Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108956 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sasmita Retno Sari
"Dioscorea hispida dan Ayapana triplinervis adalah tanaman yang dapat digunakan dalam berbagai jenis pengobatan tradisional. Dioscorea hispida dan Ayapana triplinervis dapat dijadikan sebagai obat tradisional yang harus terjamin mutu, keamanan, dan manfaatnya, oleh karena itu dibutuhkan adanya standardisasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh beberapa parameter spesifik dan non spesifik simplisia dan ekstrak etanol 70 umbi Dioscorea hispida dan daun Ayapana triplinervis yang berasal dari tiga daerah yang berbeda.
Hasil pengujian terhadap parameter spesifik simplisia Dioscorea hispida yaitu, kadar sari larut air 11,25; 16,20; kadar sari larut etanol 6,42; 9,39; pola kromatogram diperoleh dengan menggunakan fase gerak toluen-etil asetat-kloroform 5:1:4 ; kadar fenol total 2,15 ndash;2,50 mgGAE/g simplisia. Parameter non spesifik simplisia Dioscorea hispida yaitu, susut pengeringan 10,53; 12,40; kadar abu total 5,81-5,94; kadar abu tidak larut asam 0,20; 0,22.
Parameter spesifik ekstrak Dioscorea hispida yaitu kadar fenol total 10,30; 11,72 mgGAE/g ekstrak. Parameter non spesifik ekstrak umbi Dioscorea hispida yaitu, kadar air 10,27; 10,47; kadar abu total 2,84-2,93; kadar abu tidak larut asam 0,14; 0,19.
Pengujian terhadap parameter spesifik simplisia Ayapana triplinervis yaitu, kadar sari larut air 18,69; 29,30; kadar sari larut etanol 7,73; 11,78; pola kromatogram diperoleh dengan menggunakan fase gerak etil asetat-asam format-air-asam asetat glasial 100:15:17:0,6; kadar flavonoid total 3,31; 4,10 mgRE/g simplisia. Parameter non spesifik simplisia Ayapana triplinervis yaitu, susut pengeringan 13,61; 14,55; kadar abu total 11,54; 11,83; kadar abu tidak larut asam 1,90; 2,66. Parameter spesifik ekstrak Ayapana triplinervis yaitu kadar flavonoid total 14,94; 22,41 mgRE/g ekstrak. Parameter non spesifik ekstrak Ayapana triplinervis yaitu, kadar air 11,07; 12,66; kadar abu total 10,55; 10,89; kadar abu tidak larut asam 0,25; 0,32.

Dioscorea hispida and Ayapana triplinervis are plants that are usually used for traditional treatments. Dioscorea hispida and Ayapana triplinervis can be used as traditional medicine that must be guaranteed on quality, safety, and benefit. Therefore, standardization is needed. This research was aimed to obtain some specific and non specific parameter of simplicia and ethanolic 70 extract of Dioscorea hispida tubers and Ayapana triplinervis leaves from three different regions.
The results showed that the specific parameters of Dioscorea hispida simplicia the total water soluble extract was 11.25; 16.20 the total ethanol soluble extract was 6.42 9.39 the chromatogram profile was obtained by using thin layer chromatography in toluene ethyl acetate chloroform 5 1 4 mobile phase, the total phenolic content was 2.15; 2.50 expressed in mgGAE g simplicia. Non specific parameters of Dioscorea hispida simplicia the total loss on drying was 10.53; 12.40 the total ash content was 5.81; 5.94 the total acid insoluble ash content was 0.20; 0.22 . Specific parameters of Dioscorea hispida extract the total phenolic content was 10.30; 11.72 expressed in mgGAE g extract. Non specific parameters of Dioscorea hispida extract the total water content was 10.27; 0.47 the total ash content was 2.84; 2.93 the total acid insoluble ash content was 0.14; 0.19.
