Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170870 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sevrima Anggraini
"Penyakit Gagal Ginjal Kronik GGK merupakan suatu keadaan dimana ginjal mengalami kelainan struktural atau gangguan fungsi yang sudah berlangsung lebih dari 3 bulan. Penyakit ginjal kronik bersifat progresif dan irreversible, pada tahap lanjut tidak dapat pulih kembali. Diperlukan terapi pengganti ginjal untuk mengeluarkan produk sisa metabolisme dan mengatur keseimbangan cairan tubuh. Terdapat beberapa risiko yang dapat menyebabkan penyakit ginjal kronik seperti hipertensi, diabetes mellitus, pertambahan usia, pernikahan, pekerjaan dan IMT. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan terapi hemodialis dan peritonial dialisis terhadap ketahanan hidup pasien gagal ginjal kronik di RSCM tahun 2012-2017. Desain studi dalam penelitian ini adalah kohort retrospektif. Jumlah total sampel penelitian ini adalah 110. Dari studi ini diketahui sebanyak 49 pasien yang menjalani hemodialisis meninggal dan 29 pasien yang menjalani CAPD meninggal. Pengaruh jenis terapi terhadap ketahanan hidup pasien GGK setelah dikontrol variabel kovariat didapatkan bahwa variabel umur berinteraksi dengan jenis terapi dimana pasien hemodialis yang berumur ge;60 tahun berisiko untuk lebih cepat meninggal sebesar 4 kali dibandingkan pasien yang menjalani CAPD 95 CI 1,3-13. Disarankan kepada pasien GGK yang berumur ge;60 untuk mempertimbangkan menggunakan CAPD sebagai alternatif dialisis.

Chronic Kidney Disease CKD is a condition in which the kidneys have structural abnormalities or functional disorders that have lasted more than 3 months. CKD is progressive and irreversible, in the later stages can not be recovered. Kidney replacement therapy is needed to remove metabolic waste products and regulate body fluid balance. There are several risks that can cause CKD such as hypertension, DM, age, , marriage, BMI ,work. The purpose of this study was to determine the relationship between hemodialis therapy and dialysis peritoneal on the survival of patients with CKD at RSCM 2012 2017. The study design in this study was a retrospective cohort. The total sample of this study was 110. From this study it was found that 49 of patients undergoing hemodialysis died and 29 of patients who underwent CAPD died. The effect of this type of therapy on survival of CKD patients after controlled by covariate variables found that the age variable interacted with the type of therapy where hemodialis patients aged ge 60 years are at risk for more rapid death 4 times than patients CAPD 95 CI 1.3 13 . It is recommended to patients aged ge 60 to consider using CAPD as an alternative to dialysis."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T49814
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamidah
"ABSTRAK
Penelitian ini berfokus pada pengalaman dan persepsi kualitas hidup pada pasien dengan
Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). Disain kualitatif fenomenologi dipilih
untuk mendapatkan informasi yang individual dan mendalam. Tujuh orang partisipan
ditentukan dengan purposive sampling. Wawancara mendalam dilakukan menggunakan alat
perekam, panduan wawancara semiterstruktur, dan catatan lapangan. Pendekatan Colaizzi?s
Qualitative content analysis menghasilkan tema : Pengalaman ketidaknyamanan fisik dan
psikis saat menjalani Hemodialisis; Dukungan orang terdekat dan tenaga kesehatan dalam
menguatkan keyakinan membuat keputusan CAPD dan meningkatkan kemampuan selfcare;
Pertimbangan kenyamanan memilih CAPD; Mengalami komplikasi yang kemungkinan dapat
dicegah; Selfcare membutuhkan waktu; Adanya rentang konsep diri; Perasaan nyaman
dengan CAPD; Koping positif dalam menyikapi perubahan pola hidup; Keterbatasan di
pelayanan primer untuk CAPD dan Pengharapan untuk menjadi ?normal?. Pengalaman
partisipan merupakan suatu kontinum. Studi lanjutan diperlukan untuk melihat faktor
dominan yang mempengaruhi dalam pembuatan keputusan memilih modalitas CAPD

ABSTRACT
This study focuses on the experiences and perceptions of quality of life of patients with
Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). A Phenomenological qualitative design
was chosen to obtain personal and in-depth information. Seven participants were determined
using purposive sampling technique. An In-depth semi-structured interviews were tape
recorded. Theme emerged from the Colaizzi?s qualitative content analysis : Experience of
physical and psychological discomfort while undergoing Hemodialysis; Supports from the
closest persons and health care professionals strengthen confidence on making CAPD
decisions and improves selfcare abilities; Convinience reason for choosing CAPD;
Experience preventable complications; Selfcare takes time process; Positive coping in
response to changes in lifestyle; Existence of a range of self-concept; More comfort on
CAPD; Limited service of CAPD in Primary Care; and Hoping of being 'normal'.
