Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180914 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Esti Rachmawati
"Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya tingkat kepuasan pelanggan pelayananakreditasi dan sertifikasi pelatihan di Pusat Pelatihan SDM Kesehatan Tahun 2017serta kendala dalam pelayanan akreditasi dan sertifikasi pelatihan sebagai upayaperbaikan mutu pelayanan akreditasi dan sertifikasi pelatihan. Penelitian inidilakukan dengan dua tahap yaitu kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitiankuantitatif menunjukan bahwa tingkat kepuasan pelanggan pelayanan akreditasi dansertifikasi pelatihan dengan cut off point 90 sebesar 50,6 sedangkan tingkatkesesuaian harapan dan kenyataan sebesar 85,37 , pelanggan yang berasal dariinstansi swasta lebih puas 65,7 dibandingkan dengan pelanggan yang berasal dariinstansi pemerintah 40,0 , tidak ada perbedaan antara kepuasan pelanggan denganlama waktu penilaian P value 0,231.
Dari analisis multivariat didapatkan hasilbahwa variabel yang berhubungan dengan kepuasan pelanggan adalah jenis kelamindengan P value 0,001 dan OR= 6,7 artinya pelanggan yang berjenis kelamin laki-laki7 kali lebih puas dibandingkan pelanggan yang berjenis kelamin perempuan setelahdikontrol oleh variabel jenis instansi dan pekerjaan. Analisis diagram kartesiusmenunjukan terdapat 9 masalah yang menjadi prioritas utama untuk dilakukanperbaikan Kuadran A.
Dari tahap kualitatif didapatkan informasi bahwa kendalayang dihadapi oleh Pusat Pelatihan dalam pelayanan akreditasi dan sertifikasipelatihan adalah kurangnya SDM sebagai tim penilai akreditasi pelatihan, petugassekertariat/ administrasi dan petugas sertifikat pelatihan; kurangnya pemahamanpenyelenggara pelatihan dalam hal komponen kurikulum akreditasi pelatihan; sertakurang optimalnya jaringan internet sebagi pendukung pelaksanaan pelayananakreditasi pelatihan.
Dari hasil penelitian disarankan agar Pusat Pelatihan SDMKesehatan dapat menambah tim penilai akreditasi pelatihan, membuat komiteakreditasi pelatihan, memperbaharui pedoman akreditasi, melakukan pembinaansecara berkala kepada tim penilai dan penyelenggara pelatihan, mengoptimalkanjaringan internet, serta membuat aplikasi pengajuan akreditasi berbasis online. Selainitu perlu dilakukan sosialisasi pedoman sertifikasi yang baru, melakukan uji cobaaplikasi penomoran sertifikat serta memberikan pelatihan kepada petugas sertifikattentang aplikasi pemberian nomor sertifikat.
The purpose of this study is to know the level of customer satisfaction toaccreditation and certification service of training in Pusat Pelatihan SDM Kesehatanyear 2017 and its problem as an effort to improve the quality of accreditation andcertification services of training. This study consist of quantitative and qualitativestages. The result on quantitative stage shows that level of customer satisfaction toaccreditation and certification service of training with 90 cut off point is 50.6 while suitability of expectations agains reality is 85.37 , customers from privateinstitutions more satisfied 65,7 than those from government agencies 40,0 ,there was no difference between customer satisfaction and the duration of assessment P value 0.231.
Based on multivariate analysis, it is shows that variables related tocustomer satisfaction were gender with P value 0,001 and OR 6,7. It means thatmale customers are more satisfied 7 times than female customers after beingcontrolled by institution type variable and job variable. Cartesian diagram analysisshows that there are 9 issues that are classified as top priority for improvement Quadrant A.
The result on qualitative stage shows that the problems faced inaccreditation and certification service of training are lack of human resources ontraining accreditation assessment team, secretariat administrative officers and trainingcertificate officers lack of understanding from training providers in component oftraining accreditation curriculum also internet network is less than optimal as asupporting on implementation accreditation services of training.
From this study it issuggested to adding training assessment accreditation team, create trainingaccreditation committees, update accreditation guidelines, conduct regular coachingto assessment team and training providers, optimizing the internet network, and alsocreate application for online accreditation submission. It is also necessary to socializethe new certification guidelines, trial on certificate numbering application and providetraining to certificate officer about the certificate numbering application.
