Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162871 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gumilang Wiranegara
"Latar Belakang : Pemeriksaan DNA virus Human Papilloma HPV telah digunakan secara luas dalam program deteksi kanker serviks.Pemeriksaan HPV dapat dilakukan melalui pengambilan mandiri sehingga dapat meningkatkan angka cakupan deteksi dini kanker serviks. Namun akurasi klinis dari metode pengambilan mandiri terhadap pengambilan oleh dokter belum banyak dipublikasikan diIndonesia.Tujuan : Untuk mengetahui tingkat akurasi hasil pengambilan sampel mandiri untuk pemeriksaan DNA Hybrid Capture HPVrisiko tinggiterhadap pengambilan sampel oleh dokter dalam deteksi dini lesi pra kanker serviks.Metode : Penelitian uji diagnostikpotong lintangini dilakukan di Poliklinik Kolposkopi Obstetri dan Ginekologi RS Ciptomangunkusumo. Perempuan yang datang kepoliklinik dengan rujukan kelainan sitologi dan hasil inspeksi visual asam asetat positif masuk kedalam perlakuan. Subyek diambil secara konsekutif dan mengambil peran serta dengan melakukan pengambilan sampel apusan vagina secara mandiri dan berikutnya dilakukan pengambilan sampel apusan serviks oleh dokter. Pengambilan sampel menggunakan sikat apusan dari Digene, dan dilakukan pemeriksaanDNA HPV risiko tinggi dengan teknik Hybrid Capture dari Qiagen Lab. Hasil pengambilan sampel oleh dokter dijadikan sebagai standar baku. Dari kedua hasil tersebut dilakukan uji diagnostik kappauntuk menilai kesetaraan dari dua metode pengambilan sampel tersebut.Hasil :Didapatkan 70 subyek dengan kelainan sitologi dan IVA positif, satu diantaranya tidak melanjutkan pemeriksaan karena mengeluh nyeri saat memasukkan sikat apusan. Prevalensi HPV risiko tinggi pada populasi sampel ini adalah 44,9 . Dari hasil analisis kedua pemeriksaan didapatkan nilai kappa cukup baik sebesar 0,76 dengan akurasi hasil pengambilan mandiri sebesar 88,41 . Sensitifitas, spesifisitas, nilai duga positif dan nilai duga negatif metode pengambilan mandiri terhadap pengambilan oleh dokter sebesar 80,65 IK95 ; 63,72-90,81 , 94,74 IK95 ; 82,71-98,54 , 92,59 IK95 ; 76,63-97,94 , 85,71 IK95 ; 72,16-93,28 .Kesimpulan :Penelitian ini menunjukkan bahwa metode pengambilan sampel mandiri dan dokter terhadap HPV DNA risiko tinggi memiliki kesetaraan yang cukup baik. Pengambilan sampel mandiri dapat dijadikan sebagai metode alternatif deteksi dini kanker serviks di Indonesia. Kata kunci: Pengambilan sampel mandiri; Pengambilan sampel dokter; Uji HPV DNA

Background Human Papilloma Virus HPV DNA detection already widely used in cervical cancer screening program. HPV testing can be done on self taken sampling therefore it offers alternative opportunity to increase cervical cancer screening coverage. However clinical accuracy from self taken sampling methods compare to physician taken sampling has not widely published in Indonesia.Objective To determine the accuracy of Hybrid Capture HPV DNA high risk result from self taken sampling methods to physician taken sampling in cervical cancer screening.Methods This cross sectional diagnostic research conducting in O G Colposcopy polyclinic Ciptomangunkusumo Hospital. All women came with cytology abnormality dan positive VIA were enrolled. Subject was consecutively selected and took place in both vaginal self taken sampling and continued with physician taken sampling. Sample retrieval using Digene cytobrush and high risk HPV DNA test using Hybrid capture DNA II from Qiagen Labs. The sample result taken by physician was taken as gold standard. From those two methods were analyzed and compare with kappa diagnostic test to assess the equality of two methods.Result There were 70 subjects with cytology abnormality and positive VIA, one of them can not finished self examination due to feeling pain while inserting cytobrush. HPV prevalence from this sample population was 44.9 . From analysis result between two methods found kappa value was fairly good at 0.76 with self sampling accuracy was 88.41 . Sensitivity, specificity, positive predictive value and negative predictive value self taken sampling methods to physician taken sampling was 80,65 95 CI 63,72 90,81 , 94,74 95 CI 82,71 98,54 , 92,59 95 CI 76,63 97,94 , 85,71 95 CI 72,16 93,28 .Conclusion This study showed that HPV DNA testing self taken sampling and physician taken sampling had a good equality. HPV testing self sampling can be use as an alternative cervical cancer screening program in Indonesia. Keywords self taken sampling, physician taken sampling, HPV DNA test."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti N. Gunawan W
