Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184714 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hilwa Taqiyyah Hanan
"Angka Kematian Neonatal AKN merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan ibu dan anak. Data WHO menunjukkan AKN Indonesia sebesar 13,7 dan SDKI 2012 menyatakan sebesar 19, yang mana memilki kontribusi terhadap 59 kematian bayi. AKB di tahun yan sama sebesar 32. Kondisi selama kehamilan menjadi faktor penyebab umum kematian neonatal, sehingga program pelayanan kesehatan ibu hamil menjadi penting dalam menurunkan AKN, seperti pemberian tablet besi dan suntik anti tetanus. AKN disebabkan oleh beberapa hal, satu diantaranya adalah BBLR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat asosiasi antara konsumsi tablet tambah darah dengan kejadian BBLR dan pada konsumsi keberapa akan berpengaruh terhadap penurunan risiko BBLR. Didapatkan dari analisis chi square bahwa konsumsi tablet tambah darah sesuai dengan anjuran pemerintah yaitu minimal 90, tidak menunjukan adanya hubungan, dengan p value= 0,415 dan nilai OR 1,072 95 CI 0,8441,366 . Pun setelelah dikontrol dengan variabel usia ibu melahirkan, status sosial dan ekonomi, pendidikan ibu, paritas dan kehamilan ganda, tetap menunjukkan asosiasi negatif. Peneliti mencoba mengubah cut off menjadi 150, maka didapatkan konsumsi >150 asosiasi menunjukan positif p value= 0,032 dan OR 1,372 95 CI 1,027-1,833 . Setelah dilakukan analisis dengan memasukkan variabel kontrol, asosiasi yang ditunjukkan menjadi negatif dan nilai OR menunjukan bahwa konsumsi tablet >150 memiliki 0,8 odds lebih kecil untuk terkena BBLR. Sehingga perlu ibu hamil perlu mengonsumsi secara rutin tablet tambah darah yang diberikan oleh petugas kesehatan setempat setidaknya selama 5 bulan lebih dalam rangka menurunkan risiko terjadinya BBLR.

Neonatal mortality rate NMR is one of inidicators that determine the maternal and child health. WHO shows that NMR in Indonesia is 13,7 and SDKI 2012 states 19, which has contribution to 59 infant mortality. Infant Mortaliry Rates is 32 at the same year. Bad conditions while mother was pregnant are common cause of neonatal mortality, so maternal health care programs are important to reduce NMR, such as iron tablets and anti tetanus injection. NMR is caused by several things, on of them is Low Birth Weight LBW. This research aims to know the association between iron tablets and the newborns with LBW and which consumption the risk of newborns with low weight will be decrease. After analysed with chi square consumption that government recommendation at least 90 doesnt show any relationship with p value 0,415 and OR 1,072 95 CI 0,8441,366. Even after controlled by maternal ages, wealth index, maternal education, parity, and multiple pregnancy. Researchers tried to convert the cut off to 150, and the result shows positive p value 0,032 and OR 1,327 95 CI 1,027 1,833 . After controls variables in, the association became negative with OR shows that consumption 150 has 0,8 odds smaller to LBW. So, pregnant women should consume the iron tablets routinely at least 5 months, better more, to reduce the risk of LBW."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anandya Anton Atmojo Hadi
"Latar belakang: Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan salah satu masalah utama kesehatan dunia, terutama di negara berkembang, dan defisiensi besi (DB) adalah salah satu penyebab tersering anemia pada bayi dan anak. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berisiko tinggi mengalami ADB dan dampak kesehatan seperti gangguan pertumbuhan, kekebalan tubuh, kognitif, psikomotor, dan tingkah laku.
Tujuan: Mengetahui status besi dan menganalisis berdasarkan asupan nutrisi pada bayi usia kronologis 4 bulan dengan riwayat berat lahir kurang dari 2.500 gram.
Metode: Penelitian ini dengan desain potong lintang yang dilakukan pada bayi usia kronologis 4 bulan dengan riwayat berat lahir rendah yang kontrol di poli tumbuh kembang dan pediatri sosial Kiara RSCM, pada bulan April 2020 hingga Juni 2021.
