Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74878 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irwan Suswandi
"Tesis ini membahas kata-kata makian dalam antawacana wayang santri yang digunakan sebagai ekspresi keakraban dalam masyarakat Tegal. Tesis ini memfokuskan pada kata-kata makian yang melibatkan konteks penggunaannya serta proses semiosis penandaannya menurut semiotik Peirce. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif dengan desain interpretatif. Penelitian diawali dengan deskripsi antawacana dalam wayang santri yang mengandung bentuk makian di setiap konteksnya, kemudian diinterpretasi dengan melibatkan tanda-tanda yang ada di dalamnya untuk memperoleh kecenderungan pembentukan bentuk makian dalam antawacana wayang santri. Sumber data tesis ini berasal dari video rekaman pagelaran wayang santri dalam bentuk cakram rekaman, dengan lakon Rebutan Peti Wasiat dan Lupit Ngaji. Teori utama penelitian ini berupa teori analisis wacana dari Cutting 2002 dan teori semiotik Peirce dalam Short 2007 , dengan teori pendukung berupa teori ekspresi, makian, dan solidaritas dari Lyons 1977 , Allan dan Burridge 2006 , serta Brown dan Gilman 1960.
Hasil penelitian ini ditemukan delapan kata makian di dalam antawacana wayang santri, yang meliputi enam satuan kata, satu satuan klausa, dan satu satuan kalimat sebagai penanda ekspresi keakraban di antara penutur dan petuturnya. Berdasarkan konteksnya, kata makian menjadi penanda ekspresi keakraban apabila digunakan dalam suasana biasa, santai, dan senda gurau, dan tidak menimbulkan amarah atau emosi dari petuturnya. Dari bentuk penandaannya, terdapat kata-kata makian berbentuk ikonik legisign, simbolik legisign, rema ikonik legisign, dan rema simbolik legisign. Masyarakat Tegal adalah masyarakat yang memperhatikan lawan tuturnya, sehingga penandaan ikonik atau keserupaan paling banyak ditemukan sebagai sebuah kata makian penanda ekspresi keakraban. Pada tingkat keakrabannya yang paling sederhana, bentuk penandaan berupa ikonik legisign, sedangkan pada tingkat keakraban yang paling tinggi bentuk penandaannya adalah ikonik simbolik legisign. Berkaitan dengan faktor sosiokultural, hubungan kekerabatan, usia, dan jabatan di antara penutur dan petutur memengaruhi penggunaan kata makian.

This thesis discusses swear words in wayang santri dialogue as solidarity expression that represents Tegalnese society. This thesis focuses on swear words involving the usage context as well as signifying process according to Peirce rsquo s semiotics. This thesis belongs to qualitative research with interpretive design. The research initiated with a dialogue description in wayang santri that contained forms of swear words in each context, and then it was interpreted by sign analysis. The data source of this thesis came from wayang santri performances on compact disc, with Rebutan Peti Wasiat and Lupit Ngaji stories. The main theories of this thesis are discourse analysis from Cutting 2002 and semiotics from Peirce in Short 2007 with supporting theories about expression, swear words and solidarity from Lyons 1977 , Allan and Burridge 2006 also Brown and Gilman 1960.
