Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88222 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nonik Eko Wahyuning Tiyas
"Permasalahan kondisi tata guna lahan DAS Ciliwung dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mengalami degradasi lingkungan sebesar 7,14 0,7 per tahun Bhakti, 2015. Implikasi perubahan tata guna lahan suatu DAS mengakibatkan sumber daya air terganggu, yaitu dapat menurunkan resapan air ke dalam tanah dan meningkatkan limpasan permukaan.
Tujuan penelitian ini menganalisa pengaruh perubahan tata guna lahan terhadap hidrograf banjir pada Sub-DAS Ciliwung Tengah hingga Pintu Air Manggarai dengan memperhitungkan karakteristik sempadan sungai dan diskretisasi spasial dengan menggunakan model hidrologi HEC-GeoHMS. Data inflow dari debit Bendung Katulampa tahun 2017, sedangkan data outflow menggunakan debit Pintu Air Manggarai tahun 2017.
Metode analisa dengan 3 skenario yaitu skenario 1 stream threshold area 174,39 km2 menghasilkan 1 sub-DAS, skenario 2 stream threshold area 25 km2 menghasilkan 3 Sub-DAS dan skenario 3 stream threshold area 15 km2 menghasilkan 9 Sub-DAS. Debit puncak hasil simulasi pada skenario 1 sebesar 142,80 m3/dt, skenario 2 sebesar 142,50 m3/dt dan skenario 3 sebesar 135,6 m3/dt.
Dari ketiga skenario, skenario 3 yang lebih mendekati data observasi dengan nilai koefisien Efisiensi Nash-Sutcliffe NSE 0,764. Selanjutnya skenario 3 digunakan untuk menghitung hidrograf banjir dengan menggunakan peta RTRW, dihasilkan debit puncak di Pintu Air Manggarai kala ulang 2 tahun sebesar 465,5 m3/dt, kala ulang 5 tahun sebesar 612,7 m3/dt dan kala ulang 10 tahun sebesar 722,6 m3/dt.
Semakin kecil diskretisasi spasial, semakin banyak Sub-DAS yang di delineasi dan semakin banyak reach yang dianalisa, sehingga semakin kecil bentangan dan detail karakristik sempadan sungai yang diamati yang dapat mempengaruhi nilai koefisien kekasaran saluran n Manning . Oleh karena itu, semakin kecil diskretisasi spasial Sub DAS, maka akan semakin menurunkan debit puncak banjir dan memperpanjang waktu puncak banjir.

The problem of Ciliwung Watershed Landuse condition in the last 10 years has environmental degradation of 7.14 0.7 per year Bhakti, 2015 . The implications of land use change in a watershed result in disturbed water resources, which can decrease water absorption into the soil and increase surface runoff.
The aims of this study are to analyze the effect of land use change on flood hydrograph in Middle Ciliwung Sub watershed to Manggarai Weir by taking into account the characteristics of riparian and spatial discretization using HEC GeoHMS hydrological model. Inflow data from discharge of Katulampa Weir in 2017, while outflow data using Manggarai Weir discharge in 2017.
The analysis method with 3 scenarios namely scenario 1 stream threshold area 174,39 km2 yield 1 sub watershed, scenario 2 stream threshold area 25 km2 yield 3 Sub watersheds and scenario 3 stream threshold area 15 km2 yielding 9 Sub watershed. The peak discharge simulation result in scenario 1 is 142,80 m3 s, scenario 2 is 142,50 m3 s and scenario 3 is 135,6 m3 s.
From the three scenarios, scenario 3 is closer to the observation data with the value of the Nash Sutcliffe Efficiency coefficient NSE 0,764. Further scenario 3 is used to calculate the flood hydrograph using the Land Use Plan map, resulting in peak discharge at the Manggarai Weir when the 2 year return period is 465.5 m3 s, 5 year return period is 612,7 m3 s and 10 years return period is 722,6 m3 s.