"ABSTRAK
Pendahuluan
Di Indonesia berdasarkan data dari Badan Registrasi Kanker Indonesia, karsinoma tiroid dengan frekuensi relatif 4,43%, menempati urutan ke 9 dari 10 keganasan yang sering ditemukan. Pada tindakan pembedahan tiroid, umum dilakukan pemeriksaan potong beku intra operatif untuk menentukan keganasan pada lesi tiroid serta menentukan tindakan definitif dan jenis operasi yang akan dikerjakan. Pemeriksaan potong beku itu sendiri memiliki beberapa kelemahan antara lain biaya yang lebih mahal, waktu pembiusan yang lebih lama dengan segala risikonya, serta ketidaksediaan pemeriksaan ini di setiap rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai akurasi pemeriksaan triple diagnostik pada nodul tiroid yang terdiri dari klinis, ultrasonografi, dan aspirasi jarum halus (bajah), yang dibandingkan dengan standar baku emas pemeriksaan histopatologi sehingga nantinya diharapkan triple diagnostik ini saja sudah cukup untuk dapat dipakai dalam merencanakan terapi definitif.
Metoda
Dilakukan pengumpulan data pasien dengan nodul tiroid dari rekam medis dari periode 2010-2011. Dilakukan penghitungan dan penentuan kriteria ganas atau jinak dari masing-masing unsur triple diagnostik, yang terdiri dari data klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisik), USG tiroid, dan bajah. Dilakukan analisis uji diagnostik dari triple diagnostik yang dibandingkan dengan pemeriksaan histopatologi pasca operasi sebagai standar baku emas.
Hasil
Terdapat 223 pasien dengan nodul tiroid. Dari jumlah tersebut data rekam medis yang lengkap didapatkan sebanyak 161 kasus. Jenis histopatologi terdiri dari karsinoma papiler (90,3%), folikular (3%), meduler (0,7%), anaplastik (6%). Didapatkan sensitivitas dan spesifisitas dari triple diagnostik pada nodul tiroid sebesar 77 % dan 94 %. Nilai prediksi positif 98%, nilai prediksi negatif 51,6%, dan akurasi sebesar 80,9%. Kombinasi dari pemeriksaan klinis, ultrasonografi dan bajah memberikan probabilitas ganas sebesar 92%.
Kesimpulan
Triple diagnostik belum dapat digunakan sebagai pemeriksaan yang ideal menggantikan pemeriksaan potong beku dalam menangani kasus nodul tiroid, tetapi pada kasus dengan unsur-unsur triple diagnostik yang konkordan ganas memiliki nilai prediksi positif (98%) dan probabilitas ganas (92%) yang tinggi sehingga pada kasus demikian memungkinkan untuk dilakukan tindakan definitif dengan tetap mempertimbangkan sensitifitas dan spesifitas unsur-unsur triple diagnostik pada masing-masing senter

ABSTRACT
Background
In Indonesia, based on data from Indonesian Cancer Registration Council, thyroid carcinoma with relative frequency of 4,43% ranks the ninth from the ten most common cancers in Indonesia. In thyroid surgery, it’s common to perform frozen section examination intraoperatively to determine malignancy and definitive operation. Frozen section has several limitations, for example: higher expense, longer duration of anesthetization, and it’s unavaibility in all hospital. The aim of this research is to evaluate accuracy of triple diagnostic, which is consisted of clinical findings, ultrasonography, dan fine needle aspiration biopsy, compared to golden standard of histopathological result, so that triple diagnostic only is enough to plan definitive treatment in patients with thyroid nodule.
Method
Data were collected from medical records from the period of 2010-2011. Each element of triple diagnostic was classified into either malignant or benign. Diagnostic test study was performed to analyze triple diagnostic which was compared to post operative histopathological result as a golden standard.
Results
There were 223 patients with thyroid nodule, but of all there were only 161 cases with complete medical record were compiled. Histopathological reports consisted of papillary carcinoma (90,3%), follicular (3%), medullary (0,7%), anaplastic (6%). Sensitivity and spesifity of triple diagnostic for thyroid nodule were 77% and 94%. Positive predictive value of 98%, negative predictive value of 51,6%, and accuracy of 80,9%. Combination of clinical findings, ultrasonography, and fine needle aspiration biopsy altogether gave probability of malignant of 92 %.
