Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193918 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elisabeth Jeanny Oetama
"Penuaan merupakan proses alami dimana kandungan kolagen akan menurun dan menyebabkan menurunnya kekuatan tulang dan kandungan mineral tulang akibat meningkatnya aktivitas resorpsi tulang oleh sel osteoklas. Oleh karena itu, penelitian dilakukan dengan pemberian pakan yang mengandung kolagen dan trikalsium fosfat Ca3 PO4 2 pada Rattus norvegicus yang defisiensi kalsium untuk mengamati kandungan mineral tulangnya. Terdapat pula perlakuan berupa pakan mengandung Ca3 PO4 2. Analisa terhadap mineral tulang dilakukan menggunakan Fourier Transform Infrared FTIR , X-Ray Diffraction XRD , dan Scanning Electron Microscopy SEM . Nilai intensitas rata-rata dan median dari histogram citra SEM antara kelompok tikus yang diberi pakan mengandung kolagen dan Ca3 PO4 2 dengan tikus yang defisiensi kalsium menunjukkan perbedaan jumlah rongga tulang trabekularnya. Hasil XRD menunjukkan terpisahnya bidang 112 dan 300 secara lebih baik dengan penggunaan pakan mengandung kolagen dan Ca3 PO4 2 dibandingkan Ca3 PO4 2 saja. Terpisahnya bidang 112 dan 300 secara lebih baik menunjukkan pertumbuhan kristal apatit karbonat yang lebih cepat. Spektrum FTIR dari grup tersebut menunjukkan perbaikan pada gugus fosfat 590-650 cm-1 dan sekitar 1.100 cm-1 dan gugus karbonat 1.350-1.600 cm-1 . Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan pemberian pakan yang mengandung kolagen dan kalsium fosfat pada tikus yang mengalami defisiensi kalsium mampu memperbaiki kondisi mineral tulang dengan lebih baik daripada pakan yang mengandung kalsium fosfat saja.

Aging is a naturally occurring process in which collagen content will decrease and cause decreased of bone strength and bone mineral content due to increased activity of bone resorption by osteoclast cells. Therefore, This research was conducted by using feed containing collagen and tricalcium phosphate Ca3 PO4 2 fed to calcium deficient Rattus norvegicus to observe mineral in rat bones. In addition, there was group of calcium deficient rats fed with Ca3 PO4 2. The analysis of bone mineral was done using Fourier Transform Infrared FTIR , X Ray Diffraction XRD , and Scanning Electron Microscopy SEM . The mean and median intensity values of the SEM images histogram between rat fed with collagen and Ca3 PO4 2 and calcium deficient rat showed differences in the number of trabecular bone cavities. The XRD analysis showed there was better separation of plane 112 and 300 in the rats fed with collagen and Ca3 PO4 2 compared to Ca3 PO4 2 only. The better separation plane showed the faster growth of apatite carbonate. FTIR spectrum of that group showed enhancement of phosphate groups 590 650 cm 1 and about 1,100 cm 1 and carbonate groups 1.350 1.600 cm 1 . Thus, the result of this study showed the feed containing collagen and Ca3 PO4 2 given to calcium deficient rats improved bone mineral condition better than Ca3 PO4 2 only."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Yuliadi
"Nano kalsium adalah kalsium fosfat yang memiliki ukuran partikel 50 - 150 nm . Ukuran yang kecil ini diharapkan dapat diserap lebih efektif ke dalam peredaran darah untuk selanjutnya dideposisi di tulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian nano kalsium pada diet terhadap serapan kalsium dalam tulang di hewan model tikus putih (Rattus norvegicus) strain Sprague dawley yang pada umumnya berusia 2 bulan. Sejumlah 50 ekor tikus mendapat perlakuan asupan nano kalsium dan variasi dosis kalsium, pada diet konvensional 20 ekor dan purified diet 30 ekor. Persiapan sampel femur dan tibia: tahap pertama, 16 ekor tikus diberi diet konvensional dengan pemeliharaan 5 minggu. Pada percobaan tahap pertama, menggunakan faktorial 2 X 2, faktor umur (2 dan 5 bulan) dan faktor diet (kontrol dan nano) lalu 4 ekor tikus usia 2 bulan lainnya dipelihara selama 3 dan 4 minggu. Selanjutnya pada tahap kedua, 12 ekor tikus umur 2 bulan diberi