The results showed that the specific parameters of Ayapanatriplinervis simplicia the total water soluble extract was 18.69; 29.30 the total ethanol soluble extract was 7.73; 11.78 the chromatogram profile was obtained by using thin layer chromatography in ethyl acetate formic acid water acetic acid 100:15:17:0.6 mobile phase the total flavonoid content was 3.31; 4.10 expressed in mgRE g simplicia. Non specific parameter of Ayapana triplinervis simplicia the total loss on drying was 13.61; 14.55 the total ash content was 11.54; 11.83 the total acid insoluble ash content was 1.90; 2.66 . Specific parameters of Ayapana triplinervis extract, the total flavonoid content was 14.94; 22.41 expressed in mgRE g extract. Non specific parameters of Ayapana triplinervis extract the total water content was 11.07 12.66 the total ash content was 10.55 10.89 the total acid insoluble ash content was 0.25 0.32.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Muthia Afifah
"Tanaman sangketan Achyranthes aspera L. merupakan tanaman yang memiliki banyak khasiat. Dalam upaya pengembangan obat tradisional, proses penjaminan mutu dan keamanan obat perlu dilakukan yakni dengan standardisasi. Standardisasi dilakukan terhadap simplisia dan ekstrak etanol akar dan daun sangketan yang berasal dari tiga daerah yakni Sragen, Klaten, dan Boyolali. Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70.
Hasil pengujian terhadap parameter spesifik simplisia akar sangketan yakni kadar sari larut etanol 3,07-4,28 ; kadar sari larut air 6,16-7,48 ; pola kromatogram menggunakan standar -sitosterol, serta kadar fenol total 1,58-1,82 mgGAE/gram simplisia. Hasil pengujian parameter non spesifik simplisia akar sangketan yakni susut pengeringan 5,25-7,28 ; kadar abu total 12,12-17,62 dan kadar abu tidak larut asam 0,87-1,32. Parameter spesifik ekstrak akar sangketan yakni kadar fenol total 33,90-36,88 mgGAE/gram ekstrak.
Parameter non spesifik ekstrak akar sangketan antara lain kadar abu total 6,26-9,28 ; kadar abu tidak larut asam 0,10-0,12 ; dan kadar air 5,29-6,75. Sementara itu hasil pengujian terhadap parameter spesifik simplisia daun sangketan yakni kadar sari larut etanol 5,83-9,36 ; kadar sari larut air 10,25-15,44 ; pola kromatogram menggunakan standar -sitosterol. Kadar fenol total 0,93-1,15 mgGAE/g simplisia. Parameter non spesifik simplisia daun sangketan antara lain susut pengeringan 15,25-15,91 ; kadar abu total 14,58-20,79 dan kadar abu tidak larut asam 1,75-2,19. Parameter spesifik ekstrak daun sangketan yakni kadar fenol total 6,94-7,68 mgGAE/gram ekstrak. Parameter non spesifik ekstrak daun sangketan kadar abu total 13,18-14,52 ; kadar abu tidak larut asam 0,14-0,29 ; dan kadar air 10,42-11,16.

Sangketan Achyranthes aspera L. is one of many plants which have many efficacies. In the recent development of the traditional medicine, there is a need to have quality assurance and drug security process by standardization. Standardization was carried out on simplicial and ethanolic extract of roots and leaves of sangketan which come from three different regions Sragen, Klaten and Boyolali. Extraction method was maceration with ethanolic 70 as its solvent. The result of specific parameters of roots simplicia of sangketan plant showed ethanol soluble extract 3.07 4.28 water soluble extract 6.16 7.48, chromatogram pattern used sitosterol as standard, and total phenolic content 1.58 1.82 mgGAE g simplicia.
The results of non specific parameters of roots simplicia of sangketan plant showed loos on drying 5.25 7.28 total ash value 12.12 17.62 acid insoluble ash 0.87 1.32. The result of specific parameters of roots rsquo extract of Sangketan plant showed total phenolic content of 33.90 36.88 mgGAE g extract. The result of non specific parameters of roots extract showed total ash value of 6.26 9.28 acid insoluble ash value of 0.10 0.12 and moisture content of 5.29 6.75. Meanwhile, the result of specific parameters of leaves rsquo simplicia of sangketan plant showed ethanol soluble extract 5.83 9.36 water soluble extract 10.25 15.44 chromatogram pattern used sitosterol as standard, and total phenolic content 0.93 1.1,5 mgGAE g simplicia.
