Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93516 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Serly Kusumadewi
"Tesis ini membahas transfer bahasa yang muncul dalam bahasa antara pemelajar Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing BIBA. Transfer bahasa yang dikaji dalam penelitian ini berkaitan dengan pengaruh bahasa pertama pemelajar terhadap bahasa antara. Penelitian ini memakai teori bahasa antara yang dikemukakan oleh Selinker 1972 untuk mencoba menjelaskan karakteristik bahasa antara pemelajar BIBA dari Korea pada tingkat kemahiran tertentu. Transfer bahasa yang dikaji terbatas pada fitur-fitur morfologis dan sintaktis pada transfer lematik yang berkaitan dengan pemrosesan kata. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan menggunakan statistik deskriptif untuk menunjang temuan kualitatif. Penelitian ini menggunakan tulisan dari 35 pemelajar BIBA Korea dewasa pada tingkat kemahiran madya akhir. Hasil penelitian menemukan bahwa pemelajar BIBA Korea cenderung tidak memakai afiks prefiks me- yang bersifat inflektif, prefiks ber-, preposisi di dan ke, dan penanda ketakrifan kata bahasa Indonesia. Sementara itu, preposisi dengan muncul pada korpus namun dengan pemakaian yang tidak tepat. Ketersediaan bentuk dalam bahasa pertama yang berpadanan dengan bentuk dalam bahasa target justru menghambat proses penguasaan bahasa target. Sebaliknya, bentuk yang tidak tersedia dalam bahasa pertama tapi tersedia dalam bahasa pertama tidak selalu memicu efek kebaruan yang dapat memfasilitasi proses pemelajaran.

This thesis discusses language transfer appearing in the Interlanguage of Indonesian as Foreign Language IFL learners. This study uses Selinker's 1972 Interlanguage theories to limit the scope of research in explaining Korean IFL learner's interlanguage of particular skill level. The scope of language transfer investigated in this research is limited to learner's L1 influence towards learner's interlanguage characteristics. It is limited to morphological and syntactic features in lemmatic transfer category which is associated with word processing. This study is a qualitative study with descriptive statistics to support qualitative findings. The main corpus data used in this study is writing composition of 35 adult IFL Korean learners on high intermediate level. The study found that Korean IFL learners tend not to use verbal prefixes such as ber and inflective me, the prepositions di, ke, and Indonesian definite marker such as suffix nya. Meanwhile, the preposition dengan found in the corpus is deviant cases. It is found that the availability of equivalent forms in the first language was found precisely hindered the process of mastering the target language. Conversely, forms that are not available in the first language but available in the target language do not necessarily trigger novel effects that may facilitate the learning process.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T50321
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Jeremy Victor Andre
"Grammatical Error Correction (GEC) adalah salah satu task Natural Language Processing (NLP) yang mendeteksi dan mengoreksi kesalahan tata bahasa dalam sebuah teks. Task ini terus berkembang sampai saat ini dan telah diterapkan menggunakan berbagai metode, seperti rule-based, machine learning-based, dan sebagainya. Tugas akhir ini bertujuan membandingkan dua metode state-of-the-art Grammatical Error Correction yaitu metode T5 dan GECToR menggunakan dataset bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Untuk metode T5, akan dibandingkan model Flan-T5 dan mT5 dengan variasi ukuran base dan large. Adapun model yang dibandingkan untuk metode GECToR adalah model RoBERTa dan XLNet dengan variasi ukuran base dan large. Untuk dataset bahasa Inggris, akan digunakan dataset FCE untuk training dan dataset CoNLL-14 untuk testing. Sedangkan untuk dataset bahasa Indonesia, akan digunakan dataset Gramatika. Kemudian, untuk evaluasi digunakan metrik F0.5. Berdasarkan hasil uji coba, didapatkan bahwa untuk dataset bahasa Inggris FCE+CoNLL-14, metode T5 dengan varian model Flan-T5 unggul dari kedua varian metode GECToR dengan skor F0.5 sebesar 52,85%. Varian Flan-T5 ini unggul dengan margin sebesar 15,83% dari varian terbaik metode GECToR, yaitu RoBERTa. Sedangkan, metode GECToR dengan varian RoBERTa lebih unggul dengan margin 10,12% dari metode T5 dengan varian model mT5. Untuk dataset bahasa Indonesia Gramatika, kedua varian metode T5 lebih unggul dari metode GECToR. Varian terbaik metode T5 dengan skor F0.5 sebesar 45,38% dengan margin 31,05% dari varian terbaik metode GECToR, yaitu RoBERTa.

