Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131948 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Puspa Indah Budiono
"ABSTRACT
Kualifikasi minimum pendidikan bagi tenaga kesehatan adalah Diploma III berdasarkan Undang-undang Nomor 36 tahun 2014, namun Badan Kepegawaian Negara (2015) menyatakan bahwa masih terdapat 38.944 orang perawat yang belum memiliki kualifikasi pendidikan Diploma III. Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk meningkatkan pendidikan tenaga kesehatan melalui Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan melalui Mekanisme RPL. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan analisis implementasi Program di Poltekkes Jakarta III mulai dari input, proses hingga output. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik program RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III telah berusia di atas 50 tahun,
dan berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta; hanya sebagian kecil peserta didik yang mendapatkan bantuan biaya pendidikan dari institusi tempatnya bekerja; proses asesmen mengalami kendala teknis dalam kuantifikasi hasil asesmen. Masukan untuk Poltekkes Kemenkes Jakarta III berdasarkan hasil penelitian ini adalah sosialisasi kepada calon peserta terkait program RPL yang dilakukan melalui website; membentuk kelompok belajar untuk meningkatkan motivasi belajar para peserta didik yang sebagian besar usianya sudah lebih tua; menggunakan tutor sebaya dengan memberdayakan
peserta didik yang memiliki kemampuan atau pengalaman dalam mengatasi gap atau kesenjangan pengetahuan dan pengalaman berdasarkan pekerjaan sehari-hari. Masukan bagi Kementerian Kesehatan adalah membuat pedoman kuantifikasi yang dapat dijadikan acuan oleh PT penyelenggara dalam melakukan asesmen dan kuantifikasi.

ABSTRACT
Based on Indonesia Health Workforce Act, the minimum qualification of education for health workforce is Diploma III. However, data of State Personnel Agency (2015) shows that there are still 38,944 nurses in Indonesia who do not yet have a Diploma III education qualification. As a commitment of the government in improving the education of health workforce, Ministry of Health launched Education Acceleration Program through the Recognition of Prior Learning (RPL) as mentioned in Permenkes No. 41 of 2016. This study analyzes the implementation of the Program in Health Polytechnic Jakarta III starting from input, process to output. This research is a qualitative research design using Rapid Assessment Procedure (RAP). The results showed that most of the
students were over 50 years old, and came from the DKI Jakarta Provincial Health Office; only a small proportion of learners receive educational tuition from the institution where they work; the assessment process has technical constraints in the quantification of assessment results. Input for Health Polytechnic Jakarta III is socialization to prospective participants related to RPL conducted through the website; forming learning groups to improve the learning motivation of learners who are mostly older; using peer tutors by empowering learners who have the ability or experience in overcoming knowledge gaps and experience based on daily work. Input for the Ministry
of Health is to make quantification guidelines that can be used as a reference by educational institution in conducting assessment and quantification."
2018
T50824
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luzi Adriyanti
"Implementasi program pendidikan dan pelatihan perawat pada RSKD Duren Sawit masih belum mencapai target yang telah ditetapkan sesuai ketentuan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit maupun sasaran mutu unit Pendidikan dan Pelatihan. Penelitian ini yang bertujuan mengetahui bagaimana terselenggaranya proses diklat tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan eksplorasi terhadap proses perencanaan pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi diklat perawat. Dalam setiap proses, faktor yang dieksplorasi adalah faktor sumber daya manusia (SDM), biaya dan metode.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa RSKD Duren Sawit Jakarta pada tahun 2013 telah melakukan implementasi Diklat untuk Perawat mengacu pada kebijakan Gubernur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Direktur RSKD Duren Sawit Jakarta. Seluruh proses dari tahap perencanaan, pengorganiasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi sudah dilakukan, akan tetapi proses ini belum terintegrasi dan pendokumentasian masih terpisah antara bagian diklat dan bagian Keperawatan. Biaya yang diberikan sudah berkesinambungan akan tetapi belum sesuai dengan kebutuhan. Rumah Sakit diharapkan melakukan analisis penyebab belum tercapainya target yang ditetapkan sebagai bukti bahwa Rumah sakit tetap memperhatikan target mutu yang seharusnya dicapai. Pola pelatihan dapat diubah menjadi pola Training for Trainer dengan tujuan efisiensi dan perawat dapat menjadi pelatih untuk pelatihan internal di Rumah Sakit.