The smaller spatial discretization, the more delineated sub watersheds and the more reaches being analyzed, the smaller the expanse and the observed limits of riparian that can affect the value of the roughness coefficient n Manning . Therefore, the smaller spatial discretization of sub watershed, the more it will decrease the peak flood discharge and extend peak time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cecilia Ratna Puspita Sari
"Beberapa waktu terakhir ini, tiap tahunnya Jakarta selalu dilanda banjir. Saat ini model hidrologi telah banyak dikembangkan untuk membantu menganalisis permasalahan banjir, salah satu model hidrologi yang ada ialah HEC-GeoHMS. Pada penelitian ini dilakukan pelacakan banjir pada DAS Ciliwung di titik M.T. Haryono dengan menggunakan model HEC-GeoHMS. Penentuan keakuratan simulasi dilakukan dengan menggunakan metode Nash-Sutcliffe Efficiency NSE. Nilai NSE berkisar antara ndash; infin; hingga 1, semakin mendekati 1 maka akurasi model semakin akurat. Simulasi HEC-GeoHMS dilakukan pada beberapa tahun dengan menggunakan nilai CN berdasarkan peta tata guna lahan. Hasil simulasi memiliki keakuratan yang rendah dengan NSE untuk tahun 2006, 2011, dan 2016 masing-masing adalah 0.268, 0.361, dan -139.006. Untuk mendapatkan hasil simulasi dengan nilai akurasi yang tinggi dilakukan kalibrasi terhadap nilai CN DAS Ciliwung. Hasil kalibrasi yang dilakukan terhadap nilai CN DAS Ciliwung mendapatkan nilai NSE untuk tahun 2006, 2011, dan 2016 masing-masing adalah 0.999, 0.999, dan 0.704.

In the last few years, flood was occuring anually in Jakarta. Many studies with different approaches have been developed to solve this problem. In this research, flood routing conducted in Ciliwung at M.T. Haryono using model HEC GeoHMS. The accuracy of the simulation is determined using Nash Sutcliffe Efficiency NSE method. NSE score ranges from infin to 1. The model is more accurate if the NSE score getting closer to 1. The simulations were conducted in several years using CN value based on land use maps. The simulation results have low accuracy with NSE score for year 2006, 2011, and 2016 respectively are 0.268, 0.361, and 139.006. To obtain simulation results with high accuracy, CN value for Ciliwung Watershed was calibrated. The NSE score from simulations with calibrations performed on the CN value of Ciliwung Watershed for year 2006, 2011, and 2016 respectively are 0.999, 0.999, and 0.704.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Luthfi Werdiantoro
"ABSTRAK
Peningkatan jumlah penduduk di Jakarta mengakibatkan bertambahnya kebutuhan akan pemukiman dan fasilitas pendukungnya. Untuk memenuhi kebutuhan akan pemukiman tersebut dilakukan dengan berbagai cara dari pemanfaatan lahan terbuka hingga memanfaatkan sempadan sungai, khususnya Sungai Ciliwung. Pemanfaatan sempadan sungai ini mengakibatkan hilangnya kealamiahan sempadan sungai sehingga berubahlah kondisi hidrolis dari Sungai Ciliwung. Perubahan-peruhanan sempadan sungai ini akan sangat berpengaruh pada koefisien kekasaran saluran. Koefisien kekasaran sungai ini merupakan suatu nilai yang dipengaruhi oleh ketidakteraturan saluran, variasi penampang saluran, pengaruh penghalang, vegetasi, dan derajat belokan sungai. Perubahan koefisien kekasaran saluran akan mempengaruhi kecepatan aliran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh karakteristik sempadan sungai terhadap koefisien kekasaran alur sungai yang mempengaruhi kecepatan aliran yang akan mempengaruhi waktu tempuh puncak banjir. Pergeseran waktu tempuh puncak banjir dapat dilihat pada karakteristik hidrograf banjir rencana Sungai Ciliwung di ruas Bendung Katulampa hingga Pintu Air Manggarai. Identifikasi kondisi sempadan Sungai Ciliwung di ruas tersebut dilakukan dengan cara penelusuran sungai. Aplikasi HEC-RAS digunakan untuk mendapatkan hidrograf banjir rencana di Pintu Air Manggarai. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik sempadan sungai terhadap koefisien kekasaran alur, simulasi HEC-RAS dilakukan dengan menggunakan kondisi eksisting dan Natural condition untuk membandingkan hidrograf kedua kondisi tersebut. Dari simulasi HEC-RAS didapatkan hasil berupa nilai debit aliran perjamnya. Berdasarkan hasil simulasi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan debit puncak banjir dan lebih panjangnya waktu puncak banjir yang terjadi.