The result of non specific parameters of leaves rsquo simplicia of sangketan plant showed loss on drying of 15.25 15.91 total ash value of 14.58 20.79 and acid insoluble ash value of 1.75 2.19. The result of specific parameters of leaves extract of sangketan plant showed total phenolic content of 6.94 7.68 mgGAE g extract. The result of non specific parameters of leaves rsquo extract of sangketan plant showed total ash value of 13.18 14.52 acid insoluble ash value of 0.14 0.29 and moisture content of 10.42 11.16.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Fitriani
"Daun Belimbing Manis Averrhoa carambola L. merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak khasiat, termasuk untuk kesehatan kulit manusia. Dalam upaya pengembangan obat tradisional, proses penjaminan mutu dan keamanan obat perlu dilakukan standardisasi yang terdiri dari parameter spesifik dan non spesifik. Pengujian dilakukan terhadap simplisia dan fraksi etil asetat daun belimbing manis berasal dari tiga daerah berbeda yakni Depok, Subang, dan Sukabumi. Kadar senyawa terlarut dalam air 14,32, kadar senyawa terlarut dalam etanol 9,69, dan kadar flavonoid total 0,12-0,18 mgQE/gram simplisia. Susut pengeringan 9,70, kadar abu total 7,14, dan kadar abu tidak larut asam 0,31.
Proses ekstrak dilakukan dengan metode maserasi. Kemudian dilakukan partisi cair-cair sehingga didapatkan fraksi etil asetat. Rendeman fraksi etil asetat daun belimbing manis 4,2-6,2. Kadar air berkisar antara 4,79, kadar abu total 1,55, kadar abu tidak larut asam 0,064, dan kadar flavonoid total 14,63-22,14 mgQE/gram fraksi. Pola kromatogram dari simplisia dan fraksi etil asetat daun belimbing manis yang berasal dari tiga daerah berbeda dilakukan dengan fase gerak kloroform:metanol:air 8:2:0,5 dengan apigenin sebagai standar. Hasil pengujian residu pelarut dan cemaran logam berat Hg, Pb, Cd, As menunjukan bahwa fraksi etil asetat daun belimbing manis tidak mengandung residu pelarut dan cemaran logam berat.

Starfruit Leaf Averrhoa carambola L. is one of the plants that has many benefits, including for human skins health. In efforts to develop traditional medicine, the process of quality assurance and drug safety needs to be done is to standardize consisting of specific and nonspecific parameters. The test was performed on simplicia and fraction of ethyl acetate of starfruit leaves from three different areas Depok, Subang Sukabumi. The water soluble extract 14,32, the ethanol soluble extract 9.69 total flavonoid levels 0.12 0.18 mgQE gram simplicia. Drying losses 9.70, ash content 7.14 acid soluble ash content 0.31.
The process of extract was done by maceration. Liquid partitions was then performed to obtain fraction of ethyl acetate. The yield fraction of ethyl acetate starfruit leaves 4.2 6,2. Water content 4.79, total ash content 1.55, acid soluble ash content 0.064, and total flavonoid levels 14.63 22.14 mgQE gram fraction. The chromatogram pattern of simplicia and ethyl acetate fraction of sweet starfruit leaves from three different regions was performed with chloroform methanol water 8,2 0,5 with apigenin as standard. The results of solvent residues and heavy metal contaminants Hg, Pb, Cd, As showed that the fraction of ethyl acetate did not contain solvent residue and heavy metal contamination.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunitrianti
"Tanaman Ayapana triplinervis Vahl. atau yang biasa dikenal dengan Prasman, merupakan tanaman yang dapat menghilangkan radikal bebas karena memiliki efek antioksidan. Belum banyak dilakukan penelitian mengenai aktivitas antioksidan dari Ayapana triplinervis Vahl. Berdasarkan uji DPPH 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil menggunakan spektrofotometer UV-Vis ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol pada konsentrasi akhir 25 g/mL berturut-turut memiliki nilai inhibisi 38,91, 51,03 dan 54,06. Setelah mendapat inhibisi didapatkan IC50 ekstrak etil asetat, dan metanol berturut-turut 28,71 g/mL dan 23,472 g/mL.
