Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51896 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sigit Wibowo
"Menurut WHO, 54 kematian bayi disebabkan oleh masalah gizi. Berdasarkan GNR, Indonesia merupakan negara ke-17 dari 117 negara yang memiliki masalah gizi kompleks, sehingga mengancam kualitas SDM Indonesia di masa mendatang. Berdasarkan hasil Riskesdas dan PSG, permasalahan stunting, wasting, dan under weight cenderung tetap dan masih menjadi masalah gizi masyarakat karena berada di atas nilai ambang batas yang ditetapkan WHO. Berdasarkan Perpres Nomor 42/2013, untuk menanggulangi masalah gizi diperlukan kerjasama lintas sektor melalui upaya intervensi spesifik dan sensitif dimana diyakini intervensi gizi sensitif berkontribusi 70 dan intervensi gizi spesifik berkontribusi 30 dalam mengatasi permasalahan gizi. Agar pelaksanaan program intervensi gizi dapat berjalan optimal, maka diperlukan data daninformasi yang baik sehingga pelaksanaan program lebih tepat waktu dan tepat sasaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dasbor penyajian data dan informasi sistem informasi gizi terpadu. Pengembangan dasbor ini menggunakan model pengembangan dasbor berbasis user-centered design dentifikasi kebutuhan, analisis dan perencanaan, perancangan prototipe, pengujian dan evaluasi, dan implementasi. Luaran penelitian diharapkan dapat menjadi media yang efektif dan efisien dalam menyajikan data dan informasi gizi sehingga tindakan intervensi spesifik sektor kesehatan maupun intervensi sensitif sektor non kesehatan dapat berjalan lebih cepat, tepat, akurat, serta mendukung stakeholder terkait dalam proses pengambilan tindakan intervensi maupun perumusan kebijakan perbaikan gizi masyarakat. Selain itu, dasbor yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur kinerja organisasi.

According to WHO, 54 of infant deaths are caused by nutritional problems. Based onGNR, Indonesia is the 17th country out of 117 countries that have complex nutritional problems, thus threatening the quality of Indonesian human resources in the future. Based on the results of Riskesdas and PSG, stunting, wasting, and underweight problems tend to remain and still become a community nutritional problem because it is above theWHO's set of thresholds. Based on Presidential Decree Number 42 2013, to over comenutritional problems requires cross sectoral cooperation through the efforts of specific and sensitive interventions where it is believed that sensitive nutritional interventions contribute 70 and specific nutrient interventions contribute 30 in overcomingnutritional problems. In order for the implementation of nutritional intervention program can run optimally, it needs good data and information so that the implementation of theprogram is more timely and right on target.
This study aims to develop a dashboard of data presentation and information integrated nutrition information system. This dashboard development uses a user centered design dashboard development model needs identification, analysis and planning, prototype design, testing and evaluation, and implementation. The research output is expected to be an effective and efficient media in presenting nutritional data and information so that specific intervention health sector and sensitive non health sector interventions can run faster, accurately, and support relevant stakeholders in the intervention taking process as well as the formulation of community nutrition improvement policy. In addition, the resulting dashboard can serveas a tool for measuring organizational performance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49911
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karundeng, Andrea Maria
"Informasi Nilai Gizi (ING) merupakan sumber informasi kandungan gizi yang terdapat pada pangan olahan. ING jika digunakan dengan baik maka dapat mengarahkan konsumen ke pola konsumsi yang sehat. Remaja usia 15-19 tahun menjadi kelompok usia yang paling sering mengonsumsi mi instan, hingga mencapai lebih dari satu kali per hari yang artinya asupan natriumnya melebihi anjuran asupan harian. Jika kebiasaan diteruskan, maka akan timbul risiko hipertensi pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan ING pada mi instan oleh remaja di SMA Pangudi Luhur II Servasius. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2022 menggunakan desain cross sectional yang diikuti 181 responden melalui purposive sampling. Data diperoleh melalui kuesioner online yang kemudian dianalisis univariat dengan distribusi frekuensi dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi remaja di SMA Pangudi Luhur II Servasius yang menggunakan ING adalah sebanyak 54,7%. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara variabel status gizi, status diet, uang saku, pengetahuan gizi & ING, kemampuan membaca ING, sikap terhadap kesehatan dan ING, serta persepsi terhadap harga dan rasa produk mi instan dengan penggunaan ING. Keterpaparan informasi tentang ING dan persepsi terhadap kandungan gizi produk mi instan memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan ING.