Conclusion: Triple diagnostic for thyroid nodule can not be used yet as ideal test to replace golden standard of histopatlogical result, but cases which concordant results of each triple diagnostic’s element have high both positive predictive value (98 %) and malignant probability (92 %). In cases as above, it is still possible to perform definitive operation while still considering both sensitivity and spesifity of all triple diagnostic’s elements in each center."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T33095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novie Rahmawati Zirta
"Latar Belakang: Angka kejadian Tuberkulosis Ekstra Paru (TBEP) lebih tinggi pada pasien dengan infeksi HIV. Pasien TBEP dengan infeksi HIV berisiko mengalami perburukan yang cepat dan angka kematian yang tinggi. Oleh karena nya perlu diketahui karakterisitik klinis setiap jenis TBEP agar dapat mendeteksi HIV dan memulai tatalaksana TBEP lebih dini.
Tujuan: Mengetahui pola demografi pasien TBEP dan mengetahui karakteristik klinis TBEP pada pasien HIV positif dan HIV negatif.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien TBEP di seluruh RSCM baik rawat jalan maupun rawat inap selama tahun 2008-2012. Semua data dikumpulkan dan diseleksi. Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien TBEP dewasa dan memiliki data rekam medis yang lengkap serta dilakukan pemeriksaan Elisa anti HIV. Data yang terkumpul diolah secara deskriptif dengan menggunakan piranti lunak SPSS.
Hasil: Penelitian ini mendapatkan 620 pasien TBEP yang terdiri dari 75,97% dengan HIV positif dan 24,03% dengan HIV negatif. Kelompok usia terbanyak 18-40 tahun. Jenis kelamin pria didapat sebesar 76,6%. Sebagian besar (57,7%) berpendidikan SMA dan sederajatnya dan 46,13% tidak bekerja. Distribusi organ terbanyak pada kelompok HIV positif adalah limfadenitis TB ( 42,59%) dan pada kelompok HIV negatif adalah meningitis TB (36,18%). Gambaran klinis sistemik terbanyak adalah penurunan berat badan, demam lama, dan lemah/lemas. Karakteristik klinis tiap jenis TBEP pada kelompok HIV positif dan HIV negatif pada umumnya serupa dan keluhan terbanyak adalah nyeri.
Simpulan : Proporsi TBEP pada pasien HIV positif lebih banyak dari pada HIV negatif. Pola demografi TBEP adalah sebagian besar pria, kelompok usia 18-40 tahun, berpendidikan SMA dan sederajatnya, sudah menikah, dan tidak bekerja. Karakteristik klinis setiap jenis TBEP pada pasien HIV positif dan HIV negatif serupa.

Background: Prevalence of Extrapulmonary TB (EPTB) increases along with an escalated number of HIV infection. Patients with EPTB with HIV infection are at risk of having rapid deterioration and higher death rate. Therefore, it is important to identify clinical characteristics of each EPTB in both HIV positive and negative patients allowing early EPTB management and thus decreasing its mortality rate.
Objectives: To recognize the demographic pattern of EPTB patients and identify clinical characteristics of EPTB in HIV positive and negative patients.
Methods: This was a cross sectional study that utilized secondary data from medical records of EPTB patients from all units in RSCM, both outpatient and inpatient during a period from 2008 - 2012. Data were gathered and selected. All EPTB patients who had complete medical record and had anti HIV ELISA examined were included in this study. Gathered data were processed descriptively by using SPSS software to be presented.
Result: This study obtained data from 620 EPTB patients consisted of 75,97% with HIV positive and 24,03% with HIV negative. Most patients were in 18 - 40 year-old age group, 70% were male, 57,7% had education at senior high school or equivalent level while 46,13% were unemployed. Distribution of organ involvement in HIV positive were lymphadenitis ( 42,59%) and in HIV negetive were meningitis (36,18%). Systemic clinical presentation were mostly weight loss, prolonged fever, and weakness/fatigue. Clinical characteristics in each EPTB both in HIV positive and negative were generally similar. The most common symptoms were pain.