The Implementation of Nurse?s Education and Training Program in Duren Sawit Mental Health Hospital in Jakarta 2013 still hasn?t reached the target set by the Minimum Service Standards for Hospitals nor the quality objectives by the Training Unit, therefore this research is conducted to acknowledge how the training process is conducted. This research uses qualitative method by exploring the planning process, organizing process, actuating, controlling and evaluation of nurse?s education and training program. In each process, the factor explored is human resource, cost and method.
The result of this research shows that Duren Sawit Mental Heath Hospital in 2013 has implemented nurse's education and training program as commanded by the Governor of DKI Jakarta's Regulation and the General Manager of RSKD Duren Sawit Jakarta, but this process hasn't yet integrated with the factors explored above and report made on this issue is still divided between the Training Unit and the Nursing Unit. The cost spent has already balanced but it hasn?t fulfilled the need of the cost required for Nurse?s Education and Training Program. The hospital is expected to be able to make a cause analysis as evidence that the hospital still gives attention to the target of quality that has to be attained and change the training method to "Training for Trainer", hoping it would train the nurses to become trainers during internal trainings.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41738
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bishop, Christopher M.
New York: Springer, 2009
006.4 BIS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Adythia Pratiwi
"Perilaku Perawat memiliki pengaruh yang kuat terhadap kebutuhan dan keberhasilan edukasi pasien yang bertujuan mengidentifikasi determinan perilaku perawat dalam pemberian edukasi pasien dengan desain cross sectional. Penelitian menggunakan total sampling dengan 210 sampel sesuai dengan kriteria inklusi. Instrumen yang digunakan merupakan modifikasi dari berbagai tinjauan literatur yang kemudian diuji validitas dan reliabilitas. Mayoritas perawat memiliki karakteristik sebagai berikut: berjenis kelamin perempuan, berumur < 35 tahun, tidak mengikuti D3 Keperawatan, memiliki total pengalaman < 10 tahun, berstatus PNS, sudah mengikuti pelatihan (dalam tiga tahun belakangan), tetapi memiliki pengetahuan yang kurang terkait pemberian edukasi pasien. Terdapat hubungan antara umur, pencapaian, kebijakan, kondisi kerja, supervisi, dukungan sosial, dan fungsi perencanaan kepala ruangan dengan perilaku perawat dalam pemberian edukasi pasien (p=0,001-0,037), variabel yang paling dominan mempengaruhi perilaku perawat dalam pemberian edukasi pasien adalah dukungan sosial (OR=5,186). Manajer keperawatan beserta seluruh jajaran rumah sakit perlu membuat program penunjang pemberian edukasi pasien, melengkapi segala sarana dan prasarana yang ada, beserta mempersiapkan sumber daya yang kompeten.