Nutrition Facts (NF) is source of information regarding on the nutritional content contained in processed food. If used properly, NF can lead consumers to healthier lifestyle. Teenagers aged 15-19 years consume instant noodles most often, reaching more than 1 time per day, which means that their sodium intake exceeds the recommended daily intake. If the habit is continued, risk of hypertension in adolescents will be higher. This study aims to analyze factors associated with the use of instant noodles NF by adolescents at SMA Pangudi Luhur II Servasius This research was conducted in August 2022 using a cross-sectional design, with 181 respondents using purposive sampling. Data were obtained through an online questionnaire which was analyzed using SPSS. The results: proportion of adolescents in SMA Pangudi Luhur II Servasius who used NF was 54.7%. There was no significant relationship between the variables of gender, nutritional status, diet status, allowance, nutrition & NF knowledge, ability to read NF, attitudes towards health and NF, as well as perceptions of the price and taste of instant noodle products with the use of NF. Exposure to information about NF and perceptions of instant noodle’s nutritional value have a significant relationship with the usage of NF."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfia Fitriani Nafista
"Pendahuluan : Malnutrisi merupakan salah satu masalah nutrisi yang banyak banyak terjadi pada anak-anak di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh edukasi nutrisi terhadap pengetahuan, sikap ibu dan berat badan anak. Metode : Desain penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan kelompok pre post test dengan kelompok kontrol. Pengumpulan data menggunakan kuesioner KAP yang berasal dari FAO. Hasil : Hasil penelitian ini didapatkan bahwa usia rata-rata ibu yang menjadi responden ≥ 30 tahun, sebagain besar ibu adalah ibu rumah tangga, ibu memiliki anak tunggal dan ≥ 2 orang, pendidikan mayoritas SMA, dan memiliki penghasilan ≥ UMR Kabupaten Jember. Berdasarkan analisis didapatkan bahwa setelah edukasi menggunakan PMBA dengan konsep pendekatan action-oriented-group pada kelompok intervensi mampu meningkatkan pengetahuan lebih tinggi dibanding kelompok kontrol , nilai p value untuk pengetahuan adalah 0,000, sikap ibu (p value 0,000) dan berat badan anak memiliki rerata 331,42 gram lebih tinggi dari kelompok kontrol dengan p value 0.000. Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa edukasi kesehatan tentang makan sesuai rekomendasi WHO dengan PMBA melalui pendekatan action-oriented-group mampu meningkatkan pengetahuan, sikap ibu dan berat badan anak secara signifikan

Introduction : Malnutrition is among children's most common nutritional problems worldwide. This study aims to analyze nutrition education's effect on mothers' knowledge, attitudes, and children's weight. Methods: The design of this study used a quasi-experimental with a pre-post test with a control group. Data collection using KAP questionnaires from FAO. Results: This study found that the average age of the mothers who became respondents was over 30 years, most of the mothers were housewives, mothers had more than 2 children, and the majority of them were high school education and had an income ≥ UMR Jember Regency. Based on the analysis, it was found that after education using PMBA with the concept of the action-oriented-group approach, and the intervention group was able to increase knowledge higher than the control group; the p-value for knowledge was 0.000, the mother's attitude (p-value 0.000) and the child's weight had an average of 331.42 grams higher than the control group with a p-value of 0.000. Conclusion: This study shows that health education about eating according to WHO recommendations with PMBA through an action-oriented-group approach can significantly increase knowledge, and attitudes toward mothers and children's weight."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Sofia Parmawaty
"ABSTRAK
