Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131898 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendras Dwi Wahyudi
"Tesis ini membahas tentang pengembangan potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia dengan melakukan kajian tekno-ekonomi dari pemasangan energy storage pada sistem photovoltaic yang terhubung ke jaringan interkoneksi Jawa-Bali. Floating Photovoltaic yang berlokasi di bendungan Cirata, Purwakarta tersebut memiliki kapasitas 200 MW dan terhubung ke sub sistem pusat tegangan 150 kV Cirata. Pemasangan energy storage diharapkan mampu meningkatkan fleksibilitas dispatch energi listrik yang dihasilkannya sehingga mampu mendukung sistem pada saat beban puncak. Metode sizing energy storage dengan mempertimbangkan prediksi energi dispatch photovoltaic yang diperkirakan mampu menghasilkan energi listrik sebesar
647.11 MWh dalam sehari, serta kebutuhan beban jaringan sub sistem Cirata yang diperkirakan membutuhkan energi sebesar 1.546 MWh untuk proses peak shaving. Untuk selanjutnya perhitungan kapasitas energy storage dan biaya instalasi dari tipe energy storage yang dipilih yaitu baterai tipe lithium ion dan lead acid yang memiliki Levelized Cost of Storage (LCOS) pada kisaran 88.5 Rp/kWh dan 48.6 RP/kWh. Perkiraan load profile dan parameter LCOS tiap skenario digunakan untuk melakukan simulasi dalam software joint Resource Optimization and Scheduler (jROS) untuk mendapatkan perkiraan biaya penggunaan energi listrik pada sub sistem pusat tegangan Cirata. Selanjutnya selisih perhitungan biaya sub sistem tanpa penggunaan energy storage dan dengan penggunaan energy storage digunakan untuk menghitung arus kas
dan NPV sebagai parameter ekonomi dari proyek pemasangan energy storage tersebut.

This thesis discusses the potential development of renewable energy in Indonesia by conducting a techno-economic study on installation of energy storage in photovoltaic systems connected to Java-Bali interconnection network. Floating Photovoltaic 200 MW located at Cirata dam, Purwakarta are connected to the sub-system central voltage 150 kV Cirata. Installation of energy storage is expected to increase the flexibility of electrical energy dispatch generated to support the system at peak load. Sizing method of energy storage by considering the prediction of photovoltaic dispatch energy which is expected to generate 647.11 MWh of electrical energy a day as well as the need of Cirata sub-system network load which is estimated to require energy of 1,546 MWh for peak shaving process. Furthermore, energy storage capacity and installation costs of the selected energy storage types are lithium ion batteries and lead acid which have Levelized Cost of Storage (LCOS) in the range of 88.5 Rp / kWh and 48.6 RP / kWh. Estimated load profile and LCOS parameters of each scenario are used to simulate using
joint software Resource Optimization and Scheduler (jROS) to get the estimated cost of electrical energy usage in the sub-system voltage center of Cirata. Cost difference between systems without the use of energy storage and with the use of energy storage is used to calculate cash flow and NPV as the economic parameters of the energy storage installation project.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50810
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhsan Hernanda
"ABSTRAK
Indonesia sebagai negara yang terletak di garis khatulistiwa, memiliki potensi energi matahari sebesar 4,8 kWh/m2/hari, sudah saatnya energi terbarukan berbasis panel surya terus dikembangakan. Pengembangan potensi panel surya di Jawa Bali di rencanakan PLN sebesar 800 MW bedasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik RUPTL tahun 2018-2027. PLTS-PV Rooftop 2 kWp yang dirancang pada sektor rumah tangga Jawa Bali dibuat berdasarkan pendapatan perkapita, jumlah pelanggan, jumlah penjualan tenaga listrik, dan jumlah penduduk. Energi yang dihasilkan PLTS dapat menghemat pemakain bahan bakar batu bara pada tahun 2019 sebesar 1,07 triliyun rupiah dan hingga tahun 2027 dapat menghemat sekitar 11,08 triliyun rupiah. Skema Net Metering dengan adanya insentif 30 dapat diterapkan untuk pembangunan PLTS-PV Rooftop 2 kWp. Dengan pemasagan pada sektor rumah tangga di Jawa Bali dapat menghemat pembayaran listrik rumah tangga sebesar 37,9-41 .