Participant?s experience and quality of life perception laid in a continum. Further study
related to dominan factors in choosing CAPD is recommended."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatu Meri Marwiyyatul Hasna
"ABSTRAK
Gangguan mineral tulang GMT merupakan salah satu komplikasi pada penyakitginjal kronik PGK . GMT-PGK menyebabkan gangguan sistemik padametabolisme mineral yang mengakibatkanabnormalitaskadar mineral, kelainanturn overtulang dan kalsifikasi pembuluh darah. Pada pasien PGK yang menjalanidialisis rutin GMT dapat meningkatkan angka mortalitas sebesar 20 . Penelitianini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguanmineral tulang pada pasien yang menjalani hemodialisis rutin. Desain penelitian iniadalahcross sectional, menggunakan 72 responden pasien hemodialisis rutin diRSUPN. DR. Cipto Mangunkusumo Jakarta, dipilih dengan menggunakan TeknikConcecutive sampling. Data mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengangangguan mineral tulang ini diperoleh melalui wawancara dan data rekam medikpasiendalam tiga bulan terakhir. Analisis yang digunakan adalahuji chi-square,hasil uji statistik menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara faktor usia,jenis kelamin, status nutrisi: obesitas, lama menjalani hemodialysis dan kepatuhanpenggunaan pengikat posfatdengan GMT p0,05 . Penelitian inimerekomendasikan kepada praktisi kesehatan untuk membuat suatu protokoluntukdeteksi dini terjadinya resiko GMTpada pasien PGKyang menjalani hemodialisisberdasarkan faktor-faktor tersebut.

ABSTRACT
Mineral and bone disorder MBD is complications which may occur in chronickidney disease CKD . CKD MBD is characterized by systemic disorder of mineralmetabolism which leads to abnormality of blood mineral level, alterationof boneturnover, and calcification blood vessels that may result in an increased morbidityand mortality. MBD may increase mortality rate of CKD patients undergoingregular hemodialysis up to 20 . This study aimed to identify factors affectingmineral andbone disorder among patients undergoing regular hemodialysis. Thestudy design wascross sectionalwith total sample of 72 patients undergoingregular hemodialysis in RSUPN. DR. Cipto Mangunkusumo selected by consecutivesampling. Data regarding factors affecting mineral and bone disorder wereobtained through interview and medical record of the past three months. The datawere analyzed by chi square test. The result suggested that there was a significantcorrelation between age, sex, nutritional status obesity, time since firsthemodialysis and adherence to phosphate binder regimen and MBD p0.05 . Developing a protocol for early detection of complications dueto bone and mineral disorder is recommended for patient with CKD undergoingregular Hemodialysis."