Seribu hari pertama kehidupan merupakan periode emas seorang anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Gangguan yang terjadi pada periode ini akibat asupan gizi yang kurang lengkap dalam jangka pendek terganggunya perkembangan otak, kecerdasan dan gangguan pertumbuhan fisik sedang dalam jangka panjang resiko penyakit tidak menular. Salah satu upaya yang dilakukan untuk penanggulangan melalui percepatan kegiatan intervensi gizi spesifik. Namun angka drop out pemeriksaan di Posyandu masih tinggi hal ini dapat menghambat intervensi yang seharusnya didapatkan. Penelitian ini bertujuan untuk membangun prototipe untuk memantauan intervensi gizi spesifik pada baduta di puskesmas serta mengidentifikasi baduta yang tidak datang periksa drop out ke posyandu. Penelitian ini merupakan pengembangan sistem informasi dengan teknik prototipe menggunakan metode System Development Life Cycle SDLC . Pengembangan sistem informasi ini dapat memberikan notifikasi informasi ketidakhadiran baduta di Posyandu berupa SMS kepada bidan desa dan ibu baduta sehingga dapat dilakukan follow up. Sistem ini juga dapat digunakan untuk memantau intervensi gizi spesifik pada baduta secara berkesinambungan sebagai salah satu upaya mencegah stunting.

ABSTRACT
The first thousand days of life is a golden period for a child to grow and develop optimally. Disorders that occur in this period due to the lack of complete nutritional intake in the short term disruption of brain development, intelligence and disruption of physical growth is in the long term risk of non communicable diseases. One effort was made to tackle through the acceleration of specific nutrition intervention activities. However, the number of out checks in Posyandu is still high. This can prevent the intervention that should be obtained. This study aims to build prototypes to monitor specific nutrient interventions in baduntas at puskesmas as well as to identify badans that do not come drop out to posyandu. This research is an information system development with prototype technique using System Development Life Cycle SDLC method. The development of this information system can provide notification of baduta absence go to Posyandu in the form of SMS to midwife and baduta rsquo s mother so it can be follow up. This system can also be used to monitor specific nutritional interventions on baduta on an ongoing basis as an effort to prevent stunting."
2017
T48842
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viramitha Kusnandi Rusmil
"Latar Belakang : Tingginya prevalensi stunting di Indonesia dipengaruhi oleh kebutuhan gizi yang meningkat disertai kuantitas dan kualitas MPASI yang terbatas. Pemberian protein hewani yang mengandung asam amino esensial lengkap dan berjumlah cukup diharapkan mendukung pertumbuhan linear adekuat. Penelitian mengenai efektivitas PMT protein hewani terhadap pertumbuhan linear pada setting komunitas belum pernah dilakukan di Indonesia.
Metode : Penelitian ini merupakan non-randomised controlled trial di Kelurahan Warakas Jakarta Utara pada bulan Agustus-November 2022 dengan subjek antara berusia 6-59 bulan mendapat intervensi PMT protein hewani (telur dan/atau susu) selama 4 bulan serta edukasi, dibandingkan dengan mendapatkan edukasi saja. Analisis dilakukan dengan membandingkan insidens stunting, delta WAZ dan LAZ, weight increment, dan length increment antara kedua kelompok.
Hasil : Analisis dilakukan terhadap 56 subjek kelompok intervensi dan 67 subjek kelompok kontrol. Insidensi stunting baru di akhir penelitian ditemukan sebanyak 11,9% pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok intervensi 0% memiliki hasil berbeda bermakna (p=0,021, OR IK 95% 1,13). Median delta WAZ kelompok intervensi (0,13 SD) berbeda bermakna (p=0,01) dibandingkan dengan kelompok kontrol (-0,09 SD). Analisis kelompok intervensi delta WAZ menunjukkan perbedaan yang signifikan (p=0,01) dibandingkan dengan kelompok kontrol, namun hasil delta LAZ secara statistik tidak berbeda bermakna tetapi secara klinis intervensi ini bermanfaat. Persentase subjek mencapai weight increment dan length increment adekuat lebih besar pada kelompok intervensi dan berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol.