ABSTRACT
Indonesia as a country located on the equator, has 4.8 kWh m2 day the potential of solar energy, it is time for expanded renewable energy based solar panels. The potential development of solar panels in Java Bali is planned to 800 MW based on Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik RUPTL year 2018 2027. PLTS PV rooftop 2 kWp designed on the Java Bali household sector is based on per capita income, number of customers, total electricity power sales, and number of population. The energy produced by PLTS can save the use of coal fuel in 2019 of 1.07 trillion rupiah and until 2027 can save about 11.08 trillion rupiah. The Net Metering scheme with a 30 incentive can be applied to PLTS PV Rooftop 2 kWp development. With installation in the household sector in Java Bali can save household electricity payment by 37.9 41 . "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firas Irfansyah Kurniawan
"

Indonesia sedang berusaha untuk meningkatkan penetrasi pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan tujuan untuk menekan emisi karbon yang dihasilkan oleh pembangkit listrik berbahan bakar fosil yang saat ini masih menjadi pemeran utama dalam pembangkitan tenaga listrik di Indonesia. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menjadi salah satu pembangkit listrik EBT yang mengalami tren positif dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di negara beriklim tropis seperti Indonesia. Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), Indonesia telah memasang target penggunaan pembangkit EBT sebesar 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan masalah keterbatasan lahan menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi ketercapaian target tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi polemik tersebut adalah dengan menerapkan sistem PLTS atap yang terinterkoneksi dengan jaringan distribusi. Namun, penetrasi PLTS atap pada jaringan distribusi dapat menimbulkan masalah krusial terkait kestabilan sistem akibat sifat intermitensi PLTS serta karakteristik PLTS yang tidak memiliki nilai inersia. Battery Energy Storage System (BESS) dapat digunakan sebagai ancillary services untuk mempertahankan kestabilan frekuensi dan tegangan pada jaringan distribusi dengan angka penetrasi PLTS atap yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konfigurasi kapasitas dan pengaturan droop pada BESS yang paling optimal agar suatu jaringan distribusi tegangan menengah, yang di dalamnya terdapat penetrasi PLTS atap, dapat mempertahankan kestabilannya saat terjadi gangguan peralihan berupa hilangnya seluruh daya pembangkitan dari PLTS atap. Penelitian ini dilakukan menggunakan kombinasi perangkat lunak DIgSILENT PowerFactory untuk menjalankan simulasi kestabilan (RMS/EMT) dan MATLAB untuk mengolah data hasil simulasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar angka penetrasi PLTS atap pada suatu jaringan distribusi tegangan menengah, akan membutuhkan kapasitas BESS optimum yang lebih besar untuk mempertahankan kestabilan saat terjadi gangguan peralihan, sedangkan BESS dengan nilai pengaturan droop yang lebih kecil, BESS dapat mempertahankan kestabilan pada sistem dan skenario yang sama, namun dengan kapasitas optimum yang lebih kecil.