Berdasarkan uji FRAP Ferric Reducing Antioxidant Power menggunakan microplate reader ekstrak etil asetat, dan metanol memiliki nilai FeEAC 460 mol/g, 828,99 mol/g dan 940,22 mol/g. Ekstrak metanol menunjukan aktivitas antioksidan tertinggi, dengan nilai IC50 23,47 g/mL dan nilai FeEAC 940,22 mol/g. Ekstrak etil asetat dan metanol pada konsentrasi awal memiliki kadar fenol total 12,06, dan 42,11 mg GAE/gram ekstrak, serta kadar flavonoid total 3,24 dam 3,41 mg QE/gram ekstrak. Berdasarkan uji penetapan kadar fenol dan flavonoid, ekstrak metanol menunjukkan nilai tertinggi.

Ayapana triplinervis Vahl. or Prasman is a plant that can eliminate free radicals due its antioxidant effects. There are slightly research have been conducted to explore the antioxidant activity of Ayapana triplinervis Vahl. Based on DPPH assay using UV Vis spectrophotometer, n hexane, ethyl acetate and methanol extract with a final concentration of 25 g mL have an inhibitory value of 38.91, 51.03 and 54.06 respectively. Using inhibition IC50 is obtained ethyl acetate extract and methanol are 28,71 g mL and 23,472 g mL.
Based on FRAP test using microplate reader of ethyl acetate and methanol extract have FeEAC 460 mol g, 828,99 mol g and 940,22 mol g. The methanol extract shows the highest antioxidant activity, with IC50 value is 940,22 g mL. The extracts of ethyl acetate and methanol at initial concentrations contained total phenol levels of 12.06, and 42.11 mg GAE gram extract respectively, as well as total flavonoid levels of 3.24 and 3.41 mg QE gram extract. Based on the test of the determination of phenol and flavonoid levels, methanol extract showed the highest value.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarni Zakaria
"ABSTRACT
Bisnis obat herbal merupakan usaha sampingan bagi ibu sebagian besar. Peserta pelatihan dan pelatihan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) tidak diorganisir secara profesional. Tujuan program IbM adalah: 1) meningkatkan pengetahuan tanaman jamu; 2) memperbaiki skill dalam memilih, mengeringkan, mencampur, menggiling dan membuat simplisia (6M); 3) meningkatkan khasiat dan produksi jamu instars dan 4) untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam pengolahan tumbuhan. Metode program IbM bekerja sama dengan UMKM untuk menyelenggarakan lpteks bagi Masyarakat (IbM) tentang pengetahuan tanaman obat. Pendidikan dan pelatihan kepada peserta kelompok usaha UMKM bahwa khasiat tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat, bagaimana membuat teko dan teko empuk dan teknologi 6 M simplicity. Hasil kegiatan lbM adalah anggota UMKM yang telah menerapkan l) pembuatan dalam memilah umbi antara daun, batang dan akar 2) mengaplikasikan waktu panen toga 3) Cara menghindari kehilangan sifat pengeringan 4) bungkusan herbal diberi label (bedak atau dalam kapsul) dan meningkatkan pendapatan penjual herbal. Disarankan agar kegiatan IbM terus dilakukan setiap tahun untuk memantau perkembangan UMKM agar bisa menjadi pusat tanaman obat dengan melibatkan siswa untuk menciptakan wirausaha baru."
Surabaya: Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) Universitas Airlangga, 2017
360 JLM 1:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Maya Oktaviani
"ABSTRAK
Penggunaan bersama furosemid dengan ekstrak etanol 70% daun kumis kucing (Orthosiphonis stamineus Benth.) menyebabkan interaksi farmakokinetik yang dapat mengubah kadar furosemid dalam plasma. Kemiripan mekanisme antara keduanya memungkinkan terjadinya interaksi yang menimbulkan efek sinergis melalui penghambatan reabsorbsi natrium dalam nefron. Penelitian ini bertujuan mengetahui adanya pengaruh pemberian ekstrak etanol 70% daun kumis kucing terhadap parameter farmakokinetik furosemid pada tikus putih jantan. Delapan belas ekor tikus putih jantan galur Sprague Dawley dengan berat sekitar 200 gram dibagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol normal yang diberikan CMC 1%, kelompok furosemid yang diberikan suspensi furosemid dosis 7,2 mg/200 g BB, dan kelompok kombinasi yang diberikan suspensi ekstrak etanol 70% daun kumis kucing 700 mg/kg BB selama 4 hari yang dilanjutkan dengan pemberian suspensi furosemid 7,2 mg/200 g BB. Pada hari ke-4 perlakuan dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbital mata tikus dan dianalisis kadar furosemid dalam plasma menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol 70% daun kumis kucing meningkatkan parameter farmakokinetik furosemid pada Cpmaks, dan Area Under Curve (AUC) (P < 0,05). Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% daun kumis kucing meningkatkan parameter farmakokinetik furosemid pada tikus putih jantan.