Kesimpulan : Pemberian edukasi dan PMT protein hewani mampu mencegah terjadinya stunting dengan mendukung tercapainya weight increment dan length increment adekuat dan memberikan efek bermakna terhadap perubahan WAZ.

Background : The high prevalence of stunting in Indonesia is influenced by increasing nutritional needs and the limited quantity and quality of complementary food. Supplementary feeding of animal proteins containing complete and sufficient amounts of essential amino acids is expected to support adequate linear growth. Research on the effectiveness of animal protein supplementation on linear growth in community settings has never been conducted in Indonesia.
Methods : This study is a non-randomized controlled trial in Warakas, North Jakarta, from August-November 2022. Subjects between 6-59 months in intervention group received supplementary feeding of animal proteins (egg and/or milk) for four months and education, meanwhile the control group received education only. Analysis was conducted by comparing the incidence of stunting, delta WAZ and LAZ, weight increment, and length increment.
Result : Analysis was conducted on 56 subjects of the intervention group and 67 subjects of the control group. The incidence of stunting at the end of the study (11.9%) was found in the control group compared to the intervention group (0%) has significant results (p=0.021, OR CI 95% 1.13). Analysis of the delta WAZ intervention group showed a significant difference (p=0.01) compared to the control group, however, the delta LAZ result was not statistically different but clinically the intervention was beneficial. The average of endline LAZ subjects at risk of stunting in the intervention group (-0.24 SD) differed significantly (p=0.001) compared to the control group (-0.93 SD). The percentage of subjects achieving adequate weight increment and length increment was greater in the intervention group and showed a significant difference from the control group.
Conclusion : The intervention of education and animal protein supplementation can prevent occurrence of stunting by promoting adequate weight increment and length increment and also has a meaningful effect on changes of WAZ.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Poppy Fitriani
"Peran keluarga sangat penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pengalaman keluarga dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita gizi kurang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (fenomenologi desktiptif) dengan wawancara mendalam yang datanya dianalisis dengan teknik Collaizi. Penelitian ini menemukan tujuh tema yaitu perasaan keluarga, penilaian keluarga, strategi pemberian makan, sistem pendukung keluarga dan masyarakat, motivasi, dan harapan keluarga. Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman keluarga dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita gizi kurang sangat beragam. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dalam memberikan intervensi keperawatan terhadap keluarga dalam mengatasi masalah gizi kurang pada balita dan memberikan masukan bagi pemerintah dalam upaya mengatasi masalah gizi kurang pada balita.

Family`s role is very important to fulfill on nutritional demand of children under five years. This study aimed to provide indepth understanding of family`s experience in fulfilling nutrition for underweight children. This study design was descriptive phenomenology with in-depth interview and analyzed with Collaizi`s analysis method. This study identified seven themes, which are family`s feeling to children condition; appraisal to the causes of underweight; family use certain strategy to improve their feeding practice; family applies social support from family members and the community especially informational and instrumental support; the meaning of family`s experience is high motivation; family`s hope that the government has a good program to solve malnutrition problem. The result indicated that there was various experience of family in fulfilling nutritional demand. This study gave information about nursing intervention for family in managing nutritional problem and provided some ways to guide government programs which related to malnutrition management in children."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
610 JKI 14:3 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Martha
"Skripsi ini membahas mengenai gangguan pertumbuhan yakni pendek (stunting), kurus (wasting), dan berat badan kurang (underweight) pada anak umur 0-59 bulan di Indonesia.Gizi mempunyai peranan penting dalam periode pertumbuhan dan perkembangan anak yang bersifat irreversible.Penilaian gizi dilakukan dengan pengukuran antropometri menggunakan, indeks tinggi badan terhadap umur (stunting), serta indeks tinggi badan terhadap berat badan (wasting), indeks berat badan terhadap umur (underweight).