Indonesia is on its way to increase the penetration of Renewable Energy Sources (RES) power plants in order to reduce carbon emissions produced by fossil fuel power plants, which still play a major role in Indonesia’s electricity generation. Solar Photovoltaic (PV) power plant is one of the Renewable Energy Sources (RES) power plants that is having a positive trend in recent years, especially in tropical countries such as Indonesia. According to Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), Indonesia has set the target of RES power plants usage for 23% by 2025 and 31% by 2050. The population growth, accompanied by the land limitation problem, poses a significant challenge for Indonesia to achieve those targets. A solution that can be done to address this issue is by implementing rooftop PV power plants that are interconnected with the distribution network. However, the penetration of rooftop PV power plants can pose crucial issues related to the system’s stability due to its intermittency and its lack of inertia. Battery Energy Storage Systems (BESS) can be used as ancillary services to maintain the frequency and voltage stability in the distribution network with high penetration of rooftop PV power plants. This research aims to determine the optimum capacity and droop setting for BESS, in order to maintain the stability of a medium-voltage distribution network, which includes the penetration of rooftop PV power plants, during a transient disturbance such as complete loss of power generation from rooftop PV power plants in the system. This research is conducted by using a combination of DIgSILENT PowerFactory for running the stability (RMS/EMT) simulation, and MATLAB for processing simulation output data. The results obtained from this research show that a higher amount of rooftop PV power plants penetration in a medium-voltage distribution network will require a larger capacity of BESS to maintain the system’s stability during the transient disturbance. On the other hand, BESS with lower droop settings can maintain the stability of the same system and with the same scenario, with a smaller capacity.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sayed Zaky Arisyi Fakhry
"The Renewable Energy market is quickly trending upwards as the dependence on fossil fuel
decreases. With more eco-friendly energy sources entering the market, such as Solar, various
investments have shifted into developing a cleaner future. However, most renewable energies
face a clear challenge – intermittency. By shifting dependence on environmental factors
towards a secondary assistive system, dependent solar energy source manipulation can be
realised. The system used to test this thinking is the pairing between the Floating Photovoltaic
(FPV) system and the Compressed Air Energy Storage (CAES). The solar panels will provide
energy that will power a compressor to store compressed air within an air tank. This can then
be converted to electricity at any time with the assistance of a turbine and generator. This
highlights the importance turbine performance has on the system. Following conventions from
radial turbine workings, a commercial Turbocharger (RHF4-IHI) will be modified into a
working turbine. After doing so, a performance analysis will be carried out in the form of
efficiency calculations. The aim of the research is to gather The Renewable Energy market is quickly trending upwards as the dependence on fossil fuel
decreases. With more eco-friendly energy sources entering the market, such as Solar, various
investments have shifted into developing a cleaner future. However, most renewable energies
face a clear challenge – intermittency. By shifting dependence on environmental factors
towards a secondary assistive system, dependent solar energy source manipulation can be
realised. The system used to test this thinking is the pairing between the Floating Photovoltaic
(FPV) system and the Compressed Air Energy Storage (CAES). The solar panels will provide
energy that will power a compressor to store compressed air within an air tank. This can then
be converted to electricity at any time with the assistance of a turbine and generator. This
highlights the importance turbine performance has on the system. Following conventions from
radial turbine workings, a commercial Turbocharger (RHF4-IHI) will be modified into a
working turbine. After doing so, a performance analysis will be carried out in the form of
efficiency calculations. The aim of the research is to gather quantifiable data and observe how
well the turbocharger-based turbine design will fit into the CAES-FPV system

Karena Ketergantungan pada bahan bakar fosil berkurang, penggunaan pasar Energi
Terbarukan cenderung naik dengan cepat. Dengan lebih banyak sumber energi “eco-friendly”
seperti Solar, beragam investasi telah bergeser untuk pengembangan masa depan yang lebih
bersih. Namun, sebagian besar energi terbarukan menghadapi tantangan yang jelas -
intermittency. Dengan mengganti ketergantungan pada faktor-faktor lingkungan dengan
sistem bantuan sekunder, kita dapat manipulasi sumber energi dependen yang realistis.