Conclusion: EPTB proportion in HIV positive patients were higher than in HIV negative. Demographic pattern of EPTB were mostly male, age group 18 - 40 year-old, senior high school or equivalent level and unemployed. Clinical characteristics from each type of EPTB in HIV positive and negative were similar.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arvianda Kevin Kurnia
"Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan masalah global yang menyerang setidaknya 4.000 anak di Indonesia. Tingkat kematian telah menurun drastis sejak era highly active antiretroviral therapy (HAART), tetapi belum ada data kesintasan di Indonesia. Studi ini memaparkan tingkat kesintasan anak dengan HIV di rumah sakit rujukan tersier. Data anak dengan HIV yang telah mendapatkan ART dikumpulkan sejak 2003 dan diikuti secara kohort retrospektif. Uji log-rank dan regresi Cox digunakan untuk menganalisis faktor prediktor kesintasan. Dari 468 subjek, terdapat 54,7% pasien menyintas dalam median pemantauan 62,5 (0 – 194) bulan. Insidens rate kematian sebesar 7,6 per 100-person years. Faktor prediktor kematian adalah stadium IV HIV (hazard ratio (HR) 1,5; interval kepercayaan (IK) 95% 1,1 – 2,1, p = 0,014), infeksi tuberkulosis (HR 1,5; IK 95% 1,1 – 2,1, p = 0,012) dan kadar CD4 awal kurang dari 750 sel/mm3 (HR 1,5; IK 95% 1,0 – 2,2, p = 0,033). Tidak ada faktor prediktor bermakna dalam analisis multivariat. Hasil tersebut menunjukkan angka kematian di rumah sakit tersier Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara lain

Human Immunodeficiency Virus (HIV) infection causes global problem, with at least 4.000 children living with HIV in Indonesia. While the mortality has significantly decreased after highly active antiretroviral therapy (HAART), but no survival data available from Indonesia. This study reports the survival rates of HIV children in a third-level referral hospital. Data of HIV children were retrospectively collected from 2003 and were followed as a cohort. Log-rank and Cox regression analysis were calculated to identify survival predictors. Of 468 subjects, 54,7% survived over median 62,5 (0 – 194) months of observation. Death incidence rate was 7,6 per 100-person years. Death predictors were stadium IV HIV (hazard ratio (HR) 1,5; 95% confidence interval (CI) 1,1 – 2,1, p = 0,014), tuberculosis (HR 1,5; 95% CI 1,1 – 2,1, p = 0,012) and CD4 level below 750 cells/mm3 (HR 1,5; IK 95% 1,0 – 2,2, p = 0,033). Multivariate analysis found no significant predictors. This result shows that survival rates of this center is lower than other countries"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muliyadi
"ABSTRAK
Latar belakang Akurasi triple diagnostic USG guided FNAB untuk menentukan keganasan pada kasus nodul tirodi masih belum diketahui. Hal tersebut penting untuk diketahui sehingga tindakan definitif dan jenis operasi dapat ditentukan tanpa harus dilakukan pemeriksaan potong beku.Metode Penelitian dilakukan pada 131 pasien dengan pembesaran kelenjar tiroid pada periode Januari 2014 ndash; Desember 2014 dengan menggunakan desain potong lintang. Penelitian ini menghitung nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif, akurasi triple diagnostic dengan USG guided FNAB dibandingkan dengan histopatologi.Hasil Hasil penelitian ini menunjukan triple diagnostic yang concordant ganas memiliki sensitivitas 81,17 , spesifisitas 96,55 , nilai prediksi positif 98,57 , nilai prediksi negatif 36,36 , dan akurasi 85,08 .Kesimpulan Tingginya nilai prediksi positif yang didapatkan dalam penelitian ini, sehingga triple diagnostic dapat digunakan untuk terapi definitif tanpa dilakukan pemeriksaan potong beku intra operatif.

ABSTRACT
Background The triple diagnostic accuracy with Ultrasound guided FNAB to determine the risk of malignancy in cases of thyroid nodules remains unknown. It is important to know so that definitive measures and types of operations can be determined without the need for a frozen section. Methods The study was conducted using cross sectional design on 131 patients with thyroid nodule in the period of January 2014 December 2014. This study calculated the values of sensitivity, specificity, positive predictive value, negative predictive value, triple diagnostic accuracy with ultrasound guided FNAB compared with histopathological result.Results This study show triple diagnostic with malignant concordant has sensitivity of 81.17 , specificity of 96.55 , positive predictive value of 98.57 , negative predictive value of36.36 , and 85.08 accuracy.Conclusions The high positive predictive values obtained in this study, show that triple diagnostic can be used for definitive therapy without intraoperative frozen section"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syarif
"Kanker serviks masih merupakan permasalahan kesehatan perempuan di dunia, terutama dinegara berkembang. WHO melaporkan terdapat sekitar 500.000 kasus baru setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling sering pada perempuan. Lebih dari separuh penderita kanker serviks datang sudah dalam stadium lanjut, yang memerlukan fasilitas khusus untuk pengobatan. Disamping mahal, pengobatan terhadap kanker stadium lanjut juga memberikan basil yang tidak memuaskan dengan harapan hidup 5 tahun yang kurang dari 35%.' Meningkatnya stadium kanker memperburuk ketahanan hidup lima tahun penderitanya. Mengingat beratnya akibat yang ditimbulkan oleh kanker serviks dipandang dari segi harapan hidup, angka kesembuhan, lamanya penderitaan, serta tingginya biaya pengobatan, maka perlu program penapisan yang efektif dalam deteksi dini kanker serviks memang sangat diperlukan.