Tujuan penelitian ini mengetahui keterkaitan faktor sosial ekonomi dan beberapa faktor lain seperti kecukupan energi dan protein, infeksi malaria dan pelayanan kesehatan sanitasi dasar serta status BBLR pada gangguan pertumbuhan anak 0-59 bulan. Penelitian bersifat kuantitatif, dengan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data sekunder Riskesdas Tahun 2010. Sampel penelitian ini adalah semua anak umur 0-59 bulan yang menjadi responden dalam Riskesdas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status ekonomi, pendidikan ibu dan ayah mempunyai pengaruh terhadap gangguan pertumbuhan.Semakin rendah status ekonomi keluarga semakin tinggi juga risiko balita dalam keluarga tersebut untuk mengalami kejadian pendek, kurus dan berat badan kurang. Balita dari keluarga status ekonomi terbawah mempunyai risiko 1,8 kali lebih besar untuk mengalami kejadian pendek (stunting) 1,4 kali lebih besar mengalami kekurusan (wasting), dan 1,7 kali lebih besar untuk mengalami berat badan kurang (underweight) dibandingkan dengan balita dari keluarga status ekonomi tertinggi.
Balita yang mempunyai ayah dan ibu dengan tingkat pendidikan rendah mempunyai risiko lebih besar dalam mengalami gangguan pertumbuhan. Sosial ekonomi keluarga merupakan faktor yang mendasari gangguan pertumbuhan balita, sosial ekonomi keluarga baik akan berdampak baik juga dalam kesediaan asupan, lingkungan yang sehat, dan perilaku sehat.

This thesis mainly discusses about the growth disorders, stunting, wasting and underweight in children aged 0-59 months in Indonesia. Nutrition be an important role during the growth and development period of the children, which is irreversible. Nutritional assessment by anthropometric measurements performed using height of age index (stunting), height of weight index, weight of age index.
The purpose of this study is to determine the relationship of socio-economic factors and other factors, such as the adequacy of energy and protein, malaria infection, basic sanitation, and health care of LBW status in children 0-59 months of growth disorders. This research is quantitative, with a cross-sectional study design usingData Analysis of Primary Health Research 2010. Samples of this study are all children aged 0-59 months who were respondents in Data Analysis of Primary Health Research 2010.
Result of this study indicates that economic status and level of intelligence of the parents have influence on children's growth disorders. The lower the economic status of the family the riskier a toddler in the family would experience growth disorder.Toddlers from the family with lowest economic status have 1.8 times greater risk for experiencing stunting, 1.4 times greater risk for experiencing wasting, and 1.7 times greater risk for experiencing underweight compared with toddlers from family with highest economic status.
Toddlers with less educated parents also have greater risk for experiencing growth disorder. Socio-economic factors in family underly the growth disorder of the toddlers and would also affect the fulfillment of the nutritional intake, health services, and healthy behaviors in toddlers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55976
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dony Abdullah
"Latar Belakang. Sesuai dengan Pasal 31 UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang SPPN, bahwa perencanaan pembangunan perlu didasarkan pada data dan informasi yang relevan dan akurat. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan salah satunya oleh kualitas perencanaan. Sistem informasi perencanaan Program Bina Gizi dan KIA yang ada belum optimal. Kendala yang sering terjadi adalah sulitnya koordinasi dan sinkronisasi antar satuan kerja khususnya antara Dinas Kesehatan dengan Kantor Pusat, sulitnya mendapatkan usulan perencanaan dari daerah dengan tepat waktu, sulitnya melakukan penataan dan inventarisasi dokumen perencanaan untuk kebutuhan evaluasi, tidak maksimalnya proses umpan balik dan verifikasi usulan perencanaan.
Tujuan penelitian ini adalah terbentuknya rancangan Sistem Informasi Perencanaan Program Bina Gizi dan KIA berbasis web guna membantu proses perencanaan Program Bina Gizi dan KIA, agar lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan pada Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan KIA.
