Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185899 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nisa Rizky Wasiat
"Kabupaten Indramayu adalah salah satu daerah kantung pemakaian bahasa Jawa di Jawa Barat. Kabupaten ini berbatasan dengan tiga kabupaten yang merupakan daerah pakai bahasa Sunda. Hal ini menyebabkan adanya kontak bahasa di Kabupaten Indramayu. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana situasi kebahasaan akibat adanya kontak bahasa di Kabupaten Indramayu.Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan situasi kebahasaan dan kontak bahasa yang terdapat di Kabupaten Indramayu. Situasi kebahasaan dan kontak bahasa di Kabupaten Indramayu tersebut dilihat dengan pendekatan dialektologi. Pengambilan data dilakukan dengan metode pupuan lapangan menggunakan 200 kosakata dasar Swadesh, 33 kosakata kata ganti, sapaan, dan acuan, 25 kosakata sistem kekerabatan, dan 52 kosakata makanan dan minuman dilengkapi dengan pengakuan bahasa yang digunakan. Titik pengamatan dalam penelitian ini berjumlah 20 titik pengamatan berupa kecamatan yang ada di Kabupaten Indramayu dan setiap kecamatan diwakili oleh satu informan. Data hasil wawancara divisualisasikan ke dalam peta lambang. Kemudian, peta tersebut dibuat berkas isoglos, dihitung dialektometrinya, dan dibuat jaring laba-laba. Hasil penghitungan dialektometri, jaring laba-laba, pengakuan bahasa informan, dan pengecekan kosakata digunakan untuk melihat situasi kebahasaan dankontak antara bahasa Sunda dan bahasa Jawa di Kabupaten Indramayu. Hasil temuan menunjukkanadanya dua bahasa, bahasa Sunda dan bahasa Jawa, dan kontak bahasa antara bahasa di antara kedua bahasa tersebut di Kabupaten Indramayu.

Indramayu regency is one of the area that uses Javanese language in West Java. The regency borders three regencies which are the areas that use Sundanese language. This causes the language contact in Indramayu. The problem formulation of this research is how is the language situation as a result of language contact in Indramayu. The purpose of this research is to describe the language situation and language contact contained in Indramayu, The language situation and language contact in the Indramayu regency is seen with dialectology approach. Data were collected by field interview method that uses 200 basic Swadesh vocabularies, 33 vocabulary pronouns, greetings, and references, 25 kinship vocabularies, and 52 food and drink vocabularies along with the recognition of the language used. Point of observation in this study are 20 observation points in the form of districts in Indramayu regency and each district is represented by a single informant. Interview data is visualized in map symbol. Then, the map file is turned into isogloss files, which dialectometry is being calculated, and is made cobwebs. Dialectometry count results, cobwebs, informant language recognition, and vocabulary check are used to look at the language situation and contact between Sundanese and Javanese in Indramayu. The findings show there are two languages, Sundanese and Javanese, and contact between languages between the two languages in Indramayu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suprayogi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji variasi bahasa dan sentuh bahasa di Kabupaten Pringsewu melalui pendekatan dialektologi. Dengan menggunakan metode pupuan lapangan, penelitian ini menjaring data dengan daftar tanyaan kosakata Swadesh, medan makna anggota Tubuh, dan medan makna gerak dan kerja. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah geografi dialek Lauder, 2007 dan Chambers dan Trudgill, 2007, pemetaan bahasa Ayatrohaedi, 2002 dan sentuh bahasa McMahon, 1994 dan Thomason, 2001. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Pringsewu terdapat empat bahasa yang dominan yakni bahasa Lampung, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Semendo. Bahasa Lampung di Pringsewu memiliki tiga variasi sub wicara, yakni bahasa Lampung Pesisir, bahasa Lampung Pubian dan bahasa Lampung Komering. Selain itu, terdapat variasi leksikal sampai dengan empat belas etima dengan beberapa korespondensi bunyi dan perubahan bunyi antarbahasa di dalamnya. Perhitungan dialektometri menunjukkan bahwa terdapat banyak wilayah yang sebenarnya memiliki perbedaan bahasa hanya berstatus beda dialek. Keadaan ini terjadi karena adanya sentuh bahasa dan warisan bersama bahasa proto. Sentuh bahasa melalui peminjaman leksikal terjadi lebih banyak secara adopsi daripada adaptasi dan terjadi dalam kategori kontak biasa.