Penapisan kanker serviks di negara maju sudah dilakukan pada 50% perempuan dewasa, sedangkan di negara berkembang hanya 5%.' Padahal kematian penderita kanker serviks yang berusia 60 tahun ke atas disebabkan tidak pemahnya penderita melakukan penapis pada 3 tahun terakhir. Di Indonesia penerapan penapis dengan pap smir masih tersangkut dengan banyak kendala, antara lain luasnya wilayah negara, kurangnya sarana laboratorium dan tenaga ahli patologi anatomi/sitologi serta biaya yang cukup mahal yang masih harus ditanggung sendiri oleh mereka yang ingin melakukan penapis dengan metode pap smir. Hal yang sama juga dialami oleh negara-negara lain yang sedang berkembang.
Karena itu dibutuhkan altematif penapis yang lebih sederhana, mampu laksana, murah sehingga memungkinkan tercapainya cakupan yang Iebih luas serta dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter seperti bidan atau perawat. Dengan demikian dapat diharapkan Iebih banyak kasus ditemukan masih dalam tahap lesi prakanker serviks. Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) merupakan salah satu metode penapisan yang teiah cukup banyak diteliti dan menunjukkan akurasi pemeriksaan yang cukup baik untuk mendeteksi lesi prakanker serviks. IVA dapat dilakukan pada pelayanan kesehatan yang sederhana. Sayangnya walaupun pemeriksaan ini cukup sensitif namun temyata angka positif palsunya cukup tinggi yang berdampak pada nilai spesifrsitas serta nilai duga positifnya. Hal ini dapat menyebabkan cukup banyak kasus dengan WA positif yang sebenamya normal namun harus dikirirn untuk pemeriksaan lanjutan seperti kolposkopi atau mendapatkan terapi. Salah satu upaya menurunkan angka kejadian positifpalsu ini adalah melakukan penapisan dengan 2 tahap secara serial. Dengan metode ini dilakukan suatu pemeriksaan lain yang lebih spesifik sebagai penapis lanjutan apabila ditemukan kasus dengan WA positif. Salah satu metode pemeriksaan yang sudah direkomendasikan pada banyak penelitian sebagai triase pada metode penapisan dengan pap smir adalah tes HPV (Human Papiloma Virus) dengan metode Hybrid Capture H (HC II). Tes HPV dianjurkan sebagai prosedur tingkat kedua bagi kasus dengan basil pap smir borderline atau abnormal. Penggunaan tes ini dikaitkan bahwa perkembangan yang ada menunjukkan HPV saat ini merupakan penyebab utama kanker serviks. Karena efektifitas tes HPV sebagai penapis pada kasus dengan WA positif belum diketahui, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui data mengenai hal tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah : Belum diketahuinya akurasi tes HPV dengan Hybrid Capture II sebagai penapis pada kasus WA positif dalam upaya deteksi dini lesi prakanker serviks di Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21407
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwiek Ernajanti
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Kanker kolorektal merupakan tumor ganas ketiga di dunia.
Sembilan puluh lima persen kanker kolorektal merupakan adenokarsinoma yang
berasal dari lesi prekursor adenoma. Dilaporkan 15%-20% kanker terkait dengan
infeksi virus. Virus yang diduga berhubungan dengan kanker kolorektal adalah
human papilloma virus (HPV) dan tipe tersering adalah 16 dan 18. Hubungan
antara HPV dan kanker kolorektal masih menjadi perdebatan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan prevalensi infeksi HPV pada adenoma dan
adenokarsinoma kolorektal di Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM
Jakarta dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR). Bahan
dan Metode: Pemeriksaaan DNA HPV pada 33 kasus adenoma dan 33 kasus
adenokarsinoma kolorektal dengan teknik nested PCR MY/GP dan elektroforesis.