Hasil: Sebanyak 67 subyek yang diikutsertakan dalam penelitian, rerata berat lahir 1.723 g, rerata usia gestasi 33,6 minggu, bayi yang medapatkan ASI eksklusif sebanyak 23,9%, ASI predominan 16,4% dan susu formula predominan sebanyak 59,7%. Kadar feritin pada subyek yang mendapatkan ASI eksklusif dan predominan lebih rendah dibandingkan yang mendapatkan susu formula predominan yaitu 46 (2,82-221) µg/L dibandingkan 58,8 (8-488) µg/L dengan nilai p = 0,199. Rasio prevalens bayi yang mendapatkan ASI eksklusif dan predominan mengalami DB dan ADB dibandingkan susu formula adalah 2,286 (IK 95% 1,13-4,621) p = 0,035.             
Kesimpulan: Pada penelitian ini prevalens anemia 50,7%, DB 14,9%, dan ADB 13,4%. Subyek yang mendapatkan asupan ASI eksklusif dan predominan memiliki kadar feritin yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan susu formula predominan.

Background: Iron deficiency anemia (IDA) is one of the main health problems in the world, especially in developing countries, and iron deficiency (ID) is one of the most common causes of anemia in infants and children. Low birth weight (LBW) infants are at high risk of developing IDA and health impacts such as impaired growth, immunity, cognitive, psychomotor, and behavioral.
Methods: This study was a cross-sectional design conducted on infants of chronological age 4 months with a history of low birth weight who was controlled in the growth and development clinic, Kiara Cipto Mangunkusumo Hospital from April 2020 to June 2021.
Result:  A total of 67 subjects were included in the study, the average birth weight was 1.723 g, the mean gestational age was 33.6 weeks, infants who received exclusive breastfeeding were 23.9%, predominantly breastfed 16.4% and predominantly formula milk was 59.7%. Feritin levels in subjects who received exclusive and predominantly breast  milk were lower than those who received predominant formula milk, was 46 (2.82-221) compared to 58.8 (8-488) with p value = 0.199. The prevalence ratio of infants who were exclusively breastfed and predominantly had ID and IDA compared to formula milk was 2.28 (95% CI 1.13-4.621) p = 0.035.
>Conclusion: Prevalence of anemia in this study was 50.7%, ID 14.9%, and IDA 13.4%. Subjects who received exclusive and predominant breast milk tend to have lower ferritin levels compared to predominant formula milk.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Data UNICEF menunjukan bahwa prevalensi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia belum mengalami penurunan yang signifikan selama satu setengah dekade [2000 (11,2%) – 2015 (10%)]. Indonesia berada diurutan ke sembilan di dunia dengan kejadian BBLR terbanyak. Kemudian, bayi yang lahir dengan berat <2500 gram (BBLR) berisiko lebih tinggi mengalami kematian usia dini, pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat, IQ rendah, dan penyakit tidak menular. Salah satu penyebab BBLR adalah anemia yang mana diketahui kekurangan zat besi menjadi salah satu faktor resikonya. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat dicegah dengan mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) selama kehamilan sesuai anjuran (≥90 tablet). Namun, ibu hamil di Indonesia yang mengonsumsi TTD sesuai anjuran masih tergolong rendah (38%). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi TTD pada ibu selama kehamilan terhadap BBLR. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan menganalisis data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018. Analisis chi square untuk mengetahui hubungan antara exposure (konsumsi TTD) dan outcome (BBLR) serta variabel lain yang diikutkan dalam penelitian ini. Konsumsi TTD sebagai determinan, dan variabel independen lainnya adalah komplikasi kehamilan, usia gestasi, paritas, riwayat hipertensi, keinginan memiliki anak, usia kehamilan saat K1, frekuensi ANC, umur ibu saat kehamilan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, wilayah tempat tinggal, dan kebiasaan merokok. Ada hubungan signifikan antara konsumsi TTD ibu selama kehamilan dengan kejadian BBLR. Ibu yang tidak mengonsumi TTD minimal ≥90 tablet berisiko 1,12 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR (95% CI: 1,02-1,2). Faktor lain yang berhubungan secara signifikan dengan BBLR adalah komplikasi kehamilan, usia gestasi, paritas, riwayat hipertensi, keinginan memiliki anak, frekuensi antenatal care, umur ibu, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan, wilayah tempat tinggal, dan kebiasaan merokok. Diharapkan selama kehamilan ibu rutin mengonsumsi TTD 1 tablet setiap hari minimal 90 tablet, dan rutin melakukan pemeriksaaan kehamilan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi sehingga mencegah kejadian BBLR.