Metode. Peneltian ini dikembangkan berdasarkan metode System Development Life Cycle/SDLC yaitu metoda kebutuhan bertahap dan interkatif yang terdiri dari
analisis sistem, desain konsep dan fisik, implementasi dan konversi, operasi dan pemeliharaan.
Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan waktu yang signifikan antara proses usulan perencanaan melalui sistem yang ada dengan sistem informasi yang dikembangkan. Seluruh pengolahan data otomasi dan aplikasi mudah dioperasionalkan. Pada sistem informasi yang dikembangkan semua stakeholder terkait dapat melihat informasi proposal perencanaan berdasarkan sasaran kegiatan dan status proses perencanaan yang sedang berjalan.
Kesimpulan. Sistem informasi yang dikembangkan lebih baik dibandingkan dengan sistem yang ada. Sangat dibutuhkan komitmen dari seluruh pimpinan di Ditjen Bina Gizi dan KIA, Dinkes Provinsi, Dinkes Kab/Kota dalam mendukung proses perencanaan secara online.

Background. In accordance with clause 31 of Regulation No. 25 of 2004 on SPPN, that planning should be based on the data and information that is relevant and accurate. The success of health development is determined in part by the quality of planning. Already, the existing information systems of planning nutrition and mother and child health program has not been optimal. Obstacles often happens is the difficulty of coordination and synchronization between the unit of work, especially between the Health Department and Head Office, difficulties in obtaining planning proposals from the area in a timely manner, the difficulty of structuring and inventory planning documents for the needs evaluation, feedback and verification process planning proposal goes no maximum.
The purpose of this research is the formation of the draft Planning Information System Development of Nutrition and Maternal and Child Health program in order to assist the planning process, in order to more effectively and efficiently and in accordance with the needs of the Secretariat DG Nutrition and Maternal and Child Health.
Methods. This study was developed based on the method System Development Life Cycle / SDLC is a method needs a gradual and interkatif which consists of systems analysis, design concepts and physical, implementation and conversion, operation and maintenance.
Result. Research shows that there is a significant time difference between the process of planning proposals through the existing system with the information system developed. The whole data processing automation and easy application operationalized. In the information system developed all relevant stakeholders can view information planning proposals by objectives and status of activities ongoing planning process.
Conclusions. In the information system developed all relevant stakeholders can view information planning proposals by objectives and status of activities ongoing planning process. Desperately needed the commitment of all leaders in DG Nutrition and Maternal and Child Health and the Provincial Health Office and district health authorities in support of the planning process online."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61196
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Kekalih
"LATAR BELAKANG: Peningkatan jumlah ibu bekerja secara konsisten dapat berdampak positif meningkatkan status ekonomi rumah tangga, sebaliknya dapat berdampak negatif bagi pola asuh, asupan makanan serta pertumbuhan anak. Studi menganalisis praktik keragaman makanan (dietary diversity) sebagai komponen penting Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada anak usia 6-23 bulan khususnya pada tiga tingkatan ibu bekerja: tenaga kerja/buruh tidak terampil, tenaga terlatih, tingkat professional dan ibu tidak bekerja sebagai pembanding. Studi juga menilai hubungan kondisi ibu bekerja dan keragaman makanan dalam menjelaskan mekanisme terjadinya stunting.
METODE: Kompilasi Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) serta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) periode tahun 2002 - 2012 digunakan untuk menganalisis ketepatan praktik konsumsi keragaman pangan pada anak serta determinannya. Sebagai studi kombinasi bertahap (sequential mixed method), hasil kuantitatif diperjelas kajiannya dengan studi kualitatif melalui wawancara mendalam kepada ibu dari berbagai tingkatan pekerjaan.