The result of this research is found eight swear words in wayang santri dialogue which includes six words, one phrase, and one sentence unit representing a solidarity expression among addresser and addressee. Based on the context, the swear word becomes a solidarity expression when it is used in ordinary, relax, or joking atmosphere conversation, and there is no anger or hatred from the addressee. According to semiotic signification, there are swear words in the form of iconic legisign, symbolic legisign, rheme iconic legisign, and rheme symbolic legisign. At the lowest level of solidarity context, the form of signification mostly in the iconic legisign, and the highest level of solidarity context, the form of signification is rheme symbolic legisign. The usage of swear words as a solidarity expression can not be separated from the influence of kinship, age, and position.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T51303
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Yulianti
"ABSTRAK
Kata makian adalah sebuah kata yang digunakan untuk menghakimi, mengintimidasi dan merendahkan seseorang. Namun secara kontekstual, tidak semua kata makian mengacu pada hal negatif. Kata makian akan bersifat positif, seperti candaan atau pun tanda keakraban, tergantung dari konteks tutur dan situasi penuturan. Penelitian ini akan membahas fungsi makian menurut Andersson dan Trudgill serta Burridge dan Stebbins dalam film Belanda untuk remaja berjudul Ben X dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Selain itu, model SPEAKING dan unsur-unsur nonverbal, seperti ekspresi wajah, suara, dan gerak tubuh, juga akan digunakan dalam paper ini.Penelitian bertujuan untuk memaparkan fungsi kata makian secara tepat dan benar sesuai konteks, sehingga menghindari kesalahpahaman antar penutur dan objek tutur. Kata makian memiliki empat fungsi, yakni expletive, abusive, stylistic atau auxiliary, dan social atau humorous. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat dua belas kata makian dan dominasi oleh fungsi abusive. Selain itu, ditemukan kata makian yang memuat dua fungsi sekaligus. Dalam film tersebut, kata makian tidak hanya ditemukan dengan tujuan intimidasi, tetapi juga untuk menunjukkan solidaritas antar kelompok.

ABSTRACT
Swear word is a word used to judge, intimidate and humiliate someone. But contextually, not all of swear words consist of negative nuance. Swear word can be used positively, such as in jokes and as form of solidarity, depending on the context. This reseacrch focuses on the function of swear words present in The Dutch film Ben X ,a film for teenagers. This research uses descriptive analytic method. The SPEAKING model and nonverbal elements, such as facial expressions, sounds, and gestures, will allso be used in his ressearch. This paper aims to identify and describe the function of swear words in an appropriate and correct manner according to the context to avoid misunderstanding. Swear word has four functions, namely expletive, abusive, stylistic or auxiliary, and social or humorous. The result shows that there are twelve swear words and it is dominanced by the abusive function. In addition, swear word can contain of two functions at once. In the film, swear words are not only found with the intention to intimidate, but also to show solidarity among groups."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Diani Abdianillah
"Dalam bukunya Funktionen von Jugendsprache, Susanne Augenstein mengemukakan bahwa salah satu fungsi bahasa remaja adalah alat mengekspresikan diri. Memaki adalah hal yang lumrah dilakukan oleh manusia, termasuk remaja. Memaki merupakan reaksi verbal terhadap rasa frustrasi atau kegagalan. Kehidupan remaja yang penuh konflik ini dapat dilihat dalam film Türkisch für Anfänger, di mana terdapat beberapa kata makian yang tidak diketahui jenis makiannya. Tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk mengetahui jenis makian dalam film tersebut berdasarkan teori yang dikemukakan Jannis Androutsopoulos. Menurut Androutsopoulos, secara umum kata makian dibedakan menjadi dua, yaitu distanzierende Beschimpfung (makian yang menjauhkan) dan harmlose Beschimpfung (makian yang tidak menyakiti). Kemudian dia membaginya menjadi empat jenis, yaitu: rituelle (makian ritual), gerechtfertigte (makian yang dibenarkan), typisierende (makian yang menghakimi), dan distanzierende Beschimpfung (makian yang menjauhkan). Dari sebelas kata makian yang dianalisis, ditemukan gerechtfertigte, typisierende, dan distanzierende Beschimpfung, sementara itu tidak ditemukan harmlose Beschimpfung, walaupun pada akhir film para pemeran utama menjalin hubungan baik.

