Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73386 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanifah
"ABSTRAK
Senyawa piridin merupakan molekul senyawa dengan struktur cincin benzen dengan satu gugus CH yang diganti oleh atom nitrogen. Piridin merupakan senyawa kimia yang penting karena memiliki banyak kegunaan dalam aplikasi kehidupan sehari-hari. Penelitian ini dilakukan melalui sintesis senyawa derivat dihidropiridin menggunakan reaksi Hantzsch menggunakan pelarut gliserol yang bersumber dari limbah minyak jelantah. Pada hasil sintesis didapatkan persen yield sebesar 55 dengan menggunakan reagen benzaldehid dan 67 dengan menggunakan reagen sinamaldehid. Hasil sintesis yang didapatkan diuji sebagai senyawa antioksidan dan termasuk dalam kategori senyawa antioksidan yang lemah.

ABSTRACT
The pyridine compound is a molecule of a compound with a benzene ring structure with one CH group replaced by a nitrogen atom. Pyridine is an important chemical compound because many uses in the application of everyday life. This research has done by synthesis of dihydropyridine derivative compounds through Hantzsch reaction using glycerol solvent sourced from waste cooking oil. The synthesis result obtained percent yield of 55 by using benzaldehyde reagent and 67 by using cinnamaldehyde reagent. The resulting of synthesis were tested as an antioxidant compound and included in the category of weak antioxidant compounds. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandira Siti Aisyah
"ABSTRAK
Senyawa turunan piridin merupakan senyawa yang cukup penting karena memiliki aplikasi dibidang bioaktivitas dan farmasi. Senyawa turunan piridin dapat disintesis dengan metode Hantzsch. Sintesis dilakukan dengan mereaksikan aldehid, etil asetoasetat, dan amonium asetat dengan bantuan nanopartikel CuI sebagai katalis. Pada penelitian ini dilakukan sintesis dua senyawa turunan piridin yang dilakukan dengan memvariasikan aldehid yang digunakan benzaldehid senyawa 1, sinamaldehid senyawa 2. Kondisi optimum yang didapatkan untuk sintesis senyawa ini yaitu dengan menggunakan pelarut etanol, menggunakan jumlah katalis 10 mol, dan dengan waktu reaksi 2 jam. Persen yield yang di hasilkan pada kondisi optimum tersebut yaitu produk dari benzaldehida sebesar 85,11, dan produk dari sinamaldehida sebesar 90,14. Karakterisasi produk hasil sintesis dikonfirmasi dengan KLT, FTIR, spektrofotometer UV-Vis, dan GC-MS. Dari uji antioksidan didapatkan nilai IC50 untuk produk dari benzaldehida sebesar 5.966,92 ppm dan produk dari sinamaldehida sebesar 7.905,45 ppm. Katalis CuI merupakan katalis heterogen dengan ukuran nano yang dapat digunakan kembali. Pada penelitian ini nanokatalis CuI berhasil disintesis dengan ukuran rata-rata 78,44 nm. Karakterisasi nanokatalis dilakukan dengan FTIR, SEM-EDX, dan XRD. Nanokatalis CuI dapat digunakan kembali untuk sintesis turunan piridin, namun dapat mengalami penurunan aktivitas katalitik

ABSTRACT
Pyridine derivative compounds is an important compound because it has applications in the field of bioactivity and pharmaceutical. The pyridine derivative compounds can be synthesized by Hantzsch method. Synthesis is carried out by reacting aldehyde, ethyl acetoacetate, and ammonium acetate with the help of CuI nanoparticles as catalysts. In this study, the synthesis of two pyridine derivative compounds was performed by varying the aldehyde benzaldehyde compound 1, cinnamaldehyde compound 2. The optimum condition obtained for the synthesis of this compound is by using ethanol solvent, using the amount of 10 mole catalyst, and with a reaction time of 2 h. Percent yield at the optimum condition from the product of benzaldehyde equal to 85.11, and from cinnamaldehyde equal to 90.14. Characterization of synthesis products with TLC, FTIR, UV Vis spectrophotometer, and GC MS. From the antioxidant test, IC50 value for the product from benzaldehyde was 5,966.92 ppm and product from cinnamaldehyde was 7,905.45 ppm. CuI catalysts are heterogeneous reusable catalysts with nano sizes. In this study, CuI nanocatalysts were successfully synthesized with an average size of 78.44 nm. Characterization of the nanocatalyst was performed with FTIR, SEM EDX, and XRD. The CuI nanocatalyst can be reused for synthesis of pyridine derivatives but may decrease catalytic activity."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Pratiwi
