Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201932 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohamad Agung Handriawan
"Latar Belakang: Bekerja di lingkungan offshore berpotensi menimbulkan stres kerja. Menurut penelitian sebelumnya stres kerja dapat meningkatkan kadar glukosa darah, Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi adanya hubungan antara kadar glukosa darah puasa tinggi dan DM dengan stres kerja serta faktor risiko lainnya pada pekerja offshore.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan 156 orang responden. Variabel yang diteliti adalah usia, indeks massa tubuh, lingkar perut, dislipidemia,tekanan darah, jabatan pekerjaan, masa kerja, dan stres kerja. Data diperoleh dari penilaian tingkat stress melalui Survei Diagnostik stres dan hasil medical check up tahun 2017. Analisis data menggunakan univariat, bivariat, dan multivariat dengan regresi logistik.
Hasil: Prevalensi glukosa darah puasa tinggi dan diabetes mellitus sebesar 12.2 . Berdasarkan uji Fisher terdapat hubungan yang bermakna antara usia, dislipidemia, jabatan pekerjaan dan masa kerja dengan kadar glukosa darah puasa tinggi dan Diabetes Mellitus , namun pada analisis multivariat hanya faktor jabatan pekerjaaan supervisor merupakan yang paling dominan mempengaruhi dgn OR=7,051 95 CI 1,963-25,325. Tidak ditemukan adanya hubungan antara hasil SDS dengan kadar glukosa darah tinggi dan DM.
Kesimpulan dan saran: Faktor risiko paling dominan terhadap glukosa darah puasa tinggi dan diabetes mellitus adalah faktor jabatan pekerjaan oleh karena itu perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut, yaitu skrining hasil MCU untuk pekerja khususnya jabatan supervisor, melakukan pemeriksaan berkala kadar glukosa darah, memperbanyak aktivitas fisik ketika bekerja dilapangan serta program peningkatan kesadaran kesehatan, terutama mengenai pencegahan penyakit Diabetes Mellitus.

Background: Working in offshore environments where workers are placed in remote locations will potentially cause work stress. According to previous researches, work stress can increase blood glucose levels. This study aims to prove Relation of High Fasting Blood Glucose level and DM with Job Stress and Other Risk Factors In Offshore Workers.
Method: This study used cross sectional design with total 156 respondents. The studied variables were age, body mass index, abdominal circumference, dyslipidemia, and blood pressure as well as job risk, job position, working period, and work stress. The tools used to evaluate the stress level were Stress Diagnostic Survey and results of periodic Medical Check up in 2017. The analysis of research data used univariate, bivariate and multivariate analysis with logistic regression.
Study Results: The prevalence of high fasting blood glucose anad Diabetes Meliitus is 12,2 . Using Fisher statistic test, an association was found between age, dyslipidemia, job position,woking period and high fasting blood glucose or diabetes mellitus. But multivariate analyses showed that only job title supervisor is the most dominant influential factor Oradj 7,051 95 CI 1,963 25,325. There was no correlation between SDS results with high fasting blood glucose level and DM.
Conclusion and Suggestion: The employee's job function is the most dominant factor in high fasting blood glucose Diabetes Mellitus, therefore it is important to conduct several activities such as screening on MCU record, particularly on Supervisors conducting routing blood glucose check increasing physical activities at work and carrying out the health awareness program, especially awareness on DM prevention.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Nadia
"Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang terkait dengan tingkat kepatuhan tipe diabetes 2 untuk memeriksa kadar gula pada peserta JKN di Jakarta Selatan 2019. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 52,1% responden memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi dan 47,9% memiliki tingkat kepatuhan yang rendah Variabel yang ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan periksa kadar gula adalah jenis kelamin (Nilai P = 0,055) dan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan (Nilai P = 0,056).