Grammatical Error Correction (GEC) is one of the Natural Language Processing (NLP) tasks that detect and correct grammatical errors in a text. This task continues to grow today and has been implemented using various methods, such as rule-based, machine learning-based, and so on. This final project aims to compare two state-of-the-art Grammatical Error Correction methods, namely the T5 and GECToR methods using English and Indonesian datasets. For the T5 method, Flan-T5 and mT5 models will be compared with base and large size variations. As for the GECToR method, RoBERTa and XLNet models will be compared with base and large size variations. For the English dataset, the FCE dataset will be used for training and the CoNLL-14 dataset for testing. As for the Indonesian dataset, the Grammatical dataset will be used. Then, the F0.5 metric is used for evaluation. Based on the experimental results, it is found that for the FCE+CoNLL-14 English dataset, the T5 method with the Flan-T5 model variant is superior to both variants of the GECToR method with an F0.5 score of 52.85%. The Flan-T5 variant is superior by a margin of 15.83% to the best variant of the GECToR method, RoBERTa. Meanwhile, the GECToR method with the RoBERTa variant is superior by a margin of 10.12% to the T5 method with the mT5 model variant. For the Indonesian Grammatical dataset, both variants of the T5 method are superior to the GECToR method. The best variant of the T5 method with an F0.5 score of 45.38% with a margin of 31.05% from the best variant of the GECToR method, which is RoBERTa."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jarvis, Scott
London: Routledge, 2010
417.7 JAR c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dewanti Putri Sekarsari
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena alih bahasa pada lagu yang banyak dilakukan oleh beberapa kalangan masyarakat. Dewasa ini, lagu-lagu campursari kembali populer bersamaan dengan meningkatnya popularitas seniman senior, yaitu Didik Prasetyo atau biasa dipanggil dengan nama Didi Kempot. Semakin populer sebuah lagu, semakin banyak pula orang yang berusaha untuk menyebarluaskan lagu tersebut salah satunya dengan melakukan alih bahasa yang kemudian diunggah ke laman sosial media. Penelitian ini membahas tentang hasil analisis alih bahasa berdasarkan teknik penerjemahan Newmark dan struktur gramatikalnya (pergeseran bentuk atau transposisi) pada lirik lagu campursari ke dalam bahasa Arab. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui metode yang paling banyak diterapkan oleh penerjemah dan jenis pergeseran bentuk (transposisi) apa saja yang paling banyak terjadi dalam proses penerjemahan ketiga lirik lagu. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi ilmu kebahasaan bagi masyarakat umum khususnya para akademisi yang bergerak di bidang kebahasaan. Setelah melakukan analis, dapat diketahui secara keseluruhan bahwa dalam proses penerjemahan lagu Bapak, Sewu Kutho, dan Tatu, penerjemah menggunakan enam metode penerjemahan Newmark dan empat jenis pergeseran bentuk (transposisi). Mayoritas metode yang digunakan adalah metode harfiah (literal method). Pergeseran bentuk (transposisi) yang paling sering terjadi adalah pergeseran bentuk otomatis atau wajib karena mengikuti kaidah bahasa. Dikarenakan metode yang paling sering digunakan adalah metode harfiah (literal method), membuat lagu-lagu campursari ciptaan Didi Kempot mudah diterima dan dipahami oleh masyarakat dari semua kalangan. Masyarakat tidak membutuhkan interpretasi lebih untuk memahami setiap lirik lagunya