ABSTRACT<>br>
Increasing population in Jakarta leads to increased needs of settlement and its supporting facilities. To compensate, various ways are being done from utilization of open area to the riparian, especially in Ciliwung River. This utilization results in the loss of riparian natural ability that changes the hydraulic condition of Ciliwung River. These riparian changes will affect significantly to roughness coefficient. The roughness coefficient is a value that is affected by channel irregularity, variation of cross section, effect of obstraction, vegetation, and degree of meandering. Change of roughness coefficient will influence the velocity of the stream. The purpose of this research is to determine the effect of riparian characteristics to the roughness coefficient that affects the stream velocity, which has impact on the peak time. The peak time shift can be seen on flood hydrograph characteristics of Ciliwung River on Katulampa Weir until Manggarai sluice gate. Identification of Ciliwung riparian condition at that segment is conducted by river routing. HEC RAS application is used to get design flood hydrograph at Manggarai water gate. To get to know the influence of riparian characteristics to roughness coefficient, HEC RAS simulation is done using existing and natural condition to compare the hydrograph of those two conditions. From the simulation, the result is the value of flow rate per hour. Based on the simulation result, it can be concluded that there is a lower peak discharge and lengthened the duration of discharge."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windu Praputra Setia
"Kota Depok pada awalnya merupakan daerah agraris dan direncanakan sebagai daerah resapan air untuk ibukota Jakarta. Namun pada kurun waktu 20 tahun terakhir ini telah banyak terjadi perubahan tata guna lahan. Menjamurnya pembangunan perumahan di wilayah ini dan diikuti dengan tumbuhnya sarana dan prasarana penunjang seperti tempat-tempat komersil akan mempersempit ruang terbuka hijau untuk daerah resapan. Demikian halnya yang terjadi di wilayah Sub DAS Sugutamu. Laju pembangunan fisik memicu Sub DAS Sugutamu yang berada di bagian wilayah Kota Depok, berubah dari daerah pedesaan (rural) menjadi daerah perkotaan (urban). Perubahan tersebut menyebabkan Sub DAS Sugutamu mengalami banjir yang cukup mengkhawatirkan. Selain perubahan tata guna lahan di sekitar wilayah tersebut, penyempitan alur sungai sepanjang pemukiman juga menjadi faktor yang menyebabkan meningkatnya debit limpasan yang terjadi.
Mengacu pada hal tersebut, maka diperlukan suatu metode teknologi yang dapat menentukan debit limpasan yang akan terjadi. Metode teknologi yang dimaksud adalah metode rasional dan simulasi program TR-20. Akan tetapi diperlukan perbandingan metode yang mana yang lebih efektif untuk menghitung debit limpasan yang terjadi di Sub DAS Sugutamu, Kota Depok.
Dari hasil perhitungan analisa yang dilakukan menunjukan bahwa tata guna lahan Sub DAS Sugutamu tahun 2007 sudah tidak memenuhi syarat karena mengalami peningkatan koefisien limpasan. Apabila tata guna lahan tersebut tetap dipertahankan maka diperlukan suatu usaha konservasi untuk mengurangi debit limpasan yang terjadi. Selain itu perlu peran Pemerintah Daerah Kota Depok dalam membuat suatu peraturan atau kebijakan dalam hal penggunaan lahan agar tidak membebani kapasitas daya dukung Sub DAS Sugutamu.