Pada kasus dengan hasil HPV positif, dilanjutkan PCR menggunakan primer
spesifik HPV 16 dan HPV 18. Subjek penelitian berasal dari Departemen Patologi
Anatomik FKUI/RSCM. Hasil: Satu dari 33 kasus (3,0%) adenoma dan 3 dari 33
kasus (9,1%) adenokarsinoma positif infeksi HPV. Satu kasus adenoma positif
HPV bukan merupakan tipe 16 dan 18. Satu kasus adenokarsinoma dengan
positif, HPV merupakan tipe 16, 2 kasus merupakan gabungan tipe 16 dan 18.
Kesimpulan: Prevalensi infeksi HPV pada adenokarsinoma lebih tinggi
dibandingkan adenoma kolorektal. Tipe HPV pada kasus adenokarsinoma
kolorektal merupakan tipe 16 dan 18.

ABSTRACT
Background : Colorectal cancer is the third malignant tumor in the world.
Ninety-five percent of colorectal cancers are adenocarcinomas derived from
precursor lesions adenoma. There are 15% -20% of cancers associated with viral
infections. Virus are suspected associated with colorectal cancer is the human
papilloma virus (HPV) and the most common types are 16 and 18. The
relationship between HPV and colorectal cancer is still being debated. This study
purpose to determine the prevalence differences of HPV infection in colorectal
adenomas and adenocarcinomas in the Department of Anatomic Pathology,
FKUI/RSCM Jakarta by using the polymerase chain reaction (PCR). Materials
and Methods : HPV DNA examination on 33 cases of adenoma and 33 cases of
colorectal adenocarcinoma by nested MY/GP PCR technique and electrophoresis.
In the cases with positive HPV results, continue by specific primers HPV 16 and
HPV 18 PCR. The subject of the study came from the Department of Anatomic
Pathology, FKUI/RSCM. Result : One (3.0%) adenomas and 3 (9.1%)
adenocarcinoma from 33 cases adenoma and adenocarcinoma are HPV positive.
One case of HPV positive adenomas are not types 16 and 18. HPV positive
adenocarcinoma, 1 case was type 16, two cases are combination of types 16 and
18. Conclusion : The HPV prevalence in adenocarcinoma was higher than
colorectal adenoma. HPV types on positive colorectal adenocarcinoma cases are
types 16 and 18., Background : Colorectal cancer is the third malignant tumor in the world.
Ninety-five percent of colorectal cancers are adenocarcinomas derived from
precursor lesions adenoma. There are 15% -20% of cancers associated with viral
infections. Virus are suspected associated with colorectal cancer is the human
papilloma virus (HPV) and the most common types are 16 and 18. The
relationship between HPV and colorectal cancer is still being debated. This study
purpose to determine the prevalence differences of HPV infection in colorectal
adenomas and adenocarcinomas in the Department of Anatomic Pathology,
FKUI/RSCM Jakarta by using the polymerase chain reaction (PCR). Materials
and Methods : HPV DNA examination on 33 cases of adenoma and 33 cases of
colorectal adenocarcinoma by nested MY/GP PCR technique and electrophoresis.
In the cases with positive HPV results, continue by specific primers HPV 16 and
HPV 18 PCR. The subject of the study came from the Department of Anatomic
Pathology, FKUI/RSCM. Result : One (3.0%) adenomas and 3 (9.1%)
adenocarcinoma from 33 cases adenoma and adenocarcinoma are HPV positive.
