Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184849 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yayuk Yusdiawati
"Tesis ini bertujuan untuk melihat variasi persepsi tentang keidealan perkawinan manyunduti baik secara personal maupun publik dan melihat variasi motivasi orang Mandailing untuk mempraktikkan perkawinan manyunduti. Dengan menggunakan metode etnografi, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi dan motivasi tidak selalu selaras. Hal itu disebabkan karena adanya variasi persepsi yang kontradiksi antara persepsi publik dan persepsi personal. Persepsi publik lebih dipengaruhi oleh faktor budaya, sedangkan persepsi personal dipengaruhi oleh lingkungan, pengalaman dan juga budaya. Meskipun ada kontradiksi tersebut, mereka tetap memiliki motivasi yang positif mengenai perkawinan manyunduti. Motivasi orang Mandailing dikategorikan dalam dua hal, yaitu motivasi komunal dan motivasi personal. Motivasi komunal muncul karena adanya pengaruh dari luar sedangkan motivasi personal muncul karena adanya tujuan pribadi yang ingin dicapai.

This thesis aims to see the variation of perception about the ideals of manyunduti marriage both personally and publicly and see the variation of Mandailing people motivation to practice manyunduti marriage. Using the ethnographic Method, the findings of this study indicate that perceptions and motivations are not always aligned. This is due to the variation in perceptions that contradict between public perception and personal perception. Public perceptions are more influenced by cultural factors, whereas personal perceptions are influenced by the environment, experience and culture. Despite these contradictions, they continue to have a positive motivation for manyunduti marriages. Mandailing people 39 s motivation is categorized in two ways, namely communal motivation and personal motivation. Communal motivation arises because of the influence from the outside while personal motivation arises because of personal goals to be achieved."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50770
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bina Heru Setiawan
"Pembangunan nasional pada dasarnya diselenggarakan oleh seluruh bangsa Indonesia bersama-sama dengan pemerintah melalui tabungan nasional yang meliputi tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat. Peran pemerintah dapat diwujudkan bila pemerintah memiliki dana yang cukup. Oleh karena i tu, untuk mendapatkan dana yang sesuai dengan kebutuhan, pemerintah tidak hanya dengan menggantungkan pada pinjaman luar negeri, akan tetapi lebih dan itu yaitu dengan menghimpun dana dari dalam negeri sehingga tercipta tabungan pemerintah yang salah satunya adalah bersumber dari penerimaan pajak.
Tabungan pemerintah harus lebih ditingkatkan dengan mengintesifkan dan lebih memacu pemungutan pajak. Peran masyarakat dalam pembiayaan pembangunan d engan membayar p ajak sangat diharapkan, dan bahkan harus dapat ditingkatkan dari waktu ke waktu. Sebagai garda terdepan dalam upaya meningkatkan penerimaan negara melalui pajak adalah Kantor Pelayanan Pajak, yang dalam penelitian ini difokuskan pada Kantor Pelayanan Pajak Sorong. Dipilihnya Kantor Pelayanan Pajak Sarong ini, karena menurut peneliti perkembangan penerimaan dan pencapaian target penerimaannya masih jauh dari harapan. Hal ini sebagai akibat rendahnya kinerja karyawan pada Kantor Pelayanan Pajak Sorong, yang akhimya mengakibatkan rendahnya kinerja Kantor Pelayanan Pajak Sorong dalam pencapaian target penerimaan pajak yang telah ditetapkan.
Faktor-faktor yang diteliti adalah Kinerja Karyawan dan aspek-aspek yang berhubungan serta persepsi karyawan mengenai hubungan tersebut. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja sebagai variabel-variabel babas dan Kinerja Karyawan sebagai variabel terikat.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan teknik korelasi. Populasi adalah seluruh karyawan Kantor Pelayanan Pajak Sorong pada bulan Oktober 2004 yang seluruhnya digunakan sebagai sampel penelitian. Sifat penelitian ini adalah verifikasi hipotesis mengenai hubungan antar variabel-variabel penelitian.
Teori yang diajukan dalam penelitian ini yaitu Kinerja yang diartikan sebagai perbuatan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai hasil tertentu. Perbuatan tersebut mencakup penampilan kecakapan melalui proses atau prosedur tertentu yang berfokus kepada tujuan yang hendak dicapai, serta dengan terpenuhinya standar pelaksanaan dan kualitas produk yang diharapkan.