Depok, from the beginning is the agricultural region and planned to be the infiltration site for Jakarta. But around 20 years, there are many changes in land use. Accelerated housing development in this region followed by the development of supporting facilities such commercial places has reduced the open-green area and the infiltration site which mostly happened in sub-catchment of the Sugutamu river. The physical development triggers the sub-catchment of the Sugutamu river to change from the rural area into the urban area. This change causes the serious flood in Sugutamu sub-catchment. Beside the change of the land use, another factor that cause the increasing of the runoff discharge is the narrowed down of the river line.
Based on that fact, then it is needed to introduce a technology method to determine the runoff discharge might occur. The technology methods proposed are the rational method and TR-20 program simulation. However, it also necessary to compare which method that will give more effective result in determining the runoff discharge happened in Sugutamu sub-catchment.
From the analysis, it shows that the land use of the Sugutamu sub-catchment in the year 2007 is no longer valid because of the increasing of the runoff coefficient. If the land use remains the same, then it will need some conservation efforts to minimize the runoff discharge occurred. In the other hand, the government of the Depok city has to regulate the land use issues, so it will not burden the capacity of the Sugutamu sub-catchment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35796
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
An Hye, Sung
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perubahan tutupan lahan terhadap perubahan debit banjir di Sub-DAS Cisangkuy, dengan fokus pada debit banjir di outlet hilir, yaitu Kelurahan Andir, selama periode 2010- 2022. Model hidrologi HEC-HMS digunakan untuk memodelkan debit banjir dengan mengintegrasikan faktorfaktor hidrologi seperti curah hujan dan periode ulangnya (2, 5, 10, dan 25 tahun). Selain itu, dilakukan identifikasi pola perubahan tutupan lahan dan perhitungan perubahan nilai curve number yang berdampak pada perubahan debit banjir. Analisis data dilakukan menggunakan analisis komparatif deskriptif dan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan debit banjir pada tahun 2010-2014, namun pada tahun 2014- 2018 dan 2018-2022 terjadi penurunan debit banjir. Perubahan debit banjir ini diiringi dengan kenaikan dan penurunan nilai kurva aliran, dengan perubahan tutupan lahan yang menjadi faktor penting dalam mempengaruhi perubahan debit banjir di Sub-DAS Cisangkuy.

This study aims to analyze the influence of land cover change on changes in flood discharge in the Cisangkuy Sub-watershed, with a focus on flood discharge at the downstream outlet, namely Andir Village, during the period 2010-2022. The HEC-HMS hydrological model was used to model flood discharge by integrating hydrological factors such as rainfall and its return period (2, 5, 10, and 25 years). In addition, identification of land cover change patterns and calculation of changes in curve number values that have an impact on changes in flood discharge were conducted. Data analysis was conducted using descriptive comparative analysis and descriptive statistical analysis. The results showed an increase in flood discharge in 2010-2014, but in 2014-2018 and 2018- 2022 there was a decrease in flood discharge. This change in flood discharge is accompanied by an increase and decrease in the value of the flow curve, with changes in land cover being an important factor in influencing changes in flood discharge in the Cisangkuy Sub-watershed."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niswatin Farika