UNICEF data shows that the prevalence of Low Birth Weight (LBW) in Indonesia has not decreased significantly for a decade and a half [2000 (11.2%) – 2015 (10%)]. Indonesia is ranked ninth in the world with the highest incidence of LBW. Then, babies born weighing <2500 grams (LBW) are at higher risk of premature death, stunted growth and development, low IQ, and non-communicable diseases. One of the causes of LBW is anemia where iron deficiency is known to be a risk factor. Iron deficiency in pregnant women can be avoided by taking blood-added tablets (TTD) as long as recommended (≥90 tablets). However, pregnant women in Indonesia who consume iron tablets as recommended are still low (38%). Therefore, this study aims to determine the relationship between maternal consumption of iron tablets during pregnancy and low birth weight. The study design used was cross-sectional by analyzing the 2018 Basic Health Research data. Chi-square analysis was used to determine the relationship between exposure (TTD consumption) and outcome (LBW) as well as other variables included in this study. TTD consumption as a determinant and other independent variables are pregnancy complications, gestational age, parity, history of hypertension, desire to have children, gestational age at K1, frequency of ANC, maternal age at pregnancy, education level, employment status, area of residence, and smoking habits. There is a significant relationship between maternal TTD consumption during pregnancy and the incidence of LBW. Mothers who did not take TTD at least 90 tablets had a 1.12 times greater risk of giving birth to LBW (95% CI: 1.02-1.2). Other factors that were significantly associated with LBW were pregnancy complications, gestational age, parity, history of hypertension, desire to have children, frequency of antenatal care, maternal age, maternal education level, employment status, area of residence, and smoking habits. It is expected that during pregnancy the mother routinely consumes 1 tablet of TTD every day at least 90 tablets, and routinely conducts pregnancy checks to unite the growth and development of the baby to prevent the incidence of LBW."
[Depok;;;, ]: [Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;;;;;;, ], 2022
S-pdf;;;
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safitri Mardiyana
"Sejak 2012-2015, persentase BBLR tidak menunjukkan penurunan signifikan. Kejadian BBLR di Indonesia merupakan penyebab utama kematian neonatal. Masih tinggiya persentase BBLR dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kehamilan remaja. Bahkan berdasarkan SDKI 2017 menunjukkan bahwa kejadian BBLR di Indonesia lebih banyak terjadi pada ibu yang hamil di usia remaja. Sementara itu, berdasarkan hasil SDKI 2002-2017 juga menunjukkan bahwa kehamilan usia remaja lebih banyak terjadi pada pedesaan Indonesia. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kehamilan usia remaja dengan kejadian BBLR yang dikhususkan di pedesaan Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan menggunakan sumber data SDKI 2017. Sampel dalam penelitian ini adalah WUS yang pernah melahirkan anak lahir hidup dan hanya memiliki 1 anak. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara BBLR dengan kehamilan remaja, kunjungan antenatal, suplementasi Fe, dan komplikasi kehamilan. Hasil analisis multivariat juga menunjukkan bahwa ibu yang hamil pada usia 15- 19 tahun memiliki risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR setelah dikendalikan oleh variabel kunjungan antenatal. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa kejadian kehamilan usia remaja berpengaruh terhadap kejadian BBLR di pedesaan Indonesia, sehingga diperlukan upaya dari pemerintah untuk dapat menekan angka kehamilan remaja.

From 2012-2015, the percentage of LBW has not shown a significant decrease. LBW in Indonesia is the main cause of neonatal death. One of the most important factors of LBW is adolescent pregnancy. Based on the 2017 IDHS, the incidence of LBW in Indonesia is more prevalent among mothers who become pregnant at the age of adolescent. Meanwhile, the results of the 2002-2017 IDHS show that adolescent pregnancy is more prevalent in rural Indonesia. Therefore, this study aimed to determine the association between adolescent pregnancy and LBW in rural Indonesia. This study used a crosssectional study design using the 2017 IDHS data. The sample in this study is WUS who had given birth and only had 1 child. Based on the results of the analysis, there was an association between LBW and adolescent pregnancy, ANC, Fe supplementation, and pregnancy complications. The results of multivariate analysis showed that mothers who became pregnant at the age of 15-19 years had a greater risk of giving birth to LBW babies after controlling for the variable of ANC. It can be concluded that the incidence of adolescent pregnancy affects the incidence of LBW in rural Indonesia, so government efforts are required to reduce the incidence of adolescent pregnancy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasmawati
"Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram, merupakan sindrom kompleks yang mencakup kelahiran premature, bayi kecil untuk usia kehamilan, ( Small for gestational age = SGA) atau kombinasi antara keduanya. BBLR dikaitkan dengan kematian janin dan neonatal serta morbiditas, menghambat pertumbuhan dan perkembangan serta meningkatkan risiko penyakit tidak menular di kemudian hari.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh anemia pada ibu hamil terhadap BBLR, dengan desain penelitian case control. Penelitian ini menggunakan data rekam medis RSUD Argamkmur, populasi penelitian ini adalah ibu yang melahirkan bayi di RSUD Arga Makmur, Bengkulu Utara tahun 2017 – 2018. Sampel penelitian terdiri dari 126 ibu yang melahirkan dengan BBLR sebagai kasus dan 126 ibu yang melahirkan dengan BBL normal (> 2500grm) sebagai kontrol.