Nurse behavior has a strong influence on the need and trust of patient education which identifies determinants of nurse behavior in presenting patient education with a cross sectional design. The study used total sampling with 210 samples according to the inclusion criteria. The instrument used was a modification of various literature reviews which tested its validity and reliability. The majority of nurses have the following characteristics: female, <35 years old, not attending D3 Nursing, having total experience <10 years, civil servant status, having attended training (in the last three years), but lacking knowledge related to providing patient education . There is a relationship between age, policies, policies, working conditions, supervision, social support, and the planning function of the head of the room with the behavior of nurses in providing patient education (p = 0.001-0.037), the most dominant variable affecting the behavior of nurses in providing patient education is social support (OR = 5,186). Nursing managers and the ranks of the hospital need to create a support program to offer patient education, complete all existing facilities and infrastructure, as well as prepare competent resources."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Darrel Tristan Budiroso
"Penelitian ini menangani masalah pengenalan emosi dalam percakapan berbahasa Indonesia, yang penting untuk aplikasi seperti pengenalan ucapan, interaksi manusiamesin, dan analisis sentimen. Untuk mengatasi kompleksitas data suara dan teks, penelitian ini menggabungkan Word Embedding (Word2Vec) dan spektrum suara (MFCC) menggunakan Convolutional Neural Network (CNN). Word2Vec mengubah dataset suara menjadi representasi teks vektor, sementara MFCC digunakan untuk ekstraksi fitur dari spektrum suara. Model yang dikembangkan dievaluasi dengan dataset percobaan berbahasa Indonesia, dan pendekatan Weighted Average Ensemble yang mengintegrasikan kedua metode ini mencapai akurasi 70%. Hasil ini menunjukkan bahwa integrasi teknologi Word Embedding dan analisis spektrum suara dapat meningkatkan akurasi pengenalan emosi dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini berkontribusi signifikan terhadap teknologi pengenalan emosi dan berpotensi meningkatkan interaksi manusia dengan teknologi serta aplikasi dalam analisis sentimen dan pengolahan bahasa alami.

This research addresses the issue of emotion recognition in Indonesian language conversations, which is crucial for applications such as speech recognition, humanmachine interaction, and sentiment analysis. To tackle the complexity of voice and text data, this study combines Word Embedding (Word2Vec) and sound spectrum analysis (MFCC) using Convolutional Neural Network (CNN). Word2Vec is used to convert voice datasets into vector text representations, while MFCC is employed for feature extraction from the sound spectrum. The developed models were evaluated using an experimental dataset in Indonesian, and the Weighted Average Ensemble approach, which integrates both methods, achieved an accuracy of 70%. These results indicate that integrating Word Embedding technology and sound spectrum analysis can significantly enhance the accuracy of emotion recognition in Indonesian conversations. This research contributes significantly to the development of emotion recognition technology and has the potential to improve human interaction with technology, as well as applications in sentiment analysis and natural language processing."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yopita Ratnasari
"Penelitian menempati peran strategis dalam rangka memajukan peradaban suatu bangsa. Kinerja penelitian menjadi salah satu indikator bagi pembangunan bidang kesehatan. Salah satu ukuran kinerja riset nasional adalah Skor SINTA. Berdasarkan Skor SINTA, kinerja dosen Poltekkes Kemenkes masih rendah jika dibandingkan dengan perguruan tinggi lainnya. Pada tahun 2021, Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan menetapkan kebijakan berupa SK Nomor HK.02.03/I/6190/2021 tentang Pedoman Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Poltekkes Kemenkes, yang menetapkan kegiatan penelitian dalam 2 kategori dan 7 skema serta dikelola melalui Sistem Informasi Pengelolaan Penelitian. Kebijakan tersebut telah diimplementasikan sejak tahun 2021. Penelitian ini bertujuan untuk memahami hubungan implementasi kebijakan dengan kinerja penelitian dosen Poltekkes Kemenkes. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain non eksperimental melalui pendekatan crossectional. Teknik pengumpulan data melalui survei dengan instrumen kuesioner, kemudian diperkuat dengan wawancara mendalam dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan berhubungan signifikan dengan kinerja penelitian (pvalue <0,05). Variabel Struktur organisasi dan karakteristik organisasi pelaksana tidak berhubungan dengan kinerja penelitian dosen (p-value =0,086); variabel hubungan antar organisasi, variabel sumber daya, serta variabel lingkungan sosial, ekonomi, dan politik berhubungan secara signifikan dengan kinerja penelitian dosen (p-value<0,05). Sementara itu, variabel disposisi atau sikap para pelaksana merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kinerja penelitian dosen Poltekkes Kemenkes (AOR 1,443; 95%CI: 1,25 – 1,67). Sekalipun berdasarkan hasil penelitian kuantitatif ada variabel yang tidak berhubungan signifikan, namun berdasarkan konfirmasi melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen seluruh variabel implementasi kebijakan berhubungan dengan kinerja penelitian. Kurangnya kemampuan dosen dalam manajemen waktu dan menghasilkan penelitian, rendahnya komitmen untuk melakukan pemutakhiran data Sinta, serta anggaran penelitian yang relatif kecil, berisiko menyebabkan kinerja penelitian menjadi rendah. Oleh karena itu, Ditjen Nakes diharapkan dapat meningkatkan anggaran penelitian; memfasilitasi upaya Poltekkes menjadi BLU; serta menyusun roadmap pelatihan dan pembangunan jejaring penelitian.  Poltekkes proaktif melengkapi kebijakan turunan dan melaksanakan pendampingan. Dosen diharapkan juga dapat berkomitmen menempatkan kegiatan penelitian sebagai prioritas utama; mengikuti kegiatan sosialisasi dan peningkatan kapasitas dengan sebaik-baiknya; meningkatkan kapasitas secara mandiri melalui multi-metode dan multimedia, serta kegiatan diskusi dengan sesama peneliti; meningkatkan kualitas penelitian dan publikasinya dan proaktif untuk mencari sumber pendanaan lain di luar BOPTN.

Currently, research performance is one of the indicators for development progress, including development in the health sector. One measure of national research performance is the SINTA Score. Based on the SINTA score, the performance of Health Polytechnic of the Ministry of Health Lecturers is still low when compared to other tertiary institutions. For this reason, in 2021, the Head of the Board for  Development and Empowerment of Human Resources for Health set a policy in the form of Decree Number HK.02.03/I/6190/2021 concerning Guidelines for Research and Community Service at the Ministry of Health's Polytechnic. This policy has been implemented since 2021. This study aims to analyze the relationship between policy implementation and the research performance of the Ministry of Health Polytechnic lecturers. This research is a quantitative study with a non-experimental design through a cross-sectional approach. Data collection techniques through surveys with questionnaire instruments, then strengthened by in-depth interviews and document review. The results showed that policy implementation had a significant relationship with research performance (p-value <0.05). Variable organizational structure and characteristics of implementing organizations are not related to lecturer research performance (p-value = 0.086); inter-organizational relationship variables, resource variables, and social, economic, and political environmental variables, are significantly related to lecturer research performance (p-value <0.05). Meanwhile, the variable disposition or attitude of the executors is the most dominant variable related to the research performance of lecturers at the Ministry of Health Polytechnic (AOR 1.443; 95% CI: 1.25 – 1.67). Even though based on the results of quantitative research there are variables that are not significantly related, but based on confirmation through in-depth interviews and review of documents all variables of policy implementation are related to research performance. The lack of lecturers' ability to manage time and produce research, the low commitment to updating Sinta's data, and the relatively small research budget, have the risk of causing low research performance. Therefore, the Directorate General of Health is expected to increase the research budget; encourage Poltekkes to become BLU; as well as preparing a training roadmap and building a research network. Poltekkes proactively complements derivative policies and provides assistance. Lecturers are also expected to be able to commit to placing research activities as a top priority; participate in socialization capacity-building activities as well as possible; increase capacity independently through multi-methods and multimedia, as well as discussion activities with fellow researchers; improve the quality of research and publications and be proactive in seeking other sources of funding outside of BOPTN."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Rini Eka Wulandari