"Pendugaan debit banjir sangat tergantung dari kuantifikasi impervious area. Potensi masalah menggunakan Total Impervious Area TIA dalam model adalah menyebabkan perbedaan nilai koefisien limpasan yang nantinya mempengaruhi perkiraan debit banjir yang dihasilkan. Studi terbaru menunjukkan bahwa limpasan dalam suatu DAS dapat digambarkan dengan lebih baik oleh Effective Impervious Area EIA daripada TIA. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh metode penentuan kekedapan lahan berdasarkan TIA dan EIA dalam menghasilkan debit banjir rencana pada DAS dengan skala makro. Lokasi studi adalah Daerah Aliran Sungai DAS Ciliwung Hulu dengan outlet Bendung Katulampa. Jenis penggunaan lahan pada studi ini berdasarkan kondisi pada tahun 2017. Identifikasi distribusi penggunaan lahan berdasarkan peta GIS dan hasil intepretasi visual dari citra satelit resolusi tinggi. Simulasi debit banjir rencana menggunakan model hidrologi HEC-HMS 4.2. Debit maksimum yang dihasilkan dengan menggunakan metode TIA 153.7 m3/s dan metode EIA sebesar 149.6 m3/s. Hasil uji NSE untuk TIA dan EIA masing-masing sebesar 0,763 dan 0,864. Nilai NSE dan R2 metode EIA lebih tinggi, menunjukkan bahwa metode EIA lebih baik dalam memprediksi limpasan pada DAS Ciliwung hulu. Nilai rasio EIA/TIA pada debit banjir rencana diatas 0.95. Semakin besar periode banjir maka perbedaan nilai yang dihasilkan oleh kedua metode semakin kecil. Penerapan metode EIA untuk menentukan luas tutupan lahan kedap air pada DAS skala makro membutuhkan effort biaya dan waktu yang besar. Apabila sumberdaya untuk melakukan pengukuran dengan metode EIA terbatas, maka metode TIA masih dapat diandalkan untuk memperkirakan impervious area dalam suatu DAS.

The estimation of flood discharge depends on quantification of Impervious Area. The potential problem is what kind of impervious area determination method used in the model is causing the difference in runoff coefficient value which will affect the estimated flood discharge. Recent studies show that surface runoff in a watershed can be better described by Effective Impervious Area EIA than TIA. The aim of this study is to analyze the effect of the method of determining the landscape based on TIA and EIA in generating flood discharge plan in watershed with macro scale. The location of the research is Upper Ciliwung Watershed DAS with Katulampa Weir as outlet. Identification of land use distribution is based on digitized process used combined GIS maps using visual interpretation of high resolution satellite images 2017. Hydrologycal simulation by HEC HMS 4.2. Maximum discharge generated by using TIA method is 153.7 m3 s and EIA method is 149.6 m3 s. The NSE results for TIA and EIA were 0.763 and 0.864. The NSE and R2 values of the EIA method are higher, indicating that the EIA method is better at predicting runoff in the Upper Ciliwung Watershed. The EIA TIA ratio value on the flood discharge plan is above 0.95. However, for large watersheds, it takes much effort to identify and digitize an effective impervious area. In case of lack of resources for direct measurement of DCIA, the TIA Method is proven to be more reliable for estimating the impervious area.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Nadhirah Nurul Saleha
"Penelitian ini menyelidiki perubahan tutupan lahan antara tahun 2009 dan 2021 di area penelitian dan dampaknya terhadap debit banjir desain dan luasan tergenang. Temuan ini mengungkapkan tren signifikan dalam transformasi tutupan lahan. Perubahan ini telah menyebabkan peningkatan debit puncak dan luasan tergenang di DAS Citarum Hulu. Analisis menunjukkan bahwa tutupan pertanian meningkat sebesar 3,44% dari total DAS, area permukiman berkembang sebesar 5,86%. Sebaliknya, area hutan mengalami penurunan sebesar 6,65%, menunjukkan potensi deforestasi. Lahan terbuka dan semak/plantasi juga menunjukkan perubahan, kenaikan sebesar 0,35% pada lahan terbuka dan penurunan sebesar 3,17% pada semak/plantasi. Badan air mengalami peningkatan kecil sebesar 0,16% akibat pengembangan infrastruktur air. Dengan menggunakan HEC-HMS, simulasi menunjukkan peningkatan debit puncak sebesar 24,07%, 15,96%, 14,05%, dan 12,20% untuk periode 5 tahun, 25 tahun, 50 tahun, dan 100 tahun pada skenario tutupan lahan 2021 dibandingkan dengan skenario 2009. Analisis luasan tergenang dengan HEC-RAS 2D Rain-on-Grid menunjukkan peningkatan