ABSTRACT
The combinations of furosemide and 70% ethanolic extract of kumis kucing leaves (Orthosiphonis stamineus Benth.) cause pharmacokinetic interactions that can alter levels in plasma. Similarities between the mechanisms of both allows the interaction that causes a synergistic effect through inhibition of sodium reabsorption in the nephron. This study aimed to observed the effect of 70% ethanolic extract of kumis kucing leaves on the pharmacokinetic parameters of furosemid in male white rats. Eighteen Sprague Dawley male rats were divided into 3 groups, which are normal control group was given only 1% CMC, furosemide group was given 7,2 mg/200 g bw suspension of furosemide, and combinations group was given 700 mg/kg bw suspension of 70% ethanolic extract of kumis kucing leaves for 4 days followed by the given a suspension of furosemide 7,2 mg/200 g bw. On the 4th day of treatment performed orbital sinus blood sampling on the eyes of rats and analyzed the levels of furosemide in plasma using High Performance Liquid Chromatography (HPLC). The results showed 70% ethanolic extract of kumis kucing leaves improve pharmacokinetic parameters of furosemide on Cpmaks, and Area Under the Curve (AUC) (P < 0,05). The conclusion is the 70% ethanolic extract of kumis kucing leaves improve the pharmacokinetic parameters of furosemide on white male rats."
2016
S65176
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Nurul Suci
"Artritis reumatoid merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan inflamasi kronik pada daerah persendian. Daun babandotan terbukti memiliki khasiat dalam terapi inflamasi. Tetapi belum ada data terkait efeknya terhadap artritis reumatoid sehingga dapat dijadikan alternatif terapi artritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiartritis ekstrak etanol 70% daun babandotan diamati dari volume edema kaki tikus yang diinduksi complete freund?s adjuvant, serta pengaruh ekstrak terhadap kadar TNF-α dan parameter hematologi darah diamati dari jumlah leukosit, limfosit, granulosit, hemoglobin, eritrosit, dan mean cells volume of RBCs (MCV). Penelitian ini menggunakan 30 tikus putih jantan Sprague-Dawley, dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok kontrol normal dan negatif diberikan CMC 0,5%, kelompok kontrol positif diberikan suspensi metotreksat 0,05 mg/200 g bb, kelompok variasi dosis ekstrak diberikan 6,48 mg; 12,96 mg; dan 25,92 mg/200 g bb. Semua kelompok diinduksi 0,1 ml CFA pada hari ke-1 kecuali kelompok kontrol normal. Bahan uji diberikan satu kali sehari secara oral pada hari ke-29 sampai hari ke-49. Pengukuran volume telapak kaki dilakukan pada hari ke- 1, 29, dan 50. Perhitungan parameter hematologi dilakukan pada hari ke-29 dan 50, serta uji kadar TNF-α dilakukan pada hari ke-50. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% daun babandotan, mampu menurunkan volume edema, kadar TNF-α, jumlah leukosit, limfosit, dan granulosit pada kelompok dosis 25,92 mg/200 g BB melalui mekanisme penghambatan sitokin inflamasi seperti TNF-α. Namun pemberian bahan uji tidak signifikan dalam mempengaruhi jumlah hemoglobin, eritrosit, dan MCV.