Sistem yang digunakan untuk menguji pemikiran ini adalah pasangan kerjasama antara
sistem Floating Photovoltaic (FPV) dan Compressed Air Energy Storage (CAES). Panel
surya akan menyediakan energi yang memberi daya pada kompresor untuk menyimpan udara
terkompresi di dalam tangki udara. Ini kemudian dapat diubah menjadi listrik kapan saja
dengan bantuan turbin dan generator. Oleh karena itu, kinerja turbin pada sistem ini sangat
penting. Mengikuti cara kerja turbin radial, Turbocharger komersial (RHF4-IHI) akan
dimodifikasi menjadi turbin yang berfungsi. Setelah itu dilakukan analisis kinerja dalam
bentuk perhitungan efisiensi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan
pengamatan seberapa baik desain turbin berbasis turbocharger dapat disesuaikan untuk sistem
CAES-FPV.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avisiena Mumtaza
"

Di Indonesia, penetrasi pembangkit energi baru terbarukan (EBT) khususnya PLTS atap sedang marak, hal ini dapat dilihat dari jumlah instalasi PLTS atap yang naik sebesar 700% dari tahun 2018 sampai ke akhir tahun 2020. Peningkatan PLTS atap pada sistem distribusi tegangan menengah ini dapat menyebabkan permasalahan jika pemasangannya jika tidak perhatikan. Permasalahan tersebut adalah permasalahan kestabilan sistem tenaga listrik akibat sifat intermittent dari PLTS atap tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan Battery Energy Storage System (BESS) sebagai ancillary services. Dengan menggunakan BESS pemasangan PLTS atap bisa semakin ditingkatkan lagi selama kapasitas BESS tersebut masih memadai. Namun, Kapasitas BESS tersebut tidak mungkin dinaikan begitu saja, karena semakin besar kapasitas BESS maka akan semakin besar juga harga investasinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan penetrasi PLTS atap dengan cara menentukan kapasitas dan pengaturan droop pada BESS sebagai ancillary services yang terpasang secara terdistribusi. Kasus pada penelitian ini ditentukan berdasarkan tingkat penetrasi PLTS atap, dimana untuk setiap kasus akan diterapkan BESS ke sistem secara terdistribusi dan pada setiap kasus akan terdapat variasi droop yang berbeda. Penentuan kapasitas BESS optimal dilakukan dengan menggunakan metode iterasi yang akan dilakukan pada perangkat lunak DIgSILENT PowerFactory dan MATLAB. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemasangan BESS ini akan membantu kestabilan sistem distribusi tegangan menengah dan penetrasi PLTS atap pada sistem distribusi tegangan menengah dapat ditingkatkan sampai dengan 80% dari total bebannya. Namun, hal tersebut hanya bisa dilakukan jika parameter Rate of Change of Frequency (RoCoF) diabaikan. Jika RoCoF tidak diabaikan maka penetrasi PLTS atap pada sistem distribusi tegangan menengah hanya dapat ditingkatkan hingga 20% dari total beban sistem.


In Indonesia, renewable energy generation, especially solar panel rooftop, is on the rise. This can be seen from the number of rooftop solar panel installations which have increased by 700% from 2018 to the end of 2020. The increased rooftop solar panel usage in medium voltage distribution systems can caused problems if it’s too much. One of these problem is the stability problem caused by the intermittent nature of rooftop solar panels. One way to overcome this problem is to use Battery Energy Storage System (BESS) as ancillary service. With BESS rooftop solar panel installation in medium voltage distribution system can be increased as long as BESS or its capacity can handle it. However, it is impossible to increase the capacity of BESS just like that, because the greater the capacity of BESS, the greater the investment price. The aim of this study is to increase the penetration of rooftop solar power panels by determining the capacity and droop settings of BESS as ancillary services that are installed in a distributed manner. Determination of the optimal BESS capacity is carried out using the iteration method which will be carried out on the DIgSILENT PowerFactory and Matlab software. The results of this study indicate that the installation of BESS will help stabilize the medium voltage distribution system with high rooftop solar panel penetration and the penetration of rooftop PLTS in medium voltage distribution systems can be increased up to 80% of the total load. However, this can only be done if the Rate of Change of Frequency (RoCoF) is ignored. But if we consider the RoCoF parameter, then the penetration of rooftop solar panels in medium voltage distribution system can only be increased up to 20% of the total system load.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hidayat Achmad