This research was aimed at investigating language variation and language contact in Pringsewu regency using dialectology approach. By applying field research, this study collected the data using the Swadesh list and lexical fields of body parts and activities. The theories used in this study were dialect geography Lauder, 2007 dan Chambers dan Trudgill, 2007, language mapping Ayatrohaedi, 2002 and language contact McMahon, 1994 dan Thomason, 2001 . This study revealed that there were for main languages in Pringsewu namely Lampungic, Javanese, Sundanese and Semendo. In this study, there are three variations of Lampung language, namely Lampung Pubian, Lampung Pesisir, and Lampung Komering. The lexical variaties can be classified in 14 groups of etyma, and sound correspondence as well as pattern of language changes were found in this study. The result of dialectometry revealed that there were alot of areas categorized as 'different in dialect', whereas they were actually 'different in language'. This was due to the existence of language contact and shared features of proto languages. Language contact in the Lampung villages was in the level of casual contact where lexical adoption borrowing occured more than lexical adaptation one."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T48786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Triyani
"Indonesia merupakan negara yang kaya dengan bahasa daerah. Banyaknya jumlah bahasa di Indonesia terlihat dari jumlah bahasa yang dikemukakan oleh Badan Pusat Data dan Statistik dan Glottolog. Menurut Badan Pusat Data dan Statistik, bahasa yang ada di Indonesia berjumlah 750 bahasa. Sementara itu, menurut Glottolog, bahasa yang ada di Indonesia berjumlah sebanyak 763 bahasa. Namun, dari banyaknya bahasa yang ada di Indonesia masih belum banyak dilakukan pemetaan bahasa untuk mengetahui berbagai variasi bahasa di setiap daerah seperti di Kotamadya Sukabumi. Oleh karena itu, penelitian mengenai variasi bahasa yang ada di Kotamadya Sukabumi perlu untuk dilakukan. Dalam proses pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode pupuan lapangan, sedangkan dalam proses pengolahan data digunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Adapun dalam penelitian ini, data penelitian diambil dari hasil wawancara kepada tujuh orang informan di setiap kecamatan yang ada di Kotamadya Sukabumi. Data tersebut terdiri atas 200 kosakata Morris Swadesh, 11 kosakata bidang ganti, sapaan, dan acuan, dan 25 kosakata kekerabatan. Kemudian, data tersebut divisualisasikan dengan peta lambing dan diberikan garis isogloss dan isofon guna mengatahui jarak bahasa antartitik penelitian. Garis isogloss tersebut kemudian disatukan dalam berkas isoglos berdasarkan dengan kelompok kosakatanya. Selanjutnya, dilakukan penghitungan dialektometri dan hasil penghitungannya diubah menjadi jaring laba-laba. Hasil temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa bahasa Sunda di Kotamadya Sukabumi adalah bahasa Sunda Loma. Tidak ditemukan bahasa lain selain bahasa Sunda di Kotamadya Sukabumi. Selain itu, tidak ditemukan perbedaan penggunaan bahasa Sunda antara laki-laki dan perempuan di Kotamadya Sukabumi.