2017
S67990
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saila Hadayna
"Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang menyumbang kenaikan angka morbiditas, mortalitas, beban biaya kesehatan, dan masalah kesehatan lainnya. Menurut Riskesdas 2018, prevalensi PGK di Indonesia mencapai 0,38% dan mengalami peningkatan 0,2% dibandingkan tahun 2013. PGK juga merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia berdasarkan data Global Burden of Disease tahun 2019. Meningkatnya insiden penyakit ginjal kronis turut mempengaruhi peningkatan jumlah pasien yang menjalani hemodialisis sebagai terapi pengganti fungsi ginjal untuk bertahan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan hidup pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RS Krakatau Medika tahun 2019-2021. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RS Krakatau Medika Tahun 2019-2021. Data pasien yang diambil meliputi usia, jenis kelamin, riwayat keluarga PGK, komorbid hipertensi, komorbid diabetes melitus, dan komorbid kardiovaskular. Analisis data menggunakan analisis survival dengan metode Kaplan-Meier dan Regresi Cox. Dari studi ini diketahui sebanyak 216 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan 84 pasien telah meninggal dan 132 pasien adalah sensor. Probabilitas ketahanan hidup satu, dua, dan tiga tahun pasien PGK yang menjalani hemodialisis sebesar 58%, 43%, dan 36%. Terdapat perbedaan yang signifikan pada ketahanan hidup pasien berdasarkan usia, komorbid hipertensi, dan komorbid diabetes melitus (log rank test, p<0,05). Hasil analisis regresi cox menunjukkan usia (HR=2,28, 95% CI 1,444—3,588, p<0,001) dan komorbid hipertensi (HR=0,40, 95% CI 0,245—0,668 p<0,001) mempengaruhi ketahanan hidup pasien. Usia dan komorbid hipertensi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap ketahanan hidup pasien. Pasien PGK yang menjalani hemodialisis pada usia ≥ 55 tahun dan tidak terdapat komorbid hipertensi memiliki ketahanan hidup yang lebih rendah dibandingkan pasien dengan usia <55 tahun dan terdapat komorbid hipertensi. Diharapkan dapat meningkatkan peran keluarga dan petugas kesehatan dalam memberikan dukungan moril serta pengawasan pada pasien selama menjalani manajemen perawatan hemodialisis khususnya pada pasien berusia tua, memiliki komorbid hipertensi, dan komorbid diabetes melitus

Chronic kidney disease (CKD) is a global public health issue that contributes to rising morbidity, mortality, health costs, and other health issues. According to Riskedas 2018, the prevalence of CKD in Indonesia was 0.38% and increase by 0.2% compared to 2013. CKD is also the third leading cause of death in Indonesia based on Global Burden of Disease data 2019. The rising insidences of chronic kidney disease also affects the increasing number of patients undergoing hemodialysis as a replacement therapy for kidney function to survive. This study aims to identify the factors that affect the survival of patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis at Krakatau Medika Hospital in 2019-2021. The design of this study was a retrospective cohort using secondary data from the medical records of CKD patients undergoing hemodialysis at Krakatau Medika Hospital in 2019–2021. Age, gender, family history of CKD, comorbidities for hypertension, diabetes mellitus, and cardiovascular were among patient data collected. Data analysis used survival analysis with the Kaplan-Meier method and Cox regression. From this study, there were 216 samples met the inclusion and exclusion criteria with 84 patients had died and 132 patients were censored. The probability of one, two, and three-year survival of CKD patients undergoing hemodialysis were 58%, 43%, and 36%, respectively. There were significant differences in patient survival based on age, comorbid hypertension, and comorbid diabetes mellitus (log-rank test, p<0.05). The results of the Cox regression analysis showed that age (HR = 2.28, 95% CI: 1.444–3.588, p<0.001) and comorbid hypertension (HR = 0.40, 95% CI: 0.245–0.668, p<0.001) affected patient survival. The most significant factors affecting patient survival are age and comorbid hypertension. Patients with CKD undergoing hemodialysis at the age of ≥ 55 years old and no comorbid hypertension have lower survival rates than patients with age < 55 years old and comorbid hypertension. It is expected to increase the role of family and health workers in providing emotional support and monitoring of patients during hemodialysis care management especially in patients who are elderly, have comorbid hypertension, and comorbid diabetes melitus."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvia AS
"Latar Belakang : Insiden Acute Kidney Injury (AKI) pada pasien coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU) yang dilaporkan dari berbagai penelitian adalah 23% sampai dengan 81% dengan mortalitas yang makin tinggi dengan semakin tingginya serum kreatinin. Terdapat perbedaan komorbiditas yang mendasari populasi yang diperiksa, serta variasi dalam praktik dan metode diagnosis dan pelaporan AKI. Evaluasi dini pemantauan fungsi hati, ginjal, serta parameter hematologi, sangat penting untuk memprediksi perkembangan COVID-19. Berdasarkan hal diatas perlu diketahui variabel apa yang dapat mempengaruhi terjadinya AKI.