Motivasi adalah dorongan, upaya dan keinginan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memenuhi keinginannya. Disiplin adalah suatu kondisi dimana anggota organisasi mampu menghadapi tantangan, berperilaku tertib, teratur dan tidak terjadi pelanggaran balk yang dilakukan secara sengaja maupun tidak.
Hasil penelitian diperoleh bahwa variabel motivasi kerja merupakan faktor terbesar yang mempunyai hubungan dengan kinerja karyawan, sedangkan disiplin kerja merupakan faktor kedua dengan hubungan yang relatif lebih rendah dalam meningkatkan kinerja karyawan.
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah hal-hal yang dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan bagi pimpinan dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan di masa yang akan datang, antara lain : pemberian kesempatan mutasi atau rotasi kepada karyawan untuk menghindarkan kejenuhan kerja, menciptakan kondisi persaingan yang sehat di antara karyawan, mengadakan pendidikan dan pelatihan karyawan secara berkala, mengadakan dialog terbuka dengan karyawan, menciptakan lingkungan kerja yang s ejuk-aman-bersahabat s erta m enerapkan reward a rid p unishment untuk menegakkan disiplin karyawan.

Basically national development is held by all Indonesian people together with the govern-lent through national savings which includes governments' and societies' savings. The government role can be manifested if the government has sufficient fund. Therefore to obtain the fund in line with the needs, the government not only relies on foreign loans, but also gathers the fund from domestic sources one of which is tax revenue. The government savings must be increased by intensifying and accelerating tax collection. The society's role in funding the development, that is, by paying taxes is very much expected and in fact. it should be increased from time to time. Tax service office acts as a front liner in an effort to increase the state revenue through tax. In this research the focus is in Sorong tax service office. The reason why we choose this office is because according to the survey the progress of the revenue and target achievement are still far from the expectation. This is caused by poor employees performance which leads to low performance of Sarong tax service office in achieving target of tax revenue already determined. The factors that would be examined in this research is the employees performance and related aspects as well as employees perception about the relationship. The variable used in this research is work motivation and work discipline as free variables and employees performance as tied variables. The method of the research uses survey method with correlation technique approach. The respondents are all personnel in Sarong tax service office in October 2004 which are all employed as research sample. The characteristics of the research is hypothesis verifications about relationship among research variables.
The theory proposed in this research is the performance meaning an individual actions in implementing the job to achieve certain results. Such action covers performance through certain process or procedures which focus on The objective to be accomplished, and the achievement of the implementation standard and product quality expected.
Motivation is the drive, effort and the will that drive someone to do certain jobs with the objective of fullfilling their wishes. Discipline is the condition where the member of organisation is able to cope with challenges, behave properly, be well-organized and commit no violation either intentionally or not.
The research findings show that work motivation variable is the biggest factor that has the relationship with the employees performance. whereas work discipline is the second factor with the relationship which is relatively low in improving personnel performance.
The recommendation that can be given based on this research is anything can be used as one of the references for the management in an effort to increase personnel performance in the future. among others are: the chance to have rotation for the employees to avoid boredom, to create a healthy competitive condition among employees, to hold education and training programs periodically, to hold open dialogue with the employees, to create friendly and conducive environment, and to enforce reward and punishment to uphold employees' discipline.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14020
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nenggih Susilowati
"ABSTRAK
Budaya mengunyah sirih sering dikaitkan dengan migrasi penutur bahasa Austronesia dari Taiwan ke Nusantara pada masa prasejarah. Budaya ini yang berlanjut hingga masa-masa kemudian menjadi tradisi hampir semua suku-suku di Nusantara, termasung Mandailing-Angkola di Sumatera Utara. Tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah untuk mengetahui fungsi atau arti penting sirih dan kerbau pada upacara adat di Angkola - Mandailing, serta mengetahuo makna yang terkandung di dalamnya. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan kajian etnografi serta diterapkan Teori Interaksi Simbolik. Sirih juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari (tradisi makan sirih atau sebagai obat), dan juga penting dalam kegiatan adat (horja) seperti horja siriaon (upacara adat suka cita-kelahiran anak, memasuki rumah baru, perkawinan). Apabila yang dilaksanakan adalah upacara adat besar (horja godang) maka hewan yang disembelih wajib kerbau. Horja godang merupakan kegiatan adat yang ditandai dengan kegiatan makkobar, margondang, manotor, dan menyembelih kerbau. Di dalam kaitannya dengan Teori Interaksi Simbolik, sirih dan kerbau merupakan bentuk komunikasi nonverbal sebagai simbol undangan dan penyelenggaraan kegiatan adat. Di sisi lain sebagai bentuk komunikasi verbal melalui perkataan dalam hata adat yang terucap dalam makkobar pada suatu horja godang."