This study aims to determine the factors associated with the level of diabetes type compliance 2 to check sugar levels in JKN participants in South Jakarta 2019. This type of research is quantitative research with cross sectional design. The results of this study indicate that 52.1% of respondents have a high level of compliance and 47.9% have a low level of compliance Variables found have a significant relationship with compliance check that sugar is gender (P value = 0.055) and patient satisfaction with health care (P value = 0.056)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ledya Octaviani
"Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah akibat kelainan pada sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya. Tingginya kadar glukosa darah pada penderita diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan pada beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, jantung, saraf, dan pembuluh darah. Kadar glukosa darah pada penderita diabetes dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti asupan, aktivitas fisik, dan lainlain.
Skripsi ini bertujuan untuk melihat perbedaan proporsi kadar glukosa darah pada penderita diabetes berdasarkan aktivitas fisik dan faktor lainnya. Penelitian ini dilakukan pada penderita diabetes di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu pada bulan April 2018. Desain penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan jumlah sampel 110 orang. Kadar glukosa darah diketahui melalui catatan medik responden, aktivitas fisik dan asupan diketahui melalui kuesioner aktivitas fisik GPAQ dan Semi-quantitative Food Frequency Questionnaire SFFQ.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 57,3 penderita diabetes memiliki kadar glukosa darah terkontrol. Uji chi-square menyatakan bahwa variabel aktivitas fisik, kepatuhan minum obat, asupan serat, durasi penyakit, dan stres memiliki perbedaan bermakna dengan kadar glukosa darah. Untuk meningkatkan angka kadar glukosa darah terkontrol pada penderita diabetes, disarankan untuk diberikan edukasi mengenai aktivitas fisik, kepatuhan minum obat, asupan serat, dan manajemen terhadap stres apabila diperlukan kepada penderita diabetes.

Diabetes mellitus is a metabolic disorder characterized by high blood glucose levels due to abnormalities in insulin secretion, insulin action, or both. High blood levels in diabetics are associated with long term damage, dysfunction, and failure of some organs, especially the eyes, kidneys, heart, nerves, and blood vessels. Blood glucose levels of diabetics can be influenced by various factors such as intake, physical activity, and others.
This study aims to see the differences proportion of blood glucose levels in diabetics based on physical activity and other factors. The study was conducted on diabetics at Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu on April 2018. The design of this study is cross sectional with a total sample of 110 people. Blood glucose levels are known through the medical records of respondents, physical activity and intake are known through physical activity questionnaires GPAQ and Semi quantitative Food Frequency Questionnaire SFFQ.
The results showed that 57.3 of diabetics had controlled blood glucose levels. Chisquare test showed that physical activity, medication adherence, fiber intake, duration of disease, and stress have significant differences with blood glucose levels. To increase the rate of controlled blood glucose in diabetics, it is recommended to be educated about physical activity, fiber intake, and management of stress if necessary in diabetics.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yani Sofiani
"Diabetes Melitus merupakan penyakit kronik yang dapat dikendalikan, hal ini menjadi bagian penting untuk memperlambat terjadinya komplikasi. Upaya pengendalian dapat berjalan efektif bila dilandasi oleh tingginya Awareness Diabetisi akan penyakitnya termasuk dalam monitoring kadar glukosa, alat monitoring gula darah yang ada dimasyarakat saat ini masih membutuhkan sampel darah menjadi masalah tersendiri bagi Diabetisi.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Disease Awareness Diabetisi melalui pengembangan model konsep pengelolaan diri Model SOFIANI dengan bantuan alat pendeteksi kadar glukosa darah non-invasif. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap, tahap 1 pengembangan model kondep pengelolaan diri, tahap 2 pengembangan alat pendeteksi kadar glukosa darah non-invasif, dan tahap 3 uji coba model dengan desain eksperimen yang melibatkan 59 responden pada tahap 3, pada tahap 2 melibatkan 344 responden. Analisis data menggunakan paired t test dan general linier model repetead measure.
Hasil analisis diperoleh data terdapat peningkatan skor Diabetes Self Cara Management, penurunan tingkat stres dan kadar HbA1c pada kelompok intervensi pada variabel outcome, sedangkan pada variabel intermediate terlihat penurunan kadar glukosa darah puasa yang efektif sejak minggu 6, peningkatan waktu melakukan aktifitas dan kepatuhan dalam menggunakan terapi. Kesimpulan Model SOFIANI dapat meningkatkan disease awareness dengan indikator variabel outcome dan intermediate. Saran manajemen keperawatan memberikan kebijakan agar model SOFIANI ini dapat digunakan untuk terlaksananya asuhan yang berkesinambungan Continuity of care.