"Peningkatan pendidikan formal menjadi sangat penting bagi profesi keperawatan dan merupakan salah satu jenis pengembangan profesional berkelanjutan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan pelayanan kesehatan yang semakin tinggi mengharuskan seorang perawat untuk meningkatkan pendidikannya secara formal. Manajer keperawatan bertanggung jawab atas terlaksananya peningkatan pendidikan formal setiap staf nya di rumah sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengalaman perawat dan manajer dalam peningkatan pendidikan formal. Desain penelitian kualitatif menggunakan pendekatan deskriptif, dengan metode wawancara semi terstruktur. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, partisipan dalam penelitian yaitu 14 orang perawat yang terdiri dari 9 orang mewakili perawat dan 5 orang mewakili manajer perawat pada RS X di Lampung Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam secara langsung. Analisis data menggunakan metode colaizzi dan analisis tematik. Hasil penelitian diperoleh lima tema untuk pengalaman perawat yaitu: 1) Pemahaman terhadap pentingnya pendidikan formal bagi perawat; 2) Dukungan bagi perawat dalam melanjutkan sekolah; 3) Hambatan dalam meningkatkan pendidikan formal; 4) Kepuasan terhadap upaya manajer dalam mendukung peningkatan pendidikan; 5) Dampak program peningkatan pendidikan formal, sedangkan untuk pengalaman manajer diperoleh empat tema yaitu: 1) Memberikan dukungan kepada perawat yang melanjutkan pendidikan; 2) Hambatan dalam peningkatan pendidikan formal di rumah sakit; 3) Dampak peningkatan pendidikan formal pada pelayanan keperawatan; 4) Perlu penyusunan rencana strategi upaya peningkatan pendidikan formal. Rekomendasi dari penelitian ini adalah rumah sakit membuat rencana berkaitan dengan kebijakan, pedoman/panduan tentang peningkatan pendidikan formal bagi perawat dan disosialisasi kepada seluruh perawat serta dievaluasi sehingga upaya dalam meningkatkan pendidikan formal berjalan dengan baik.

Increasing formal education is very important for the nursing profession and is one type of continuous professional development. The development of science and the increasingly high demands of health services require a nurse to increase her education formally. The nursing manager is responsible for the implementation of improving the formal education of each staff in the hospital. The purpose of this study was to explore the experiences of nurses and managers in improving formal education.The qualitative research design used a descriptive approach, with a semi-structured interview method. The sampling technique used purposive sampling, the participants in the study were 14 nurses consisting of 9 representing nurses and 5 representing nurse managers at X Hospital in South Lampung. Data collection was carried out by direct in-depth interviews. Data analysis used the colaizzi method and thematic analysis. The results of the study obtained five themes for the nurse's experience, namely: 1)Understanding of the importance of formal education for nurses; 2) Support for nurses in continuing school; 3) Barriers to improving formal education; 4) Satisfaction with manager's efforts in supporting education improvement; 5) The impact of the formal education improvement program, while for the experience of managers, four themes were obtained, namely: 1) Providing support to nurses who continue their education; 2) Barriers to the improvement of formal education in hospitals; 3) The impact of increasing formal education on nursing services; 4) It is necessary to formulate a strategic plan for efforts to improve formal education. Recommendations from this study are hospitals make plans related to policies."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tetet Kartilah
"ABSTRAK
Masih rendahnva kualitas pelayanan keperawatan dan tingkat pendidikan perawat
direspon dengan berkembangnya program peningkatan pendidikan lanjut bagi perawat,
baik pelaksana maupun pengelola, dengan tujuan meningkatkan kompetensi dan kinerja
pelayanan keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Tasikmalaya sejak tahun 1999
telah melaksanakan program tersebut dengan rnenyelenggarakan pendidikan DIII
Keperawatan Khusus bagi perawat lulusan SPK bekerja sama dengan Akper Depkes
Tasikmalaya, tetapi belum diketahui dampaknva terhadap pencapaian kompetensi dan
kinerja pelaksanaan tugas masing-masing.