Medan: Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2017
930 BAS 20:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ichlasiah Dalimoenthe
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan persepsi mengenai nilai anak laki-laki dalam keluarga Batak-Mandailing di Kotamadya Medan, serta sejauh mana Status Sosial Ekonomi mempengaruhi persepsi terhadap nilai anak laki-laki tersebut. Penelitian dilakukan pada dua kecamatan di kota Medan, yaitu kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Tembung. Kecamatan Medan Baru dihuni oleh mayoritas masyarakat Batak-Mandailing dengan status sosial ekonomi relatif tinggi, sedangkan kecamatan Medan Tembung dihuni oleh mayoritas masyarakat Batak-Mandailing dengan status sosial ekonomi relatif rendah. Dari masing-masing kecamatan itu diambil 2 kelurahan untuk diteliti.
Objek penelitian adalah masyarakat Batak-Mandailing yang diwakili oleh kepala keluarga (Batak), berusia 20 tahun ke atas, telah menikah, serta berdomisili di kotamadya Medan. Pengumpulan data selain dilakukan melalui kuesioner, juga dilakukan wawancara mendalam terhadap tokoh masyarakat Batak-Mandailing.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa ada pergeseran pandangan mengenai anak laki-laki. Anak laki-laki yang sebelumnya lebih diutamakan daripada anak perempuan (seperti dalam bidang pendidikan, pembagian tugas di rumah, kegiatan ekstra kurikuler, ataupun kegiatan adat), kini cenderung dianggap sama. Pergeseran pandangan ini pula dilihat dalam hal pembagian harta warisan. Menurut adat Batak-Mandailing, anak perempuan tidak mendapat hak waris. Namun, temuan penelitian menunjukkan, bahwa sebagian besar responden akan memberikan warisan yang sama, baik bagi anak laki-laki maupun anak perempuan. Tampaknya, ketiadaan anak laki-laki dalam sebuah keluarga Batak-Mandailing, bukan lagi merupakan masalah besar. Walaupun menurut adat anak lelaki ditetapkan sebagai penerus marga, anggapan bahwa keberlanjutan keturunan itu semata-mata ditentukan oleh adanya anak lelaki, cenderung tidak lagi terlalu dominan.
Keterikatan terhadap marga dan pengetahuan mengenai silsilah marga masih tetap kuat dalam diri orang-orang Batak-Mandailing. Namun, kehidupan di kota besar, dengan segala gejolak dan dinamikanya, cenderung menyebabkan interaksi dalam hubungan kekerabatan di antara mereka kurang intensif.
Variabel status sosial ekonomi dengan indikator pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan pemilikan tampaknya kurang berpengaruh terhadap perubahan persepsi mengenai nilai anak laki-laki dalam keluarga Batak-Mandailing di kota Medan.
Hasil uji hipotesis dengan menggunakan tes statistik Tau Kendall menunjukkan, bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel status sosial ekonomi dan persepsi mengenai nilai anak laki-laki. Dengan demikian, hipotesis yang sebelumnya diajukan dalam penelitian ini, ditolak. Kemungkinan ada faktor-faktor lain seperti media televisi, radio, surat kabar dan majalah, ataupun kontak dengan kelompok-kelompok sosial lain yang cenderung lebih mempengaruhi perubahan persepsi tersebut. Untuk itu kiranya diperlukan penelitian lebih lanjut. "
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andra
"ABSTRAK
Hak asasi atas akses air menjadi hak mendasar untuk dapat hidup bagi setiap
orang. Oleh karena itu, kebutuhan akan air sangat vital. Hal itu terkait air sebagai
unsur penting bagi keberlangsungan hidup setiap orang di dalam suatu
masyarakat. Maka dari itu, diperlukan suatu landasan pengaturan terkait kepastian
di dalam pemenuhan hak asasi atas akses air. Pengaturan tentang air di Indonesia
kembali pada Undang ? undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan yang
diberlakukan melalui Putusan Mahkamah Konstitusi No. 85/PU-XII/2013.