One case of HPV positive adenomas are not types 16 and 18. HPV positive
adenocarcinoma, 1 case was type 16, two cases are combination of types 16 and
18. Conclusion : The HPV prevalence in adenocarcinoma was higher than
colorectal adenoma. HPV types on positive colorectal adenocarcinoma cases are
types 16 and 18.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Rizka Wardhani
"Latar belakang: Kota Depok mengalami kenaikan 110 kasus kanker serviks pada 2021-2022. Sebagian besar kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi human papillomavirus (HPV). Program imunisasi HPV di Indonesia terintegrasi dengan imunisasi sekolah. Cakupan HPV nasional pada 2021 adalah 78,5% pada dosis 1 dan 60,6% pada dosis 2 dan data cakupan terakhir Kota Depok tahun 2023 adalah 85,3% (di bawah target 90%). Cakupan imunisasi bergantung pada peran orang tua sebagai pemegang keputusan imunisasi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mencari determinan status imunisasi HPV anak terutama dari aspek orang tua dan mendapatkan informasi alasan anak tidak menerima vaksin. Metode: Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan teknik cluster random sampling. Studi ini melakukan analisis univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan regresi logistik. Hasil: Cakupan imunisasi HPV pada populasi sampel 79,2%. Dua alasan terbanyak mengapa anak tidak vaksin adalah tidak mendapatkan informasi dari sekolah (41,5%) serta anak sakit atau tidak masuk sekolah (26,8%). Analisis bivariat menunjukkan bahwa persepsi hambatan orang tua yang rendah (OR 3,57; 95% CI: 1,69-7,51) dan orang tua yang mendapatkan cukup dukungan informasi dari penyedia layanan (OR 2,86; 95% CI 1,14-7,22) memiliki odds yang lebih besar untuk mendapatkan imunisasi HPV. Kesimpulan: Banyaknya orang tua/wali yang tidak mendapatkan informasi dari sekolah dan anak tidak hadir saat jadwal imunisasi, menyiratkan perlu adanya evaluasi prosedur penyampaian informasi serta tindakan proaktif dalam menghubungi orang tua/wali dari anak yang melewatkan imunisasi secara berulang.

Background: Depok City experienced an increase of 110 cervical cancer cases in 2021-2022. Most cases of cervical cancer are caused by human papillomavirus (HPV) infection. The HPV immunization program in Indonesia is integrated with school immunization. The national HPV coverage in 2021 is 78.5% at dose 1 and 60.6% at dose 2 and the latest coverage data for Depok City in 2023 is 85.3% (below the 90% target). Immunization coverage depends on the role of parents as decision makers for child immunization. This study aims to find the determinants of children's HPV immunization status, especially from the parents' aspect and get information on the reasons why children do not receive the vaccine. Methods: The study design used was cross sectional with cluster random sampling technique. This study conducted univariate analysis using frequency distribution and bivariate analysis using logistic regression. Results: HPV immunization coverage in the sample population was 79.2%. The top two reasons for not vaccinating children were lack of information from the school (41.5%) and sickness or absence from school (26.8%). Bivariate analysis showed that low perceived parental barriers (OR 3.57; 95% CI: 1.69-7.51) and parents who received enough information support from providers (OR 2.86; 95% CI 1.14-7.22) had greater odds of HPV immunization. Conclusions: The high number of uninformed parents/guardians from schools and missed immunizations implies the need to evaluate information delivery procedures and proactively contact parents/guardians of recurrent missed immunizations."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Wilmayanti
"Salah satu media cetak yang umum dimanfaatkan oleh Puskesmas untuk upaya kesehatan promotif adalah poster. Kanker serviks menjadi kasus kanker penyebab kematian tertinggi nomor tiga dengan jumlah 21.003 (9,0%) di Indonesia. Penyebab kanker serviks diketahui adalah HPV (Human Papilloma Virus) sub-tipe onkogenik, terutama sub-tipe HPV16 dan 18. Vaksinasi HPV efektif dalam menstimulasi terbentuknya antibodi untuk memberikan perlindungan terhadap infeksi HPV. Pertambahan kasus baru dan kematian akibat kanker serviks di Indonesia mendorong vaksin HPV menjadi vaksin wajib diberikan sebagai bagian dari program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Program vaksinasi HPV perlu diikuti dengan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam rangka menurunkan angka morbiditas dan mortalitas kanker serviks akibat infeksi HPV. Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan informasi terkait kejadian kanker serviks serta program vaksinasi HPV yang sudah dilaksanakan dalam rangka menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat infeksi HPV. Informasi hasil studi literatur yang dicantumkan dalam poster meliputi statistik pertambahan kasus serta kematian akibat kanker serviks di Indonesia tahun 2020, infeksi HPV, efektivitas dan keamanan vaksin HPV, biaya vaksinasi HPV melalui program BIAS, target dan dosis vaksinasi. Intervensi oleh tenaga kesehatan, misal apoteker menggunakan media poster dapat meningkatkan efektivitas media poster terhadap pengetahuan pasien dan/atau masyarakat.