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah menganalisis insiden AKI pada pasien COVID-19 yang dirawat di ICU RSCM dan menganalisis pengaruh umur, jenis kelamin, komorbid, kreatinin, ureum, trombosit, leukosit, nilai Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR), C- Reactive Protein (CRP), obat vasoaktif dan obat nefrotoksik terhadap angka kejadian AKI pada pasien COVID-19 yang dirawat di ICU RSCM.
Metode : Penelitian ini merupakan studi observasional retrospektif dengan desain case control study. Data yang digunakan adalah data sekunder dari rekam medis pasien COVID-19 yang dirawat di ICU RSCM. Kriteria penerimaan adalah pasien dengan usia
≥ 18 tahun dan terkonfirmasi COVID-19 dengan RT-PCR positif. Kriteria penolakan adalah pasien dengan riwayat transplantasi ginjal, dan pasien Chronic Kidney Disease (CKD) gagal ginjal yang menjalani dialisis. Kriteria pengeluaran adalah pasien dengan data rekam medis yang tidak lengkap.
Hasil : Dari 370 pasien yang terkonfirmasi COVID-19 yang dirawat di ICU RSCM, 152 pasien memenuhi kriteria inklusi dari 148 subjek yang direncanakan. Hasil analisis bivariat didapatkan usia, komorbid, ureum, kreatinin dan obat vasoaktif mempunyai perbedaan bermakna terhadap angka kejadian AKI. Setelah dilakukan analisis multivariat regresi logistik didapatkan komorbid (odd ratio 2,917; 95 % confidence interval, 1,377 – 6,179; p value 0,005) dan obat vasoaktif (odd ratio 2,635; 1,226 – 5,667, p value 0,013) merupakan faktor prediktor AKI pada pasien COVID-19 yang dirawat di ICU RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Kesimpulan : Insiden AKI pada pasien COVID-19 yang dirawat di ICU RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta adalah 30,9%. Komorbid dan obat vasoaktif merupakan faktor prediktor AKI pada pasien COVID-19 yang dirawat di ICU RSUPN dr Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Background: The incidence of Acute Kidney Injury (AKI) in COVID-19 patients treated in the Intensive Care Unit (ICU) reported from various studies is 23% to 81%, with higher mortality with higher serum creatinine. There are differences in the underlying comorbidities of the populations examined, as well as variations in practice and methods of diagnosing and reporting AKI. Early evaluation and monitoring of liver and kidney function, as well as hematological parameters, is very important to predict the development of COVID-19. By examining the predictor factors for the incidence of AKI in COVID-19 patients treated in the RSCM ICU, were there any predictor factors that were different from previous studies.
Purpose: The aim of this study was to analyze the incidence of AKI in COVID-19 patients treated at the RSCM ICU and to analyze the effect of age, gender, comorbidities, creatinine, urea, platelets, leukocytes, Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR), CRP, vasoactive drugs, and nephrotoxic drugs on the incidence of AKI in COVID-19 patients treated in the RSCM ICU.
Methods: This research is a retrospective observational study with a case-control study design. The data to be used is secondary data from the medical records of COVID-19 patients treated in the RSCM ICU. The acceptance criteria are patients aged ≥ 18 years and confirmed COVID-19 by positive RT-PCR. The criteria for rejection were patients with a history of kidney transplantation, and CKD patients undergoing dialysis. The exclusion criteria were patients with incomplete medical record data.