"
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50143
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zamora Bardah
"Tesis ini membahas Implementasi Kebijakan Akreditasi dan Sertifikasi Pelatihan di Bidang Kesehatan. Dalam rangka meningkatkan mutu, profesionalisme dan kompetensi tenaga kesehatan diperlukan berbagai upaya melalui pendidikan dan pelatihan. Salah satu upaya yang ditempuh Kementerian Kesehatan dalam rangka meningkatkan kualitas institusi pendidikan dan pelatihan, serta kualitas tenaga kesehatan yang dihasilkannya adalah menerapkan standar dan melaksanakan akreditasi dan sertifikasi terhadap institusi pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan.
Implementasi kebijakan akreditasi dan sertifikasi pelatihan di bidang kesehatan telah dilakukan berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 725 Tahun 2003, akan tetapi masih banyaknya pelatihan di bidang kesehatan yang tidak terakreditasi disebabkan karena berbagai hal. Desain penelitian ini adalah kualitatif eksplanatoris.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaan kebijakan Akreditasi dan Sertifikasi Pelatihan di Bidang Kesehatan, antara lain: kurangnya kompetensi para pelaksana kebijakan dari unit penyelenggara pelatihan dan unit program dan lebih meningkatkan koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Disarankan kepada pihak yang berwenang untuk segera melakukan perbaikan-perbaikan dalam implementasi kebijakan akreditasi dan sertifikasi pelatihan di bidang kesehatan serta membuat usulan kepada pemerintah untuk meningkatkan kebijakan tingkat Keputusan Menteri menjadi Peraturan Pemerintah.

This thesis discusses the implementation of Training Certification and Accreditation Policy in the Health Sector. In order to improve the quality, professionalism and competence of health personnel required numerous attempts through education and training. One of the efforts taken by the Ministry of Health in order to improve the quality of education and training institutions, and the resulting quality of health workers is to apply and implement the standards of accreditation and certification of education and training institutions in the health sector.
Implementation of policies of accreditation and certification training in the health sector have been carried out based on the Decree of the Minister of Health No. 725 of 2003, but still much training in the health field that is not accredited due to various things. The design of this study is qualitative explanatory.
The results showed that there are still weaknesses in the implementation of the Accreditation and Certification Training in the Field of Health, among others: competence of the executive policy of the unit operator and unit training programs are still lacking and further improve coordination between central and local governments. Advised to authorities to be improvements in policy implementation accreditation training and certification in health and make a proposal to the government to improve policy level ministerial decision shall become government regulation.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31320
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Rahayu Pamungkas
"Akreditasi institusi merupakan amanah dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 31. Institusi penyelenggara pelatihan yang belum terakreditasi tetapi menyelenggarakan pelatihan kesehatan lebih banyak jumlahnya bila dibandingkan dengan institusi pelatihan yang sudah terakreditasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesiapan akreditasi institusi penyelenggara pelatihan bidang kesehatan dalam upaya penjaminan mutu institusi pelatihan tahun 2020. Metode yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif (mixed method). Sampel kuantitatif adalah institusi penyelenggara pelatihan kesehatan yang belum terakreditasi sebanyak 62 institusi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dibuat menggunakan google form. Hasil menunjukkan bahwa institusi yang siap untuk diakreditasi sebanyak 34 institusi (54,8%). Unsur input yang berpengaruh terhadap kesiapan akreditasi institusi yaitu variabel SOP dan kebijakan. Pada unsur proses yang berpengaruh adalah variabel perencanaan serta pengorganisasian. Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa pengorganisasian berhubungan signifikan terhadap kesiapan institusi untuk diakreditasi setelah dikontrol oleh variabel anggaran, SOP dan kebijakan, fasilitas dan peralatan serta perencanaan. Dari hasil analisis kualitatif faktor pendorong institusi untuk diakreditasi diantaranya adalah legalitas sebagai penyelenggara pelatihan, peningkatan mutu, persaingan antar provider. Faktor penghambat akreditasi adalah masalah kekurangan SDM, anggaran dan tidak adanya dukungan pimpinan