"Turunan pirazolon merupakan senyawa yang kaya akan aktivitas biologi sehingga banyak digunakan dalam membuat obat-obatan dan sintesis produk. Pada penelitian ini turunan pirazolon disintesis menggunakan katalis nano magnetik Fe3O4. Katalis nano magnetik  Fe3O4 dibuat dari karat besi dan minyak jelantah. Sintesis katalis Fe3O4 ini didukung dengan analisis karakterisasi menggunakan FTIR, XRD, EDS dan SEM. Edaravone merupakan senyawa pirazolon yang disintesis dengan etil asetoasetat dan fenil hidrazin. Edaravone menghasilkan yield sebesar 98,55%. Optimasi waktu, suhu serta berat katalis dilakukan uji terhadap senyawa 1 yang merupakan reaksi antara edaravone dan sinamaldehid. Kondisi optimum didapat pada waktu 15 menit dengan suhu 70°C dan berat katalis sebesar 5% (b/b). Senyawa 1 dan 3 disintesis pada kondisi optimum. Namun, senyawa 2 disintesis dengan waktu dan suhu optimum menggunakan 10% berat katalis. Senyawa 1 menghasilkan yield sebesar 48,8%, senyawa 2 didapatkan yield sebesar 30,4%, dan senyawa 3 didapatkan yield sebesar 16,04%. Senyawa turunan pirazolon dianalisis menggunakan karakterisasi KLT, FTIR, UV-Vis, dan GC-MS. Terhadap ketiga senyawa turunan pirazolon dilakukan uji aktivitas antioksidan menggunakan konsentrasi 250 ppm dan didapatkan hasil senyawa 3 memiliki % inhibisi tertinggi dibanding senyawa 1 dan 2 yaitu sebesar 79,2%.

Pyrazolone derivates are compounds that widely found in biological activity. Thus, this compound commonly used in drugs production and product synthesis. In this study pyrazolone derivatives were synthesized by  nano magnetic Fe3O4 catalyst. The nano-magnetic Fe3O4 catalyst is made from iron rust and used cooking oil. Synthesis of nano-magnetic Fe3O4 is supported by characterization analysis using FTIR, XRD, EDS and SEM. Edaravone is a pyrazolone compound synthesized with ethyl acetoacetate and phenyl hydrazine. Edaravone produce a yield of 98.55%. The synthesis pyrazolone derivate is done by mixing edarvone and aryl aldehyde like cinnamaldehyde, benzaldehyde, and 2-hydroxy-benzaldehyde. Compounds 1 and 3 are synthesized under optimum conditions. Nevertheless, compound 2 was synthesized with optimum time and temperature using 10% by weight of the catalyst. Compound 1, compund 2, and compound 3 yield 48.8%, 30.4%, and 16.04% respectively. The formed products are characterized by TLC, FTIR, UV-Vis and GC-MS. Antioxidant activity tests were carried out using compound 1,2, and 3 with consentrations of 250 ppm and the results obtained compound 3 had the highest % inhibition, amounting to 79.2%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Rahadi Pitoyo
"ABSTRAK
Minyak jelantah merupakan sisa penggunaan minyak goreng yang telah digunakan berulang kali dan telah mengalami proses pemanasan. Meskipun merupakan turunan dari produk makanan, membuang limbah secara sembarangan dapat berpotensi mencemari lingkungan. Selain itu, minyak jelantah merupakan produk yang memiliki nilai rendah (non-valuable). Salah satu cara untuk mengolah minyak jelantah agar lebih bernilai adalah dengan memanfaatkannya sebagai biolubricant mesin hidraulik. Dalam pengaplikasian pada mesin hidraulik, biolubricant memiliki keunggulan yaitu memiliki sifat biodegradable atau mudah terurai di lingkungan. Untuk memanfaatkan minyak jelantah tersebut, dibutuhkan pre-treatment dengan proses adsorpsi untuk memurnikan minyak (trigliserida) dari zat pengotor. Melalui variasi suhu, proses adsorpsi optimum berada pada suhu 75oC, dengan kadar asam lemak bebas terendah (0,59%), bilangan peroksida terendah (74,24 Meq peroksida/kg), dan nilai absorbansi 0,236 yang mendekati minyak goreng baru (minyak kelapa murni). Proses transesterifikasi dibutuhkan untuk sintesis biolubricant dari metil ester (produk hasil reaksi antara minyak jelantah hasil pre-treatment dan metanol) dengan menggunakan alkohol. Poliol trimetilolpropana digunakan sebagai alkohol pada reaksi transesterifikasi, karena tidak mengandung atom hidrogen pada karbon beta dan mampu mencegah pembentukan asam lemak bebas. Selain itu, trimetilolpropana memiliki stabilitas dan fleksibilitas yang baik terhadap produk, sehingga baik digunakan pada sintesis biolubricant. Variasi waktu reaksi dilakukan dalam proses transesterifikasi. Waktu optimum dalam menghasilkan ester trimetilolpropana adalah reaksi selama 6 jam dengan konversi 91% dan viskositas kinematik 40oC sebesar 14,25 cSt. Selanjutnya, pengujian dengan instrumentasi FTIR dilakukan untuk memastikan keberlangsungan reaksi. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa reaksi transesterifikasi telah berhasil dilakukan, dengan indikasi penurunan yang signifikan dari puncak gugus OH pada produk ester trimetilolpropana. Produk ester trimetilolpropana hasil sintesis memiliki spesifikasi sebagai pelumas. Berdasalkan hasil uji tersebut, produk hasil sintesis memiliki angka asam 0,41 mgKOH/g, densitas 0,897 g/cm3, viskositas kinematik pada suhu 40oC 14,25 cSt, indeks viskositas 106,94, flash point 149oC, pour point -6oC, dan rust prevention dengan hasil Nil. Spesifikasi produk ester trimetilolpropana mendekati spesifikasi pelumas hidraulik komersial dengan standar ISO VG 15.

ABSTARCT
Waste cooking oil is the remaining cooking oil after being used repeatedly and has undergone a heating process. Despite being a derivative of food products, disposing the waste cooking oil carelessly can potentially polluting the environment. Besides, waste cooking oil is materials that have poor value (non-valuable). One of the way to recycle waste cooking oil to make it valuable is by utilizing it as the hydraulic machine biolubricant. In application for hydraulic machine, biolubricant has advantage that compared with petroleum oil, that is biodegradable ability. To utilize waste cooking oil for biolubricant, pre-treatment with adsorption process is being required to purify the oil (triglycerides) from impurities. By variation of temperature, the optimum temperature of adsorption process is 75oC. This temperature has the smallest free fatty acid content (0.59%), smallest peroxide value (74.24 (Meq peroxide/kg), and has absorbance value of 0.236 that closest to new cooking oil (pure palm oil). Transesterification process is required to synthesis biolubricant from methyl ester (product from treated waste cooking oil and methanol reaction) that using alcohol for the reaction. The alcohol type used in the transesterification reaction is the trimethylolpropane which does not contain hydrogen atoms in beta carbon and prevents the formation of free fatty acids. In addition, trimethylolpropane also has good stability and flexibility for the product, so it is considered suitable for the synthesis of biolubricant. In the transesterification process, time of reaction variation was carried out, with indication of a significantly reduction in OH peak groups from trimethylolpropane ester product. Best time to produce trimethylolpropane ester is 6 hours of reaction with 91% of conversion and 14.25 cSt of kinematic viscosity at 40oC. To make sure the reaction has occurred, FTIR spectrum has been test. Result of the test describe the reaction of trimethylolpropane ester transesterification was considerably close to completion. Trimethylolpropane ester has lubricant specifications from the test. From the result, the product has acid value 0.41 mgKOH/g, density 0,897 g/cm3, kinematic viscosity at 40oC 14.25 cSt, viscosity index 106.94, flash point 149oC, pour point -6oC, and Nil result for rust prevention. Specifications of trimethylolpropane ester are close to ISO VG 15 standard as a hydraulic machine lubricant.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Zuhdi
"Kebutuhan solar terus meningkat setiap tahun, sehingga perlu pemanfaatan biodiesel untuk subtitusi bahan bakar fosil dengan bahan bakar dari energi terbarukan. Indonesia memiliki kapasitas terpasang produsen Biodiesel yang memiliki kapasitas 17,1 juta KL dan pada umumnya berbahan baku dari minyak sawit, namun terdapat beberapa produsen yang menggunakan minyak jelantah sebagai bahan bakunya, salah satunya adalah PT Bali Hijau di Denpasar, Bali. Potensi minyak jelantah yang dihasilkan Indonesia di tahun 2019 diperkirakan 3 juta KL dan berpotensi dapat dimanfaatkan salah satunya sebagai Biodiesel. Namun bahan baku yang melimpah terutama dari sektor hotel di Bali hanya sedikit yang dimanfaatkan menjadi biodiesel, sehingga perlu dilakukan riset terkait pemanfaatan limbah minyak jelantah untuk produksi biodiesel berkelanjutan sebagai salah satu penerapan ekonomi sirkular di Indonesia. Metode gabungan kuantitatif dan kualitatif dipergunakan dalam riset