purified diet dan dipelihara 4, 7, dan 10 minggu, mendapat dua perlakuan yaitu kontrol dan nano. Sisanya 18 ekor tikus umur 2 bulan dipelihara 4 dan 10 minggu, diberi variasi dosis nano kalsium dengan dosis 0,5 dari kebutuhan normal kalsium, dosis 1,0 yang sesuai kebutuhan normal kalsium dan dosis 1,5 dari kebutuhan normal kalsium. Karakterisasi sampel: sampel femur dan tibia yang telah dihilangkan zat organiknya dengan larutan hydrazine, dilakukan pengukuran kandungan: mineral, kalsium, karbonat dan fosfat. Selain pengukuran itu, juga diperoleh struktur fase, morfologi dan komposisi elemen femur (distal epiphysis) pada posisi penampang melintang. Dalam melakukan karakterisasi sampel, ada yang mendapat perlakuan panas dan tidak. Dari hasil penelitian ini secara umum diperoleh informasi bahwa pemberian ataupun penambahan kalsium fosfat dalam bentuk partikel nano pada diet tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada kandungan mineral dalam tulang, namun perlakuan pada percobaan menunjukkan peningkatan serapan kalsium (P<0,01). Kemudian lebih jauh lagi diperoleh informasi bahwa fase femur dan tibia berada dalam sebagian besar fase kristalin namun dalam ukuran kecil-kecil.

Nano calcium is calcium phosphate which has a particle size of 50-150 nm. The small size is expected to be absorbed more effectively into the bloodstream to further deposited in bone. The experiment aims to study the effect of nano calcium allotment diet towards calcium absorpotion in the 2-month-old white rats (Rattus norvegicus) bone. Fifty rats treated nano calcium intake and calcium dose variation, on a conventional diet 20 rats and 30 rats purified diet. Femur and tibia samples preparation : first step, 16 rats were given a conventional diet with 5 weeks of maintenance. In the first step of experiment, use 2X2 factorial, age factor (2 and 5 months) and diet factor (control and nano). Then 2-month-old 4 rats others maintained for 3 and 4 weeks. The second step, 12 rats 2-month-old were given purified diet and maintained for 4, 7 and 10 weeks, received two treatments that are control and nano. The rest 18 rats aged 2 months maintained 4 and 10 weeks, were given a dose variation nano calcium to 0.5 of normal calcium requirements, the appropriate dose of 1.0 normal requirement of calcium and a dose of 1.5 from the normal requirement of calcium. Characterization of samples: sample femur and tibia that has been removed with a solution of hydrazine organic substances, measurement of content; mineral, calcium, carbonate and phosphate. In addition to the measurement, it also obtained the phase structure, morphology and composition of the elements of the femur (distal epiphysis) on the position of the cross section. In characterization process, some samples were heat-treated. From these results, it is generally obtained information that giving or the addition of calcium phosphate in the form of nanoparticles in the diet did not have a significant influence on the mineral content in the bones, however the treatments in the experiment showed enhancement of calcium absorption (P<0,01). And for furthermore get information that the minimal of femur and tibia were in most of the crystalline phase, but in a small size."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
D2212
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Julia
"Tulang merupakan komposit kolagen dan mineral. Kolagen bersifat elastis bertindak sebagai matriks pada tulang. Adapun hidroksiapatit (HA) memiliki modulus elastis tinggi, bersifat rapuh, berikatan kimia dengan kolagen, memberi sifat kaku dan kuat pada tulang. Pembuatan biokomposit dengan fraksi volume kolagen dan orientasi serat matriks yang bervariasi akan dapat diproduksi suatu komposit ringan yang memiliki kekuatan tinggi dengan sifat anisotropi seperti tulang alami. Dalam penelitian ini, dilakukan pembentukan komposit dengan komponen kalsium fosfat dan kolagen. Kolagen diisolasi dari beberapa sumber limbah antara lain; limbah ikan dan limbah ayam.