Institutional accreditation is a mandate of the Law of the Republic of Indonesia Number 36 of 2014 concerning Health Workers Article 31. Institutions that provide training that have not been accredited but that provide health training are more numerous than those that have been accredited. This study aims to analyze the readiness of the accreditation of training institutions in the health sector in an effort to guarantee the quality of training institutions in 2020 by using quantitative and qualitative research methods (mixed method). The quantitative sample is 62 institutions that have not been accredited health training providers. Data collection using a questionnaire created using google form. There are 34 institutions that are ready to be accredited (54.8%). From the input elements that affect the readiness of institutional accreditation, namely the SOP and policy variables. In the process element that influences the planning and organizing variables. The results of further analysis show that organizing has a significant relationship with the readiness of an institution to be accredited after being controlled by budget variables, SOP and policies, facilities and equipment and planning. From the qualitative analysis, the driving factors for an institution to be accredited include legality as a training provider, quality improvement, and competition among providers. The inhibiting factors for accreditation are the problem of lack of human resources, budget and lack of leadership support."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novrita Indra Tiara Kusuma
"Pelatihan dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu tenaga kesehatan. Pelatihan pada dasarnya merupakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja, profesionalisme, dan/atau menunjang pengembangan karir. Pelatihan bagi tenaga kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dengan syarat pelatihan harus terakreditasi dan diselenggarakan oleh institusi penyelenggara pelatihan yang terakreditasi pemerintah pusat. Ketersediaan institusi penyelenggara pelatihan bidang kesehatan terakreditasi pemerintah pusat di Indonesia masih terbatas apabila dibandingkan dengan jumlah tenaga kesehatan yang berhak memperoleh pelatihan berkualitas, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menganalisis implementasi kebijakan akreditasi institusi penyelenggara pelatihan bidang kesehatan dengan mengamati faktor-faktor yang berkontribusi terhadap implementasi sebuah kebijakan antara lain faktor ukuran dan tujuan kebijakan, komunikasi, sumber daya, karakteristik badan pelaksana, lingkungan, disposisi pelaksana, serta kinerja kebijakan implementasi tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu wawancara mendalam dan telaah dokumen di Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan dan institusi-institusi penyelenggara pelatihan bidang kesehatan yang telah terakreditasi. Hasil penelitian menunjukkan secara umum pencapaian indikator yang menjadi target kinerja kebijakan akreditasi institusi telah tercapai walaupun belum terlihat pemerataannya di seluruh provinsi di Indonesia. Pada beberapa faktor, seperti kejelasan dan pola penyampaian informasi masih perlu dikembangkan upaya lainnya agar informasi dapat jelas dipahami semua pelaksana dengan cara yang efektif dan efisien, khususnya bagi Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan. Kemudian pada faktor lingkungan, perlu upaya pendekatan dan koordinasi yang mendalam dan meluas agar kesempatan tenaga kesehatan mengikuti pelatihan terakreditasi yang diselenggarakan institusi penyelenggara pelatihan terakreditasi semakin banyak.