Rheumatoid arthritis is an autoimmune disease characterized by chronic inflammation in joints. Babandotan leaves is proven to be used in inflammation theraphy, but there is yet any data regarding the effects of the leaves on rheumatoid arthritis. At the same time, the extract can be an alternative arthritis therapy. The aim of this research is to determine the anti-arthritic effect of 70% ethanolic extract of babandotan leaves in terms of reduction in edema volume on rat paw induced by complete freund?s adjuvant (CFA), and the effect of extract to TNF-α and haematological parameters observed the number of leukocytes, lymphocytes, granulocytes, haemoglobin, erythrocytes, and mean cells volume of RBCs (MCV). This research used white male Sprague-Dawley rats which were divided into 6 groups; normal control and negative control groups, both given 0.5% CMC; positive control group, given methotrexate suspension 0.05 mg/200 g bw; the dose variation extract are 6.48 mg; 12.96 mg; 25.92 mg/200 g bw. All the groups were induced with 0.1 ml CFA on day-1, except normal control group. Test material were administered orally once daily on days-29 to 49. Foot-pad volume measurements were performed on days-1, 29, and 50. The number of leukocytes, lymphocytes, granulocytes, haemoglobin, erythrocytes, and mean cells volume of RBCs (MCV) were counted on days-29 and 50, and TNF-α assay were counted on days-50. The results showed that the 70% extract ethanolic of babandotan leaves with a given dose variation have been able decrease edema volume, TNF-α, the number of leukocytes, lymphocytes, granulocytes at 25.92 mg/200 g bw dose groups by inhibit cytokins inflammation. However, administration of the test materials did not significantly influence the number of haemoglobin, erythrocytes, mean cells volume of RBCs (MCV)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65695
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Rumaisha
"Individu dengan faktor predisposisi tertentu dapat terserang infeksi Candida Spp. Candida albicans merupakan spesies yang paling banyak ditemukan sebagai penyebab kandidiasis sedangkan Candida krusei merupakan spesies yang menyerang individu dengan imunodefisiensi yang berat. Flukonazol merupakan terapi pilihan utama kandidiasis, akan tetapi sudah banyak ditemukan resistensi pada Candida albicans dan Candida krusei sendiri memiliki resistensi intrinsik terhadap flukonazol dengan angka resistensi global sebesar 78,3%. Amfoterisin B merupakan standar terapi kandidiasis sistemik, tetapi obat ini memiliki toksisitas yang tinggi terhadap ginjal. Oleh karena itu studi lebih lanjut mengenai agen antijamur alternatif pun diperlukan. Daun dan batang ketepeng cina (Senna alata L.) telah lama dimanfaatkan secara tradisional sebagai agen antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antijamur ekstrak etanol 70% daun dan batang ketepeng cina terhadap Candida albicans dan Candida krusei serta untuk mengetahui total kadar fenol dan flavonoid pada ekstrak etanol 70% daun dan batang ketepeng cina. Uji aktivitas antijamur dilakukan dengan metode difusi agar dan mikrodilusi. Penetapan total kadar dilakukan secara kolorimetri, dengan reagen Folin- Ciocalteu untuk penetapan total kadar fenol dan aluminium klorida untuk penetapan total kadar flavonoid. Hasil uji aktivitas antijamur menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun ketepeng cina memiliki aktivitas antijamur Candida albicans yang lemah dan bergantung pada konsentrasi uji tetapi tidak memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida krusei. Ekstrak batang tidak memiliki aktivitas antijamur baik terhadap Candida albicans maupun Candida krusei. Kuantifikasi total kadar fenol ekstrak etanol 70% daun dan batang ketepeng cina berturut-turut memperoleh hasil sebesar 94,08±0,36 dan 88,74±0,62 mgEAG/g ekstrak. Penetapan kadar total flavonoid ekstrak etanol 70% daun dan batang ketepeng cina berturut-turut memperoleh kadar sebesar 36,02±0,33 dan 21,39±0,11 mgEK/g ekstrak.