HASIL: Anak dengan keragaman makanan tepat yaitu minimum 4 jenis makanan dari usia 6 bulan hanya 18-24%, sedangkan selebihnya terlambat dikenalkan variasi makanan terutama sumber protein hewani. Ibu bekerja pada tingkat terendah (tenaga kerja tidak terampil) justru berhubungan dengan pola asupan yang kurang baik dan memburuknya stunting, padahal jumlahnya mencapai 40% dari ibu bekerja. Kesejahteraan rumah tangga, akses informasi, pelayanan kesehatan, pendidikan dan pekerjaan orang tua adalah faktor yang berasosiasi terhadap prilaku asupan yang baik. Studi kualitatif mendapatkan bahwa pada komunitas ibu bekerja sebagai buruh tidak terampil, tumbuh persepsi yang kompromi terhadap pemberian makanan seadanya karena keterbatasan sumber daya pengasuhan anak, disamping keharusan mereka untuk tetap bekerja memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Analisis pathway mendapatkan bahwa ibu bekerja sebagai buruh tidak terampil secara langsung berhubungan dengan kurangnya keragaman makanan dan secara tidak langsung dengan stunting. Untuk menindaklanjuti kelompok ibu dan rumah tangga yang memerlukan intervensi edukasi, studi mengembangkan kuesioner skrining untuk mengidentifikasi rumah tangga yang tidak mampu memberikan keragaman makanan yang baik dengan akurasi 70% .
KESIMPULAN: Di Indonesia, banyaknya ibu bekerja sebagai tenaga kerja tidak terampil berpotensi memperburuk masalah stunting. Anak-anak usia 6-23 bulan mengalami masalah kurangnya dan terlambatnya diberikan keragaman makanan yang cukup. Penting untuk keluarga, terutama dengan ibu bekerja dengan anak masih dibawah 2 tahun, untuk meningkatkan kesadaran pengasuhan anak dan ketrampilan pemberian MP-ASI dengan keragaman pangan yang cukup sejak anak berusia 6 bulan, selain ASI eksklusif. Edukasi gizi dapat dilakukan tidak hanya kepada ibu, keluarga dan pengasuh anak, namun juga terhadap komunitas ibu bekerja dengan pemberdayaan program perusahaan sayang ibu dan bayi.

BACKGROUND: Consistent increasing number of working mothers can positively impact on household economy improvement, but otherwise may negatively affect parenting, child feeding and child growth. This study analyzed dietary diversity practice, as one important component of complementary feeding in children aged 6-23 months, and its determinants especially at the three levels of maternal occupation: unskilled labor, skilled labor, professional and also included non-working mother as reference. Study also analyzed direct and indirect association of maternal occupation and dietary diversity practices to explain mechanism of stunting.
METHODS: Compilation of Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) and the Basic Health Research (Riskesdas) from 2002 to 2012 were used to analyze the appropriateness of dietary diversity practice in children and its determinants. As sequential mixed method study, result of quantitative study were further explored by a qualitative study in the form of in-depth interviews
RESULTS: Children with timely minimum 4 food groups-dietary diversity (DD) since 6 months were only 18-24%, while the others had delayed introduce of animal source food. Mother worked at the lowest level (unskilled labor) lead to poorer dietary diversity and severe stunting, whilst their number was 40% of working mother. Household wealth, media exposure, access to health care, mother and father education and employment were factors associated to minimum DD. Qualitative studies found that unskilled labor mother community tend to compromise child feeding quality especially dietary diversity, due to limited child care resources, despite necessity to keep working to fulfill household needs. Pathway analysis found that mother working as unskilled labor directly caused poorer dietary diversity and indirectly caused stunting. To assess mother and household that required further education intervention related to DD importance, this study developed a scoring model for identifying household with high risk of inadequate dietary diversity with accuracy of 70%.