Training is carried out in an effort to improve the quality of health workers. Training is basically a learning process that aims to improve performance, professionalism, and/or support career development. Training for health workers can be organized by government, regional department, or community with the condition that the training must be accredited and held by an accredited health training provider institution. The availability of institutions providing training in the health sector accredited by the central government in Indonesia is still limited when compared to the number of health workers who are entitled to receive quality training. Therefore this study was conducted to analyze the implementation of the accreditation policy for institutions providing training in the health sector by observing factors that contribute to the implementation of a policy include the size and objectives of the policy, communication, resources, characteristics of the implementing agency, environment, disposition of the implementer, as well as the performance of the implementation policy. This research is a qualitative research using two methods of data collection, in-depth interviews and document review at Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan and accredited training institutions in the health sector. The results of the study show that in general the achievement of the indicators that are the performance targets for institutional accreditation policies has been achieved, although the distribution has not yet been seen in all provinces in Indonesia. On several factors, such as clarity and patterns of information delivery, other efforts need to be developed so that information can be clearly understood by all implementers in an effective and efficient manner, especially for Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan. Then on environmental factors, an in-depth and widespread approach and coordination is needed so that there are more and more opportunities for health workers to take part in accredited training organized by accredited training institutions."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nopianto Ricaesar
"Transformasi sistem kesehatan Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pelayanan kesehatan dengan cara memperbaiki infrastruktur, meningkatkan kualitas obat-obatan, meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan, memperkuat koordinasi antara pelayanan kesehatan, dan melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait pelayanan kesehatan. Pilar penting dalam transformasi sistem kesehatan Indonesia adalah transformasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDM Kesehatan), yang bertujuan untuk menyediakan jumlah dan distribusi SDM kesehatan yang merata di seluruh Indonesia.Untuk memastikan mutu pelatihan kesehatan dan mutu SDM kesehatan, institusi penyelenggara harus terakreditasi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2019. Akreditasi institusi saat ini masih dilakukan secara manual, termasuk pengusulan, penilaian, dan penilaian ulang dengan pengiriman dokumen melalui email. Untuk meningkatkan efektivitasnya, perlu dilakukan transformasi digital dalam sistem informasi akreditasi institusi pelatihan. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sebuah rancangan sistem informasi akreditasi institusi pelatihan bidang kesehatan.Metode pengembangan menggunakan System Development Life Cyle (SDLC) dengan model prototipe sampai pada tahapan uji coba sistem. Desain sistem dilakukan dengan pembuatan diagram konteks, ERD, TRD, Data Dictionary, Flow Chart dan DFD, dan kemudian dilanjutkan pembuatan user interface.

by improving infrastructure, improving the quality of medicines, increasing the competence of health workers, strengthening coordination between health services, and involving community participation in decision-making related to health services. An important pillar in the transformation of the Indonesian health system is the transformation of Health Human Resources (HR Health), which aims to provide an even distribution of health human resources throughout Indonesia. To ensure the quality of health training and the quality of health human resources, implementing institutions must be accredited according to regulations. Government Number 67 of 2019. Institutional accreditation is currently still carried out manually, including proposals, assessments, and reassessments by sending documents via email. To increase its effectiveness, it is necessary to carry out digital transformation in the training institution accreditation information system. The purpose of this study was to create a design information system for training institution accreditation in the health sector. The development method used the System Development Life Cycle (SDLC) with a prototype model up to the system trial stage. System design is carried out by making context diagrams, ERD, TRD, Data Dictionary, Flow Chart and DFD, and then continuing with the creation of the user interface."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eric Irawati
"Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara kepuasan kerja, kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB). Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional melibatkan 69 staf pegawai di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan dengan menggunakan sampel total sampling. Hasil analisis bivariat menggunakan analisis regresi linier.
Hasil penelitian menunjukkan:1) kepuasan kerja, kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi secara masing-masing memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB); 2) Kepuasan kerja, kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi secara bersamasama diuji yang memiliki hubungan signifikan dan paling dominan mempengaruhi terjadinya Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah kepuasan kerja setelah dikontrol variabel kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi.
Peningkatan perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB) pegawai di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan harus selalu ditingkatkan antara lain menciptakan dan meningkatkan unsur-unsur kepuasan kerja pegawai, kepemimpinan transformasional di antara para pimpinan dan staf serta menciptakan lingkungan budaya organisasi yang mendukung terjadinya perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB).

This study aimed to identify the relationship between job satisfaction, transformational leadership and organizational culture on Organizational Citizenship Behavior (OCB). The method used in this research is quantitative with cross sectional design involving 69 staff employees in the Education and Training of Health Workers using total sample sampling. Results of bivariate analysis using linear regression analysis.
The results showed: 1) job satisfaction, transformational leadership and organizational culture each has positive and significant relationship to the Organizational Citizenship Behavior (OCB); 2) Job satisfaction, transformational leadership and organizational culture jointly tested that has a significant relationship and most dominant influence on the occurrence of Organizational Citizenship Behavior (OCB) is job satisfaction after the controlled variable transformational leadership and organizational culture.
Improved behavior of Organizational Citizenship Behavior (OCB ) employees in the Education and Training of Health Workers should be improved , among others, create and enhance elements of employee satisfaction , transformational leadership among the management and staff as well as creating an environment that supports the organizational culture Organizational Citizenship behavior behavior (OCB).