Indonesia is a country that is rich in regional languages. The large number of languages in Indonesia can be seen from the number of languages stated by the Central Data and Statistics Agency and Glottologist. According to the Central Bureau of Data and Statistics, there are 750 languages in Indonesia. Meanwhile, according to Glottologist, there are 763 languages in Indonesia. However, of the many languages in Indonesia, language mapping has not been carried out to find out the various language variations in each region, such as in the Municipality of Sukabumi. Therefore, research on language variations in Sukabumi Municipality needs to be carried out. In the data collection process, this study used the field training method, while in the data processing used qualitative and quantitative methods. As for this study, the research data was taken from the results of interviews with seven informants in each sub-district in the Municipality of Sukabumi. The data consists of 200 Morris Swadesh vocabularies, 11 vocabularies of pronouns, greetings, and references, and 25 kinship vocabularies. Then, the data is visualized with a symbol map and isogloss and isophone lines are given to determine the language distance between research points. The isogloss lines are then put together in isogloss files according to the vocabulary groups. Next, dialectometric calculations are performed and the calculation results are converted into spider webs. The findings in this study indicate that Sundanese in Sukabumi Municipality is Loma Sundanese. There are no other languages other than Sundanese in Sukabumi Municipality. In addition, there was no difference in the use of Sundanese between men and women in Sukabumi Municipality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Satwiko Budiono
"Adanya Tata Bahasa Baku Bahasa Using (1997) dan Kamus Bahasa Using-Indonesia (2002) yang dibuat oleh Hasan Ali membuat bahasa Using semakin mantap memisahkan diri dari bahasa Jawa. Terlebih lagi, terdapat pula peraturan pemerintah Banyuwangi tentang muatan lokal yang diajarkan pada pendidikan dasar adalah bahasa Using. Akan tetapi, Badan Bahasa (2008: 39) dalam Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia tetap menggolongkan bahasa masyarakat Banyuwangi sebagai bahasa Jawa dialek Using.
Berdasarkan kondisi tersebut, tulisan ini akan melihat situasi kebahasaan di Kabupaten Banyuwangi dengan menggunakan metode dialektologi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Metode kuantitatif yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan penghitungan dialektometri. Selain itu, variasi bahasa juga akan diperlihatkan ke dalam bentuk peta bahasa.

The existences of Tata Bahasa Baku Bahasa Using (1997) and Kamus Bahasa Using-Indonesia (2002) that be made by Hasan Ali have affected Using language to be separated away from Javanese language. Likewise, there are also Banyuwangi government’s policies about the application of “local-content” curriculums in elementary schools which acknowledge Using language as their local language. However, Banyuwangi language is still classified as Using dialect of Javanese in Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia by Badan Bahasa (2008:39).
Based on these conditions, the research will focus on literary situation in Banyuwangi regency using dialectology method, in quantitative and qualitative. Dialectometrics are applied on this research as quantitative calculation method. In addition, the varieties of the language will be shown in form of language map.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57973
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fuji Margiati
"ABSTRAK
Penelitian ini tentang distribusi bahasa di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan bidang kajian dialektologi. Penelitian dialektologi di Indonesia sebagaian besar masih terfokus di Pulau Jawa. Berdasarkan data, penelitian dialektologi di Pulau Kalimantan hanya sebesar 3,57 dari keseluruhan penelitian dialektologi yang pernah dilakukan. Sebagai salah satu daerah yang termasuk wilayah Kalimantan, Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan daerah yang kaya akan bahasa. Kabupaten Kutai Kartanegara bukan hanya dihuni oleh suku Melayu sebagai suku asli, tetapi juga suku pendatang dari luar daerah, seperti suku Dayak, suku Jawa, suku Banjar, dan suku Bugis. Suku-suku ini hidup menyebar di setiap kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pelacakan bahasa di setiap kecamatan untuk mengetahui distribusi bahasa yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara. Penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu metode pupuan lapangan dengan dengan mendatangi informan secara langsung ke titik pengamatan, sedangkan metode gabungan digunakan untuk mengitung persentase dialektometri, berkas isoglos, dan interpretasi data dalam bentuk uraian. Penelitian ini menyimpulkan bahwa di Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat empat bahasa, yaitu bahasa Kutai, bahasa Bugis, bahasa Jawa, dan bahasa Dayak Kenyah.