Individuals with certain predisposing factors can be infected by Candida Sp. Candida albicans is the species most found as the cause of candidiasis, while Candida krusei is the species that attacks individuals with severe immunodeficiency. Fluconazole is the main treatment of choice for candidiasis, however, currently resistance has been found in Candida albicans and Candida krusei itself has intrinsic resistance to fluconazole. Amphotericin B is the standard therapy for systemic candidiasis, but this drug has a high toxicity to the kidneys. Therefore, further studies are needed regarding alternative antifungal agents. The leaves and stems of Senna alata L. (ketepeng cina) have long been used traditionally as an alternative treatment of fungal infections. The aim of this study is to determine the antifungal activity of the 70% ethanol extract of the leaves and stems of ketepeng cina against Candida albicans and Candida krusei and to determine the total phenolic and flavonoid content in the 70% ethanol extract of the leaves and stems of ketepeng cina leaves and stems. The antifungal activity test was carried out by agar diffusion and microdilution methods. Determination of total phenol and flavonoid content was carried out by colorimetry using Folin-Ciocalteu reagent for determination of total phenol content and aluminium chloride for determination of total flavonoid content. The antifungal activity test results showed that the 70% ethanol extract of ketepeng cina leaf have antifungal that depends on the test concentration activity against Candida albicans, but not against Candida krusei.On the other hand, the 70% ethanol extract of ketepeng cina stem did not have antifungal activity against both Candida albicans and Candida krusei. Quantification of the total phenol content of 70% ethanol extract of leaves and stems of ketepeng cina obtained results of 94.28 ± 0.36 and 88.79 ± 0.62 mgGAE/g extract, respectively. Determination of total flavonoid content of 70% ethanolic extract of leaves and stems of ketepeng cina obtained levels of 36.02±0.33 and 21.39±0.11 mgQE/g extract, respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Annisa Dw.
"Eleutherinol merupakan senyawa derivat naftokuinon yang diketahui memiliki afinitas yang kuat untuk berikatan dengan reseptor estrogen alfa ER? . Senyawa ini terdapat di dalam umbi bawang dayak Eleutherine bulbosa Mill. Urb . Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara ilmiah efek pemberian ekstrak umbi bawang dayak dalam mengurangi sindrom pascamenopause dilihat dari densitas tulang yang dibuktikan dengan adanya peningkatan kadar kalsium tulang tikus melalui pengukuran menggunakan spektrofotometer serapan atom, berat tulang, serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan tulang. Sebanyak 36 tikus putih betina Sprague-Dawley dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan yaitu sham, kontrol negatif, kontrol positif, dosis 1, dosis 2, dan dosis 3. Enam kelompok tersebut berturut-turut, mendapatkan perlakuan CMC Na 0,5 , CMC Na 0,5 , tamoksifen dengan dosis 0,4 mg/200 g BB tikus, ekstrak umbi bawang dayak dengan dosis 8 mg/200 g BB tikus, ekstrak umbi bawang dayak dengan dosis 12 mg/200 g BB tikus, dan ekstrak umbi bawang dayak dengan dosis 18 mg/200 g BB tikus. Semua kelompok kecuali kelompok sham diovariektomi untuk mendapatkan kondisi hipoestrogen pascamenopause. Setelah ovariektomi, semua tikus dievaluasi keberhasilan ovariektominya pada hari ke-35, kemudian dilanjutkan dengan pemberian bahan uji pada hari ke-36 selama 21 hari secara peroral. Setelah 21 hari pemberian bahan uji, dilakukan pengukuran kadar kalsium tulang, berat tulang, dan panjang tulang. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa kadar kalsium tulang, berat tulang, dan panjang tulang meningkat dengan bertambahnya dosis pemberian ekstrak.

Eleutherinol is a naphtoquinone derivative that have a strong affinity to bind with estrogen alpha receptors ER. This compound can be found in dayak onion bulbs Eleutherine bulbosa Mill. . The purpose of this study is to scientifically prove the effects of extract of dayak onion bulbs on overcoming postmenopausal symptoms seen from bone density by the increasing of rat bone calcium level through atomic absorption spectrophotometer measurements, bone weight, and bone growth. A total of 36 female white rats of Sprague Dawley were divided into 6 groups sham, negative control, positive control, negative control, dose 1, dose 2, and dose 3. Successively, all 6 groups receive CMC Na 0,5 , CMC Na 0,5 , tamoxifen, dayak onion bulbs extract at a dose 8 mg 200 g bw rat, dayak onion bulbs bulbs extract at a dose 12 mg 200 g bw rat, and dayak onion bulbs extract at a dose 18 mg 200 g bw rat. All groups, except the sham, is ovariectomized to obtain the conditions of hypoestrogen. After ovariectomy, all rats were evaluated for ovariectomy success on day 35, followed by the administration of the sample orally for 21 days on day 36. After 21 days administration, measured level of bone calcium, bone weight, and bone length. The results showed that the bone calcium levels, bone weight, and bone length increased with increasing doses of the extract.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69154