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44201
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Rani Miftah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan perbedaan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas terakreditasi dan belum terakreditasi, mengetahui perbedaan kualitas pelayanan kesehatan berdasarkan lima dimensi mutu wujud, kehandalan, keresponsifan, jaminan dan empati, mengetahui hubungan kualitas pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien, mengetahui hubungan karakteristik pasien dengan kepuasan, mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Responden berjumlah 212 orang yaitu pasien yang berobatke Puskesmas. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan selama bulan April 2017 di Puskesmas terakreditasi dan belum terakreditasi Kota Tangerang. Data terkumpul dianalisis dengan metode analisis univariat, bivariatuji Chi Square dan analisis multivariat uji regresi logistik.
Terdapat perbedaan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas terakreditasi 51,9 dan belum terakreditasi 17. Terdapat perbedaan persepsi kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas terakreditasi dan belum terakreditasi, pada Puskesmas terakreditasi sebagian besar responden memiliki persepsi baik sedangkan pada Puskesmas belum akreditasi sebagian besar responden memiliki persepsi yang tidak baik terhadap kualitas pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna pada semua variabel kualitas pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien, dan hanya variabel pendidikan pada karakteristik responden yang mempunyai hubungan bermakna dengan kepuasan. Hasil analisis multivariat tidak didapatkan variabel yang paling berhubungandengan kepuasan pasien.

The purpose of this research is to know the description and the difference ofpatient 39 s satisfaction level in accredited and unaccredited community healthcenter, to know the difference of health service quality based on the fivedimensions of quality tangible, reliability, responsiveness, assurance andempathy, to know the relation of health service quality with patient satisfaction, characteristics of patients with satisfaction, knowing the factors most related tothe level of patient satisfaction.
This research is a quantitative research with crosssectional study design. Respondents amounted to 212 people ie patients who wentto the community health center. Data collection using questionnaires conducted during April 2017 at accredited community health center and unaccredited community health center in Tangerang City. Data collected were analyzed by univariate analysis method, bivariate of Chi Square test and multivariate analysis of logistic regression test.
There is a difference of patient 39 s satisfaction level inaccredited community health center 51.9 and unaccredited 17. There is a difference of perception of health service quality in accredited and unaccredited community health center, at accredited community health center most of respondent have good perception whereas at unaccredited community health center most of respondent have bad perception toward health service quality.
Based on the results of bivariate analysis found that there is a significant relationship on all variables of health service quality with patient satisfaction, and only variable education on the characteristics of respondents who have a significant relationship with satisfaction. The result of multivariate analysis was not found the most correlated variable with patient satisfaction.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47800
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Permani
"Sebagai institusi penyelenggara pelatihan, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan Departemen Kesehatan RI bertanggung jawab terhadap mutu yang berhubungan dengan pelayanan teknis pelatihan dan pelayanan penunjang pelatihan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan, Tingkat pemanfaatan asrama dapat digunakan untuk menilai mutu pelayanan karena merupakan salah satu indikator outcome, ternyata masih rendah yaitu 32,8% pada tahun 1999/2000 dan cenderung menurun menjadi 29,17% pada tahun 2000 (Profil Pusdiklat Kesehatan Depkes tahun 2000).
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran kepuasan peserta pelatihan terhadap pelayanan Pusdiklat Kesehatan Depkes RI dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan. Rancangan studi yang digunakan cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dengan jumlah sampel sebanyak 109 orang. Pengumpulan data dengan survai kepuasan pelanggan menggunakan data primer, penilaian kepuasan dengan cara derived satisfaction. Responden adalah peserta yang mengikuti pelatihan dan menginap selama 3 hari, berasal dari instansi Depkes, instansi Pemerintah non Depkes, dap Swasta. Dmmensi mutu yang digunakan untuk menilai kepuasan terdiri dari dimensi keandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance), empati (empathy), dan berwujud (tangible). Data yang dikumpulkan merupakan data primer dengan menggunakan kuesioner yang berisi 40 butir pernyataan tentang harapan dan kenyataan yang dinilai dengan skala liken, penilaian kepuasan dengan membandingkan antara kenyataan yang dialami dengan harapan yang diinginkan. Tempat penelitian dilaksanakan di Pusdiklat Kesehatan Depkes RI pada periode Januari sampai dengan April 2002.