ABSTRACT
This research about distribution of language in Kutai Kartanegara district with Dialectology approach. Most of dialectology research in Indonesia is still focused in Java Island. Based on data, dialectology research in Kalimantan island only about 3,57 of dialectology research that had been done. As one of the region in Kalimantan, Kutai Kartanegara District is a region rich with many language. This district is inhabited by, not only Malay Tribe as the original tribe, but also other tribe such as Dayak, Javanese, Banjar, and Bugis. These tribes live spread out of all sub district in Kutai Kartanegara District. Because of that, to understand the distribution of language in this district, it is required to track the language in every sub district in Kutai Kartanegara District. This research use two methods. The first method is The Pupuan Lapangan Method where we come directly to the interviewees in the observation point. The second method is The Compilation Method, which we use to count the dialectometry percentage, isogloss bundle, and to interpret the data into description. This research conclude that there are four languages in the Kutai Kartanegara District, that is Kutai, Bugis, Javanese, and Dayak Kenyah."
2017
S69949
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Janiarto Mihendra
"Menurut Prawiroatmojo 1985, kata Pandhalungan berasal dari bentuk dasar bahasa Jawa dhalung yang berarti periuk besar. Masyarakat Pandhalungan adalah masyarakat percampuran budaya Jawa dan budaya Madura yang menggunakan bahasa yang dianggap kasar untuk berkomunikasi di Kabupaten Jember. Bahasa tersebut, yaitu bahasa Jawa dan bahasa Madura. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana korespondensi antara bahasa Jawa dengan bahasa Madura. Situasi bahasa masyarakat Pandhalungan menjadi hal yang menarik diteliti dalam perspektif dialektologi. Metode pengambilan data pada penelitian ini menggunakan metode pupuan lapangan atau wawancara langsung dengan informan. Daftar tanyaan berjumlah 263 kosakata terdiri atas kosakota Dasar Swadesh, kosakata dasar ganti, sapaan, dan acuan, kosakata kekerabatan, serta kosakata permainan. Titik pengamatan penelitian ini adalah 16 kecamatan yang ada di Kabupaten Jember. Data dari hasil wawancara divisualisasikan ke dalam bentuk peta lambang. Selanjutnya, peta tersebut dibuat berkas isoglos lalu dihitung berdasarkan dialekometri. Langkah tersebut akan menujukkan variasi bahasa yang ada di Kabupaten Jember.

According to Prawiroatmojo 1985 , the word pandhalungan is from the basic Java dhalung language which means periuk besar. The Pandhalungan society are cultrural mixing from Java and Madura. they use language which considered as rude to use in Jember. The rude languages are Java and Madura. The research problem is how the correspondent between Java and Madura language. The situation language of Pandhalungan society is interesting for research in the perspective of dialectology. Methods of data retrieval in this study using the method of field invocation or direct interviews with informants. A list of 263 vocabulary questions consists of the Basic of Swadesh vocabulary, basic vocabulary, greetings, and references, vocabulary kinship, and game vocabulary. Observation point of this research is 16 sub districts in Jember district. Data from the interview results are visualized in the form of symbol map. Furthermore, the map is made isoglos file then calculated based on the dialekometri. This step will show variaties of language in Jember District."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Disyacitta Nariswari
"Penelitian ini merupakan penelitian dialektologi yang bertujuan untuk memetakan distribusi variasi bahasa dan istilah pertanian di Kabupaten Karawang. Hasil penelitian ini juga dibandingkan dengan dua penelitian terdahulu di tahun 1990 dan 1996. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menyusun glosarium istilah pertanian di Kabupaten Karawang. Penelitian dibatasi pada tataran leksikon. Metode yang digunakan adalah metode pupuan lapangan dengan 50 titik pengamatan, 100 informan, dan daftar tanyaan sebanyak 200 kosakata swadesh dan 125 istilah pertanian. Teknik analisis data menggunakan peta bahasa, isoglos, dan dialektometri. Hasil menunjukkan bahwa terdapat tiga daerah pakai kosakata, yaitu kosakata Betawi, kosakata Jawa, dan kosakata Sunda. Hal ini masih sesuai dengan hasil kedua penelitian terdahulu, tetapi saat ini telah mengalami perubahan daerah distribusi.