Putusan tersebut membatalkan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(LNRI 2004-32; TLNRI 4377). Pembatalan itu adalah terkait penafsiran berbeda
atas pelaksanaan hak atas air. Dengan demikian terjadi perubahan fungsi sosial air
yang lebih menekankan hak guna usaha atas air yang dijalankan oleh pihak
swasta dibandingkan dengan hak guna pakai air bagi masyarakat. Di samping itu,
adanya pergeseran peran pemerintah dalam menyediakan air bagi masyarakat.
Namun ke semua hal itu dalam kenyataannya belum dapat mengatasi persoalan
mendasar yang dihadapi oleh masyarakat terkait akses mereka atas air, khususnya
di Kota Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara.
Akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana air tetap saja terbatas. Begitu
pula pemberdayaan masyarakat terkait masyarakat terkait pengelolaan sumber
daya air. Pelaksanaan dari berbagai perencanaan yang dibuat oleh pemerintah juga
belum dapat mensejahterahkan masyarakat di Natal. Hal itu bahkan berpotensi
memunculkan konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya air di antara
masyarakat sekitar dan pelaku usaha. Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui
bagaimana persoalan pemenuhan hak akses air bagi masyarakat di Natal seperti
tidak meratanya distribusi air terakit saluran akses air dari sumber air yang ada
beberapa rumah masyarakat. Sarana dan prasarana sumber daya air masih minim
dalam memenuhi akses masyarakat atas air di Natal. Di samping itu
pemberdayaan masyarakat masih lemah di mana sebagian masyarakat di Natal
belum memiliki pemahaman apa yang menjadi haknya dalam akses terhadap air.
Terkait landasan pengaturan, Kabupaten Mandailing Natal masih belum memiliki
peraturan daerah yang mengatur terkait sektor sumber daya air. Upaya ? upaya
pemerintah daerah terkait kewajiban terhadap pelaksanaan atas perencanaan
pembangunan akses air masih belum dijalankan dengan baik. Selain itu, dikaji
bagaimana landasan pengaturan atau hukum dan upaya ? upaya pemerintah
daerah dalam memenuhi hak asasi atas akses air khususnya bagi masyarakat di
kota kecamatan Natal.

ABSTRACT
Rights of access of water into the fundamental right to be able to live for
everyone. Therefore, the need for water is vital. This is related to water as an
essential element for the survival of everyone in a community. Therefore, we need
a foundation of certainty in the regulations related to the fulfillment of rights of
access to water. The arrangement of the water in Indonesia returned to the Act No.
11/1974 on Irrigation imposed by the Constitutional Court Decision No. 85 / PUXII
/ 2013 that withdrawal the Act No. 7/2004 on Water Resources (LNRI 2004-
32; TLNRI 4377). Withdrawal because of different interpretations related to the
implementation right to water. Thus a change in the social function of water is
more emphasis on the right to cultivate the water run by the private water right
run by private than the right to use water for the community. In addition, the shift
in the role of government in providing water for the community. But to all of it in
fact it cannot to resolve the basic problems faced by the peoples related to their
access to water, especially in the Town District of Natal, Mandailing Natal, North
Sumatra Province. In other side, public infrastructures for support access to the
water remains limited. Similarly, there no community development related to
water resources management. Implementation of the various plans made by the
government is not yet able to prosper the community at Natal District City. It even
has the potential to create a conflict of interest in the utilization of water resources
between local peoples and private. This study research is intended to determine
how the issue of the fulfillment of rights to access for water in the peoples such as
the Town District of Natal uneven distribution of water connection via assembled
of water drains from water sources for peoples houses. Meanwhile, existing water
sources in Natal are shared by the community. Supporting elements in the form of
infrastructure of water resources is still minimal of access water for peoples in
Natal. In other side, the empowerment of people still weak where most peoples in
Natal did not have an understanding of what they are entitled for access to water.
Mandailing Natal Regency still has no local regulations level related to water
resources sector. Efforts made by local government authorities, and obligations
related to the implementation of planning the construction of water access are still
not well executed in the field. In addition, it was studied how the legal foundation,
legal arrangements and efforts by Local Government of Mandailing Natal in fulfill
for rights of access to water especially for people in the Town District of Natal."