On her book Funktionen von Jugendsprache, Susanne Augenstein claims that one of the function of youth language is a tool for expressing the feeling. People are likely to swear, including teenagers. Swearing is verbal reaction towards frustration or failure. Teenagers´ life that full of conflicts can be seen in a film titled Türkisch für Anfänger, where swear words can be found, yet are not classified into particular kind of swear words. The purpose of this academic writing is to classify the kind of swear words in this film based on the theory of Jannis Androutsopoulos. According to Androutsopoulos, swear words are generally divided into two kinds, distanzierende Beschimpfung (distanced swear word) and harmlose Beschimpfung (harmless swear word). Then he divided them into four parts, rituelle (ritual swear word), gerechtfertigte (justified swear word), typisierende (judgmental swear word), and distanzierende Beschimpfung (distancing swear word). Eleven analyzed words are classified as gerechtfertigte, typisierende, and distanzierende Beschimpfung, whereas harmlose Beschimpfung can be found here, though in the end of the film the lead characters make a good relationship."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sabila Rosyida
"Penelitian “Penggunaan Kata Makian pada Komunitas Penggemar Game MOBA: Kajian Sosiolinguistik” disusun untuk membandingkan penggunaan kata makian pada komunitas penggemar game Mobile Legends dengan komunitas penggemar game DOTA 2. Penelitian ini ditulis berdasarkan citra kedua komunitas tersebut yang terkenal senang berkata kasar. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dari komentar di akun @dotaindonesia2 dan @emak_moba di Instagram sepanjang Januari—Maret 2022. Pengklasifikasian data dilakukan berdasarkan bentuk, referensi, dan kategori makian sesuai teori Wijana tahun 2004. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa komunitas penggemar game Mobile Legends menggunakan kata makian dengan referensi yang lebih variatif. Hal ini dipengaruhi oleh kemudahan akses Mobile Legends yang dapat dimainkan di telepon pintar sehingga lebih banyak orang dari berbagai kelas dapat memainkannya. Di sisi lain, komunitas penggemar game DOTA 2 menunjukkan penggunaan kata makian yang sedikit lebih variatif dari sisi asal bahasanya. Hal ini dipengaruhi oleh kemudahan berpindah server sehingga interaksi pemain antarnegara lebih sering terjadi. Dengan demikian, kata makian yang digunakan dapat berasal dari dua bahasa atau lebih.

The research "The Use of Swear Words in MOBA Game Fan Community: A Sociolinguistics Study" was written to compare the use of swear words in the Mobile Legends game fan community with the DOTA 2 game fan community. This research is a qualitative descriptive research. Data was collected from comments on the @dotaindonesia2 and @emak_moba accounts on Instagram during January - March 2022. The classification of data was carried out based on forms, references, and categories of swearing according to Wijana's theory in 2004. Based on the results of the study, it was found that the Mobile Legends game fan community used swear words with more varied references. This is influenced by the ease of access to Mobile Legends which can be played on smartphones, so that more people from various classes can play it. On the other hand, the DOTA 2 game fan community shows the use of swear words that are slightly more varied in terms of the origin of the language. This is influenced by the ease of switching servers so that player interactions between countries occur more frequently. Thus, the swear words used can come from two or more languages."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Geertz, Clifford
Jakarta: Pustaka Jaya, 1983
299.920 GEE rt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ritonga, Noah Chrisella Gabriel
"Makian atau umpatan merupakan sebuah perilaku bahasa yang lazim dalam budaya tutur lisan. Makian seringkali juga ditemukan dalam sketsa komedi atau sketch comedy. Dalam sebuah sketsa, seringkali menggunakan berbagai variasi kata makian beserta fungsinya yang juga beragam. Fungsi kata makian yang beragam dalam dialog muncul secara kontekstual yang dapat dilihat dari unsur nonverbal, seperti ekspresi wajah, suara, dan gerak tubuh. Menurut Andersson dan Trudgill serta Burridge dan Stebbins, kata makian memiliki empat fungsi, yakni abusive, expletivestylistic atau auxiliary, dan social atau humorous. Penelitian ini akan membahas bentuk makna dan fungsi kata makian dalam  tiga video sketsa komedi Slupschutters tahun 2019 dengan menggunakan metode desktriptif kualitatif serta penghitungan data. Hasil analisis menunjukkan beberapa temuan baru seperti kata tunggal yang bermakna positif bisa berfungsi sebagai kata makian dan terdapat variasi penggunaan interjeksi dalam tuturan lisan.