Berdasarkan hasil uji protein kasar, FTIR, dan SEM menunjukkan bahwa limbah ayam memiliki potensi untuk menjadi sumber alternatif dari produksi kolagen. Metode iradiasi gelombang mikro pada sintesis kalsium fosfat, menghasilkan kemurnian hasil dengan ketepatan nilai parameter kisi bernilai diatas 99% untuk kedua variasi (sintering dan tanpa sintering). HA sintering memiliki indeks kristalinitas yang lebih tinggi dari tulang manusia (3.23>0.33). Namun, HA non-sintering memiliki indeks kristalinitas pada rentang indeks kristalinitas tulang manusia.
Sintesis komposit apatit kolagen dengan metode presipitasi ek situ telah berhasil dilakukan. Berdasarkan karakteristik fisik yang dilakukan menunjukkan bahwa pada semua masa rasio komposit memperlihatkan deposisi kristal HA pada permukaan kolagen. Studi pendahuluan ini akan bermanfaat untuk studi pembentukan komposit kalsium fosfat/kolagen sebagai bioamterial.

Bone is a composite of collagen and minerals. Collagen is an elastic material that acts as a matrix of bone. The hydroxyapatite (HA) has a high elastic modulus, and brittle. The combination chemically of collagen on HA gives a strong and rigid nature to the bone. The production of bio-composites with varying collagen volume fraction and matrix fiber orientation will produce a lightweight composite that has high strength with anisotropic properties such as natural bone. In this study, composites were formed with calcium phosphate and collagen components. Collagen was isolated from three sources of waste including; goramy fish scale, the cuticle of chicken feet and the inner layer of chicken gizzard.
Based on the crude protein analysis, FTIR, and SEM revealed that the inner layer of the chicken gizzard was potential to be an alternative source of collagen production. Microwave irradiation technique produced the purity of results with the accuracy of the lattice parameter above 99% for both variations (sintering and without sintering). Sintered HA had a higher crystallinity index than the human bone (3.23 > 0.33). But, the unsintered HA had the crystallinity index at the range of human bone`s crystallinity index.
The synthesis of apatite collagen composite with precipitation method was successfully carried out. The SEM examination showed the deposition of apatite crystals on the surface of collagen. Based on the all physical characterization revealed that all of the ratio mass of the composites the heterogenous strongly adhered throughout the collagen surface. The preliminary study will be beneficial for leading the formation of composites of collagen/HA as biomaterials.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T53506
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karin Gina Suherman
"Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 atau yang dikenal dengan PCSK9 adalah protein yang berasal dari hati dan berperan dalam degradasi reseptor low-density lipoprotein, sehingga menjadikannya target terapeutik yang menjanjikan dalam penurunan kolesterol. Pengembangan obat yang menargetkan PCSK9 telah menarik banyak perhatian, maka dari itu perlu adanya metode pembuatan hewan model PCSK9 yang dapat diterapkan di Indonesia, di mana hewan uji yang paling sering ditemukan dalam penelitian adalah mencit dan tikus tipe wild yang memiliki beragam gen walaupun jenis atau galur yang digunakan sama. Sebuah studi menunjukkan diet tinggi fruktosa dapat meningkatkan kadar dan ekspresi PCSK9 pada manusia. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan model hewan PCSK9 dengan tikus Wistar jantan yang diinduksi diet tinggi fruktosa selama 4 minggu. Parameter yang dinilai adalah kadar PCSK9 di plasma dan hati yang diukur dengan ELISA dan ekspresi PCSK9 beserta faktor transkripsi lainnya seperti LDLR, HNF1α, dan SREBP2 hati yang diukur dengan western blot dan RT-qPCR. Pada tikus yang diinduksi fruktosa, terdapat peningkatan yang tidak signifikan terhadap kadar PCSK9 di plasma dibandingkan dengan kontrol (p>0,05). Sedangkan pada hasil ekspresi gen yang diuji dengan western blot dan RT-qPCR, menunjukkan mature PCSK9, LDLR, HNF1α, dan SREBP2 terjadi peningkatan ekspresi yang tidak signifikan (p>0,05) pada kelompok dengan induksi fruktosa dibandingkan kelompok kontrol. Penelitian ini menunjukkan tikus yang diinduksi fruktosa mungkin dapat menjadi pilihan sebagai model hewan PCSK9, namun dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan pengaruh diet tinggi fruktosa terhadap ekspresi PCSK9 dengan menganalisis faktor transkripsi lainnya.

Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9, also known as PCSK9, is a protein originating from the liver and plays a role in the degradation of low-density lipoprotein receptors, making it a promising therapeutic target in cholesterol reduction. The development of drugs targeting PCSK9 has garnered significant attention, hence there is a need for methods to create PCSK9 animal models that can be applied in Indonesia, where the most commonly used test animals in research are wild-type mice and rats with diverse genes, even within the same strain or type. A study shows that a high fructose diet can increase the levels and expression of PCSK9 in humans. In this research, a PCSK9 animal model was developed using male Wistar rats induced with a high fructose diet for 4 weeks. The parameters evaluated were PCSK9 levels in plasma and liver measured by ELISA and PCSK9 expression along with other transcription factors such as LDLR, HNF1α, and SREBP2 in the liver measured by western blot and RT-qPCR. In fructose-induced rats, there was an insignificant increase in plasma PCSK9 levels compared to the control (p>0.05). Meanwhile, the gene expression results tested with western blot and RT-qPCR showed that mature PCSK9, LDLR, HNF1α, and SREBP2 had an insignificant increase in expression (p>0.05) in the fructose-induced group compared to the control group. This study indicates that fructose-induced rats may be a viable option as a PCSK9 animal model, but further research is needed to explain the impact of a high fructose diet on PCSK9 expression by analyzing other transcription factors."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Purwasih
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31636
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Magdalena
"Studi pendahuhian untuk melihat efek diuretik ekstrak buah Ananas comosus L. terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar telah dilakukan. Pencekokan diberikan dengan larutan kontrol dan dengan perbandingan dosis larutan murni : akuabidestilata 1: 3, ! 2, 1 : I clan I : 0 I ml/1 00 g berat badan. Pengaruh pencekokan terhadap volume urin dapat diketahul 6 jam sesudah pencekokan. Uji statistik terhadap hasH percobaan menunjukkan bahwa ekstrak buah Ananas cotnosus dengan dosis larutan murni akuabidestilata 1 2, 1 mI/i 00 g berat badan tidak mempengaruhi volume total urin, tetapi dosis larutan murni : akuabidestilata I 3 I mlIIOO g berat badan meningkatkan volume total i.win. Dengan demikian Ananas cornosus dengan konsentrasi tersebut mempunyai efek diuretik terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Latifah
"Buah Leunca (Solanum nigrum L.) adalah salah satu tanaman obat Indonesia yang dikenal memiliki aktivitas sebagai antidisentri, antiinflamasi, dan fitoestrogen. Kandungan kimia buah leunca antara lain diosgenin, solanin, solamargin, dan chaconine. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak etanol buah leunca (Solanum nigrum L.) terhadap pengurangan kerapuhan tulang pada tikus betina galur Sprague-Dawley. Tiga puluh ekor tikus dibagi dalam 6 kelompok terdiri atas kelompok kontrol normal, kelompok ovariektomi (OVX), kelompok OVX-tamoxifen dosis 1,8 mg/kg bb, dan 3 kelompok OVX-ekstrak etanol buah leunca dosis 150 mg/kg bb, 300 mg/kg bb, dan 600 mg/kg bb. Bahan uji diberikan selama 12 minggu berturut-turut. Parameter yang diamati adalah kadar kalsium dan alkalin fosfatase (ALP) darah serta histologi tulang femur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mulai dosis 300 mg/kg bb terjadi peningkatan densitas dan ketebalan trabekula tulang femur yang bermakna (α < 0,05) bila dibandingkan kontrol ovariektomi dan setara dengan kontrol normal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian ekstrak etanol buah leunca memiliki potensi mengurangi kerapuhan tulang.