Hasil penelitian proporsi BBLR dengan ibu hamil anemia trimester III sebesar 46,83%, lebih tinggi di bandingkan dengan proporsi BBL normal dengan ibu hamil anemia trimester III sebesar 34,13%. Nilai OR 1,70 (95% CI: 1,009 – 2.86) Ibu hamil dengan anemia pada trimester III berisiko untuk BBLR 1,70 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil trimester III dengan kadar Hb normal.

Low Birth Weight (LBW) is weight at birth less than 2500 grams, is a complex syndrome that includes premature birth, small babies for gestational age (small for gestational age = SGA) or a combination of the two. LBW is associated with fetal and neonatal death and morbidity, inhibits growth and development and increases the risk of future infectious diseases.
The aim of this study is to see the effect of anemia on pregnant women on LBW, with a case control study design. This study used medical records from the Arga Makmur Regional General Hospital (RSUD), the population of this study is mothers who gave birth to babies in Arga Makmur Regional General Hospital (RSUD), North Bengkulu in 2017 - 2018. The sample of this study consist of 126 mothers gave birth with LBW as a case and 126 mothers gave birth with normal birth weight (> 2500grm) as a control.
The results of the study on the proportion of LBW with pregnant women with anemia in the third trimester is 46.83%, higher than the proportion of normal birth weight with pregnant women with anemia in the third trimester of 34.13%. OR 1.70 (95% CI: 1.009 - 2.86) Pregnant women with anemia in the third trimester are at risk for LBW 1.70 times greater than for third trimester pregnant women with normal Hb levels.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52766
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aghnia Dima Rochmawati
"Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah BBLR di Indonesia memiliki prevalensi sebesar 7,3, berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kejadian BBLR lebih banyak terjadi pada ibu yang berusia 15-19 tahun pada saat kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kejadian BBLR dengan kehamilan pada usia remaja 15-19 tahun setelah mengendalikan seluruh variabel confounding. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus kontrol 1:1 , dengan menggunakan data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2012. Jumlah kasus untuk penelitian ini adalah 871 orang dengan kontrol 871 orang. Variabel kovariat dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, paritas, komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, umur kandungan saat K1 ANC dan frekuensi kunjungan ANC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna OR: 2,65; p value= 0,013; 95 CI: 1,232-5,712 . setelah mengendalikan variabel confounding yaitu tingkat pendidikan komplikasi kehamilan, umur kandungan saat K1 ANC dan frekuensi kunjungan ANC.

Low Birth Weight LBW in Indonesia has the prevalence of 7,3 according to IDHS 2012. Some research showed that more LBW occurences happened to mother aged 15 19 at the time of birth. This study aims to prove the association between adolescent pregnancy and low birth weight after controlling all the confounding variables. The method used for this study is case control 1 1 by analyzing IDHS 2012. The selected cases are 871 with 871 controls. Covariate variables are education, parity, complication during pregnancy, complication at birth, months of pregnancy at first antenatal visit and number of antenatal visit. The result of the study is that there is a significant association between adolescent pregnancy after controlling all confounding variables which are education, complication during pregnancy and months of pregnancy at first antenatal visit and number of antenatal visit OR 2,65 p value 0,013 95 CI 1,232 5,712."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69537
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Yuri Ekaningrum
"Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan suatu masalah multifaktor yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan otak anak sehingga menyebabkan penurunan kecerdasan. Selain itu, BBLR berdampak serius terhadap kejadian morbiditas dan mortalitas perinatal di Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi BBLR adalah komplikasi kehamilan yang mengganggu kesehatan ibu dan janinnya. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan pendekatan observasional analitik. Penelitian ini menggunakan data sekunder SDKI 2012 dengan teknik penarikan sampel cluster sampling tiga tahap. Sampel yang diambil berjumlah 13.143 responden dengan 1.611 responden memiliki BBLR dan 11.532 bayi BBLN.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu, status sosial ekonomi, jarak kelahiran, jenis kelamin bayi, tenaga pemeriksaan kehamilan, dan kualitas pelayanan antenatal dengan BBLR. Ibu yang mengalami komplikasi kehamilan 1,78 kali lebih tinggi berisiko untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami komplikasi kehamilan.

