamin A supplementation OR 3,62 90 CI 1,144 8,939 and mother's education level have a significant association with stunting OR 2,40 90 CI 1,167 4,885. Furthermore, binomial logistic regression shows that vitamin A supplementation as a dominant factor of stunting occurrence among children aged 6 23 months in West Jakarta Region in 2017 after controlled by other variables minimum acceptable diet, colostrum feeding, and mother's education OR 4,00 90 CI 1,402 11,436.
Based on this research, the recommendations for Suku Dinas Kesehatan in West Jakarta region are to conduct an assessment on why children aged less than 6 months already given the formula milk, to increase the scope of vitamin A supplementation up to 100, to provide a golden standard anthropometric measurements for each Puskesmas and Posyandu, and to train Puskesmas workers on how to measure children's length with proper dan right procedure second, the suggestions for Puskesmas and Posyandu in West Jakarta are to monitor children's nutrition status based on indices height for age every 3 months, to train Posyandu workers about how to measure children's length with proper dan right procedure, and to educate the community about appropriate feeding practice and child health care finally, the advice for researchers are research needs to be done on a larger scale both in the number of samples and research location, the use of minimum dietary diversity, minimum meal frequency, and minimum acceptable diet as independent variables should be used in a careful way and the measurement of these variables need to be done 2 3 times on the different days in addition, 24 hour dietary recall method need to be done to assess children's dietary intake adequacy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68266
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>