Penelitian ini bermaksud mengidentifikasi kompetensi dan kinerja kepemimpinan
Kepala Ruangan di Rumah Sakit Umum Daerah Tasikmalaya setelah mengikuti
pendidikan DIII Keperawatan dan sejauhmana program pendidikan tersebut memberikan
dampak pada kompetensi dan kinerja kepemimpinan tersebut.
Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metoda wawancara,
observasi dan studi dokumentasi terhadap kegiatan kepemimpinan Karu. Kompetensi
kepemimpinan terdiri dari 6 komponen (Tappen, 1998), sedangkan kinerja
kepemimpinan terdiri dan 10 komponen (Soeprihanto,2000). Responden utama terdiri
dari 4 orang Karu yang sudah menjadi karu sejak sebelum mengikuti pendidikan dan 6
orang responden lain, yang dianggap mengetahui kompetensi dan kinerja Karu selama 2
tahun terakhir.
Hasil penelitian menunjukan. bahwa secara umurn setelah mengikuti pendidikan DIII
Keperawatan, Karu memiliki pengetahuan yang cukup tentang konsep kepemimpinan
tetapi belum cukup kompeten dalam penguasaan menyusun tujuan dan menentukan
perencanaan kegiatan pengelolaan ruang rawat. Sehingga. Karu belum mampu mencapai
kinerja yang memadai dalam melaksanakan tugasnya sebagai manajer, terutama dalam
penguasaan tugas, mengambil keputusan. menentukan prioritas tugas, melakukan
koordinasi ang efektif dan efisien serta ketegasan dan obvektiftas dalam pengelolaan
pelayanan keperawatan di ruangan.
Dampak pendidikan DIII Keperawatan yang lain adalah meningkatnya rasa percaya diri
Karu dalam melakukan aktifitas, tetapi belum optimal dalam meningkatkan sikap,
keterampilan dan penampilan kerja kepemimpinan Karu. Hal ini disebabkan karena
pengetahuan yang diperoleh belum memberikan gambaran yang lengkap dari tugas dan
jenis akilvitas kepemimpinan yang harus dikerjakan oleh Karu, sehingga pada saat.
pelaksanaan tugasnya Karu cenderung kembali ke pola yang lama. Kebijakan
peningkatan pelayanan di setiap aspek, upaya aktualisasi dan motivasi diri, kepercayaan
dan penghargaan sejawat dianggap sebagai faktor pendukung pencapaian kompetensi
dan kinerja kepemimpinan Karu. Sedangkan belum adanya standar kompetensi dan
kinerja yang diharapkan organisasi, masìh rendahnya penghargaan terhadap profesi
keperawatan, perubahan struktur, kurangnya sarana prasarana yang berkaitan dengan
pelayanan langsung kepada kiien, dianggap faktor penghambat.
Program pendidikan DIII Keperawatan, belum memadai untuk membentuk calon Karu
yang memiliki kompetensi kepemimpinan efektif dan efisien. Implikasinya, untuk
memberdayakan Karu dengan pendidikan DIII Keperawatan di RSUD Tasikmalaya,
sangat diperlukan supervisi dan program pengembangan kompetensi dan kinerja
kepemimpinan dalam pengelolaan ruang rawat melalui program-program pelatihan
dalam pelaksanaan tugas (on job training), penetapan standar kompetensi dan kinerja
yang jelas dan tersosialisasi, evaluasi kinerja secara berkala, peningkatan ketersediaan
sarana pendukung pelaksanaan tugas dan sistem peghargaan pelaksanaan tugas yang
memadai. Selain itu, program pendidikan DIII Keperawatan diharapkan mampu
mengembangkan program pendidikan yang mempertimbangkan tingkat kebutuhan
masyarakat terhadap lulusan.

ABSTRACT
Nursing service at the hospital has not been recognized as a professional care services.
The reason of that problem has been predicted that it is due to lack of knowledge of the
nurses in ward departement as well as in nursing care because of low education of them.