Results: Of the 370 patients with confirmed COVID-19 who were treated at the RSCM ICU, 152 patients met the inclusion criteria of the 148 planned subjects. The results of bivariate analysis showed that age, comorbidities, urea, creatinine, and vasoactive drugs had significant differences in the incidence of AKI. After multivariate logistic regression analysis, we found comorbid (OR 2.917; 95% CI, 1.377 – 6.179; p value 0.005) and vasoactive drugs (OR 2.635; 1.226 – 5.667, p value 0.013) is a predictor factor for AKI in COVID-19 patients treated at the ICU RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Conclusion: Incidence of AKI in COVID-19 patients treated at ICU RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta is 30.9%. Co-morbidities and vasoactive drugs are predictors of AKI in COVID-19 patients treated at the ICU RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabutar, Juniara Salomo
"Latar Belakang: Gangguan ginjal akut sering terjadi pada penderita sirosis hati dan berhubungan dengan meningkatnya mortalitas. Model prediksi terjadinya gangguan ginjal akut yang dapat dihitung saat masuk perawatan diharapkan dapat mnemukan pasien yang memiliki resiko dehingga dapat dilakukan upaya mencegah terjadinya gangguan ginjal akut.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perdarahan saluran cerna, riwayat parasintesis besar, skor MELD, sepsis, peritonitis bakterial spontan, kadar albumin serum, kadar hemoglobin dan rasio netrofil terhadap limfosit dengan terjadinya gangguan ginjal akut pada pasien sirosis hati dan membuat suatu model prediksi terjadinya gangguan ginjal akut pada pasien sirosis hati.
Metode: : Analisis data dilakukan terhadap 209 pasien sirosis hari yang dirawat inap di RSUPN Cipto Mangunkusumo dari tanggal 1 January 2019 hingga 31 December 2019. Gangguan ginjal akut didefenisikan dengan terjadinya peningkatan kadar kreatinin serum ≥ 0.3 mg/dL dalam 48 perawatan.
Hasil: Terdapat 45 pasien (21,5%) mengalami gangguan ginjal akut.. rasio netrofil terhadap limfosit (p<0.001), skor MELD (p<0.001) and kadar albumin serum (p<0.001) berhubungan dengan terjadinya gangguan ginjal akut. Rasio netrofil limfosi lebih dari 8 (nilai prediksi 2), kadar bilirubin total serum lebih dari 1,9 (nilai prediksi 2) dan kadar albumin serum kurang dari 3(nilai prediksi 1) merupakan nilai batas untuk prediksi. Skor prediksi ≥4 dapat menjadi prediktor terjadinya gangguan ginjal akut pada pasien sirosis hati dengan sensitifitas 97,3%.
Simpulan: Rasio netrofil terhadap limfosit, skor MELD, kadar albumin serum berhubungan dengan terjadinya gangguan ginjal akut pada penderita sirosis hati yang dirawat inap.Suatu sistem skor dengan menggunakan rasio netrofil terhadap limfosit, kadar bilirubin total serum dan kadar albumin serum merupakan prediktor yang dapat digunakan untuk prediksi terjadinya gangguan ginjal akut ini.

Background : Development of acute kidney injury (AKI) is common and is associated with poor outcomes. A risk prediction score combining values easily measured at admission could be valuable to stratify patients for prevention, monitoring and early intervention, ultimately improving patient care and outcomes.
Objective: This study aimed to determine association of gastrointestinal bleeding history, large paracentesis history, MELD score, sepsis, spontaneous bacterial peritonitis, serum albumin level, hemoglobin level and netrophyl lymphocyte ratio for development of acute kidney injury in cirrhosis patients and to know the prediction score for the development of AKI in hospitalized cirrhosis patients
Methods: A cross-examined the data from a retrospective analysis of 209 patients with cirrhosis admitted to the Cipto Mangunkusumo Hospital from January 2019 to December 2019. AKI was defined as an increase in serum creatinine ≥0.3 mg/dL within 48 hours from baseline. A receiver operating characteristic (ROC) curve was produced to assess the discriminative ability of the variables. Cutoff values were defined as those with highest validity. The final AKI risk score model was assessed using the ROC curve.
Results: A total of 45 patients (21,5%) developed AKI. Higher NLR (p<0.001), Model of End-stage Liver Disease (MELD) (p<0.001) and lower serum albumin level (p<0.001) were independently associated with AKI. Finding the prediction score of acute kidney injury, cut off values with the highest validity for predicting AKI were determined and defined as 8 for the neutrophil lymphocyte ratio, 1,9 for total bilirubine serum and 3 for serum albumin level. The risk score was created allowing 2 points if the netrophyl lymphocyte ratio is higher than 8, 2 point if the serum total bilirubine is higher than 1,9 and 1 point if the serum albumin is lower than 3. The AUROC curve of the risk prediction score for AKI was 0.842. A risk score of ≥4 points predicts AKI in cirrhotic patients with a sensitivity of 97,3%.
