Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50915 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kirana Chandra Mumpuni Budiana
"ABSTRAK
Topik yang diangkat dalam penelitian ini adalah makna kehilangan dalam film Zerkalo Cermin, sebuah film karya penulis naskah dan sutradara, Andrej Tarkovskij. Tulisan ini dibuat bertujuan untuk menganalisis makna kehilangan yang ditampilkan melalui tokoh Maria dan latar tempat yang terdapat film. Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotik Roland Barthes. Teori ini menjadi dasar dilakukannya dua tahap pemaknaan, yaitu denotasi dan konotasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekspositori, deskriptif, dan kritik. Hasil penelitian ini yaitu kehilangan dalam film Zerkalo dimaknai sebagai suatu bentuk penderitaan yang harus dinikmati dan merupakan bentuk ekspresi ketidaksadaran dari rasa bersalah yang dirasakan tokoh Maria. Jika dikaitkan dengan teori masokisme moral Freud, tokoh Maria merupakan sosok yang masokis karena ia menikmati penderitaan akibat peristiwa kehilangan suami yang dialaminya. Kecintaan pada penderitaan tersebut didasari oleh rasa bersalah Maria yang tidak bisa mempertahankan rumah tangganya. Bentuk masokisme ini telah mengakar dalam kesusastraan Rusia. Selain itu, latar belakang penulis naskah dan sutradara, Andrej Tarkovskij, sebagai pengagum Dostoevskij juga menjadi alasan adanya unsur masokisme dalam film ini, seperti dalam karya-karya Dostoyevskij.

ABSTRACT
The topic discussed in this research is the meaning of loss in Zerkalo Mirror, a movie by screenwriter and director, Andrej Tarkovskij. This paper is intended to analyze the meaning of loss that is displayed through the character of Maria and the background of the place in the movie. The main theory used in this research is Roland Barthes semiotic theory. This theory became the basis for the implementation of two stages of meaning, namely denotation and connotation. The methods that being used in this research are expository, descriptive, and criticism. The outcome from this research is the loss in Zerkalo ndash Mirror is interpreted as a form of suffering that must be enjoyed and a form of unconsciousness of the guilt felt by the character of Maria. When it comes to Freud theory of moral masochism, the character of Maria is considered as a masochistic figure because she enjoys the suffering of the events that occur behind it. The love of suffering is based on the guilt of Maria who can not maintain her marriage. This form of masochism rooted in Russian literature. In addition, the background of scriptwriter and director, Andrej Tarkovskij, as an admirer of Dostoevskij has also been the reason for an element of masochism in the movie, as in the works of Dostoyevskij. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahda Yufika Qailaa Youstiza
"Kehilangan merupakan salah satu kisah dunia yang tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan. Hal tersebut dapat terjadi kapanpun, dimanapun dan pada siapapun. Sifatnya yang sangat misterius dan tak terprediksi ini dapat mengguncang kondisi the first person dalam keharusan untuk menghadapi kesiapan dibalik ketidaksiapan. Hal ini disebabkan karena hal tersebut berada diluar kendali manusia untuk mempertahankan sesuatu yang dianggap berharga olehnya. Berdasarkan pengalaman tersebut, ketegangan antara diri dan dunia ini kemudian menjadi titik balik bagi peneliti untuk senantiasa memecahkan persoalan dalam relasi subjek, yang menimbulkan kesadaran baru berupa apresiasi dan perdamaian diri pada kekurangan the other setelah dirinya tiada. Sementara, kehilangan semakin tajam bukan pada saat mengalami diwaktu tersebut, melainkan saat waktu berjalan mengiringi kehidupan tanpa kehadiran yang pernah ada seperti sebelumnya. Oleh sebab itu, meskipun diobati tetap menimbulkan luka dan rasa sakit, sehingga mengganggu kondisi subjek. Titik paling terang untuk melihat hal tersebut melalui kondisi psikologis. Dalam lingkaran besar mengalami, penelitian ini berupaya mendekati lebih khusus terhadap intensi subjek yang sering kali dialihkan pada solusi semu dan kesadaran penerimaan kehilangan yang kerap berada dibawah penanganan teknis sehingga terdapat upaya penyamarataan universal untuk mengatasi rasa sakit dan kerapuhan. Sementara dalam penelitian ini, penulis berupaya menunjukkan bahwa subjek memiliki penerimaan internal dan cara kerja kognitif yang berbeda satu sama lain. Judgment terhadap situasi menghadapi kehilangan membutuhkan sisi reflektif untuk sampai pada kehadiran being yang lebih utuh. Dengan demikian, upaya kali ini senantiasa untuk mendamaikan sisi pengetahuan yang sangat kompleks. Bahwa, wilayah yang tidak dapat dijelajahi sesungguhnya adalah wilayah yang paling berharga untuk didalami, maka demikian tidak layak bagi kita jika harus mengobjektivikasinya.

