Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125080 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sugiharto
"ABSTRAK
Bogie pada monorel jenis straddle berfungsi sebagai penumpu kabin penumpang, pemegang, dan pengarah gerak monorel dilintasannya. Bogie adalah komponen yang memberikan fleksibilitas gerak pada kabin penumpang saat melakukan gerak belok, naik dan turun. Struktur bogie jika ditinjau dari jumlah poros roda traksi yang digunakan dapat diklasifikasikan pada bogie poros tunggal single axle , bogie poros ganda double axle dan bogie poros jamak multi axle . Jumlah poros roda traksi yang digunakan merupakan fungsi dari kapasitas angkutnya, untuk kapasitas menegah dan besar umumnya menggunakan bogie poros ganda atau poros jamak. Pada bogie poros ganda atau multi poros untuk model poros non-steerable memiliki kemampuan belok yang relatif rendah jika dilewatkan pada lintasan dengan radius belok kecil.Monorel ukuran medium dengan panjang kabin 10 m sampai dengan 13 m umumnya menggunakan bogie jenis poros ganda double-axle , untuk model poros non-steerable yang dipasang secara independent memiliki kemampuan belok pada R ge; 60 m, dan kemampuan menanjak pada gradien le; 5 . Untuk meningkatkan kemampuan belok pada lintasan dengan radius belok yang lebih kecil R ? 60 m dilakukan dengan menempatkan bogie pada sambungan antar dua kabin coupler bogie atau digunakan bogie model poros steerable steerable-axle , akan tetapi kedua cara tersebut struktur bogie menjadi tidak sederhana dan cara perawatan relatif komplek.Prototipe industri monorel jenis straddle sudah dibuat di Indonesia adalah adalah monorel MC motor car ukuran sedang dengan dimensi panjang 13.145 m, jarak sumbu antar bogie 8.4 m, desain kemampuan belok pada radius R ge; 60 m dikecepatan gerak 20 km/jam, berat total kabin dan penumpang didefinisikan sebesar 24 ton. Rangka bogie dibuat dari material baja SS400 yang dibentuk dengan sambungan las. Dua unit motor penggerak dipasang pada tiap bogie adalah motor DC 750 V dengan daya 45 kW dan torsi maksimum 284 Nm.Untuk meningkatkan kemampuan belok pada prototipe monorel tersebut dilakukan evaluasi dan pengembangan desain model rangka bogienya. Evaluasi kemampuan belok dilakukan secara numerik pada satu model train consist. Bogie yang digunakan pada model train consit adalah model bogie prototipe dan model bogie hasil pengembangan, bogie pengembangan adalah bogie yang dipilih dari delapan model alternatif konsep, pemilihan alternatif dilakukan dengan metoda Analytical Hierarchy Process AHP .Hasil evaluasi dan pengembangan model train consist saat dilewatkan pada lintasan belok menunjukan, model train consist dengan bogie hasil pengembangan menunjukan bahwa torsi total pada roda penggerak dan penurunan energi kinetik yang terjadi lebih kecil dari model train consist dengan bogie model prototipe. Model train consist dengan bogie hasil pengembangan masih masih dijalankan pada radius belok R = 40 m dengan kecepatan gerak 20 km/jam, 30 km/jam, 40 km/jam, dan 50 km/jam.Nilai torsi yang terjadi pada model train consist untuk tiap lintasan belok selanjutnya dinormailisasi terhadap nilai torsi yang terjadi pada lintasan lurus untuk setiap kecepatan gerak. Hasil normalisali dapat dijadikan dasar rujukan dalam pemilihan bogie yang akan digunakan yang disesuaikan dengan kondisi sarana lintasan yang akan dilaluinyaHasil analisis FEM pada rangka bogie hasil pengembangan, tegangan maksimum terjadi pada semua alternatif konsep terjadi pada poros roda penggerak dengan nilai rata-rata sebesar 40 dari tegangan tariknya, defleksi yang terjadi dalam arah vertikal dan lateral yang terjadi nilainya kurang dari 1 mm.Model alternatif yang dipilih adalah alternatif konsep 2, model alternatif ini memiliki bentuk rangka utama menyerupai angka ldquo;8 rdquo;, dengan model pemasangan roda penyetabil dipasang sejajar dengan roda kemudi. Model desain ini selanjutnya direkomendasikan untuk digunakan dan dikembangkan lebih lanjut dengan melakukan optimasi dimensi rangka dan penurunan beratnya.