"Energi surya dipancarkan dalam bentuk radiasi elektromagnetik dapat diubah menjadi energi listrik dapat menggunakan sistem photovoltaik (PV). Namun paparan energi surya menyebabkan suhu sistem meningkat mengakibatkan efisiensinya berkurang dan berpengaruh terhadap produksi energi listrik. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produksi energi listrik dengan menjaga suhu PV tetap rendah agar sel surya dapat bekerja maksimal. Sel surya yang digunakan merupakan jenis polycrystalline 50 WP sebanyak 4 unit untuk menerapkan 4 metode. Satu sel surya dikondisikan normal tanpa modifikasi, satu sel surya dipasang filter cahaya, satu sel surya dipasang pendinginan pasif, sementara satu sel lain dipasang kombinasi filter cahaya serta pendinginan pasif. Hasil penelitian menunjukkan metode filter cahaya tidak efektif dilakukan. Sementara itu, metode pendinginan pasif mampu menghasilkan energi yang lebih baik ketika cuaca cerah hingga 5,2% dan ketika cuaca mendung di bawah 3% dibandingkan sel surya standar. Untuk mengoptimalkan pendinginan pasif maka dilakukan pengujian 3 jenis variasi heatsink untuk mengetahui pengaruh besar kapasitas kalor terhadap energi listrik yang dihasilkan. Sel surya dengan kapasitas kalor 3,9 Wh/oC menghasilkan energi listrik yang lebih baik sekitar 3,48% dibandingkan sel surya dengan kapasitas kalor 3,3 Wh/oC. Sel surya dengan kapasitas kalor 4,7 Wh/oC menghasilkan energi listrik yang lebih baik sekitar 6,37% dibandingkan sel surya dengan kapasitas kalor 3,3 Wh/oC.

Solar energy, emitted as electromagnetic radiation, can be converted into electrical energy using photovoltaic (PV) systems. However, exposure to solar energy causes an increase in system temperature, reducing efficiency and affecting electricity production. This study aims to enhance electricity production by maintaining a low PV temperature to ensure optimal solar cell performance. The solar cells used in this research are polycrystalline type with a capacity of 50 WP, consisting of four units to apply four different methods. One solar cell is kept in normal condition without modification, one is equipped with a light filter, another employs passive cooling, and the last combines a light filter with passive cooling. The results indicate that the light filter method is ineffective. Meanwhile, the passive cooling method produced better energy output, with an increase of up to 5.2% under clear weather conditions and below 3% under cloudy conditions compared to standard solar cells. To optimize passive cooling, tests were conducted using three heatsink variations to analyze the impact of heat capacity on electricity production. A heatsink with a capacity of 3.9 Wh/°C improved energy output by approximately 3.48% compared to one with 3.3 Wh/°C. Additionally, a heatsink with a capacity of 4.7 Wh/°C increased energy output by approximately 6.37% compared to the 3.3 Wh/°C heatsink."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Edwin Apriansyah
"Perkembangan energi baru terbarukan sudah menjadi perhatian bagi kebutuhan listrik pada saat ini. Fotovoltaik dapat menjadi pilihan untuk sumber energi terbarukan. Pada simulasi ini, untuk mengetahui nilai dari harmonisa maka dilakukan dengan memvariasikan nilai dari berbagai kapasitas Fotovoltaik mulai dari 5 MWp, 10 MWp, 15 MWp, dan 20 MWp pada sistem tenaga listrik Lombok pada 3 titik pada Gardu Induk Kuta, dan Gardu Induk Paokmontong. Studi ini dilakukan dalam sistem dengan kemampuan kapasitas 123 MW dengan berbagai pertimbangan berupa manajemen jaringan yang diperkirakan hingga 35% dari produksi listrik dengan simulasi ETAP 12.6.0. Analisis ini menghasilkan nilai tertinggi untuk THD-I pada kapasitas 5 MWp sebesar 2,5% dan THD-v terbesar pada kapasitas 20 MWp sebesar 0,25%. Hasil yang didapatkan bahwa nilai pada tiap skenario yang dibuat, nilai yang dihasilkan masih dibawah standard yang telah ditetapkan untuk harmonisa pada sistem.