This research is motivated by the phenomenon of language transfer in songs that are widely performed by some circles of society. Nowdays, campursari songs are popular again, along with the increasing popularity of senior artists Didik Prasetyo or commonly know as Didi Kempot. The more popular a song is, the more people try to disseminate the song, one of them is to transfer the language and upload to social media. This research will discuss the results of language transfer analysis based on Newmark translation techniques and its grammatical structure (transposition) on campursari song lyrics into Arabic. The main purpose of this study is to find out what methods used the most by translators and what kind of shape change (transposition) occurred the most in the process of translating all three song lyrics. In addition, it is expected that this research can be a source of linguistic information for the general public, especially for linguists. After analyzing, it can be found that in the process of songs translation entitled: Bapak, Sewu Kutho, and Tatu, translators used six Newmark translation methods and four types of shape shifts (transposition). The majority of method used is literal method. The most common shape shift (transposition) is automatic or mandatory form shifting because it follows language rules. Because the most commonly used method is the literal method, it makes songs campursari created by Didi Kempot are easily accepted and understood by people from all circles. People don't need more interpretation for understanding every lyric of songs."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mirsa Salsabila
"Grammatical Error Correction (GEC) adalah salah satu task Natural Language Processing (NLP) yang mendeteksi dan mengoreksi kesalahan tata bahasa dalam sebuah teks. Task ini terus berkembang sampai saat ini dan telah diterapkan menggunakan berbagai metode, seperti rule-based, machine learning-based, dan sebagainya. Tugas akhir ini bertujuan membandingkan dua metode state-of-the-art Grammatical Error Correction yaitu metode T5 dan GECToR menggunakan dataset bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Untuk metode T5, akan dibandingkan model Flan-T5 dan mT5 dengan variasi ukuran base dan large. Adapun model yang dibandingkan untuk metode GECToR adalah model RoBERTa dan XLNet dengan variasi ukuran base dan large. Untuk dataset bahasa Inggris, akan digunakan dataset FCE untuk training dan dataset CoNLL-14 untuk testing. Sedangkan untuk dataset bahasa Indonesia, akan digunakan dataset Gramatika. Kemudian, untuk evaluasi digunakan metrik F0.5. Berdasarkan hasil uji coba, didapatkan bahwa untuk dataset bahasa Inggris FCE+CoNLL-14, metode T5 dengan varian model Flan-T5 unggul dari kedua varian metode GECToR dengan skor F0.5 sebesar 52,85%. Varian Flan-T5 ini unggul dengan margin sebesar 15,83% dari varian terbaik metode GECToR, yaitu RoBERTa. Sedangkan, metode GECToR dengan varian RoBERTa lebih unggul dengan margin 10,12% dari metode T5 dengan varian model mT5. Untuk dataset bahasa Indonesia Gramatika, kedua varian metode T5 lebih unggul dari metode GECToR. Varian terbaik metode T5 dengan skor F0.5 sebesar 45,38% dengan margin 31,05% dari varian terbaik metode GECToR, yaitu RoBERTa.

Grammatical Error Correction (GEC) is one of the Natural Language Processing (NLP) tasks that detect and correct grammatical errors in a text. This task continues to grow today and has been implemented using various methods, such as rule-based, machine learning-based, and so on. This final project aims to compare two state-of-the-art Grammatical Error Correction methods, namely the T5 and GECToR methods using English and Indonesian datasets. For the T5 method, Flan-T5 and mT5 models will be compared with base and large size variations. As for the GECToR method, RoBERTa and XLNet models will be compared with base and large size variations. For the English dataset, the FCE dataset will be used for training and the CoNLL-14 dataset for testing. As for the Indonesian dataset, the Grammatical dataset will be used. Then, the F0.5 metric is used for evaluation. Based on the experimental results, it is found that for the FCE+CoNLL-14 English dataset, the T5 method with the Flan-T5 model variant is superior to both variants of the GECToR method with an F0.5 score of 52.85%. The Flan-T5 variant is superior by a margin of 15.83% to the best variant of the GECToR method, RoBERTa. Meanwhile, the GECToR method with the RoBERTa variant is superior by a margin of 10.12% to the T5 method with the mT5 model variant. For the Indonesian Grammatical dataset, both variants of the T5 method are superior to the GECToR method. The best variant of the T5 method with an F0.5 score of 45.38% with a margin of 31.05% from the best variant of the GECToR method, which is RoBERTa."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Saiful Mubin
"