This research uses dialectology to mapping distribution of language variation and agricultural terms in Karawang regency. The results of this research are compared to two former research in 1990 and 1996. Besides, this research is also to compose a glossary of agricultural terms in Karawang regency. The conduct of this research is limited to the lexicon level. Method that being used was field research method with 50 observatory points, 100 informants, and list of questions which consist of 200 swadesh vocabulary and 125 agricultural terms. Data analytical technique used language map, isogloss, and dialectrometric. Result shown that there are three vocabulary using areas, which are Betawi vocabulary, Java vocabulary, and Sunda vocabulary. This is still suitable with two former research result. However, the areas have been changed nowadays."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T43171
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Wahyuni
"Kabupaten Pangandaran terletak di Provinsi Jawa Barat dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah sehingga terdapat percampuran bahasa, yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Berdasarkan hal itu, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan variasi bahasa di Kabupaten Pangandaran. Penelitian ini juga menjelaskan batas bahasa dan sentuh bahasa yang terjadi di Kabupaten Pangandaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Data penelitian ini berupa 317 kata yang terdiri atas kosakata swadesh dan kosakata budaya dasar menurut medan makna yang digunakan di Kabupaten Pangandaran. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan dialektologi dan sosiolinguistik. Hasil penelitian ini meliputi (1) peta bahasa terbanyak ada pada kelompok dua etima yang menunjukkan bahwa di Kabupaten Pangandaran terdapat dua variasi bahasa, yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa; (2) daerah pakai bahasa Sunda tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Pangandaran, sedangkan daerah pakai bahasa Jawa hanya tersebar di lima daerah; dan (3) sentuh bahasa yang terjadi di Kabupaten Pangandaran termasuk dalam kategori casual contact. Casual contact itu menyebabkan adanya beberapa bahasa Sunda yang dipinjam oleh bahasa Jawa, begitu pula sebaliknya. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa penutur bahasa Sunda belum tentu dapat berbahasa Jawa, sedangkan penutur bahasa Jawa biasanya dapat berbahasa Sunda.

Pangandaran Regency is located in West Java Province and borders Central Java Province so that there is a mixture of languages, Sundanese and Javanese. Based on that, this study aims to explain language variation in Pangandaran Regency. This research also explains the language boundaries and language contact that occur in Pangandaran Regency. The methods used in this research are qualitative and quantitative methods. The data of this study are 317 vocabularies consisting of swadesh vocabulary and basic cultural vocabulary according to the meaning field used in Pangandaran Regency. The approaches used in this research are dialectology and sociolinguistic approaches. The results of this study include (1) the largest language map is in the two etymes group which shows that in Pangandaran Regency there are two language variations, Sundanese and Javanese; (2) Sundanese is spoken in almost all areas of Pangandaran Regency, while Javanese is only spoken in five areas; and (3) language contact that occurs in Pangandaran Regency is included in the casual contact category. Casual contact causes some Sundanese to be borrowed by Javanese, and vice versa. The findings in the field show that Sundanese speakers are not necessarily able to speak Javanese, while Javanese speakers can usually speak Sundanese."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Alika
"Pada tahun 1980, penduduk etnis Jawa melakukan transmigrasi di Kecamatan SiakKecil, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Adanya transmigrasi ini menimbulkankontak bahasa antara penduduk asli dan penduduk pendatang. Peningkatan mutusarana dan prasarana dapat menambah peluang terjadinya kontak bahasa antara sukuMelayu dan Jawa. Kontak bahasa yang terjadi pada dua etnis menimbulkan variasibahasa di Kecamatan Siak Kecil.
Berdasarkan situasi tersebut, tulisan inimemaparkan variasi bahasa antardesa di Kecamatan Siak Kecil dengan menggunakanmetode dialektologi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Metode kuantitatifdalam penelitian ini menggunakan penghitungan dialektometri. Sementara itu,metode kualitatif digunakan untuk memaparkan situasi kebahasaan yang terdapat diSiak Kecil. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan penggunaan bahasa Jawa danMelayu di Kecamatan Siak Kecil berdasarkan kosakata dasar Swadesh dan sistemkekerabatan.