Hasil peneltian, dari 109 orang peserta pelatihan didapatkan 24 % puas dan 76 % tidak puas. Karakteristik individu didapatkan rata-rata umur peserta 44,79 tahun, peserta terbanyak laid-laid (58,7 %), pendidikan terbanyak pendidikan tinggi (77 %), sebagian besar memiliki 2 orang anak (56 %) dan rata-rata masa kerja 20 tahun. Kepuasan pada tiap dimensi yang terendah pada dimensi reliability (25,7 %) dan kepuasan yang tertinggi pada dimensi empathy (55 %). Kepuasan pada flap ruangan didapatkan yang terendah di ruang depan (36,7 %) dan kepuasan yang tertinggi di ruang makan (44 %) Rata-rata tingkat kepuasan pads faktor yang mempengaruhi kepuasan pada semua dimensi mutu layanan adalah 91 %, yang terendah pada dimensi reliability yaitu 88 % dan yang paling tinggi pada dimensi empathy (96 %).Kesenjangan yang tertinggi pada dimensi reliability dan dimensi responsiveness. Dan 5 variabel yang diteliti hanya satu variabel yang berhubungan dengan kepuasan, vaitu variabel pendidikan.
Kesimpulan, secara umum kepuasan masih rendah, menunjukkan kinerja masih di bawah harapan. Disarankan agar pemegang kebijakan di Pusdiklat Kesehatan Depkes R1, menetapkan standar mutu pelayanan, memberikan kesempatan kepada semua petugas yang berhubungan langsung dengan pelanggan untuk mengikuti pelatihan dalam bidang customer service. melengkapi sarana dan prasarana sesuai harapan peserta, serta melakukan pemantauan terhadap mutu pelayanan. Selain itu, petugas yang berhubungan langsung dengan pelanggan diharapkan agar melaksanakan pelayanan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, meningkatkan keterampilan dalam bidang customer service, melakukan evaluasi pelatihan dengan menggunakan forrnulir yang teiah disesuaikan dengan dimensi mutu layanan, memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan terutama reliability dan responsiveness karena memiliki kepuasan yang paling rendah, memiliki kesenjangan yang paling tinggi dan memiliki rata-rata tingkat kepuasan yang paling rendah. Prioritas utama yang harus ditingkatkan adalah mengganti alat tenun seperti sprei secara teratur, menyiapkan alat bantu pelatihan, serta menjaga kebersihan dan kerapihan kamar mandi.
Peneliti lain yang berminat, diharapkan dapat mengembangkan penelitian tentang kepuasan pada dimensi mutu yang lain, responden adalah semua pelanggan termasuk pelanggan internal.
Daftar bacaan 34 (1980-2001)

Factors Which Related With Trainees Satisfaction Regarding Centre For Education and Training Health Supporting Services, Ministry of Health , The Republic of Indonesia, Year 2002As a training organizer institution, Center of Education and Training Health (known as Pusdiklatkes). Ministry of Health, the Republic of Indonesia has a responsible to the quality of training technical services and training supported services that oriented to customer satisfaction, Boarding house merits level can be used to evaluate quality because it is an out come indicator, unfortunately still low which is 32,8 % in the year of 1999/2000 and declining to 29,17 % in the year of 2000 (Pusdikiat Profile, year 2000).
The aim of this study was to get descrption illustration of trainee's satisfaction regarding Pusdiklatkes services and factors which are related with it. The study design was cross sectional with a quantitative approach and I09-sample size. Customer satisfaction data collection used primer data and derived satisfaction method for evaluating the satisfaction. The respondents were trainee's who stay 3 days or more, from Ministry of Health instance, other Government's instances and private. Quality dimensions, which used to evaluate the satisfaction, were reliability, responsiveness, assurance, emphaty and tangible. The data that had been collected ware primer data using questioner containing 40 certain element about expectation and performance which evaluated by Likert scale, satisfaction evaluating by comparing the performance that happen with the longing expectation. Study site conducted in Pusdiklatkes in the period of January to April 2002.