Black Nightshade fruit (Solanum nigrum L.) is one of Indonesian medicinal plant which known showing many activities such as antidisentry, antiinflamation, and also as phytoestrogen. Black Nightshade fruit contains diosgenin, solanine, solamargine, and chaconine. This research was conduct to investigate the effect of ethanolic extract of black nightshade fruit (Solanum nigrum L.) on ovariectomized rats bone loss. Thirty-3-months-old female rats Sprague-Dawley strain were randomly divided into six groups, namely 3 control groups and 3 treatment groups. The control groups consist of normal group, ovariectomized (ovx) group, and ovx group treating with tamoxifen 1,8 mg/kg bb. The treatment groups consist of the ovx group treating with ethanolic extract of black nightshade fruit dose of 150 mg/kg bb, 300 mg/kg bb, and 600 mg/kg bb. The treatment done every day for 12 weeks.
The result showed that start on 300 mg/kg bb, ethanolic extract of black nightshade fruit increased significantly (α < 0,05) the density and thickness of trabecular of femur bone. We can conclude that ethanolic extract of black nightshade fruit has potentially effect to decrease bone loss."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S44480
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Amanda Purnamasari
"Bifasik kalsium fosfat (BCP) gabungan dari hidroksiapatit (HA) material bioaktif dengan ꞵ-Trikalsium Fosfat (ꞵ-TCP) material yang mudah diserap (resorbable). Karenanya, BCP mempunyai tingkat degradasi dan sifat osteokonduktif yang tinggi, sehingga berpotensi besar sebagai bahan pengganti tulang. Namun, BCP bersifat rapuh. Untuk memperbaiki sifat rapuh ini, BCP dikompositkan dengan kolagen karena kolagen mampu memperbaiki sifat BCP yang rapuh. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis komposit BCP/Kolagen dengan metode presipitasi basah secara ek-situ dengan rasio BCP/Kolagen: 90/10; 80/20 dan 70/30 (wt.%). BCP disintesis menggunakan iradiasi gelombang mikro 720 W selama 45 menit. BCP yang dihasilkan akan disintesis menjadi komposit BCP/Kolagen. Hasil XRD BCP murni menunjukkan adanya dua fasa yaitu HA (25%) dan β-TCP (75%). Kolagen berasal dari biowaste berupa GIL ayam. Hasil FTIR kolagen GIL memperlihatkan adanya gugus fungsional khas kolagen pada bilangan gelombang 3280 cm-1 (amida A), 2963 cm-1 (amida B), 1648 cm-1 (amida I), 1451 cm-1 (amida II), dan 1241 cm-1 (amida III). Sementara, hasil XRD komposit BCP/Kolagen menunjukkan terbentuknya fasa β-TCP, fasa HA, dan fasa impuritas oxyapatite dan phosphorous oxide pada semua variasi komposit BCP/Kolagen. Gugus fungsional khas (OH-), (PO43-) dan (N-H) hadir pada semua variasi terlihat pada hasil FTIR menandakan bahwa BCP dan kolagen telah berikatan. Hasil SEM memperlihatkan semakin banyak kandungan kolagen maka semakin kecil ukuran partikel yang terbentuk.