Hasil penelitian menujukkan kontak bahasa yang terjadi di Siak Kecilmemengaruhi kosakata yang digunakan oleh penuturnya. Pemakaian bahasa Jawamenunjukkan adanya peminjaman bahasa dengan kosakata bahasa Melayu. Peminjaman bahasa juga terjadi pada penutur bahasa Melayu yang tinggal di daerahdominan bahasa Jawa. Sementara itu, penutur di daerah ibukota menggunakan bahasaIndonesia dalam tuturan sehari-hari.

In 1980, some Javanese migrated to Siak Kecil Subdistrict, Bengkalis Regency, Riau Province. Therefore, transmigration affected language contact between local people and migrants. In addition, improvement on infrastructures and facilities quality may increase the chances of language contact between Malay and Javanese people. Language contact that occurs between two ethnics may cause language varieties inSiak Kecil.
Based on these issues, this thesis elaborates language varieties among villages in Siak Kecil Subdistrict using dialectology method, in both quantitative and qualitative analysis. The quantitative method using dialectometric calculation. Meanwhile, the qualitative method is used to describe language situation in Siak Kecil. This research aims to map the use of Javanese and Malay language in Siak Kecil Subdistrict based on Swadesh and kinship system list.
The result shows language contact in Siak Kecil affects vocabulary which used by the speakers. The usage of the Javanese vocabulary shows language borrowing with Malay vocabulary. Language borrowing also occurs in Malay speakers who live in Javanese language dominant area. Meanwhile, speakers who live in capital city use Indonesian language in everyday speech.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S70195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Rahayu
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas variasi dan persebaran bahasa Jawa di Kabupaten Kebumen. Bahasa Jawa di Kabupaten Kebumen menarik untuk diteliti karena dipengaruhi oleh dua dialek, yaitu dialek Yogyakarta dan dialek Banyumasan. Pengambilan data dilakukan di 26 kecamatan di Kebumen dengan menggunakan metode pupuan lapangan. Sementara itu, daftar tanyaan yang digunakan adalah kosakata dasar Swadesh dan kosakata budaya dasar bidang kata tugas. Hasil penelitian ini ditampilkan dalam bentuk peta bahasa lambang. Pengolahan selanjutnya dilakukan dengan membuat berkas isoglos dan penghitungan dialektometri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Kebumen tidak ada perbedaan dialek atau perbedaan bahasa. Bahasa Jawa yang digunakan di Kebumen adalah bahasa Jawa dialek Banyumasan atau dialek Ngapak. Hal tersebut sesuai dengan pengakuan masyarakat penutur bahwa mereka menggunakan bahasa Jawa dialek Banyumasan. Selain itu, ditemukan variasi fonologis dan variasi leksikal. Variasi fonologis dipengaruhi oleh dialek Banyumasan dan dialek Yogyakarta, begitu juga dengan variasi leksikal. Ditemukan pula kosakata khas yang bekembang dalam bahasa Jawa di Kebumen.

ABSTRACT
This paper discusses Javanesse language variation and distribution in Kebumen District. Javanesse Language in Kebumen District becomes interesting to be researched because influenced by two dialects, containing Yogyakarta dialect and Banyumasan dialect. Data is collected at 26 districts in Kebumen using questionnaire. Meanwhile, the list of questions used are Swadesh basic vocabulary and basic vocabulary of the function word. The result of this study is shown in map form language of symbols. The further data processing is done by creating isoglos and counting of dialectometri. The result of this study indicates that in Kebumen there is no dialect or language difference. The Javanesse language used in Kebumen is Banyumasan dialect or Ngapak dialect. This is in accordance with the recognition of the speakers community that they use the Banyumasan or Ngapak dialect. In addition, there are phonological variations and lexical variations. Phonological variations and lexical variations are influenced by Banyumasan dialect and Yogyakarta dialect. It is found special vocabularies in Javanesse language in Kebumen."
2017
S69676
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>