konsisten dalam luasan tergenang pada periode pengembalian yang berbeda. Luasan tergenang meningkat 2,1%, 2,2%, 2,3%, dan 2,6% untuk periode 5 tahun, 25 tahun, 50 tahun, dan 100 tahun, baik untuk skenario tutupan lahan yang 2009 maupun 2021. Selanjutnya, hasil ini mengungkapkan perubahan dalam persentase luasan tergenang berdasarkan kelas tutupan lahan pada skenario 2009 dan 2021. Persentase luasan tergenang di area pertanian mengalami penurunan, sementara area permukiman mengalami peningkatan luasan tergenang. Ekspansi area pertanian dan permukiman, bersama dengan penurunan luasan hutan, telah berkontribusi pada peningkatan risiko banjir. Hasil penelitian ini menekankan pentingnya mempertimbangkan parameter infiltrasi dan area tak tembus air untuk mengurangi limpasan air dan dampak banjir potensial.

This study investigates the land cover changes between 2009 and 2021 in the study area and their impacts on design flood discharge and flooded areas. The findings reveal significant trends in land cover transformation. These changes have led to increased peak discharge and flooded areas in the Upper Citarum watershed. The analysis shows that agriculture cover increased by 3.44% of the total watershed, while built-up areas expanded by 5.86%. In contrast, forested areas experienced a decline of 6.65%, indicating potential deforestation issues. Open land and shrubs/plantations also showed slight changes, with a modest increase of 0.35% in open land and a decrease of 3.17% in shrubs/plantations. The water bodies witnessed a minor increase 0.16% due to water infrastructure development. Using HEC-HMS, simulations indicate an increase in peak discharge by 24.07%, 15.96%, 14.05%, and 12.20% for for the 5-year, 25-year, 50-year, and 100-year return periods in the land cover 2021 scenario compared to the 2009 scenario. The flooded area analysis using the HEC-RAS 2D Rain-on-Grid model demonstrates a consistent increase in flooded areas across different return periods. The flooded area increased by 2.1%, 2.2%, 2.3%, and 2.6% for the 5-year, 25-year, 50-year, and 100-year return periods, respectively for both land cover scenarios. Furthermore, the analysis reveals changes in the percentage of flooded areas based on land cover classes between land cover 2009 and 2021 scenarios. The percentage of flooded agricultural areas decreased, while built-up areas experienced an increase in flooded areas. Overall, the findings highlight the influence of land cover changes on peak discharge and flooded areas. The expansion of agriculture and built-up areas, along with a decline in forested areas, has contributed to increased flood risks. The results emphasize the importance of considering infiltration parameters and impervious areas to mitigate runoff and potential flooding impacts.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nalumi Rahminadini M.
"Banjir adalah sebuah peristiwa terendamnya suatu daratan karena volume air yang melebihi kapasitas aliran dan daya serap lahan kering disekitarnya. Penyebab banjir salah satunya adalah kegiatan manusia yang berdampak pada perubahan tutupan lahan. Sub DAS Cikapundung Kota Bandung mengalami fenomena perubahan tutupan lahan. Tujuan dari penelitian ini terdapat tiga poin, yaitu: 1) mengkaji perubahan tutupan lahan sub DAS Cikapundung Kota Bandung pada tahun 2010, tahun 2015, dan tahun 2020 terkait banjir, 2) mengkaji tutupan lahan Sub DAS Cikapundung Kota Bandung tahun 2030, dan 3) mengkaji persebaran tingkat bahaya banjir Sub DAS Cikapundung Kota Bandung di tahun 2030. Metode yang mendukung untuk prediksi perubahan tutupan lahan adalah Cellular Automata-Markov Chain. Sedangkan metode yang digunakan untuk melihat tingkat bahaya bencana banjir adalah overlay. Hasil penelitian menunjukan perubahan tutupan lahan vegetasi menuju lahan terbangun dapat berakibat banjir. Prediksi tutupan lahan bagian sub DAS Cikapundung Kota Bandung tahun 2030 masih didominasi oleh lahan terbangun dan prediksi tingkat bahaya banjir menunjukan bahwa sub DAS Cikapundung Kota Bandung didominasi oleh tingkat bahaya tinggi banjir.