2016
S65862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Baiduri
"Studi ini merupakan penelitian mengenai identifikasi etnik anak-anak dari keluarga perkawinan antaretnik Minangkabau dan Mandailing di Kotamadya Medan. Penelitian bertujuan mengkaji faktor-faktor yang membentuk identifikasi etnik anak-anak, proses pembentukannya, dan aktor-aktor yang berperan panting dalam pembentukan identifikasi etnik anak-anak yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga perkawinan antaretnik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosio-antropologis yang sebelumnya telah digunakan oleh Eldering (1998) dengan perspektif ekologi kultural (cultural ecological) dengan menggunakan model ekologi kultural (cultural ecological model) yang didasarkan pada model ekologi (ecological model) Bronfenbrenners untuk melihat aspek-aspek sosial dari lingkungan sehari-hari anak- anak. Selain itu untuk mengetahui dimensi kulturalnya digunakan kerangka Antropologi Psikologi yang dikembangkan oleh Harkness dan Super yaitu mengenai "Relung Perkembangan" (developmental niche) anak.
Penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggunakan metode kualitatif dengan fokus unit analisnya anggota-anggota keluarga hasil perkawinan antaretnik Minangkabau dan Mandailing sebanyak lima puluh keluarga di Kotamadya Medan.
Studi ini menunjukkan bahwa identifikasi etnik anak-anak yang berasal dari perkawinan antaretnik (Minangkabau dan Mandailing) dalam wilayah perkotaan yang multietnik (Kotamadya Medan) akan bervariasi tergantung sosialisasi kultural yang mereka peroleh dari lingkungannya. Identitas etnik anak-anak ini masih mengambil salah satu atau kedua identitas etnik orang tua, namun identitas tersebut tidak kembali seperti semula melainkan merupakan "identitas baru". Identitas baru yang dimaksud merupakan suatu konstruksi kultural yang bersifat longgar, situasional, kondisional, tidak terikat dengan territorial dan selalu dalam proses pembentukan. Identitas etnik yang akan diacu diantara identitas yang beragam yang mereka peroleh dari sosialisasi dalam lingkungan yang multietnik adalah identitas yang paling menguntungkan sebagai suatu strategi adaptasi terhadap lingkungannya. Studi ini menemukan bahwa perkawinan antaretnik yang terjadi di Indonesia khususnya perkawinan antaretnik Minangakabau dan Mandailing di Kotamadya Medan tidak sampai menghasilkan identitas kelompok (etnik) baru yang terstruktur dalam stratifikasi sosial."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T979
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1978
899.224 6 SOE n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Wijanarko
"Pada umumnya, perempuan Jawa bercitra baik sehingga kerap dimunculkan sebagai bentuk ajaran dalam sastra. Akan tetapi, dalam teks Swara Sěstra justru dimetaforakan sebagai daun senthe, yaitu alegori perempuan muda yang dimadu dengan perempuan yang lebih tua. Persoalan ini menjadi rumit ketika keadaan tersebut terjadi di lingkungan aristokrat Jawa. Berbekal disiplin filologi dengan metode penyuntingan teks dan penerjemahan, fenomena perempuan dalam teks Swara Sěstra akan diungkapkan. Telaah teks secara semiotik melalui pembacaan heuristik dan hermeneutik kemudian menjadi upaya dalam menafsirkan teks. Pada akhir pembahasan, diketahui bahwa alegori perempuan sebagai senthe merujuk pada citra perempuan Jawa yang tidak baik. Di balik pemaknaan teks tersebut kemudian ditemukan pula bukti bahwa pengalegorian perempuan ini menyeret fakta sejarah tentang maraknya perkawinan endogami di lingkungan bangsawan. Bahkan perilaku tersebut merupakan hal yang subur, terutama di lingkungan dalam tembok istana."