Low birth weight (LBW) is a multifactor problem affect brain growth and development in children so that cause intelligence degradation. Beside that, LBW affects seriously towards perinatal morbidity and mortality in Indonesia. One factor that affect LBW is pregnancy complication that disturb mother and fetus health. Research design that is used is cross sectional with analitical observational approach. This research uses secondary data IDHS 2012 with cluster sampling three stage technique. Sample total is 13.143 respondents that 1.611 respondents have LBW babies and 11.532 respondents have normal weight babies.
Research result shows that there are association between educational attainment, social economic status, birth interval, sex of babies, prenatal care worker, and quality of antenatal care with LBW. Mother who sustain pregnancy complication has risk 1,78 times higher than mother who does not sustain pregnancy complication.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Fatimah
"Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan kondisi dimana bayi lahir dengan berat <2500 gram. BBLR merupakan penyebab utama tingginya kematian neonatal dan faktor peningkatan resiko terjadinya komplikasi jangka pendek dan jangka panjang pada bayi. Berbagai macam faktor resiko diketahui memiliki asosiasi terhadap kejadian BBLR, diantaranya adalah anemia atau kondisi dimana kadar hemoglobin tubuh <11 gr/dL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara anemia dengan kejadian berat badan lahir rendah di Kabupaten Tegal. Metode penelitian ini menggunakan desain case-control dengan data rekam medis ibu beserta bayi yang dilahirkan di RSUD dr Soeselo pada tahun 2021 sebanyak 114 sampel (57 kasus, 57 kontrol). Analisis bivariat yang digunakan adalah uji chi-square dengan batas nilai kemaknaan 95%. Dari 114 ibu melahirkan di RSUD dr Soeselo, didapatkan mayoritas ibu berusia 20-35 tahun, memiliki riwayat melahirkan 2-3 kali, memiliki status gizi berlebih dan 54 ibu mengalami anemia. Analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara anemia dengan kejadian BBLR (p value=0.024, OR=2.357, 95%CI =1.111-5.002). Usia ibu, riwayat paritas dan status gizi ibu berdasarkan indeks massa tubuh tidak memiliki hubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah. Sedangkan anemia memiliki hubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah.

Low birth weight (LBW) is a term to describe newborns with birth weight <2,500 g. It is a risk factor for morbidity and mortality in infants. LBW can increase the risk of short-term and long-term disease complications in infants. Several studies have suggested that maternal anemia (haemoglobin concentration <11 g/dL within the red blood cells) was associated with low birth weight newborns. This study is to determine the association between maternal anemia and low-birth-weight in the district of Tegal. This is a case-control study using 114 samples (57 cases and 57 controls) collected from clinical record data of mothers who delivered their infants at RSUD dr Soeselo Kabupaten Tegal in 2021. The association of anemia and LBW was analyzed using chi square test (degree of convidence 95%). From 114 samples that were studied (in which the majority of them were mothers aged 20-35 years old, mothers who had 2-3 parturitions, and mothers who is overweight and obese), 54 cases of anemia were found. Bivariate analysis showed that anemia has significant association with the case of low-birth-weight newborns (p value=0.024, OR=2.357, 95%CI =1.111-5.002). Maternal anemia was associated with low birth weight. Mother’s age at childbirth, number of parturitions and nutritional status based on body mass index have no association with the case of low birth weight newborns."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulia Af`idah Cahyani
"Kejadian BBLR merupakan masalah kesehatan yang tidak dapat diabaikan karena berkontribusi besar terhadap kematian neonatal dan peka terhadap berbagai risiko jangka panjang pada kesehatan bayi. Salah satu faktor ibu yang dapat menimbulkan kehamilan risiko tinggi untuk BBLR adalah intensi kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensi kehamilan dengan kejadian BBLR berdasarkan data sekunder hasil SDKI 2012. Desain penelitian adalah cross sectional dengan sampel sebanyak 8922 merupakan ibu usia 15-49 tahun berstatus menikah, pernah melahirkan dalam kurun waktu 5 tahun (sebelum pengumpulan data SDKI 2012), kelahiran tunggal dan kondisi lahir hidup.