Diabetes mellitus is a chronic disease which can be controllable, and that is being an important part to delay the complication. Control efforts, which, guided by a higher awareness of the patients, can run effectively. Especially the patient 39 s awareness of disease prognosis and blood glucose monitoring. Blood sugar monitoring devices which exist in the community still need a blood sample, in the examination process, and this is being a problem for people with diabetes.
The purpose of this study was to increase the disease awareness among diabetic patients through the concept of self management model SOFIANI equipped with the non invasive blood glucose monitoring tool. This study consisted of the three following steps 1 the development modelofself management concept, 2 the development of non invasive blood glucose detector, and 3 the experimental design for the testing model. A total of 344 respondents was involved in the second stage of this study, while a total of 59 respondents participated in the third stage of this study. Paired t test and General Linear Model with repeated measurement were used for data analysis.
The results of this study were to identified the increaseof diabetes self care management DSCM score, the decrease of stress and HbA1c levels among intervention group, especially for outcome variables.While in the intermediate variables the effectively decrease of blood glucose started from weeks 6, the increasing amount of time for exercise and the adherence towards therapy. Conclusion SOFIANI Model can increase disease awareness with the outcome and intermediate variables as an indicator. This model might be considered by nursing management in the hospital to be implemented to create the continuity of nursing care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
D2312
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tumakaka, Grace Yuliona Sirtin
"Anak dengan Diabetes Melitus Tipe 1 DMT1 sangat rentan mengalami gangguan tidur. Edukasi sleep hygiene merupakan intervensi yang dianjurkan untuk mengatasi gangguan tidur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh edukasi sleep hygiene terhadap kualitas tidur dan status glukosa darah pada anak DMT1 di Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes Anak dan Remaja IKADAR. Jenis penelitian quasi experimen pre-post test with control group. Sampel penelitian adalah penderita DMT1 usia 6-18 tahun yang tergabung di IKADAR berjumlah 46 terbagi atas 23 anak kelompok intervensi dan 23 anak kelompok kontrol. Kelompok intervensi mendapat edukasi selama 10 menit melalui video yang berisi tips sleep hygiene yang kemudian diterapkan selama 3 hari dan kelompok kontrol mendapat intervensi standar. Kualitas tidur diukur menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI . Data glukosa darah saat bangun pagi diperoleh berdasarkan rekapan hasil pemeriksaan secara mandiri oleh sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan kualitas tidur meningkat p

Children with Diabetes Mellitus Type 1 DMT1 are susceptible to sleep disorders. Sleep hygiene education is the recommended intervention for sleep disorders. The purpose of this study was to identified the effect of sleep hygiene education on sleep quality and blood glucose status in children DMT1 in Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes Anak dan Remaja IKADAR . The type of this study was quasi experimental pre post test with control group. The sample was the patients aged 6 18 DMT1 who joined in IKADAR total 46 divided into 23 sample of the intervention group and 23 control group. The intervention group was educated for 10 minutes via a video containing sleep hygiene tips which are then applied for 3 days and the control group received standard intervention. Sleep quality was measured using the Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI . Data on blood glucose in the morning was collected based on a sample diary at home. The results of this study showed the sleep quality score increased p "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50587
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniati Setianingsih
"ABSTRAK
Diet Rendah Gula dan Tinggi Serat sebagai Intervensi Menurunkan glukosa Darah pada   Keluarga dengan Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Peningkatan jumlah penduduk dewasa di perkotaan sebagai populasi berisiko berdampak pada munculnya berbagai penyakit, diantaranya Diabetes Mellitus. Diet tidak seimbang dapat menjadi faktor risiko terjadinya Diabetes Mellitus. Tujuan karya ilmiah ini adalah untuk menggambarkan keefektifan intervensi keperawatan diet rendah dan gula tinggi serat dengan pendekatan keluarga selama lima minggu dalam menurunkan kadar glukosa darah. Hasil asuhan keperawatan diperoleh penurunan kadar glukosa darah pada Ibu R dari 258 mg/dL menjadi 146 mg/dL.Kesimpulan hasil karya ilmiah ini adalah intervensi diet rendah gula dan tinggi serat dengan pendekatan keluarga efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah. Hasil penelitian merekomendasikan diterapkannya intervensi diet rendah gula dan tinggi serat dengan melibatkan keluarga oleh perawat komunitas pada keluarga dengan masalah risiko ketidastabilan kadar glukosa darah.