Intonasi merupakan salah satu aspek yang perlu dikuasai seorang pemelajar bahasa asing karena jika intonasi tidak dituturkan secara tepat, hal itu akan berakibat pada kesalahpahaman (Penny, 1991). Begitu pula pemelajar Korea yang belajar bahasa Indonesia. Penelitian ini menginvestigasi bagaimana intonasi tuturan deklaratif dan interogatif bahasa Indonesia dituturkan oleh pemelajar Korea. Penelitian ini menggunakan subjek penelitian pemelajar BIPA dari Korea yang berada pada tingkat pemula, madya, dan tinggi. Data penelitian berupa tiga tuturan bahasa Indonesia yang terdiri atas dua kalimat tunggal dan satu kalimat majemuk dalam percakapan yang diperankan sebanyak tiga kali. Penelitian ini mengaplikasikan pendekatan IPO dengan tiga kegiatan utama: eksperimen produksi ujaran, analisis akustik ujaran, dan eksperimen uji persepsi ujaran. Kajian ini menunjukkan bahwa ciri akustik yang menandai ketiga tingkat pemelajar adalah kontur intonasinya. Tinggi nada tidak memiliki keterkaitan dengan tingkat pemelajar. Tinggi nada secara khusus hanya menandai kontras tuturan deklaratif dan interogatif. Ciri akustik tuturan tingkat pemula dan madya masih menunjukkan adanya kesamaan dengan pola intonasi bahasa Korea, sedangkan pola intonasi tuturan tingkat tinggi tidak sama dengan bahasa Korea maupun bahasa Indonesia. Hanya kontras tinggi nada tuturan dekalaratif dan interogatif tingkat tinggi yang cenderung sama dengan bahasa Indonesia. Meskipun demikian, semua tuturan dari semua tingkat diterima dengan baik oleh orang Indonesia.

 

 


Intonation is one of the aspects that need to be mastered by a foreign language learner because if intonation is not spoken correctly, it will result in misunderstanding (Penny, 1991). The idea is applied to Korean who learns Bahasa Indonesia. This study investigates how Korean learners make use of intonation to express declarative and interrogative utterances of Bahasa Indonesia. The subject of this study is native Koreans who study BIPA at the beginner, intermediate, and advance levels. The data of this study are three utterances in Bahasa Indonesia consisting of two single sentences and one compound sentence which then each subject needed to utter for three times. IPO approach is applied with three main activities: speech production experiment, speech acoustic analysis, and speech perception test experiment. This study showed that there is a particular relation between intonation contour and the learners level of comprehension. However, it failed to prove any relationships between pitch and the level of the learners. Regardless, the study found that pitch only marks the contrast of declarative and interrogative speech. The acoustic characteristics of beginner and intermediate speech levels still show similarities with the Korean intonation patterns, while the high-level speech intonation patterns are not the same as Korean and Indonesian. Only the high contrast of high-level declarative and interrogative speech tones tends to be the same as Indonesian. Nevertheless, all speeches from all levels were well received by Indonesians.