Loss is one of the world's stories that cannot be denied in life. It can happen anytime, anywhere, and to anyone. This very mysterious and unpredictable nature can shake the condition of the first person in having to face readiness behind unpreparedness. This is because it is beyond human control to maintain something considered valuable by him. Based on this experience, the tension between self and the world becomes a turning point for researchers always to solve problems in the subject relationship, which creates a new awareness in the form of appreciation and reconciling oneself for the shortcomings of the other after he is gone. Meanwhile, the loss is sharper not when experiencing that time but when time goes along with life without a presence that has never existed before. Therefore, even though it is treated, it still causes wounds and pain, thus disturbing the subject's condition. The brightest point to see this is through psychological conditions. In a large circle of experience, this study seeks to approach the intentions of the subjects who are often diverted to pseudo-solutions and the awareness of acceptance of loss which is often under specialized treatment, so that there is a universal generalization effort overcome pain and vulnerability. While in this study, the authors attempt to show that the subject has internal acceptance and cognitive ways of working that are different from one another. Judgment of situations of facing loss requires a reflective side to arrive at the presence of a complete being. Thus, the effort this time is always to reconcile the very complex side of knowledge. The unexplored area is the most valuable area to explore, so it is not worth it for us to objectify it."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Ruth Mutiara Rumondang
"ABSTRAK
Artikel ini merupakan penelitian mengenai makna api yang terdapat dalam film Incendies karya Denise Villeneuve 2010 . Kajian kualitatif digunakan dalam penelitian ini untuk melihat representasi api dalam film melalui alur, penokohan, maupun aspek sinematografis. Adapun penelitian ini mengguanakan teori Boggs dan Petrie 2008 mengenai pengkajian aspek naratif untuk menganalisis pengaluran dan penokohan, serta teori Truffaut 1954 dari sudut pandang sinematografis untuk menganalisis pengambilan objek dalam frame, penggunaan efek parole, penggunaan sudut pandang kamera, shot, gerak kamera, teknik penyuntingan, atau pencahayaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa makna api yang terlihat disimpulkan melalui dominasi warna merah dan perkembangan konflik dalam alur yang mewakili tragedi dalam film.

ABSTRACT
The article is a study of the meaning of fire contained in the film Incendies by Denise Villeneuve 2010 . A qualitative study was used in this article to see the representation of fire through narrative and cinematographic aspects. The research uses Boggs and Petrie 39 s 2008 theory to identify components of narratives such as plot structure and characterization, as well as Truffaut 39 s 1954 cinematographic theory to analyze object retrieval in frames, use of parole effects, use of camera position, shot, editing technique, and even lighting. The results of the analysis show that the dominance of red color and the development of conflict within the series of events and actions represent tragedies as the meaning of fire in Incendies."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muftia Parasati
"Artikel ini membahas makna di balik kehadiran satu-satunya tokoh laki-laki yang ada di film 8 Femmes, yaitu sang kepala keluarga bernama Marcel. Di dalam film, Marcel ditampilkan melalui fokalisasi para perempuan dan sangat jarang ditampilkan secara fisik ataupun berbicara. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan tekstual dan kajian sinema dari Boggs dan Petrie, kajian naratologi Gérard Genette, dan kajian AWK Sara Mills. Hasil analisis menunjukkan bahwa para perempuan terus menghadirkan Marcel melalui fokalisasi dan hal ini merupakan perwujudan dominasi Marcel secara implisit terhadap mereka. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan para perempuan untuk lepas dari Marcel. Meskipun absen secara visual, sosok Marcel telah membayangi kehidupan para perempuan dan menjadi bagian dari kesenangan, kesedihan, dan kesulitan yang mereka miliki. Para tokoh perempuan yang muncul sebagai judul film dan nampak mendominasi secara naratif dan sinematografis sebenarnya terdominasi oleh Marcel, sehingga menjadikan mereka berada dalam ilusi hilangnya dominasi laki-laki.