One of the common print media used by Sub-District Health Centers for promotional health program is posters. Cervical cancer is the third highest cause of cancer cases with 21,003 (9.0%) in Indonesia. The cause of cervical cancer is known to be oncogenic sub-types of HPV (Human Papilloma Virus), especially sub-types HPV16 and 18. HPV vaccination is effective in stimulating the formation of antibodies to provide protection against HPV infection. The increase in new cases and deaths due to cervical cancer in Indonesia has pushed the HPV vaccine to become a mandatory vaccine given as part of the School Immunization Month (BIAS) program. The HPV vaccination program needs to be followed by education to increase public knowledge and awareness. A literature study was carried out regarding the incidence of cervical cancer and the HPV vaccination program that has been implemented to reduce morbidity and mortality rates. Information on the results of literature studies included in the poster are statistics on the increase in cases and deaths due to cervical cancer in Indonesia in 2020, HPV infections, effectiveness and safety of the HPV vaccine, costs of free HPV vaccination through the BIAS program, vaccination targets and doses. Intervention by pharmacists using poster media, can increase the effectiveness of poster media on patient and/or public knowledge.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwinanda Aidina Fitrani
"Latar belakang: Infeksi virus Epstein-Barr (EBV) dapat menjadi infeksi oportunistik pada anak dengan HIV. Gejala infeksi EBV sulit dibedakan dengan infeksi HIV dan bersifat laten. Infeksi EBV laten dapat reaktivasi mulai dari gangguan limfoproliferatif hingga terjadinya keganasan. Di Indonesia belum ada data mengenai infeksi EBV pada anak dengan HIV.
Tujuan: Mengetahui proporsi, karakteristik dan faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya infeksi EBV pada anak dengan HIV di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Metode: Penelitian potong lintang untuk melihat karakteristik infeksi EBV pada anak dengan HIV dan faktor-faktor yang berhubungan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, periode bulan September 2020 hingga Februari 2021. Sampel darah diambil untuk dilakukan pemeriksaan PCR EBV kualitatif (whole blood), darah perifer lengkap, kadar CD4 dan viral load HIV.
Hasil: Total subyek 83 anak dengan HIV. Proporsi subyek terinfeksi EBV sebesar 28,9%, dengan rerata usia 9,58 tahun. Limfadenopati merupakan gejala terbanyak, meskipun tidak dapat dibedakan dengan infeksi lain. Dua anak mengalami keganasan akibat EBV yaitu Limfoma Non Hodgkin dan leiomiosarkoma. Sebanyak 75% subyek terinfeksi EBV yang berusia di bawah 12 tahun mengalami anemia (rerata Hb 10,68 ± 2,86 g/dL), dapat disebabkan infeksi EBV atau penyebab lain. Hasil analisis bivariat menunjukkan kadar viral load HIV > 1000 kopi/mL berhubungan dengan terjadinya infeksi EBV pada subyek (OR 2,69 (1,015-7,141); P = 0,043).
Simpulan: Proporsi anak dengan HIV yang terinfeksi EBV di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta adalah 28,9%, dengan kadar viral load HIV > 1000 kopi/mL berhubungan dengan terjadinya infeksi EBV pada anak dengan HIV.

Background: Epstein-Barr virus (EBV) infection can be an opportunistic infection in HIV-infected children. EBV infection is difficult to be differentiated from HIV infection, and it can be latent. Latent EBV infection can reactivate into lymphoproliferative disorders and malignancy. There is no data on EBV infection in HIV-infected children in Indonesia.
Objective: To identify the proportion, manifestations and factors associated with EBV infection in HIV-infected children in Dr. Cipto Mangunkusumo National Central Hospital Jakarta.
Methods: Cross-sectional study to examine the manifestations of EBV infection in HIV-infected children and it’s associated factors in Dr. Cipto Mangunkusumo National Central Hospital Jakarta, during September 2020 to February 2021. Blood samples were taken to examine qualitative EBV PCR (whole blood), complete blood count, CD4 levels and HIV viral load.
Results: Total subjects were 83 HIV-infected children. The proportion of children infected with EBV was 28.9%, with mean age 9.58 years. Lymphadenopathy was the most common symptoms, although it was difficult to differentiate from other infections. Two children have malignancy due to EBV, namely Non-Hodgkin's lymphoma and leiomyosarcoma. Total 75% of EBV-infected subjects under 12 years of age were anemic (mean Hb 10.68 ± 2.86 g/dL), could be due to EBV infection or other causes. Bivariate analysis showed HIV viral load levels > 1000 copies/mL were associated with EBV infection in subjects (OR 2.69 (1.015-7.141); P = 0.043).
Conclusion: The proportion of EBV infection in HIV-infected children in Dr. Cipto Mangunkusumo National Central Hospital Jakarta is 28.9%, with HIV viral load levels > 1000 copies/mL were associated with the EBV infection in HIV-infected children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>