Flooding is an event that land is submerged due to the volume of water that exceeds the flow capacity and absorption capacity of the surrounding dry land. One of the causes of flooding is human activities that have an impact on land cover changes. Sub-watershed Cikapundung Bandung City experienced the phenomenon of land cover changes. The purpose of this study is to have three points, namely: 1) assessing land cover changes in the Cikapundung sub-watershed in Bandung City in 2010, 2015, and 2020 related to flooding, 2) assessing land cover for the Cikapundung sub-watershed in Bandung City in 2030, and 3) studied the distribution of flood hazard levels in the Cikapundung sub-watershed in Bandung City in 2030. The method that supports the prediction of land cover changes is Cellular Automata-Markov Chain. While the method used to see the level of flood hazard is overlay. The results showed that changes in vegetation land cover to built-up land could result in flooding. The prediction of land cover for the Cikapundung sub-watershed in Bandung City in 2030 is still dominated by built-up land and the prediction of the flood hazard level shows that the Cikapundung sub-watershed in Bandung City is dominated by a high level of flood hazard. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghiffary Rafif Akmal Tursilo
"

Perubahan tutupan lahan merupakan suatu permasalahan yang terjadi secara global dan tak terkecuali pada wilayah Asia Tenggara. Perubahan tutupan lahan yang terjadi pada wilayah Asia Tenggara ini terjadi sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir tanpa terkecuali pada wilayah Sub DAS Batang Tembesi. Perubahan yang terjadi pada sub DAS Batang Tembesi ini terjadi pada tutupan lahan hutan yang dialih fungsikan menjadi tutupan lahan jenis lain. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik hydrologic response unit dan pengaruh perubahan penutup lahan terhadap karakteristik hidrologi di sub-das Batang Tembesi. Penelitian ini menggunakan model hidrologi SWAT+ (Soil and Water Assessment Tool+) berdasarkan perubahan penutup lahan untuk mendapatkan pola spasial dan temporal dari HRU dan karakteristik hidrologi sub-das Batang Tembesi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah pada kurun waktu 2013 – 2020 terjadi pola perubahan HRU dan karakteristik hidrologi akibat dari berubahnya tutupan lahan di sub-DAS Batang Tembesi. Berubahnya penutup lahan pada sub-das Batang Tembesi berpengaruh terhadap pola spasial dan temporal HRU dan juga berpengaruh terhadap berubahnya karakteristik hidrologi di sub-das Batang Tembesi.