ini. Hasil riset menunjukan potensi minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel rata-rata hanya sekitar 12% dari total minyak jelantah terkumpul, dengan rata-rata potensi timbulan minyak jelantah dari sektor hotel adalah 27% dari konsumsi penggunaan minyak goreng. Tingkat Willingness to Accept (WTA) minyak jelantah dari sektor hotel di daerah Badung, Bali untuk produksi Biodiesel memiliki rata-rata WTA Rp 4.827/L atau setara Rp 5.000/L. Biaya produksi biodiesel minyak jelantah setiap batch adalah Rp 12.641/L dengan harga jual Rp 14.000/L dan margin Rp 1.359/L. Sedangkan penurunan emisi CO2 dari pemanfaatan biodiesel minyak jelantah tahun 2022 sebesar 25.112 kg CO2 e dan meningkat di tahun 2023 menjadi 39.792 kg CO2 e. Strategi keberlanjutan dengan melakukan analisis SWOT menghasilkan nilai IFAS 0,647 dan EFAS 0,684 sehingga berada di kuadran 1 yang berarti strategi yang tepat adalah growth oriented strategy.

The need for diesel fuel continues to increase every year, so it is necessary to utilize biodiesel to substitute fossil fuels with fuels from renewable energy. Indonesia has an installed capacity of Biodiesel producers which has a capacity of 17.1 million KL and is generally made from palm oil, but there are several producers who use used cooking oil as raw material, one of which is PT Bali Hijau in Denpasar, Bali. The potential of used cooking oil produced in Indonesia in 2019 is estimated at 3 million KL and can potentially be utilized as Biodiesel. However, the abundant raw materials, especially from the hotel sector in Bali, are only slightly utilized into biodiesel, so it is necessary to conduct research related to the utilization of used cooking oil waste for sustainable biodiesel production as one of the applications of circular economy in Indonesia. A combined quantitative and qualitative method was used in this research. The results showed that the potential of used cooking oil as a biodiesel feedstock averaged only about 12% of the total used cooking oil collected, with an average potential of used cooking oil generation from the hotel sector of 27% of cooking oil consumption. The Willingness to Accept (WTA) level of used cooking oil from the hotel sector in Badung, Bali for Biodiesel production has an average WTA of IDR 4,827/L or equivalent to IDR 5,000/L. The production cost of used cooking oil biodiesel per batch is IDR 12,641/L with a selling price of IDR 14,000/L and a margin of IDR 1,359/L. Meanwhile, the reduction in CO2 emissions from the use of used cooking oil biodiesel in 2022 was 25,112 kg CO2 e and increased in 2023 to 39,792 kg CO2 e. The sustainability strategy by conducting SWOT analysis resulted in an IFAS value of 0.647 and EFAS of 0.684 so that it is in quadrant 1, which means that the right strategy is a growth-oriented strategy."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fikriazizah
"Isatin (1H-indole-2,3-dione) merupakan senyawa heterosiklik turunan indol yang dapat ditemukan di tumbuhan seperti Isatis tinctoria, Calanthe discolor dan Couroupita guianensi. Isatin dan derivatnya memiliki aktivitas biologis dan farmakologis yang baik. Senyawa derivat isatin berbasis azina telah ditemukan memiliki berbagai bioaktivitas, seperti antibakteri, antijamur, antikanker, antivirus, antiinflamasi, antioksidan, dan sebagai inhibitor korosi. Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis derivat isatin aldazin menggunakan variasi aldehid aromatik benzaldehida, 4-hidroksibenzaldehida, dan sinamaldehida sebagai prekursornya. Sintesis ini dilakukan dengan menggunakan katalis protic ionic liquid 1-metilimidazolium hidrogen sulfat [MIM][HSO4] untuk efisiensi waktu. Berdasarkan hasil optimasi diperoleh jumlah katalis dengan kondisi optimum reaksi sebesar 10% mol. Hasil sintesis senyawa isatin aldazin 1 diperoleh persen yield sebesar 84,83%, senyawa isatin aldazin 2 sebesar 50,82%, dan senyawa isatin aldazin 3 sebesar 88,61%. Keberhasilan sintesis diidentifikasi dan dikarakterisasi menggunakan uji titik leleh, kromatografi lapis tipis (KLT), FTIR, UV-Visible, LC-MS/MS, GC-MS, dan NMR. Potensi aktivitas antioksidan senyawa isatin aldazin ditinjau menggunakan metode DPPH dan diperoleh nilai IC50 senyawa isatin aldazin 1 sebesar 4848,84 ppm, isatin aldazin 2 sebesar 15,54 ppm, dan isatin aldazin 3 sebesar 210,32 ppm.