 

Keywords: Indonesian intonation pattern; Korean intonation pattern; Indonesian language learners level; declarative sentence; interrogative sentence

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyi Raden Hasbya Putri Paradhina
"Pembelajaran bahasa asing memungkinkan peserta didik memiliki pikiran terbuka. Tetapi dengan bahasa yang berbeda akan muncul sebuah hambatan. Dengan berkembangnya zaman dan adanya integrasi teknologi dengan pendidikan, pembelajaran secara daring atau menggunakan internet terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan, terutama kemampuan berbahasa asing. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas penggunaan aplikasi pembelajaran bahasa Memrise sebagai bahan pelajaran tambahan di luar kelas pembelajaran Bahasa Prancis di tingkat universitas. Partisipan penelitian ini terdiri atas mahasiswa yang sedang belajar Bahasa Prancis pada tingkat A1 berdasarkan CECRL dan belum pernah belajar Bahasa Prancis sebagai bahasa asing sebelumnya. Metodologi yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang dikumpulkan berdasarkan hasil pre-test, post-test, daftar pertanyaan, dan observasi selama waktu yang sudah ditentukan. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok; dimana kelompok eksperimen diberi tugas untuk menggunakan Memrise di luar kelas sebagai perlakuan, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan materi tambahan apa pun. Melalui penelitian ini didapatkan bahwa dengan menggunakan Memrise sebagai bahan pelajaran tambahan terutama dalam kompetensi Compréhension Orale, Grammaire, dan Vocabulaire, bermanfaat bagi peserta didik dalam peningkatan kompetensi tersebut. Penggunaan aplikasi yang menarik dan mudah menjadi motivasi belajar di luar kelas.

Being open minded with a broad perspective is a skill a learner can achieve through learning foreign language. But this always comes with a hurdle. With the advancement and the integration of technology with education, learning through the internet is proven to be effective to raise learner’s capability, and more importantly foreign language ability. This research has a goal to see the effectiveness of using a foreign language learning application called Memrise as an additional lesson outside of French class at the university level. Participants of this research consist of college students who are attending a university French class at level A1 based on CECRL and have never learnt French as a foreign language before. The research method is to use the qualitative approach found based on results of pre-test, post-test, survey, and observation throughout the allocated time. Research subjects are divided into two groups; the experimental group was given the task to use Memrise outside of class as an additional lesson, while the control group wasn’t given any additional lessons. Through this research we can conclude that by using the foreign language learning application called Memrise as an additional lesson outside of class, specifically on the Compréhension Orale, Grammaire, and Vocabulaire capabilities, is proven to be effective to raise learner’s skills in foreign language."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Evilia Faida
"Kesilapan yang timbul bila orang-orang yang sedang berada dalam taraf belajar mencoba menggunakan bahasa yang sedang dipelajari merupakan hal yang wajar dalam proses belajar bahasa asing. Karena mereka sedang berada dalam taraf menuju kesempurnaan penguasaan bahasa asing. Diketahui adanya beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kesilapan-kesilapan tersebut. Penelitian yang berupa studi kasus dan yang difokuskan pada faktor penyebab timbulnya kesilapan dilakukan di lingkungan Program Studi Jerman FSUI. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tiga teks tertulis yang dibuat oleh tiga mahasiswa tingkat tiga Program Studi Jerman FSUI tahun ajaran 1986/1957. Hasilnya menunjukkan bahwa kesilapan yang tampak dalam teks-teks tersebut sebagian besar disebabkan karena pengaruh bahasa Indonesia. Banyak kesilapan yang tidak hanya disebabkan karena pengaruh bahasa Indonesia, tetapi juga karena faktor-faktor lainnya. Kesilapan memang masih muncul bila mahasiswa mencoba menggunakan bahasa Jerman yang sedang dipelajari itu, tetapi kesilapan-kesilapan tersebut diharapkan dapat diperkecil melalui penggunaan bahasa Jerman yang lebih sering lagi. Karena, seseorang bisa berbahasa suatu bahasa karena ia biasa menggunakan bahasa tersebut."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irza Andita Dientri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan webtoon sebagai media pembelajaran utama kosakata bahasa Korea mahasiswa jurusan Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Indonesia tingkat dasar. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian quasi-experimental pre-test and post-test yang terdiri dari kelompok Kontrol dan dua kelompok Eksperimen, dengan jumlah populasi sebanyak 20 mahasiswa. Kelompok Kontrol diberikan perlakuan dengan pengajaran kosakata secara konvensional, sedangkan kelompok Eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan webtoon. Hasil penelitian menggunakan rumus uji tes “t” tidak berpasangan menunjukkan tcount lebih besar daripada ttable (2,42 > 2,26), sehingga dapat dikatakan perbedaan kemampuan kelompok Eksperimen dengan kelompok Kontrol dianggap signifikan (nyata), namun, hasil tcount negatif menunjukan bahwa perbedaan kemampuan kelompok Eksperimen dianggap negatif, atau tidak lebih besar dari kelompok Kontrol. Hal tersebut menunjukkan webtoon belum efektif dijadikan sebagai media utama dalam pembelajaran kosakata bahasa Korea.