Conclusions: The netrophyl lymphocyte ratio, MELD score and albumin level are associated with the development of AKI in hospitalized cirrhosis patients. A score combining netrophyl lymphocyte ratio, serum bilirubin and albumin level demonstrated a strong discriminative ability to predict AKI in hospitalized cirrhotic patients
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Vonky Rebecca
"Latar Belakang : Kejadian AKI di unit perawatan intensif berhubungan dengan peningkatan mortalitas, morbiditas pasca AKI dan biaya perawatan tinggi. Penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan mortalitas pasien AKI di unit perawatan intensif di Indonesia khususnya RSUPN dr. Cipto Mangungkusumo belum pernah dilakukan.Tujuan: Mengetahui prevalensi AKI, angka mortalitas pasien AKI, dan faktor- faktor yang berhubungan dengan peningkatan mortalitas pasien AKI di unit perawatan intensif di ICU RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo.Metode : Penelitian kohort retrospektif terhadap seluruh AKI di unit perawatan intensif di RSUPN Cipto Mangunkusumo periode Januari 2015 ndash; Desember 2016. Dilakukan analisis hubungan bivariat saampai dengan multvariat dengan STATA Statistics 15.0 antara faktor usia >60 tahun, sepsis, ventilator, durasi ventilator, dialisis, oligoanuria, dan skor APACHE II saat admisi dengan mortalitas. Hasil : Prevalensi pasien AKI di unit perawatan intensif didapatkan 12,25 675 dari 5511 subjek dan sebanyak 220 subjek 32,59 dari 675 subjek yang dianalisis meninggal di unit perawatan intensif. Faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan mortalitas pada analisis multivariat adalah sepsis OR 6,174; IK95 3,116-12,233 , oligoanuria OR 4,173; IK95 2,104-8,274 , ventilator OR 3,085; IK95 1,348-7,057 , skor APACHE II saat admisi 1/2 [OR 1,597; IK95 1,154-2,209], dan durasi ventilator OR 1,062; IK95 1,012-1,114 . Simpulan : Prevalensi pasien AKI dan angka mortalitasnya di unit perawatan intensif RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo didapatkan sebesar 12,25 dan 32,59 . Sepsis, oligoanuria, ventilator, skor APACHE II saat admisi 1/2, dan durasi ventilator merupakan faktor-faktor yang berhubungan bermakna dengan peningkatan mortalitas pasien AKI di unit perawatan intensif. Kata Kunci : Acute Kidney Injury, Faktor Risiko, Mortalitas, Unit Perawatan Intensif

Background Acute kidney Injury AKI in ICU associated with increased mortality rate, morbidity post AKI, and high health care cost. There is no previous study about factors associated with mortality of AKI patients in ICU in Indonesia, especially at dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital.Aim To identify prevalence, mortality rate, and factors associated with mortality of AKI patients in ICU.Method This is a retrospective cohort study. Data were obtained from all of medical records of AKI patients period January 2015 until December 2016 in ICU at Cipto Mangunkusumo hospital. Association of risk factors age 60 years old, sepsis, ventilator, duration of ventilator, oligoanuria, and APACHE II score at admission and mortality will be analyzed using STATA Statistics 15.0. Results AKI prevalence in ICU was 12,25 675 subjects from total 5511 subjects . A total of 220 subjects out of 675 subjects AKI died at ICU. Sepsis OR 6,174 95 CI 3,116 12,233 , oligoanuria OR 4,173 95 CI 2,104 8,274 , ventilator OR 3,085 95 CI 1,348 7,057 , APACHE II score at admission 1 2 OR 1,597 95 CI 1,154 2,209 , and duration of ventilator OR 1,062 95 CI 1,012 1,114 . were significant factors associated with mortality of AKI patients in ICU. Conclusion AKI prevalence and mortality rate in ICU at dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital were 12,25 and 32,59 . Sepsis, oligoanuria, ventilator, APACHE II score at admission 1 2, and duration of ventilator were significant factors associated with mortality of AKI patients in ICU. Keywords Acute Kidney Injury, Intensive Care Unit, Mortality, Risk Factor "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58890