Isatin (1H-indole-2,3-dione) is an indole derivative heterocyclic compound that can be found in plants such as Isatis tinctoria, Calanthe discolor, and Couroupita guianensis. Isatin and its derivatives have good biological and pharmacological activities. Azine-based isatin derivative compounds have been found to have various bioactivities, such as antibacterial, antifungal, anticancer, antiviral, anti-inflammatory, antioxidant, and corrosion inhibitor. In this study, the synthesis of isatin aldazine derivatives has been carried out using a variety of aromatic aldehydes benzaldehyde, 4-hydroxybenzaldehyde, and cinnamaldehyde as precursors. This synthesis was carried out using a protic ionic liquid 1-methylimidazolium hydrogen sulfate [MIM][HSO4] catalyst for time efficiency. Based on the optimization results, the amount of catalyst with the optimum reaction conditions was 10% mol. The yield obtained from isatin aldazine 1 compound was 84.83%, isatin aldazine 2 compound was 50.82%, and isatin aldazine 3 compound was 88.61%. The formations were identified and characterized using melting point tests, thin layer chromatography (TLC), FTIR, UV-Visible, LC-MS/MS, GC-MS, and NMR. The potential antioxidant activity of the isatin aldazine compounds was evaluated using the DPPH method. The IC50 value of isatin aldazine 1 was 4848.84 ppm, isatin aldazine 2 was 15.54 ppm, and isatin aldazine 3 was 210.32 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Tri Haryanto
"Dewasa ini, pola konsumsi yang didasarkan pada aktivitas goreng menggoreng meningkat dengan pesat. Tidak ada satupun konsumsi masyarakat yang lepas dari kegiatan goreng menggoreng. Akibatnya muncul ketergantungan luar biasa dari rumah tangga terhadap industri minyak goreng. Hal inilah yang kemudian memicu adanya pola penjualan yang tidak etis dan kemudian muncul fenomena minyak jelantah (waste cooking oil) dimana para pelaku industri tersebut kemudian berupaya memaksimalkan penggunaan minyak jelantah dalam proses industrinya. Berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi (PT) seperti IPB dan UI, menunjukkan bahwa zat-zat berbahaya yang timbul akibat penggorengan minyak yang berulang-ulang diantaranya adalah kandungan asam, peroksida, lemak bebas, dan lemak trans. Kondisi ini disebabkan karena dalam penggunaannya, minyak goreng mengalami perubahan kimia akibat kondisi oksidasi dan hidrolisi yang menyebabkan kerusakan pada minyak goreng. Penggunaan secara berulang-ulang menyebabkan oksidasi asam lemak tidak jenuh. Sampai sekarang belum ada teknologi atau senyawa yang bisa memulihkan sifat kimia jelantah menjadi setara dengan minyak goreng murni. Mengingat urgensi dampak yang ditimbulkan dari penggunaan minyak jelantah yang hanya dikonsumsi semata, sekiranya perlu diambil langkah-langkah yang tepat sehingga minyak jelantah dapat ditangani secara hati-hati atau diubah menjadi bahan keperluan non-makanan untuk mengurangi polusi dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM 41 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Silmi Arsyada