Renewable Energy is starting to grow rapidly, the use of solar energy in Indonesia has a good development. According to the grid code issued by the national utility company, the maximum standard harmonic limit is 5%. Harmonic is mostly caused by non-linear loads that form a distorted sine wave, which leads the equipment to become hotter faster, adding losses and reducing the equipment lifetime. The simulation method uses ETAP software to obtain values ​​from Total Harmonic Distortion (THD) on the 20kV and 150 kV Beta substations sides with several scenario simulations of photovoltaic power plant integration with a capacity from 5 to 20 MWp with multiple of 5. This study was carried out in a system with a capacity of 123 MW with various considerations in the form of network management which is estimated to be up to 35% of electricity production with ETAP 12.6.0 simulation. This analysis produces the highest value for THD-I at a capacity of 5 MWp at 2.5% and the largest THD-v at a capacity of 20 MWp at 0.25%. The results obtained that the value of each scenario that the value generated is still below the standards for harmonics in the system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Michael Bonardo Siswono
"Studi ini berfokus pada pentingnya peningkatan kebutuhan energi yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi dari implementasi sistem Photovoltaic (PV), Micro Wind Turbine (MWT), dan Battery Energy Storage System (BESS) sebagai pasokan listrik pada PLTD Sikakap. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data sistem dan simulasi dengan software HOMER Pro. Data sistem yang digunakan meliputi data dari sistem listrik PLTD Sikakap serta spesifikasi PV, MWT, dan BESS yang akan disimulasikan. Simulasi dengan software HOMER Pro digunakan untuk memprediksi kinerja dari sistem hibrida PV-MWT-BESS dan menganalisis kelayakan ekonominya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi dari implementasi sistem hibrida PV-MWT-BESS pada PLTD Sikakap sangat menjanjikan. Sistem hibrida ini dapat menurunkan penggunaan dari bahan bakar fosil dan meningkatkan keandalan serta efisiensi pembangkit listrik PLTD Sikakap. Analisis kelayakan ekonomi menunjukkan bahwa konfigurasi dengan menggunakan generator diesel, PV, MWT, BESS memiliki efisiensi biaya, keandalan sistem, dan penggunaan energi terbarukan yang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa sistem hibrida ini secara ekonomis layak untuk diimplementasikan.

This study focuses on the importance of increasing sustainable energy demand. This research aims to assess the potential of implementing Photovoltaic (PV), Micro Wind Turbine (MWT), and Battery Energy Storage System (BESS) as electricity sources at the Sikakap diesel power plant. The methods used in this research include system data analysis and HOMER Pro software simulation. The system data includes information from the Sikakap diesel power plant electricity system, and specifications for PV, MWT, and BESS that will be simulated. Simulation using HOMER Pro software is used to predict the performance of a PV-MWT-BESS hybrid system and analyze its economic feasibility. The results show that the potential for implementing the PV-MWT-BESS hybrid system at the Sikakap diesel power plant is very promising. This hybrid system can reduce fossil fuels use and increase the reliability and efficiency of the Sikakap diesel power plant. The economic feasibility analysis indicates that the configuration using diesel generators, PV, MWT, BESS has excellent cost efficiency, system reliability, and renewable energy usage. This suggests that the hybrid system is economically viable. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivaldo Varianto
"Lebih dari 30 juta orang Indonesia saat ini tidak memiliki akses listrik, sementara jutaan lainnya menderita pemadaman rutin, koneksi yang tidak dapat diandalkan, dan pemadaman listrik yang tidak dapat diprediksi. Indonesia, Berlawanan dengan kepercayaan populer, adalah negara tropis dengan sinar matahari sepanjang tahun. Kapasitas Indonesia untuk menghasilkan listrik dari energi terbarukan adalah sekitar 640.000 Terawatt-hour (TWh), yang setara dengan 2.300 kali output listrik negara pada tahun 2019. Meskipun memiliki potensi energi yang sangat besar, energi surya hanya berkontribusi 1,7 persen dari total output listrik Indonesia pada tahun 2019, dan pengeluaran energi terbarukan buruk. Bangunan seperti mal mengkonsumsi energi yang sangat tinggi, dan sebagian besar bergantung pada sumber daya yang tidak terbarukan, bukan energi bersih. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pembangunan PLTS di Indonesia seperti PLTS terapung Cirata di Jawa Barat, dll, namun masih belum cukup. Akibat krisis listrik di Indonesia, sangat penting untuk membangun sumber energi baru yang lebih berkelanjutan seperti pembangkit listrik tenaga surya seperti yang telah dikemukakan. Tenaga surya memiliki banyak manfaat, termasuk bebas polusi, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan banyak lagi. Penulis akan mengklarifikasi teknologi serta analisis ekonomi perangkat PV yang digunakan di mal dalam naskah ini. Penulis juga telah menggunakan HOMER Pro, kerangka kerja perangkat lunak yang digunakan untuk mengembangkan dan menguji sistem tenaga off-grid dan on-grid untuk aplikasi pembangkitan jarak jauh, mandiri, dan terdistribusi dari sudut pandang teknologi dan keuangan. Ini adalah aplikasi pemodelan untuk sistem energi terbarukan terdistribusi yang juga dapat digunakan untuk PV surya. Salah satu fokus utama dari naskah sarjana ini adalah pusat perbelanjaan. Mal harus menggunakan tenaga surya karena berbagai alasan. Manfaat energi matahari secara umum juga telah dibahas. Dari mengumpulkan pembayaran dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) untuk kelebihan energi yang dijual kembali ke jaringan, hingga melindungi pusat perbelanjaan dari kenaikan tarif listrik/listrik selama 20 hingga 25 tahun, hingga melindungi mal dari pemadaman listrik, dan seterusnya, semua topik ini akan dibahas dalam naskah ini. Menggunakan alat HOMER Pro, naskah sarjana ini menunjukkan penilaian efisiensi keuangan dari alternatif yang diusulkan. Simulasi penulis menampilkan dan menghitung berapa banyak energi dan uang yang dapat dihemat jika konfigurasi hybrid diterapkan di mal, serta lokasi lain di Indonesia. Selanjutnya, data langsung dari Sistem Fotovoltaik di FTUI oleh penulis digunakan untuk memastikan bahwa analisis dan perhitungannya akurat. Selain itu, informasi & data dari sumber yang dapat dipercaya bermanfaat ketika digunakan dalam analisis komparatif. Simulasi oleh penulis juga menunjukkan konfigurasi yang diusulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa COE sistem yang diusulkan lebih rendah dari sistem dasar, NPC sistem yang diusulkan lebih rendah dari sistem dasar, dan biaya operasi sistem yang diusulkan lebih murah daripada sistem dasar. Sisa hasil simulasi disajikan di seluruh makalah ini.

More than 30 million Indonesians currently lack access to electricity, while millions more suffer from regular blackouts, unreliable connections, and unpredictable power outages. Indonesia, contrary to popular belief, is a tropical country with year-round sunshine. Indonesia's capacity to produce electricity from renewable energy is about 640.000 Terawatt-hours (TWh), which is equal to 2.300 times the country's electricity output in 2019. Despite its enormous energy potential, solar energy contributed just 1,7 percent of Indonesia's total electricity output in 2019, and renewable energy expenditure is poor. Buildings like malls consume very high energy, and are mostly depending on non-renewable resources, not clean energy. There have been attempts to improve the solar power plant development in Indonesia like the Cirata floating solar power plant in West Java, etc, but it is still not enough. As a result of Indonesia's electricity crisis, it is critical to build new and more sustainable energy sources like solar power plants like which have been stated. Solar power has many benefits, including the fact that it is pollution-free, reduces reliance on fossil fuels, and many more. The author will clarify the technological as well as the economic analysis of a PV device used in a mall in this manuscript. The author has also used HOMER Pro, a software framework that is used to develop and test off-grid and on-grid power systems for remote, stand-alone, and distributed generation applications from a technological and financial standpoint. It's a modelling app for distributed renewable energy systems that can also be used for solar PV. One of the key focuses of this undergraduate manuscript would be shopping malls. Malls should go solar for a variety of reasons. The benefits of solar energy in general have also been discussed. From collecting payments from PLN (State Electricity Company) for surplus energy sold back to the grid, to shielding shopping malls from power/electricity rate