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
810 JEN 7:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mulya Adhimara
"Sumber Daya Manusia memegang peranan dan fungsi yang signifikan dalam rangka tercapai keberhasilan organisasi termasuk juga erat kaitannya dengan lingkungan kerja dari personel tersebut. Hal ini sejatinya juga yang ada dan terjadi di Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dit Reskrimum) Polda Metro Jaya sebagai salah satu unit organisasi pada Kepolisian Daerah Metro Jaya. Dit Reskrimum Polda Metro Jaya, secara struktural memiliki 2 (dua) Bagian, 6 (enam) Sub Direktorat (Sub Dit) dan 1 seksi sebagai satuan tugas di bawahnya yang memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab berbeda. Dalam openelitian ini, penulis membatasi objek penelian khusus pada personel yang berdinas pada 6 (enam) Sub Direktorat saja yaitu Sub Direktorat Keamanan Negara (non operasional), Sub Direktorat Harta Benda-Bangtah (non operasional), Sub Direktorat Reserse Mobile-Resmob (operasional), Sub Direktorat Umum-Jatanras (operasional), Sub Direktorat Renakta (non operasional) dan Sub Direktorat Ranmor (operasional). Penelitian ini diselenggarakan untuk mengetahui perbedaan persepsi responden yang merupakan personel Dit Reskrimum Polda Metro Jaya dengan 3 (tiga) variabel yaitu lingkungan kerja, motivasi kerja dan kepuasan kerja. Lebih jauh, peneliti juga mencoba menguji pengaruh antar variabel tersebut pada responden. Adapun Jenis penelitiannya adalah eksplanatif untuk mengungkapkan perbedaan persepsi responden terhadap variabel penelitian dalam lingkup organisasi yang berbeda serta untuk mengkaji lebih dalam terhadap pengaruh variabel independen maupun variabel dependen yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian. Populasi penelitian berjumlah 820 orang anggota Polri yang tersebar pada berdinas pada 6 (enam) Sub Direktorat yang ada di bawah Dit Reskrimum Polda Metro Jaya. Pengambilan sampel dilakukan secara kluster random sampling dari personel di masing-masing subdit tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi personel Dit Reskrimum Polda Metro Jaya terhadap variabel yang diteliti tergolong bervariasi namun faktor lingkungan kerja sangat mempengaruhi motivasi kerja dan juga kepuasan kerja. Kepuasan kerja disini pun erat kaitannya dengan motivasi kerja personel. Sehingga seluruh variabel tersebut saling terkait dan berhubungan satu sama lain.

The role and function of Human Resources plays a significant role in achieving organizational success, including closely related to the work environment of the personnel. This is similar to what happened to the Directorate of Criminal Investigation at the Metro Jaya Police, which is one of the organizational units within the Metro Jaya Regional Police. Within the work environment of the Directorate General of Criminal Investigation of the Polda Metro Jaya, there are 6 (six) Sub Directorates (Sub Directorates) under it which have different duties, authorities and responsibilities in handling cases of general crimes that occur, including Sub Directorate of National Security (non-operational), Sub Directorate Land Assets (non-operational), Sub Directorate Resmob (operational), Sub Directorat General Crime - Jatanras (operational), Sub Directorate Renakta (non-operational) and Sub Directorate Ranmor (operational). This study aims to identify and analyze the differences in perceptions of Polri members based on the work environment, work motivation on the achievement of job satisfaction in the personnel of the Ditreskrimum Polda Metro Jaya which consists of several organizational units. This type of research uses explanatory research which aims to reveal differences in respondents' perceptions of research variables in different organizational units and examine more deeply the influence of independent and dependent variables formulated in research questions. The research population was conducted on 820 members of the National Police who serve at the Directorate General of Criminal Investigation of the Polda Metro Jaya which consists of 6 (six) Sub-Directorates under it. Sampling was carried out by cluster random sampling from the personnel of each sub-directorate in the Directorate of General Criminal Investigation. The results showed that the perception of the personnel in the Directorate of Criminal Investigation at the Polda Metro Jaya on the variables studied was varied, but the work environment factors greatly influenced work motivation and job satisfaction. Job satisfaction here is also closely related to the work motivation of personnel. So that all of these variables."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosanita Intan Pratiwi
"ABSTRACT
Peranan guru sangat diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan keamanan anak. Hal ini dikarenakan anak usia sekolah rentan terhadap bahaya dan semakin berkurangnya pengawasan orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi guru tentang keamanan anak di sekolah. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster sampling dengan 144 responden guru Sekolah Dasar yang mengajar di Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,3 guru memiliki persepsi yang cukup baik terhadap keamanan anak di sekolah. Perawat sekolah diharapkan dapat bekerja sama dengan guru dalam mewujudkan program keamanan anak di sekolah.

ABSTRACT
Teacher rsquo s role is essential for meeting safety needs in children. It is due to the vulnerability of school age children from harm and reduction of parental supervision. This study aimed to identify teacher perceptions of children safety at school. This study used cross sectional design. Sampling technique used cluster sampling with 144 elementary school teacher respondents who taught in Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan. Researcher developed instrument. The result showed that 58.3 teachers have a good enough perception of children safety at school. School nurses are expected to collaborate with teacher in realizing safety program in the school."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>