"Saat ini pengembangan katalis heterogen mengarah pada pembentukan katalis yang memiliki sisi aktif asam-basa (katalis bifungsional). Pada penelitian ini, nanokomposit nanoselulosa sulfonat/SrO-ZrO2 disintesis menggunakan metode solid dispersion yang didesain sebagai katalis bifungsional yang ramah lingkungan untuk reaksi pembentukan biodiesel dengan limbah minyak goreng sebagai bahan baku. Keberhasilan sintesis didukung oleh hasil karakterisasi FTIR, XRD, BET, SEM, TEM, dan TGA. Penggabungan nanoselulosa sulfonat dengan komposit SrO-ZrO2 meningkatkan luas permukaan nanokomposit menjadi 43,298 m2/g. Katalis nanoselulosa sulfonat/SrO-ZrO2 dengan rasio massa 2:1 menghasilkan yield biodiesel terbaik. Kondisi reaksi optimum untuk produksi biodiesel menggunakan katalis nanoselulosa sulfonat/SrO-ZrO2 diperoleh pada jumlah katalis 3%, rasio molar metanol:minyak sebesar 12:1, waktu reaksi selama 150 menit, dan suhu 60℃ yang menghasilkan yield biodiesel sebesar 86%. Analisis GC-MS biodiesel menunjukkan adanya kandungan hexadecanoic acid methyl ester dan cis-13-octadecenoic acid methyl ester. Kinetika reaksi biodiesel mengikuti hukum laju pseudo-first order dengan hukum laju reaksi v=k[TGA] dan konstanta laju reaksi k=0,0128cm-1.

The development of heterogeneous catalysts is currently leading to the formation of catalysts that have an acid-base active site (bifunctional catalysts). In this research, synthesized nanocellulose sulfonate/SrO-ZrO2 nanocomposite using solid dispersion method which is designed as an environmentally friendly bifunctional catalyst for the reaction of biodiesel formation with used cooking oil as raw material. The results of the characterization of FTIR, XRD, BET, SEM, TEM, and TGA supported the success of the synthesis. The incorporation of nanocellulose sulfonate with the SrO-ZrO2 composite increased the surface area of the nanocomposite to 43,298 m2/g. Nanocellulose sulfonate/SrO-ZrO2 catalyst with a mass ratio of 2:1 resulted in the best biodiesel yield. The optimum reaction conditions for biodiesel production using nanocellulose sulfonate/SrO-ZrO2 catalyst were obtained at the amount of 3% catalyst, methanol:oil molar ratio of 12:1, reaction time of 150 minutes, and temperature of 60℃ which resulted in biodiesel yield of 86%. GC-MS analysis of biodiesel shows the presence of hexadecanoic acid methyl esters and cis-13-octadecanoic acid methyl esters. The reaction kinetics of biodiesel follows a pseudo-first-order rate law with the rate law of the reaction v=k[TGA] and the reaction rate constant k=0.0128cm-1."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmat Dicky Muhammad
"ABSTRACT
Dewasa ini, meningkatkanya kebutuhan bahan bakar energi mengancancam kepunahan bahan bakar fosil serta meningkatkan polusi. Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan energi alternatif yang ramah lingkungan dan mudah diproduksi seperti biodiesel. Biodiesel dapat diproduksi dari zat yang mengandung asam lemak melalui reaksi transesterifikasi dengan alkohol dan katalis basa. Pada penelitian ini digunakan limbah minyak jelantah sebagai sumber asam lemak dan katalis CaO yang disintesis dari kulit telur bebek dan kulit telur ayam. Hasil menujukan bahwa reaksi transesterifikasi bekerja  optimum menggunakan 5 % berat katalis, daya mikrowave 600 watt, waktu reaksi 40 detik, dan perbandingan rasio molar minyak metanol 1: 15. Produk biodiesel yang diperoleh di karakterisasi dengan GC-MS dan merupakan senyawa metil ester seperti metil palmitat, metil stearate, 9-metil oktadenoat, metil 2-hidroksi heksadenoat dan hidroksipropil metil oleat.