Land cover change is a problem that occurs globally and is no exception in the Southeast Asia region. Land cover changes that have occurred in the Southeast Asia region have occurred very rapidly in the last few decades, including in the Batang Tembesi sub-watershed area. The changes that occurred in the Batang Tembesi sub-watershed occurred in forest land cover which was converted into other types of land cover. This research aims to analyze the characteristics of the hydrologic response unit and the influence of changes in land cover on the hydrological characteristics of the Batang Tembesi sub-basin. This research uses the SWAT+ (Soil and Water Assessment Tool+) hydrological model based on land cover changes to obtain spatial and temporal patterns of HRU and hydrological characteristics of the Batang Tembesi sub-watershed. The results obtained in this research are that in the period 2013 - 2020 there was a pattern of changes in HRU and hydrological characteristics as a result of changes in land cover in the Batang Tembesi sub-watershed. Changes in land cover in the Batang Tembesi sub-basin affect the spatial and temporal patterns of HRU and also influence changes in hydrological characteristics in the Batang Tembesi sub-watershed.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Briandy
"Provinsi Jawa Barat merupakan daerah rawan banjir di Indonesia, berdasarkan uraian data BNBD provinsi, bencana alam khususnya banjir yang terjadi di provinsi Jawa Barat terus meningkat setiap tahunnya karena beberapa faktor salah satunya curah hujan yang tinggi, pada DAS Ciberes sendiri hampir setiap musim penghujan tiba luapan air Sungai Ciberes senantiasa menggenangi beberapa kawasan. Berdasarkan Latar belakang tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mengkaji penyebab genangan banjir yang terjadi di DAS Ciberes. Evaluasi penyebab genangan dilakukan dengan analisis hidrologi dan hidrodinamika yang terjadi pada DAS Ciberes dengan menggunakan data perubahan tutupan lahan dari tahun 2000-2023 dengan kondisi muka air laut pasnag tetinggi. Penelitian ini menggunakan fitur HEC-HMS untuk model hidrologi dan HEC-RAS untuk model hidrodinamika 1D dan 2D. Hasil simulasi HEC-HMS menunjukan bahwa debit aliran banjir akan meningkat seiring bertambahnya nilai CN. Berdasarkan hasil simulasi HEC-RAS debit aliran berbanding lurus dengan luas genanagn dan tinggi genangan seta pengaruh tinggi muka air laut yang lebih tinggi dibanding kedalaman saluran membuat terjadi luapan pada bagian hilir yang berdekatan dengan pantai maka dari itu dikatakan bahwa sebenarnya penampang sungai masih mampu menampung debit banjir dengan periode ulang 50 tahunan kecuali pada dearah dekat pantai dan pada kondisi saluran yang memiliki elevasi lebih rendah. sedangkan kejadian banjir yang terjadi pada tahun 2018 dan 2022 berada pada periode ulang 10 tahunan hal ini dapat di simpulkan bahwa faktor utama banjir yang terjadi di DAS Ciberes adalah keadaan topografi pada sungai di bagian hilir yang elevasinya lebih tinggi dibanding lahan disekitar sungai, kedalaman saluran yang lebih kecil disbanding muka air laut serta kondisi tanah yang datar.

The West Java Province is a flood-prone area in Indonesia, according to the description of data from the West Java Provincial Disaster Management Agency (BNBD). Natural disasters, especially floods, in West Java Province have been increasing every year due to several factors, one of which is high rainfall. In the Ciberes Watershed itself, the Ciberes River consistently inundates several areas whenever the rainy season arrives. Based on this background, this research aims to study the causes of flood inundation in the Ciberes Watershed. The evaluation of flood causes is conducted through hydrological and hydrodynamic analysis in the Ciberes Watershed, using data on land cover changes from 2000 to 2023, considering the highest observed sea levels. This study utilizes the HEC-HMS feature for hydrological modeling and HEC-RAS for 1D and 2D hydrodynamic modeling. The simulation results from HEC-HMS indicate that flood discharge increases as the CN value increases. Based on the simulation results from HEC-RAS, the flow discharge is directly proportional to the extent and height of the inundation, as well as the influence of higher sea levels compared to the channel depth, leading to overflows in the downstream areas near the coast. Therefore, it can be stated that the river cross-section is still capable of accommodating flood discharge with a return period of approximately 50 years, except in coastal areas and areas with lower channel elevations. However, the flood events that occurred in 2018 and 2022 fall within a return period of around 10 years. This can be concluded that the main factors contributing to the floods in the Ciberes Watershed are the downstream topographic conditions of the river, where the elevation is higher than the surrounding land, as well as the smaller channel depth compared to the sea level and flat soil conditions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>