Study result, from 109 trainees, 24% satisfied and 76% dissatisfied. Individual characteristic that are trainees average age were 44,79% years old, majority were male trainees (58,7%), greatest education were high level education (77%), most of them had 2 children (56%) and had an average working experience about 20 years. The satisfaction of each dimension, reliability was the Iowest (25,7%) and the highest satisfaction was in empathy (55%). The satisfaction in each room, the lowest was in the front room (36,7%) and the highest was in the dining room (44%). The satisfaction average level with the factors which influences the satisfaction in all quality services dimensions was 91% the lowest in reliability which was 88% and the highest in empathy dimension (96%). The highest divergence was between reliability and responsiveness. Among 5 variable, only 1 variable that had relationship with satisfaction, which was education variable.
Conclusion, in general the satisfaction is still low, pointed that the appraisal were still unexpected. It is suggested that stakeholders in Pusdiklatkes define the deliver quality services standard and give chances to a all staff which interacted directly with the customer to joint a training in customers services, complete the equipment and provising according to trainees expectation, and monitored the quality services. Beside that, staff which directly contacted with the customer have to deliver the services appropriate with the define procedures, improving skills in customer services used the evaluation form with the quality dimension. Pay attention to factors which influences the satisfaction, especially reliability and responsiveness because those were the lowest average level satisfaction, the highest divergence and the lowest average level of appropriateness. The main priority, which has to be improved, is to change the weaving-room such as bed sheet regularly, provide training supporting equipment and prevent bathroom/toilet hygiene and neatness.
Refferences: 34 (1980-2001)
"
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T5603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verdhany Puspitasari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komitmen organisasi dan hubungannya dengan kepuasan kerja dan motivasi. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, pada bulan Maret sampai dengan Juni 2013. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional, melibatkan 80 responden. Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dan telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan teknik analisa faktor dan teknik cronbach alpha. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisa faktor dan uji korelasi Pearson, serta analisis regresi linier berganda melalui teknik komputasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen organisasi cukup tinggi pada pegawai Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan PPSDM Kesehatan. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara Kepuasan kerja dengan komitmen organisasi, tidak ada hubungan antara motivasi dengan komitmen organisasi. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan agar instansi meningkatkan komitmen organisasi pegawai melalui faktor-faktor pembangun kepuasan kerja.

The objective of this study was to investigate organizational commitment and its relationship with job satisfaction and motivation. The study conducted in Center of Education and Training of Health Manpower, Board of Development and Empowerment of Health Human Resources in 2013, on March until June 2013. The research used quantitative method with cross-sectional design, involved 80 respondent. The data was collected through a closed questionnaires. The reliability and validity instrument had been tested using factor analysis and cronbach alpha technic. Factor analysis, Pearson‟s Correlation and Multiple linear regression analysis used to tested the hypotheses through computation technic. The results showed that employees‟ organizational commitment high enough. Statistical test results showed an association between job satisfaction with organizational commitment but there is no relationship between motivation and organizational commitment. Based on the research results, the researchers suggested that the Center of Education and Training of Health Manpower, Board of Development and Empowerment of Health Human Resources improve employee‟s organizational commitment by factors of job satisfaction."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T34966
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tengku Syarifah Mariana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan program intervensi untuk mengatasi menurunnya pendapatan salon ABC. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data. Hasil penelitian menujukkan bahwa sebagian besar pelanggan tidak menggunakan jasa salon ABC karena kualitas layanan dinilai kurang baik. Berdasarkan hal tersebut, maka dirancang sejumlah program intervensi untuk meningkatkan kepuasan pelanggan yang akan pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan laba salon. Program intervensi ini terdiri dari beberapa program pelatihan, coaching dan mentoring. Program-program intervensi ini dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan nilai kompetensi karyawan.

The purpose of this study was to develop an intervention programs to solve the problem of declining income at ABC Salon. This study used a quantitative method by using questionnaires. The results showed that a significant number of decreased customer satisfaction due to lack of perceived service quality. Based on this, then an intervention program was designed in order to increase customer satisfaction. This intervention program consists of some training, coaching and mentoring programs to improve employee’s competency value."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>