This article discusses the meaning behind the presence of the only male character in 8 Femmes, namely the head of the family, Marcel. In the film, Marcel is shown through female focalizations and is rarely shown physically or speaking. The method utilized is a qualitative method with a textual approach and film studies from Boggs and Petrie. The narratology study of Gérard Genette and the CDA studies of Sara Mills is also used to deepen the analysis. The analysis shows that the women continuously presenting Marcel through focalization and this is a manifestation of Marcel's implicit domination over them. This was due to the women's inability to escape from Marcel. Despite being visually absent, Marcel's figure has loomed over the lives of the women and becomes their joys, sorrows and difficulties. The female characters who appear in the title of the film and seem to dominate narrative and cinematographically are actually dominated by Marcel, thus they are in the illusion of the lost male domination.

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raisha Shadrina
"Skripsi ini membahas rincian makna pantai yang terdapat dalam film ‘Les Plages d'Agnes’ karya Agnes Varda. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang ditunjang dengan teori-teori pengkajian sinema. Hasil penelitian menyatakan bahwa melalui analisis aspek naratif dan sinematografis ditemukan beberapa rincian makna pantai dalam film ‘Les Plages d’Agnès’. Berdasarkan rincian makna tersebut dapat dilihat bahwa Varda secara konsisten menggunakan pantai sebagai penyambung narasi sepanjang alur dalam film ini. Keseluruhan makna pantai dalam film ini berdasarkan analisis terhadap alur dan latar ruang membuktikan bahwa film sepenuhnya memperlihatkan diri Varda melalui latar pantai. Pantai menjadi dominan dalam film ini dan hadir dalam hampir setiap sekuen serta identik dengan laut, ombak, pasir, ikan, suara burung camar, perahu layar dan segala hal yang berada di pantai dan laut.

The focus of this study is to find the details meaning of the beach in the film ‘Les Plages d’Agnès’. This study uses some theories on the cinema studies. The final results of this study show that the details meaning of beach are found in the film ‘Les Plages d’Agnès’ through an analysis from the narrative and cinematographic aspect. Based on the details of the meaning of the beach, Varda consistently uses the beach as a link along in the film narrative. On the whole meaning of the beach in the film based on the analysis of the narrative structure and the setting proves that the existence of Varda in the film appear through the beach. The beach has become dominant in this film and has existed in almost every sequence, it is considered as the sea, the waves, the sand, the fish, the voice of the seagulls, the yachts and everything that lies on the beach and the sea."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiany Salsabila
"Coming Home (归来 guīlái) adalah film Tiongkok dengan latar belakang romansa dan latar waktu saat Revolusi Kebudayaan tahun 1966-1976 yang rilis pada tahun 2014. Peristiwa Revolusi Kebudayaan harus selalu diingat agar tidak terulang kembali di masa yang akan datang. Penelitian ini membahas tentang makna asosiatif dari kata 归来 guīlái di dalam film Coming Home (归来 guīlái) yang disutradarai oleh Zhang Yimou. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kata 归来 guīlái dari faktor-faktor di luar bahasa, yaitu melalui adegan, dialog, penokohan, dan alur. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data dokumentasi, observasi dan studi pustaka untuk menulis penelitian ini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah makna kata 归来 guīlái atau ‘pulang’di dalam film bukan hanya sekedar kembali ke rumah, namun masih ada makna mendalam lainnya dari setiap adegan yang muncul di dalam film. Kata ‘pulang’ jika dikaitkan dengan adegan-adegan di dalam film Coming Home dapat diasosiasikan dengan mengingat kembali kejadian di masa lalu karena ketiga tokoh utama, yaitu Lu Yanshi, Feng Wanyu dan Dandan tidak merasakan ‘pulang’ dengan makna yang sesungguhnya. Makna asosiatif dari kata ‘pulang’ jika dikaitkan dengan adegan-adegan di dalam film bersifat negatif menjadi perpisahan, pengkhianatan dan pengalaman traumatis.