ABSTRACT
Nowadays, increasing the need for energy fuels threatens the extinction of fossil fuels and increases pollution. Therefore, it is necessary to develop alternative energy that is environmentally friendly and easily produced such as biodiesel. Biodiesel can be produced from substances that contain fatty acids through transesterification reaction with alcohol and base catalysts. In this study used waste cooking oil as a source of fatty acids and CaO catalysts synthesized from duck eggshells and chicken eggshells. The result shows that the transesterfication reaction worked optimally by uses 5% weight of catalyst, 600 watts of microwave energy, 40 seconds of reaction time, and molar ratio of methanol oil 1: 15. The biodiesel products obtained were characterized by GC-MS and were a methyl ester compound such as methyl palmitate, methyl stearate, methyl 9-octadecenoate, methyl 2-hydroxy hexanoate and hydroxypropyl methyl oleic."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gian Djohan Junior
"ABSTRAK
Pada penelitian ini detergen cair dalam bentuk nanofluida disintesis dari surfaktan metil ester sulfonat (MES) dengan bahan baku minyak jelantah dan nanopartikel ZnO. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh detergen ramah lingkungan dengan stabilitas dan kinerja yang optimum. Minyak jelantah difiltrasi untuk menghilangkan kotoran yang dapat disaring kemudian kandungan asam lemak bebas (ALB) pada minyak jelantah dikurangi dengan menambahkan NaOH pada proses netralisasi. Kemudian dilakukan bleaching dengan variasi konsentrasi massa karbon aktif 5%, 10%, 15%, 20% untuk mengurangi kandungan asam lemak bebas dan mendapatkan warna minyak jelantah yang lebih cerah mendekati warna minyak komersil. Minyak jelantah dan metil ester dikarakterisasi menggunakan GC-MS untuk mengetahui komposisi yang terkandung didalamnya. MES disintesis dengan melakukan sulfonasi pada metil ester menggunakan natrium bisulfit (NaHSO3). Hasil sulfonasi kemudian dipurifikasi dengan variasi konsentrasi methanol 10%, 20%, 30%, 40% dan dilanjutkan dengan netralisasi hingga pH 7. Karakterisasi MES menggunakan spektrofotometer FTIR untuk melihat ikatan kimia yang terdapat pada MES. Detergen cair dihasilkan dengan menambahkan 0,1% nanopartikel ZnO dan aquades kedalam MES dengan variasi konsentrasi massa 10,0%; 12,5%; 15,0%. Bleaching menggunakan 20% karbon aktif menghasilkan warna minyak jelantah paling cerah dan penurunan kadar ALB sekitar 31% dengan ALB akhir 0,6%. Purifikasi MES dengan 40% metanol menghasilkan surfaktan dengan tegangan permukaan terbaik sekitar 34 dyne/cm. Detergen cair dengan kualitas terbaik didapatkan pada konsentrasi MES 15% dengan stabilitas sekitar 88%, kemampuan pengangkatan kotoran sekitar 65%, dan kemampuan degradasi kotoran 82%.

ABSTRACT
The environmentally friendly anionic surfactant methyl ester sulfonate (MES) was synthesized from waste cooking oil (WCO). MES was combined with ZnO nanoparticles, producing nanofluidic detergent. Free fatty acid (FFA) in WCO was reduced by adding NaOH solution, while other impurites, such as food residues, were removed by means of filtration. Bleaching was also performed using activated carbon at various concentrations of 5%;10%;15%;20%wt. The purified cooking oil then underwent transesterification with oil-methanol molar ratio of 1:9. The as-produced methyl ester and WCO were analyzed using GC-MS to confirm their composition. Sulfonation was then performed by adding sodium bisulfite (NaHSO3) to produce MES surfactant.The product was then purified using methanol of various concentrations of 10%, 20%, 30%, 40%v/v. Finally, NaOH solution was added to neutralize the synthesized MES, and FTIR analysis was subsequently performed to scrutinize its chemical bonding properties. Combined with ZnO nanoparticles, nanofluidic detergent was producedat various MES concentrations of 10.0%, 12.5%, 15.0%wt. In this work, we establishedthe optimum condition for bleaching process beingin the use of 20% activated carbon,causing WCO color to alter from dark brown to light yellow while promotingsignificant reduction of FFA was about 31% with FFA final 0.6%. We also found that purification of MES using 40%v methanol results in surfactant with adequately low surface tension of 33.6 dyne/cm. Liquid detergent comprising of 15% MES concentration and 0.1% ZnO nanoparticles exhibit notable stability was about 88%, while retaining 65% stain removal as well as 82%.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>