ABSTRACT
Glucose Level in Family with Risk for Unstable Blood Glucose Level. The increase of adult population in urban areas as at-risk population have an impact on the emergence of various diseases, including Diabetes Mellitus. An unbalanced diet can be a risk-factor for Diabetes Mellitus. The purpose of this scientific paper is to describe the effectiveness of low sugar and high fiber diet intervention with family approach for five weeks in reducing blood glucose levels. The result obtained from nursing care show a decrease in blood glucose levels in Mrs. R from 258 mg/dL to 146 mg/dL. The conclusion is a low sugar and high fiber diet intervention with family approach was effective in reducing blood glucose levels. This results recommends the implementation of low sugar and high fiber diet intervention with family involvement by community nurses in families with a risk for unstable blood glucose levels. Diabetes Mellitus, diet, blood glucose.
"
2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Siti Oktavianti
"ABSTRAK
Terapi nutrisi medis merupakan salah satu intervensi untuk mengoptimalkan kontrol glikemik dan menyediakan kalori yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Pada pasien diabetes yang tidak dapat memenuhi kebutuhan gizinya melalui asupan makanan oral, membutuhkan enteral feeding. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui perbandingan pemberian enteral feeding secara bolus
dengan frekuensi tiga kali dan enam kali terhadap toleransi feeding dan kadar
glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini adalah penelitian dengan desain quasi experimental yang melibatkan 26 orang pasien diabetes
melitus tipe 2. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara frekuensi pemberian enteral feeding sebanyak tiga kali dan enam kali terhadap toleransi feeding (p = 0.000), ada perbedaan signifikan antara frekuensi pemberian enteral feeding sebanyak tiga kali dan enam kali terhadap kadar glukosa darah (p=0.000). Hasil Penelitian ini dapat membantu pengontrolan gula darah dengan pengaturan frekuensi pemberian nutrisi pada pasien diabetes melitus
tipe 2.

ABSTRACT
Medical nutrition therapy is one of the interventions to optimize glycemic control
and provide adequate calories to meet metabolic needs. In diabetic patients who cannot meet their nutritional needs through oral food intake, it requires an EnteralFeeding. This study aimed to compare the three times and six times
frequencies of bolus enteral feeding towards feeding tolerance and blood glucose levels in type 2 diabetes patients. This research was an experimental quasi-design
involving 26 type 2 diabetes patients. The results showed that there were a
significant difference between three times and six times frequencies of bolus
enteral feeding towards the feeding tolerance (p = 0.000); a significant difference
between three times and six times the blood glucose level (p = 0.000). The results suggest that feeding tolerance and blood control sugar level can be controlled with the frequencies of the enteral feeding."
2017
T48675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Kurnia Aryani
"ABSTRAK
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang terjadi saat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau bila tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya, ditandai dengan terjadi peningkatan kadar gula darah atau hiperglikemi dengan hasil pemeriksaan gula darah sewaktu > 200 mg/dl dan gula darah puasa >126 mg/dl. Diabetes mellitus menyebabkan 1,5 juta kematian, 2,2 juta resiko kematian, risiko penyakit kardiovaskular dan lainnya. Tujuan Penelitian ini mengetahui gambaran pola makan dan kepatuhan minum obat antidiabetik dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus, jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain studi cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu penderita diabetes melitus yang berkunjung ke Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara yang sudah dilakukan pemeriksaan kadar gula, sampel penelitian sebanyak 160 pasien dengan metode systematic random sampling. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan kuesioner. Teknik analisa data menggunakan uji chi square. Hasil analisis umur tidak berhubungan dengan kadar gula darah nilai p=0,270, Jenis kelamin tidak berhubungan dengan kadar gula darah nilai p=0,293, Pendidikan tidak berhubungan dengan kadar gula darah nilai p=0,202, Pola makan berhubungan dengan kadar gula darah nilai p=0,002, Kepatuhan Minum obat berhubngan dengan Kadar gula darah nilai p=0,003. Kesimpulan pola makan dengan kepatuhan minum obat berhubungan dengan kadar gula darah sedangakan karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin dan pendidikan tidak berhubungan dengan kadar gula darah.