Coming Home (归来 guīlái) is a Chinese film with a romantic background and a time setting during the 1966-1976 Cultural Revolution, which was released in 2014. The events of the Cultural Revolution must always be remembered so that they do not happen again in the future. This study discusses the associative meaning of the word 归来 guīlái in the film Coming Home (归来 guīlái), directed by Zhang Yimou. The purpose of this study is to examine the word 归来 guīlái from factors outside of language, namely through scenes, dialogues, characterizations, and plot. The author uses qualitative research methods with documentation data collection techniques, observation, and literature study to write this research. This study concludes that the meaning of the word 归来 guīlái or 'going home' in the film is not just returning home, but there is another more profound meaning in every scene that appears in the film. The word 'going home' when associated with scenes in the film Coming Home can be associated with recalling past events because the three main characters, Lu Yanshi, Feng Wanyu, and Dandan, do not feel 'going home' in an absolute sense. The associative meaning of the word 'coming home' when associated with the scenes in the film is negative to separation, betrayal, and traumatic experiences."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rebecca Christiani Putri
"Hero (英雄Yīngxióng) adalah film yang disutradarai oleh Zhang Yimou. Film Hero yang dirilis pada tahun 2002 mengambil latar waktu pada era Tujuh Negara Berperang. Film ini menceritakan tentang perjuangan dan pengorbanan tokoh Wuming dalam menyampaikan sebuah visi persatuan yang terdapat dalam konsep Tianxia (天下Tiānxià) kepada Kaisar Qin. Tokoh Wuming harus mengorbankan tujuan awalnya menemui Kaisar dan memilih untuk tetap tunduk pada satu konsep yaitu Tianxia yang menjadi titik persimpangan penting dari seluruh kisah dalam film ini dan terutama sebagai konsep penting yang dipegang oleh Kaisar dalam menjalankan pemerintahannya. Tulisan ini membahas tentang usaha yang dilakukan tokoh Wuming untuk bertemu dengan Kaisar, pergeseran niat Wuming saat menemui Kaisar, serta relasi antara istilah 英雄dan konsep Tianxia. Peneliti mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian, menyortir dan menganalisis data-data tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna istilah英雄dalam film Hero merupakan sebuah harapan kepada Kaisar Qin untuk mewujudkan visi persatuan yang terkandung dalam konsep Tianxia dan pengorbanan yang diberikan oleh Wuming dalam menyampaikan visi tersebut kepada Kaisar.

Hero (英雄Yīngxióng) is a film directed by Zhang Yimou. Hero film released in 2002, which takes place in the Seven War Countries era. The movie tells about Wuming’s struggle and sacrifice in conveying a vision of unity contained in the concept of Tianxia (天下Tiānxià) to Emperor Qin. Wuming must sacrifice his original goal of meeting the Emperor and choose to remain subject to one concept, Tianxia, which becomes an important crossing point of the entire story in the movie and especially as an important concept held by the Emperor in the running of his reign. This paper discusses the effort made by Wuming to the meet with the Emperor, the shift in Wuming’s intentions when meeting the Emperor, as well as the relation between the 英雄and the concept of Tianxia. The Researcher collected the data related to research, sorting and analyzing the data. The results showed that the meaning of 英雄in the film Hero was an expectation to Emperor Qin to realize the vision of unity contained in the concept of Tianxia and the sacrifices given by Wuming in conveying the vision to the Emperor."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Abya Zara Ayesha
"Film Kimssi Pyoryugi (2009) karya Lee Hae-jun menceritakan kisah antara dua tokoh korban modernisasi perkotaan yang ter-alienasi dari kehidupan sosial mereka masing-masing. Penelitian ini membahas mengenai unsur intrinsik penokohan dan perubahan makna alienasi oleh kedua tokoh utama dalam film Kimssi Pyoryugi karya sutradara Lee Hae-jun. Dalam menganalisis penokohan dan analisis perubahan makna, metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan sumber data primer, yaitu film Kimssi Pyoryugi. Hasil temuan menunjukkan bahwa Kim laki-laki mengalami perkembangan karakter menjadi berwatak terbuka dan bertekad kuat. Sementara Kim perempuan menjadi berwatak peduli dan pemberani. Kedua tokoh mengalami perubahan bentuk alienasi dari alienasi psikis menjadi alienasi fisik. Perubahan ini kemudian mengubah pemaknaan alienasi kedua tokoh Kim menjadi suatu alternatif pilihan dalam usaha memenuhi esensi, hakikat dan martabat mereka sebagai manusia.