One of the effort to improve the nurses ability to provide nursing care and ward
management. Tasikrnalaya Hospital had been chalange for the head nurses and nurse
practitioners, continuing education program into Diploma Ill Nursing program since
1999.
The purpose of this research to identify a change in nursing competency and
performance particularly in the leadership ability of the head nurses after graduated
from Diploma III Nursing Program, in Tasikmalaya district general Hospital.
This reasearch is a qualitative reasearch, that using interview and observation methode
to assessing the activities of head nurses related to leadership and management. The
number of respondents is four head nurses. Additional data collected from six other
informans who knowledgeable abou the role and function of the respondents.
This reasearch descrift an averrage of the head nurses competency in leadership and low
of averrage in head nurses performance in leadership. Commonly, that is appropriate
with the educational program in Diploma UI nursing program. They had a high level
knowledge of nursing sience and managmeflt science, but not aplicated that sience in
their daily activities. Made a decision, task priority, coordination, oblectivity and fairly
arc activity that not yet be done. That condition cause of difficult for changing, a habbit
and percept in ward management and nursing service after graduated DIII nursing
program. The other faktor that contribute in this condition is organizations, individuals,
and the environmental supports factor.
?[o improve the head nurse competency and performance in nursing leadersip, this study
recommended a supervision program in the nursing management and leadership (on ob
training), fasilitate the head nurse activity in the ward management and need assessment
of the program to improve quality and relevancy DIll nursing program.
Learning assesment is necessaryy to improve quality of the graduate to identify the
relevencies of the subject matter providing in DIII nursing program.
"
2002
T3811
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yulia Trikusuma Putri
"Pendidikan seksual kepada remaja merupakan salah satu metode dalam melakukan promosi kesehatan, namun pelaksanaannya belum optimal karena perawat belum berperan secara optimal sebagai edukator dalam memberikan pendidikan seksual kepada remaja. Tujuan dari systematic review ini adalah untuk menganalisis faktor yang memengaruhi perawat dalam melaksanakan perannya sebagai pemberi pendidikan kesehatan kepada remaja. Penelitian yang digunakan dalam systematic review ini dicari dengan 8 database (Clinical Key, Proquest, Science Direct, Wiley Online, Springerlink, Scopus, Oxford Journal, dan Sage journal) pada bulan April-Juni 2020. Terdapat 11 artikel dari berbagai negara yang dianalisis. Sampel penelitian ini mulai dari 9 sampai dengan 394 partisipan. Terdapat lima sub tema mengenai faktor yang memengaruhi perawat dalam melaksanakan pendidikan seksual yaitu pengetahuan, sikap, keyakinan, budaya, dan kebijakan. Kelima sub tema tersebut dikategorikan menjadi dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Perawat perlu diberikan pelatihan dan dukungan terkait pelaksanaan pendidikan kesehatan seksual kepada remaja guna mencegah terjadinya perilaku seksual berisiko dan meningkatkan kesehatan seksual dan reproduksi kepada remaja.
Sexual education for adolescents is one of methods of health promotion, but its implementation is inadequate because nurses have not played an optimal role as educators in providing sexual education to adolescents. The purpose of this systematic review was to analyze the factors that influence nurses in carrying out their role as health education providers to adolescents. The research articles used in this systematic review was searched from 8 databases (Clinical Key, Proquest, Science Direct, Wiley Online, Springerlink, Scopus, Oxford Journal, and Sage journal) during April-June 2020. There were 11 research articles from various countries being analyzed. The sample of this study ranged from 9 to 394 participants. There are five sub-themes regarding the factors that influence nurses in implementing sexual education, namely knowledge, attitudes, beliefs, culture, and policies. The five sub-themes are categorized into two categories, namely internal factors and external factors. Nurses need to provided training and support related to the implementation of sexual health education to adolescents to prevent risky sexual behavior and improve sexual and reproductive health in adolescent."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>