Pursing or swearing is a language behavior that is common in oral speech culture. Swearing can also be found in a sketch comedy. In a sketch, there are various swearwords with their own functions. Contextually, the variations of swearwords` function can be seen from nonverbal elements, such as facial expression, voice, and gesture. According to Andersson and Trudgill and Burridge and Stebbins, there are four functions of swearwords (expletive, abusive, stylistic/auxiliary, social/humorous). This journal focuses on the analyzing the swearwords` form of meaning functions in the three episodes of sketch comedy Sluipschutters (2019) based on context and speech situations they are spoken. This research uses qualitative descriptive method, supported by calculation of datas. Analysis` results show that there are several new findings, such as a single word that has a positive meaning can be used as a swear word and there are some variation in the use of interjection in oral speech.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Naquita Novenna Yusuf
"Dalam kehidupan sehari-hari, ketika merasa kesal, sedih, marah, dan jengkel, kata makian kerap kali digunakan untuk meluapkan perasaan-perasaan tersebut. Dalam perkembangannya, penggunaan kata makian juga digunakan untuk mengungkapkan rasa senang, rasa terkejut gembira, mendekatkan hubungan, menunjukkan keintiman hubungan sehingga penggunaan kata makian tidak selalu memiliki makna negatif. Penelitian ini menganalisis emosi dan makna yang diungkapkan oleh kata makian berbahasa Mandarin yang tidak bermakna menghina dalam film Dear Ex 誰先愛上他的 Shéi Xiān Ài Shàng Tā De “Siapa Yang Terlebih Dahulu Mencintainya?” dan mengkategorikannya berlandaskan teori emosi milik Paolo Santangelo (2003). Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan metode simak dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menemukan bahwa kata makian bermakna tidak menghina dapat mengungkapkan rasa senang, puas, kaget, malu, dan kesal. Selain itu, kata makian tidak bermakna menghina dapat memiliki makna ungkapan rasa sakit fisik. Namun, kata makian dalam penelitian ini hanya menunjukkan empat jenis emosi dari lima jenis emosi yang mana tidak ditemukan kata makian yang dapat diklasifikasikan ke dalam emosi rasa positif beserta harapannya. Keempat jenis emosi yang ditunjukkan oleh kata makian dalam penelitian ini adalah: (1) rasa puas; (2) emosi penonjolan nilai negatif; (3) emosi perlawanan agresif , dan (4) rasa tidak puas.

In everyday life, when people feel upset, sad, angry, and irritated, swear words are often used to express these feelings. However, in its development, swear words are also used to express pleasure, surprise, to make a relationship closer, and to show the intimacy of a relationship. Hence, the function of swear words does not always contain negative meanings. This paper analyzes the emotions of non-derogatory Chinese swear words in the film Dear Ex 誰先愛上他的 Shéi Xiān Ài Shàng Tā De “Siapa Yang Terlebih Dahulu Mencintainya?” and categorizes them based on Paolo Santangelo's theory of emotion (2003). The method used is a qualitative method with the listening method and descriptive analysis. The results of the research show that non-derogatory swear words could express pleasure, satisfaction, surprise, shame, and irritation. In addition, nonderogatory swear words also can be used for expressing physical pain. However, swear words in this study only showed four classes of emotions out of five classes of emotions where no swear words were found that could be classified into positive expectation and interaction. The four classes of emotions shown by swear words in this study are:1) satisfactory affects; (2) negative projection; (3) aggressive-opposing emotions, and (4) unsatisfactory affects."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
R.M. Moerdowo
Jakarta: Balai Pustaka, 1982
791.53 MOE w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Darmoko
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya , 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyati D. Pradipta
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>