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Safitri
"Daun alpukat (Persea americana Mil) merupakan salah satu tanaman obat dan memiliki khasiat sebagai diuretik, antibiotik, pyorrhea, neuralgia, antihipertensi, diare, sakit tenggorokan, hemorrhage, dan antitusif. Dalam upaya mengembangkan obat tradisional, menjamin mutu dan keamanannya, pada penelitian ini dilakukan penetapan beberapa parameter spesifik dan non spesifik, sehingga didapat parameter yang konstan. Standardisasi dilakukan terhadap ekstrak etanol daun alpukat yang berasal dari Madiun, Bogor, dan Purwokerto. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi, dari hasil penelitian terhadap ekstrak menunjukkan bahwa ekstrak yang diperoleh berupa ekstrak kental, berwarna hitam-kecoklatan, berbau spesifik, dan rasa pahit. Rendemen ekstrak berkisar antara 28,93 - 29,99%, kadar senyawa terlarut dalam air berkisar antara 40,69 - 61,25%, sedangkan kadar senyawa terlarut dalam etanol berkisar antara 25,09 - 55,70%. Susut pengeringan berkisar antara 11,66 - 13,80% dan kadar air berkisar antara 11,56 - 13,46%. Kadar abu total berkisar antara 3,77 - 5,88%, sedangkan kadar abu tidak larut asam berkisar antara 0,66 - 0,96%, dan sisa pelarut etanol tidak lebih dari 1%. Hasil uji golongan senyawa kimia ekstrak etanol daun alpukat menunjukkan adanya alkaloid, terpen atau steroid, gula, saponin, flavonoid dan tanin. Pola kromatogram ekstrak etanol dari 3 daerah menggunakan fase gerak kloroform-metanol-air (80:12:2) menunjukan pola yang sama yang terdiri atas 7 bercak yang berwarna hitam pada sinar UV 254 nm dengan Rf 0,05 0,13, 0,30, 0,34, 0,60, 0,78 dan 0,85. Setelah penyemprotan dengan AlCl3 dan diamati pada sinar UV 366 nm terlihat 8 bercak yang sama, yaitu : 1 bercak berfluoresensi kuning-kehijauan pada Rf 0,05, 1 bercak berfluoresensi kuning pada Rf 0,13, 1 bercak berfluoresensi kuning-lemah pada Rf 0,34, dan 5 bercak berfluoresensi putih pada Rf 0,45, 0,71, 0,76, 0,78, dan 0,85. Pengamatan dengan densitometer pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm dihasilkan pola spektrum serapan yang sama. Kadar flavonoid total dalam ekstrak berkisar antara 1,29 - 3,44%.

Avocado leaves are one of medicinal plant and have the effects as diuretic, antibiotic, pyorrhoea, neuralgia, antihipertension, diarrhea, ill throat, hemorrhage, and antitusif. As the effect to develop tradisional medicine, ensure quality and safety, there should be a determination of some specific and non specific parameters, to give constant parameters, standardization was done to avocado leaves ethanolic extracts from Madiun, Bogor, and Purwokerto. The extract was made by maceration. The result of research showed that the extract is viscous, tanly, specific smelled, and bitter taste. The value of rendement is between 28.93 - 29.99%, the water soluble extract is 40.69 - 61.25%, while the ethanol soluble extract is 25.09 - 55.76%. The lost of drying is 11.66 - 13.66% and the water content is 11.56 - 13.46%. The total ash content is 3.77 - 5.88%, the acid insoluble ash is 0.66 - 0.96% and the solvent residue is less than 1%. The extract contains alkaloid, terpene (steroid), sugar, flavonoid, saponin, and tannin. The chromatograms profile from three region used mobile phase of chloroform-methanol-water (80:12:2) and showed the same 7 dark spots under UV 254 nm with Rf 0,05 0,13, 0,30, 0,34, 0,60, 0,78 dan 0,85. After sprayed with AlCl3 and observed under UV 366 nm, it showed 8 same spots of samples from those 3 regions which were 1 greenish yellow spots in Rf 0,05, 1 yellow spot in Rf 0,13, 1 pale yellow spot in Rf 0.34, and 5 white spot in Rf 0,45, 0,71, 0,76, 0,78, dan 0,85. An observation using densitometer at 254 nm and 366 nm showed the same absorption spectrum profile. Total flavonoid between 1.29 - 3.44%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S33073
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>