Biphasic calcium phosphate (BCP) is a combination of hydroxyapatite (HA) bioactive material with ꞵ-Tricalcium Phosphate (ꞵ-TCP) resorbable material. Therefore, BCP has a high level of degradation and osteoconductive properties, so it has great potential as a bone substitute. However, BCP is brittle. To improve this brittle nature, BCP combined with collagen because collagen can improve the brittle nature of BCP. This study aims to synthesize BCP/Collagen composites by wet precipitation ex-situ method with BCP/Collagen ratio: 90/10; 80/20 and 70/30 (wt.%). BCP was synthesized using microwave irradiation with 720 W power for 45 minutes and have two phases, namely HA (25%) and ꞵ-TCP (75%) from XRD results. The resulting BCP will be synthesized into BCP/Collagen composites. The collagen used was derived from biowaste of the inner layer of chicken gizzard (GIL). FTIR results of GIL collagen showed the presence of functional groups typical of collagen at wavenumbers 3280 cm-1 (amide A), 2963 cm-1 (amide B), 1648 cm-1 (amide I), 1451 cm-1 (amide II), dan 1241 cm-1 (amide III). Meanwhile, XRD results of BCP/Collagen composites showed the formation of ꞵ-TCP phase, HA phase, oxyapatite and phosphorous oxide impurities in all variations of BCP/Collagen composites. The characteristic functional groups (OH-), (PO43-) and (N-H) were present in all variations seen in the FTIR results indicating that BCP and collagen had bound. SEM results show that more collagen content the smaller the particle size formed, where the smallest particle size is owned by BCP/30 sample of 26.170 μm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohmad Joni Pranoto
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fortifikan NaFeEDTA dalam susu kedelai terhadap kadar zat besi plasma darah tikus (Rattus norvegicus L.) jantan galur Sprague-Dawley. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sebanyak 25 ekor tikus putih jantan yang dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu KK 1 yang diberi pakan dan minum standar; KK 2 yang diberi pakan minum standar dan susu kedelai tanpa fortifikan; dan KP 1, 2, dan 3 yang diberi pakan minum standar dan susu kedelai dengan fortifikan NaFeEDTA berturut-turut dosis 1,35 mg Fe/ kgBB, 2,7 mg Fe/ kg BB, dan 5,4 mg Fe/ kgBB selama 21 hari berturut-turut. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-0 dan setelah perlakuan pada hari ke-21. Darah dipreparasi menggunakan destruksi basah lalu ditentukan kadar zat besinya dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Hasil uji ANAVA satu arah dan uji LSD (P < 0,05) menunjukkan perbedaan nyata pemberian fortifikan NaFeEDTA dalam susu kedelai terhadap kadar zat besi antar kelompok perlakuan. Peningkatan kadar zat besi tertinggi terjadi pada KP 3 di hari ke-21 yaitu 31,74% terhadap KK 1; dan 23,52% terhadap KK 2.

The effect of NaFeEDTA fortificant addition to soymilk on plasma iron concentration of male Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L.) had been studied. By using Complete Random Design (CRD), twenty five rats were divided into five groups. Normal control group (KK 1) which was administered with standard feeding and drinking only. Treatment control group (KK 2) which was administered with extra soymilk non fortificant, and three treatment groups which were administered with extra soymilk added with NaFeEDTA fortificant 1.35 mg Fe/kgbw (KP 1); 2.7 mg Fe/kgbw (KP 2); and 5.4 mg Fe/kgbw (KP 3). All of the five groups were treated for 21 days consecutively. The plasma iron concentration was measured by Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). One way ANOVA test and post hoc LSD test (P < 0.05) showed significant effect of NaFeEDTA fortificant addition to soymilk on plasma iron concentration in all treatment groups. The highest increase of plasma iron concentration was detected on KP 3 at t21 which is 31.74% to KK 1; and 23.52% to KK 2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>