This research aims to determine the effectiveness of using webtoons as the main learning media for Korean vocabulary for students majoring in Korean Language and Culture at the University of Indonesia at the elementary level. This research was conducted using a quantitative method with a quasi-experimental pre-test and post-test research design consisting of a control group and two experimental groups, with a total population of 20 students. The control group was given treatment using conventional vocabulary teaching, while the experimental group was given treatment using webtoon. The results of the study using the independent "t" test formula showed that tcount was greater than ttable (2.42 > 2.26), it could be said that the differences in the abilities of the Experimental group and the Control group were considered significant (real), however, negative tcount results indicated that the difference in the ability of the Experimental group is considered negative or are not greater than the Control group. This shows that webtoon are ineffective as the main media for learning Korean vocabulary."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Winasti Rahma Diani
"ABSTRAK
Pembelajaran bahasa asing yang memperhatikan dimensi interkultural bertujuan menjadikan pelajar sebagai penutur interkultural. Dengan menguasai kompetensi interkultural, pelajar diharapkan mahir menggunakan bahasa asing dan mampu menempatkan diri berdasarkan latar belakang budaya asal dan budaya yang dipelajarinya dalam situasi interkultural. Peneliti tertarik untuk melihat bagaimana pembelajaran interkultural dilakukan dalam kursus Bahasa Indonesia bagi Pelajar Asing BIPA tingkat pemula. Dalam penelitian ini, peneliti melihat pembelajaran interkultural melalui buku ajar, observasi kelas dan program budaya, serta asesmen yang digunakan di lembaga X. Dari hasil analisis, diketahui bahwa buku ajar memuat tema-tema pembelajaran interkultural untuk kebutuhan bertahan hidup pelajar tingkat pemula. Hasil observasi kelas pun menunjukkan pembelajaran interkultural dilaksanakan dengan baik. Namun, hasil observasi field trip yang merupakan bagian dari program budaya menunjukkan bahwa kegiatan tersebut tidak terintegrasi dengan pembelajaran bahasa. Terakhir, hasil analisis asesmen menunjukkan bahwa buku latihan dan tes yang digunakan belum memperhatikan aspek interkultural. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk pembelajaran interkultural di kursus BIPA, khususnya tingkat pemula.
ABSTRACT
Foreign language teaching that promotes the intercultural dimension aims to make learners to be intercultural speakers. By mastering intercultural competencies, students are expected to master foreign languages and be able to position themselves based on the background of their origin culture and the culture they learn in intercultural situations. Researcher is interested in seeing how teaching intercultural competencies conducted in the course of Indonesian as a Foreign Language BIPA , especially at beginner level. In this study, the researcher looked at intercultural teaching through textbooks, classroom observations, cultural program, and assessments used in Institution X in a beginners course. The results of the analysis show that the textbooks used contain themes of intercultural learning for the survival needs of the novice students. The results of class observations also show that intercultural teaching was well executed. However, the result of the field trip observations that were part of the cultural program show that the activities were not integrated with language learning. In addition, the result of the assessment analysis also indicates that the exercise book and the test used have not considered the intercultural aspects. Therefore, this research is expected to provide input for intercultural teaching in BIPA courses, especially at beginner level."
2018
T51313
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>