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Christina Natalin
"Gagal ginjal kronik pada anak merupakan salah satu penyakit yang khas pada masyarakat perkotaan. Salah satu komplikasi yang terjadi pada gagal gagal ginjal kronik adalah edema yaitu kondisi kelebihan cairan di dalam tubuh. Karya ilmiah ini bertujuan memberikan gambaran asuhan keperawatan melalui pendekatan KKMP pada pasien anak dengan gagal ginjal kronik yang mendapat tindakan hemodialisa dengan gejala edema anasarka dan edema paru. Intervensi yang diberikan adalah manajemen pembatasan cairan, intervensi ini diterapkan selama 7 hari. Hasil evaluasi didapatkan, kelebihan volume cairan teratasi ditandai dengan edema sudah tidak ada dan keadaan umum pasien baik. Intervensi ini dilakukan sejalan dengan intervensi kolaborasi dengan dokter, ahli gizi, farmasi dan bagian hemodialisa. Oleh karena itu intervensi manajemen pembatasan cairan perlu diterapkan secara disiplin di pelayanan keperawatan sebagai intervensi mandiri.

Chronic Kidney Disease in children is one of the speciality problem in urban community. One of the most serious complication this disease is oedema which means excess fluid volume in the body. The purpose of this case study to describe about nursing care with urban health nursing practice approach in child with anasarka and lung oedema caused by CKD during hemodylisis therapy. The intervension given was fluid restiction management in 7 days of care. The result was excess fluid volume could be resolved with there was no oedema and general physically was good. These interventions are conducted in line with collaborative interventions with doctorss, nutritionists, pharmacists and hemodialysis departments. So that, this intervention has to be applied consistenly in nursing care as independent intevension for nurse.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Nindita
"Latar belakang. Gagal ginjal terminal (GGT) atau penyakit ginjal kronik (PGK) stadium 5 merupakan masalah serius pada populasi anak dan dewasa, dengan insidens dan prevalensnya yang terus meningkat setiap tahun dan dapat menyebabkan komplikasi penyakit kardiovaskular. Kardiomiopati dilatasi (KMD) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang dapat menyebabkan kematian pada anak dengan GGT. Prevalens KMD pada anak GGT cukup bervariasi, antara 2- 41%. Namun, saat ini studi tentang kejadian KMD pada anak GGT di Indonesia masih terbatas, terutama pada anak dengan GGT yang menjalani dialisis. 
Tujuan. Mengetahui prevalens KMD dan faktor risiko yang berasosiasi dengan kejadian KMD, yaitu etiologi GGT, status nutrisi, anemia, hipertensi dan jenis dialisis pada anak dengan GGT yang menjalani dialisis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). 
Metode. Desain studi potong lintang dilakukan di RSCM pada anak dengan GGT yang menjalani dialisis selama periode 2017-2022 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan data dilakukan melalui penelusuran rekam medik. 
Hasil. Terdapat 126 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan jenis kelamin lelaki lebih banyak (59,5%), mayoritas usia di atas 5 tahun (98,4%), dengan median 12 tahun (10-15). Sebanyak 95,2% subjek adalah rujukan dari rumah sakit luar datang pertama kali ke RSCM dengan kegawatdaruratan dan membutuhkan dialisis segera. Prevalens KMD pada studi ini adalah 53,2%. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik menunjukkan anemia dan status nutrisi berasosiasi positif dengan kejadian KMD (OR 4,8, IK 95% 1,480-15,736, p=0,009) ; (OR 9,383, IK 95% 3,644-24,161, p=0,000). Tidak terbukti adanya hubungan etiologi PGK, hipertensi dan jenis dialisis dengan kejadian KMD. 