Kimssi Pyoryugi (2009), a film directed by Lee Hae-jun tells the story of two characters as a victim of modernization who are alienized from their respective social lives. This study analyzes the intrinsic factor of characterization and the characters’ understanding of alienation. The research method used in this study is descriptive analyzation with the primary data of the film Kimssi Pyoryugi (2009) directed by Lee Hae-jun. The result of this research proofs that male Kim has developed a character that is independent and determined. Meanwhile, female Kim has developed a character that is caring and brave. The two Kim characters experienced a change of alienation from psychological alienation to physical alienation. This change affects their understanding on the concept of alienation. Alienation has become an alternative to fulfil their essence, nature, and dignity as human beings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Haura Nabila Malik
"ABSTRAK
Artikel ini akan membahas tentang sebuah film yang berjudul Marguerite 2015 karya Xavier Giannoli yang sangat kuat menampilkan simbolisasi warna putih. Simbol-simbol tersebut akan dianalisis menggunakan konsep pengkajian sinema yang dikemukakan oleh Denis Petrie dan Joe Boggs dalam bukunya yang berjudul The Art of Watching Films. Hasil analisis memperlihatkan bahwa alur pada film ini digerakkan adanya tema besar kebohongan pada umumnya dan white lies pada khususnya. Selain itu, ditemukan juga simbolisasi warna putih yang berkaitan erat dengan watak polos dan naif yang dimiliki oleh tokoh utamanya, Marguerite Dumont.

ABSTRACT
This article will discuss about a film titled Marguerite 2015 by Xavier Giannoli that strongly shows white symbolization. The symbols will be analyzed using the concept of cinema review proposed by Denis Petrie and Joe Boggs from their book, The Art of Watching Films. The results of the analysis show that the flow in this film is driven by a major theme of lies in general and white lies in particular. In addition, also found a symbol of white color that is closely related to the plain and na ve character possessed by the main character, Marguerite Dumont."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Fathia Pramesti
"Film The Falls 《瀑布》 (Pùbù) adalah film dengan tema drama keluarga yang disutradarai oleh Zhong Menghong. Film ini berlatar belakang pandemi COVID-19 yang mengisahkan kehidupan seorang janda bernama Pin Wen bersama putrinya, Xiao Jing. Suasana menegangkan terlihat ketika Pin Wen menderita gangguan mental. Misteri dalam film akhirnya terungkap ketika Pin Wen mengaku bahwa selama ini ia mendengar ilusi suara gemuruh air terjun yang membuatnya gelisah. Penelitian-penelitian terdahulu tentang film ini lebih menyoroti segi psikologi dan hubungan antar ibu-anak. Sementara itu, penelitian ini akan menganalisis apa makna dari air terjun dalam film ini sebab visualisasi air terjun sama sekali tidak dihadirkan hingga akhir film. Hasil penelitian menemukan bahwa air terjun merepresentasikan perjalanan hidup Pin Wen dan Xiao Jing. Layaknya air terjun besar yang menghantam ke permukaan beberapa air terjun kecil di bawahnya hingga membentuk suara gemuruh, lalu mengalir dengan tenang ke sungai. Pin Wen dan Xiao Jing telah melalui berbagai permasalahan, namun akhirnya sampai pada tahap keikhlasan.

The Falls 《瀑布》 (Pùbù) is a family drama film directed by Zhong Menghong. Set against the background of the COVID-19 pandemic, the movie follows the life of a widow named Pin Wen and her daughter, Xiao Jing. The tense scene is seen when Pin Wen suffers from mental illness. The mystery in the movie is finally revealed when Pin Wen confesses that she has been hearing the illusion of the roaring sound of a waterfall that makes her anxious. Previous studies of this film have focused more on psychology and mother-daughter relationships. Meanwhile, this research will analyze the meaning of the waterfall in the film since the visualization of the waterfall is not presented at all until the end of the film. This research found that the waterfall represents the life journey of Pin Wen and Xiao Jing. Like a large waterfall slams into the surface of several smaller waterfalls below to form a roaring sound, then flows calmly into the river. Pin Wen and Xiao Jing have gone through complicated problems, but finally come to the stage of sincerity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>