CONCLUSION: In Indonesia, the number of mothers who work as unskilled labor could potentially exacerbate the problem of stunting. Children aged 6-23 month old had inadequate and delayed timing for minimum dietary diversity in their diet. It is important for family, especially when the mother decided to work yet have under-two children, to re-develop parental awareness about the importance of complementary feeding with appropriate dietary diversity practice, beside exclusive breastfeeding. Nutrition education must not only be targeted to mother, family and caregiver, but also to working mother community via empowerment of mother and baby friendly company program.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Desi Purwanti
"Stunting merupakan bentuk malnutrisi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan menyebabkan berbagai dampak buruk bagi kesehatan anak. Selain disebabkan karena kurangnya asupan gizi secara kronis, stunting juga dapat disebabkan oleh penyakit infeksi berulang. Upaya pencegahan penyakit infeksi seperti imunisasi akan turut berperan dalam meningkatkan pertumbuhan anak khususnya di negara berkembang. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara status imunisasi dasar dengan kejadian stunting pada balita di Indonesia. Penelitian ini menggunakan disain studi cross sectional dan menggunakan data sekunder SSGI Tahun 2021. Kriteria inklusi penelitian ini adalah balita berusia 12-59 bulan saat pengumpulan data, diukur tinggi badannya, tidak sedang mengalami sakit berat/kronis, dan memiliki data variabel yang lengkap. Sebanyak 70.267 balita memenuhi kriteria inklusi dan seluruhnya diambil sebagai sampel penelitian. Analisis data dilakukan menggunakan uji cox regression untuk mendapatkan besar asosiasi prevalence ratio (PR) dengan interval kepercayaan 95%. Penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi stunting balita usia 12-59 bulan di Indonesia adalah 23,1% dan proporsi balita yang mempunyai status imunisasi dasar lengkap adalah 74,92%. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa status imunisasi dasar berhubungan signifikan secara statistik dengan kejadian stunting. Balita dengan status imunisasi dasar yang tidak lengkap berisiko 1,19 kali lebih tinggi untuk mengalami stunting dibandingkan balita dengan status imunisasi dasar lengkap [adjusted PR 1,19 (95% CI 1,15-1,23)]. Balita yang tidak imunisasi sama sekali mempunyai risiko yang lebih tinggi lagi yaitu 1,27 kali untuk mengalami stunting dibandingkan balita dengan status imunisasi dasar lengkap [adjusted PR 1,27 (95% CI 1,15-1,39)], setelah mengontrol variabel pendidikan ibu, status ekonomi dan berat lahir anak. Diperlukan upaya untuk melengkapi status imunisasi anak sesuai jadwal dan peningkatan pengetahuan ibu mengenai pemanfaatan pelayanan kesehatan, pemenuhan gizi balita dan stimulasi tumbuh kembang anak.

Stunting is a malnutrition that is still a public health problem in Indonesia and causes various adverse effects on children's health. Besides caused by a chronic lack of nutrition, stunting can also be caused by recurrent of infectious diseases. Efforts to prevent infectious diseases, such as immunization, will play a role in increasing child growth, especially in developing countries. The purpose of this study was to examine the association between basic immunization status and the incidence of stunting in toddlers in Indonesia. This study used a cross-sectional study design using secondary data from SSGI 2021. The inclusion criteria for this study were that toddlers were aged 12–59 months at the time of data collection, their height was measured, were not experiencing severe or chronic illness, and had complete variable data. A total of 70,267 toddlers met the inclusion criteria, and all were taken as research samples. Data analysis was performed using the Cox regression to obtain a prevalence ratio (PR) with 95% of confidence interval. This study shows that the prevalence of stunting among children aged 12–59 months in Indonesia is 23.1%, and the proportion of children under five who have complete basic immunization status is 74.92%. The results of the multivariate analysis showed that basic immunization status had a statistically significant association with the incidence of stunting. Toddlers with incomplete basic immunization status are at risk 1.19 times higher for stunting compared to toddlers with complete basic immunization status [adjusted PR 1.19 (95% CI 1.15–1.23)]. Toddlers who are not immunized at all have an even higher risk of experiencing stunting, which is 1.27 times higher compared to toddlers with complete basic immunization status [adjusted PR 1.27 (95% CI 1.15–1.39)], after controlling for variables such as the mother's education, economic status, and the child's birth weight. Efforts are needed to complete the child's immunization status on time according to schedule and increase the mother's knowledge regarding the use of health services, the fulfillment of toddler nutrition, and the stimulation of child growth and development."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>