Kesimpulan. Prevalens KMD pada anak dengan GGT yang menjalani dialisis di RSCM adalah 53,2%. Terdapat asosiasi positif antara anemia dan status nutrisi dengan kejadian KMD. Etiologi GGT, hipertensi, dan jenis dialisis tidak berasosiasi dengan kejadian KMD pada anak dengan GGT yang menjalani dialisis.  

Background.  Kidney failure is a serious problem in children with the incidence and prevalence increasing every year, can cause cardiovascular disease. Dilated cardiomyopathy (DCM) is one of the cardiovascular disease can cause mortality in children with kidney failure. The prevalence varies between 2-44% and limited studies in Indonesia especially in children with kidney failure on dialysis. 
Objective. To determine the prevalence of DCM and risk factors in children with kidney failure on dialysis in Cipto Mangunkusumo hospital. The association of etiology of kidney failure, nutritional status, anemia, hypertention, and type of dialysis with DCM in children with kidney failure. 
Methods. A cross-sectional study among children with kidney failure according to the inclusion and exclusion criteria during 2017-2022 periode, in Cipto Mangunkusumo hospital. Collecting data using medical record. 
Result. There were 126 study subjects, with 59,5% male and 98,4% over 5 years old, the median is 12 years (10-15). The prevalence of DCM was 53.2%. The results of the multivariate analysis showed anemia and nutritional status were associated with the incidence of DCM, (OR 4.8, 95% CI 1.480-15.736, p=0.009); (OR 9.383, 95% CI 3.644-24.161, p= 0.000). There is no association between the etiology of kidney failure, hypertension and type of dialysis with DCM. 
Conclussion. The prevalence of DCM in children with kidney failure on dialysis was 53.2%. Anemia and nutritional status was associated with DCM in children with kidney failure on dialysis. The etiology of kidney failure, hypertension, and type of dialysis were not associated with DCM.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Evalina Romauli
"Gagal Ginjal Kronik pada anak saat ini berkembang pesat kasusnya terutama daerah perkotaan. Klien dengan GGK stadium akhir memerlukan terapi pengganti ginjal salah satunya hemodialisis. Komplikasi umum dari GGK adalah kelebihan volume cairan yang berkembang menjadi edema perifer atau anasarka, edema paru, dan hipertensi. Oleh karena terapi hemodialisis perlu disertai pembatasan cairan dan rendah garam. Pembatasan cairan dan garam ini bertujuan mencegah komplikasi akibat penambahan beban ginjal.
Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan menganalisis efektivitas intervensi pemantauan ketat pembatasan cairan dan garam untuk mengurangi gejala serta mencegah komplikasi pada pasien gagal ginjal kronik. Metodologi yang digunakan adalah metode studi kasus.
Hasil analisis menunjukkan pemantauan pembatasan cairan dan garam yang ketat terbukti menurunkan tanda dan gejala kelebihan volume cairan diantara dua waktu dialysis ditandai berkurangnya edema dan tidak muncul komplikasi Rekomendasi dari analisis ini adalah penting untuk perawat memonitoring dan mengedukasi anak dan keluarga dengan GGK untuk melakukan restriksi cairan dan diet rendah garam untuk menghindari masalah kelebihan volume cairan diantara waktu dialisis.

CKD in children now is a major health problem especially in urban city because of the increase of morbidity.. Children with CKD in end stage or End Stage Renal Disease ERSD needs renal replacement therapy RRT to help maintenance kidney function, and one of the RRT therapy is hemodyalisis. Moreover, although HD helping so much, the risk of complications still high, like lung oedem, anasarka or peripheral oedem,and hypertension. Dietary and fluid restrictions in CKD purposely needed to reduce the risk of complications.
This Final Scientific Work of Ners aims to analyze the interventions of the effectiveness fluid restriction and dietary as thight as much to reduce the risk fluid excess volume complication of CKD in children. The methodology used is the case study method and the existing research analisis.
The results showed that daily fluid restriction and diet monitoring is effective to reduce the risk of fluid excess inter dialisis time in children. It rsquo s important for nurses to monitor and educate patient about restriction to prevent fluid excess of CKD in children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>