increases for 20 to 25 years, to protecting malls from power outages, and so on, all of these topics will be addressed in this manuscript. Using HOMER Pro tools, this undergraduate manuscript demonstrates the financial efficiency assessment of the proposed alternative. The author's simulation displays and calculates how much energy and money can be saved if hybrid configuration is implemented in a mall, as well as other locations in Indonesia. Furthermore, the direct data from a Photovoltaic System in FTUI by the author is used to ensure that the analysis and calculations are accurate. Adding to that, the information & data from a reliable source was beneficial when used in a comparative analysis. The simulation by the author also demonstrates the proposed configuration. The result demonstrates that the COE of the proposed system is lower than the base system, the NPC of the proposed system is lower than the base system, and the operating cost of the proposed system is cheaper than the base system. The rest of the simulation results are presented throughout this paper."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reikan Kresna Maulana
"Penggunaan metode direct untuk MPPT seperti increamental conductance, perturb and orbservation tidak menghasilkan pencarian yang cepat dan berosilasi pada daerah MPP. Perubahan nilai duty yang tetap dari metode tersebutlah yang menghasilkan keadaan tersebut. Sedangkan penggunaan metode PID dapat menghasilkan pencarian lebih cepat dan menghasilkan osilasi lebih kecil tetapi metode ini dikategorikan metode inderect dikarenakan pencarian titik tegangan referensi berdasanakan metode trial and error. Sehingga diajukan penggunaaan metode direct yang lain dengan yang menghasilkan pencarian lebih cepat dan osilasi lebih kecil yaitu penggunaan logika fuzzy. Perancangan dilakukan dengan metode simulasi, yaitu mensimulasikan rangkaian yang akan dipergunakan, rangkaian buck converter, dan beban yang berupa baterai dan mendapatkan nilai masukan jika nilai PWM rangkaian buck converter diubah – ubah. Untuk membandingkan hasil penggunaan algoritma fuzzy, akan disajikan perbandingan jika menggunakan algoritma P&O, hasil didapatkan nilai tanggapan waktu menggunakan algoritma fuzzy lebih cepat dan tunak setelah 347,8246 mikro sekon dibandingkan 608,6962 mikro sekon jika menggunakan algoritma P&O, didapatkan hasil arus tunak pada besar arus 1.6525 Ampere pada sisi keluaran sedangkan dengan menggunakan algoritma P&O akan berosilasi diantara 1.281 Ampere dan 1.689 Ampere, menunjukan bahwa penggunaan algoritma fuzzy manghasilkan hasil yang lebih baik untuk sistem pengecasan baterai dikarenakan terdapat mode constant current pada saat pengisian baterai lithium – ion yang perlu diperhatikan.

The use of direct methods for MPPT such as increamental conductance, perturb and orbservation does not result in fast and stable power tracking in the MPP region. It is the fixed changes in duty value of the mentioned method that is resulting such situation. Whereas the use of the PID method can produce a much faster power tracking with smaller oscillations, but as this method is categorized as an inderect method the search for the correct voltage refenrece points is still based on the trial and error method.So, it is proposed to use another direct method which could result in much faster power tracking with smaller oscillations, namely the use of fuzzy logic algorithm. The design is carried out by simulation method, namely simulating the circuit to be used, the buck converter circuit, and the load in the form of a battery and obtaining the input and ouput value in reference to PWM value of the buck converter circuit, when the value is varied. To compare the results of using the fuzzy algorithm, a comparison will be presented such when using the P&O algorithm. The end results obtained is that the rise time of using the fuzzy algorithm are much faster and able to reach stedy state condition after just 347.8246 micro seconds compared to 608.6962 micro seconds when using the P&O algorithm, another result is that the current value are stable at 1.6525 Ampere at the battery output side, while using the P&O algorithm it will oscillate between 1.281 Ampere and 1.689 Ampere, indicating that the use of the fuzzy algorithm produces better results for a system with battery load because there is a constant current mode when recharging lithium-ion batteries that need to be noted."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>