ABSTRACT
Diabetes mellitus is a chronic disease that occurs when the pancreas does not produce enough insulin or when the body can not effectively, using the insulin it produces, is characterized by an increase in blood sugar or hyperglycemia with a blood glucose test result 200 mg dl and fasting blood sugar 126 mg dl. Diabetes mellitus causes 1.5 million deaths, 2.2 million death risks, cardiovascular disease and other risks. The purpose of this study to know the pattern of eating patterns and adherence to taking antidiabetic drugs with blood sugar levels of people with diabetes mellitus, This study type is analytic with cross sectional study design. Population in this research that is patient of diabetes mellitus who visited to Puskesmas of Cipinang Besar Utara Subdistrict which have been checked blood sugar level, research sample counted 160 patients with systematic random sampling technique. Data collection using documentation and questionnaires. Data analysis technique using chi square test. Age analysis was not related to blood glucose level p value 0.270, sex was not related to blood sugar level p value 0.293, education was not related to blood sugar level p value 0.202, diet was associated with blood sugar p value 0,002, Drug Compliance drug related to blood sugar level p value 0,003. Conclusions of diet with medication adherence are associated with blood sugar levels while individual characteristics including age, sex and education are not related to blood sugar levels."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kumaat, Connie Frances
"American Diabetes Association ADA dan World Health Organization WHO merekomendasikan kadar glukosa vena plasma untuk diagnosis diabetes. Perbedaan hasil pengukuran kadar glukosa serum dan plasma heparin belum diketahui kemaknaan klinisnya.
Penelitian bertujuan untuk membandingkan hasil pengukuran kadar glukosa menggunakan tabung dengan clot activator tanpa gel pemisah tabung II , tabung berisi litium heparin tanpa tabung III dan dengan tabung IV gel pemisah. Penelitian ini juga ingin mengetahui perbedaan kadar glukosa darah pada serum dari tabung dengan clot activator tanpa gel pemisah pengambilan pertama tabung I dan kedua tabung II.
Desain penelitian adalah potong lintang, menggunakan 100 subjek penelitian. Median kadar glukosa pada tabung I, II, III, dan IV berturut-turut sebesar 147,5 68 ndash; 593 mg/dL, 150,5 68 ndash; 603 mg/dL, 150,5 72 ndash; 612 mg/dL, dan 152 72 ndash; 605 mg/dL.
Berdasarkan analisis statistik, tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kadar glukosa pada tabung II, III, dan IV. Perbedaan kemaknaan klinis juga tidak ditemukan pada ketiga tabung tersebut karena dari uji ketepatan ISO 15197:2013 didapatkan penyimpangan berada dalam rentang 15 mg/dL untuk kadar glukosa.

American Diabetes Association ADA and World Health Organization WHO have recommended plasma glucose levels for the diagnosis of diabetes. Clinical significance of different results between serum glucose levels and heparin plasma glucose levels have not known yet.
This study aimed to compare the results of glucose measurements using tubes with clot activator without separator gel tube II, tubes containing lithium heparin without tube III and with tube IV separator gel. This study also wanted to find out the difference of blood glucose level in serum from tubes with clot activator without separator gel on first tube I and second tube II blood collection.
The study design was cross sectional, using 100 subjects. The median of glucose levels in tube I, II, III, and IV were 147,5 68 ndash 593 mg dL, 150,5 68 ndash 603 mg dL, 150,5 72 ndash 612 mg dL, and 152 72 ndash 605 mg dL, respectively.
Based on statistical analysis, there were no significant differences among glucose levels in tube II, III, and IV. Moreover, there were no clinical significance differences among them because according to ISO 15197 2013 accuracy test, the deviation was within 15 mg dL for glucose levels.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58571
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Prasetyani
"[ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang memerlukan kontrol gula
agar tidak terjadi komplikasi. Pengaruh patient empowerment terhadap kontrol gula
darah masih menghasilkan informasi yang berbeda. Sembilan puluh delapan
responden yang ditentukan menggunakan teknik consecutive sampling
berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil analisis data menggunakan regresi linier
berganda menunjukkan hubungan signifikan antara diabetes patient empowerment
(DES) dengan kontrol gula darah (HbA1c) setelah dikontrol dengan pengetahuan
dan jenis terapi DM (p = 0.023). Penelitian ini menyimpulkan bahwa setiap
peningkatan 1 skor empowerment akan menurunkan gula darah sebesar 0.53%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka perlu dikembangkan manajemen
penatalaksanaan DM tipe 2 berbasis empowerment khususnya dalam pemberian
edukasi DM.

ABSTRACT
Diabetes Melitus (DM) is a chronic disease that requires a blood glucose control
in order to prevent complications. The influences of patient empowerment and
blood glucose control showed difference information. Ninety-eight respondents
were determined using a consecutive sampling technique. The results of data
analysis using multiple linear regression showed a significant relationship between
diabetes patient empowerment (DES) with blood glucose control (HbA1c) in type 2
diabetes melitus patients after controlled with knowledge and regimen therapeutic
of DM (p = 0.023). The study concluded that every increase in 1 score of
empowerment will low a 0.53% of blood glucose control. The results suggests that
diabetes patient education should be based on patient empowerment approach, Diabetes Melitus (DM) is a chronic disease that requires a blood glucose control
in order to prevent complications. The influences of patient empowerment and
blood glucose control showed difference information. Ninety-eight respondents
were determined using a consecutive sampling technique. The results of data
analysis using multiple linear regression showed a significant relationship between
diabetes patient empowerment (DES) with blood glucose control (HbA1c) in type 2
diabetes melitus patients after controlled with knowledge and regimen therapeutic
of DM (p = 0.023). The study concluded that every increase in 1 score of
empowerment will low a 0.53% of blood glucose control. The results suggests that
diabetes patient education should be based on patient empowerment approach]"
2015
T43581
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>