Hasil penelitian mendapatkan proporsi BBLR sebesar 6.2%. Hasil analisis multivariat regresi logistik, setelah seluruh kategori dikontrol oleh variabel umur dan frekuensi ANC, kategori kehamilan diinginkan kemudian (mistimed) berisiko 1.055 kali untuk BBLR. Kategori kehamilan tidak diinginkan (unwanted) dimodifikasi oleh riwayat komplikasi, untuk responden kategori unwanted dan memiliki riwayat komplikasi berisiko lebih besar (1.158 kali) melahirkan bayi BBLR, untuk kehamilan unwanted dan tidak memiliki riwayat komplikasi mempunyai risiko lebih kecil (0.590 kali) melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan responden yang kehamilannya diinginkan dan tidak memiliki riwayat komplikasi (referensi). Namun, hasil akhir untuk kedua kategori intensi kehamilan tersebut menunjukkan hubungan yang tidak bermakna secara statistik.

The incidence of low birth weight (LBW) is a health problem that can not be ignored because it contributes greatly to neonatal mortality and is sensitive to long-term risks to infant health. One of the maternal factors that can lead to a high-risk pregnancy for LBW is the pregnancy intentions. This study aims to determine the association between pregnancy intentions and LBW based on secondary data from Indonesia Demographic And Health Survey 2012. The design of this study was cross sectional with 8922 samples of mothers aged 15-49 years married, had given birth within 5 years (before Indonesia Demographic And Health Survey 2012 data collection), single birth and live birth conditions.
The result of the study obtained the proportion of LBW at 6.2%. Based on multivariate analysis of logistic regression, after all categories were controlled by ANC age and frequency variable, pregnancy category was then mistimed at 1,055 times for LBW. The unwanted pregnancy category was modified by a history of complications, for the unwanted category and had a history of complications having a greater risk (1,158 times) of delivering LBW, for unwanted pregnancy and no history of complications having a smaller risk (0.590 times) Compared with respondents with intended pregnancies and no history of complications (references). However, the final outcome for both categories of pregnancy intentions showed a statistically insignificant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48394
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhora Yufita Nurfitriani
"Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram, merupakan sindrom kompleks yang mencakup kelahiran premature, bayi kecil untuk usia kehamilan (Small for gestational age = SGA) atau kombinasi antara keduanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh anemia pada ibu hamil terhadap BBLR, dengan desain penelitian case control. Desain penelitian ini menggunakan data rekam medis RSUD KiSA Kota Depok, populasi penelitian ini adalah ibu yang melahirkan di RSUD KiSA Kota Depok Tahun 2022. Sampel penelitian terdiri dari 72 ibu yang melahirkan dengan BBLR sebagai kasus dan 72 ibu yang melahirkan dengan BBL normal (2500grm) sebagai kontrol. Hasil penelitian proporsi Anemia pada ibu hamil lebih banyak pada kelompok BBLR (43,1%) daripada yang tidak BBLR (22,2%). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara anemia ibu hamil dengan kejadian BBLR   dengan nilai P-value 0,001. (95% CI 1.88 – 13.04).  Ibu yang menderita anemia pada kehamilan memiliki resiko 4,96 kali untuk mengalami BBLR dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak anemia, setelah dikontrol variable paritas, usia kehamilan dan hipertensi.

Low Birth Weight (LBW) is a birth weight of less than 2500 grams, is a complex syndrome that includes premature birth, small babies for gestational age (SGA) or a combination of both. The purpose of this study was to see the effect of anemia in pregnant women on LBW, with a case control study design. The design of this study used medical record data at KiSA Hospital, Depok City, the population of this study were mothers who gave birth at KiSA Hospital, Depok City in 2022. The study sample consisted of 72 mothers who gave birth with LBW as cases and 72 mothers who gave birth with normal BBL (> 2500grm). ) as a control. The results of the study showed that the proportion of anemia in pregnant women was higher in the LBW group (43.1%) than those who were not LBW (22.2%). From the results of this study it can be concluded that there is a significant relationship between anemia in pregnant women and the incidence of LBW with a P-value of 0.001. (95% CI 1.88 – 13.04). Mothers who suffer from anemia in pregnancy have a 4.96 times the risk of experiencing LBW compared to pregnant women who are not anemic, after controlling for parity, gestational age and hypertension variables."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>