ABSTRACT
A bogie function on a straddle-type monorail is a passenger cabin holder, holder, and motion control a monorail on the trajectory. Bogie is the component that provides the flexibility of movement in the passenger cabin during a turn, uphill, and downhill. The bogie structure when viewed from the number of traction wheel shafts used can be classified on single axle bogie, double axle bogie and multiple axle bogies. The number of traction wheel shafts used is a function of the capacities, for large and medium capacity generally using double-axle or multiple axles. The bogies of a double-axle or multiple-axle model for the non-steerable axle, models have a relatively low curving ability when passing on the path with a small curving radius.The Medium-sized monorails with cabin lengths of 10 m up to 13 m generally use double-axle bogies. For non-steerable axle models as independently mounted, has a curving ability at R ge; 60 m, and uphill ability on gradient le; 5 . To improve the curving-ability on the path with a small curving radius R ? 60 m is performed by placing the bogie on the connection between two cabins coupler-bogie or using the steerable-axle bogie models, but both the ways make the bogie structure become not simple and relatively complex of maintenance.The industrial prototype of the straddle-type monorail already has made in Indonesia is a medium-size MC monorail with length dimension of 13.145 m and distance center between of bogies is 8.4 m, design of curving ability at R ge; 60 m, on motion speed 20 km/h, a total weight of cabins and passengers are defined at 24 tons. The bogie frames have made of SS400 steel material formed with welded joints. Two motor drive units mounted on a bogie are 750 V DC 45 kW and maximum torque of 284 Nm.To improve the curving-ability on the monorail prototype is performed the evaluation and development of the model design of a bogie frame. Evaluation of the curving-ability is performed numerically on the model of a train-consist. Bogie used in the train-consit model is a bogie model of a prototype and a model of development result, a bogie of development result is a selected bogie from eight alternative concept model, alternative selection is done by Analytical Hierarchy Process AHP method.The result of evaluation and development of train-consit model when passed on the curving trajectory showed the train-consist model using a bogie of development result the total torque on the traction wheels and reduction of kinetic energy has smaller than the train-consist model using a prototype bogie model. The train-consist model using a bogie of development result is still run on a curving radius of R = 40 m with motion speed 20 km/h, 30 km/h, 40 km/h, and 50 km/h.The torque values that occur in the train-consist model for each curving path are then normalized against the torque values that occur on a straight path for each motion velocity. Normalized results can be used as the basis of reference in the selection of bogies to be used that are conformed to the conditions of the path that will be passed.The results of FEM analysis on the bogie frame of the development result, the maximum stress occurs at all alternative concept occurs at the traction wheel axle with an average value only of 40 of a yield stress, deflection value occurs in the vertical and lateral axis is less than 1 mm.The selected alternative model is a concept 2, this alternative model has a main frame shape resembling the number 8 , with the placement model of stabilizing wheels mounted parallel to the steering wheels. The design model is then recommended to be used and further developed by optimizing the dimensions of the frame and a decrease in weight."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
D2517
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghazian Zhafiri Ismiarso
"ABSTRAK
Dibutuhkan moda transportasi darat yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat modern. Kereta monorail adalah salah satu solusinya. Telah dilakukan perancangan boogie monorail, tetapi masih diperlukan perbaikan. Axle support merupakan bagian yang akan di-redesign. Proses redesign meliputi perubahan dimensi, fatigue design analysis, dan fatigue strength improvement study pada komponen flange hub, support ring, upper base, dan frame. Dari hasil redesign didapatkan total penurunan massa sebesar 4,9 % (9,11 kg) dari massa total. Dari hasil fatigue design analysis didapat bahwa komponen-komponen tersebut masih memenuhi kriteria fatigue design. Direkomendasikan beberapa alternatif peningkatan kekuatan fatigue pada komponen-komponen tersebut, antara lain heat treatment (carburizing), burr grinding, impact peening, dan ultrasonic impact peening

ABSTRAK
It takes land transport modes to meet the needs of modern society. Train monorail is one of the solutions. Boogie monorail design has been done, but still needed improvement. Axle support is a part that want to be redesigned. Redesigning process includes dimensional changes, fatigue design analysis, and fatigue strength improvement study on the hub flange, support ring, upper base and frame. From the results obtained, redesigning has total mass loss of 4.9% (9,11 kg). From the results of fatigue design analysis found that the components still meet the criteria for fatigue design. There are some reccomended fatigue strength improvements for these components, such as heat treatment (carburizing), burr grinding, impact peening, and ultrasonic impact peening.
"
2016
S63628
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Siswantoro
"Dalam menghadapi era globalisasi perdagangan bebas, issue mengenai kemandirian daerah dalam mengelola pembangunan harus segera mendapat perhatian. Di era globalisasi pembangunan suatu bangsa tidak akan cepat dan merata apabila pembangunan di daerah selalu ditentukan pemerintah pusat. Pemerintah daerah harus memiliki kemandirian dan inisiatif bagi kemampuan pembangunan daerahnya. Oleh karena itu, pembangunan daerah di DKI Jakarta merupakan bagian dari pembangunan nasional, Pembangunan yang sudah dilaksanakan selama ini semakin beragam dan semakin komplek. Tetapi harus disadari pula bahwa masih terdapat kelemahan dan kekurangan dalam pembiayaan pembangunan yang selama ini dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta. Oleh karenanya, sumber pembiayaan pembangunan harus di.evaluasi setiap akhir tahun atau setiap periode tertentu termasuk jenis/proyek yang akan dibiayainya. Kewenangan Pemerintah Daerah untuk rnelakukan penerbitan Obligasi Daerah terlebih dahuiu mendapat persetujuan DPRD maupun pemerintah pusat dan penerbitan obligasi daerah tersebut hanya digunakan untuk membiayai proyek-proyek investasi yang bersifat income generated.
Beranjak dari hal tersebut, perlu ditakukan kajian dan atau analisis mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Obligasi Daerah yang akan diterbtikan Pemerintah DK Jakarta sebagai implementasi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004. Pada dasarnya ketentuan mengenai pinjaman daerah sebagaimana diamanatkan dalam kedua undang-undang tersebut akan diterbitkan Peraturan Pemerintah namun hingga saat ini, ketentuan tersebut belum direalisasi atau masih dalam taraf pembahasan lebih lanjut oleh pemerintah.
Berbagai masalah yang perlu diketahui apabila Pemerintah Daerah DKI Jakarta menerbitkan obligasi Daerah untuk membiayai investasi seperti monorel kereta api, yakni:
1. Apakah obligasi dapat dijadikan salah satu sumber keuangan dalam pengadaan monorel di DKI Jakarta?
2. Bagaimana kesiapan Pemerintah Daerah DKI Jakarta dalam menerbitkan Obligasi Daerah?"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T18404
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Yohanna
"Penelitian ini bertitik tolak dari hasil survei komuter Jabodetabek 2019 yang diadakan oleh Badan Pusat Statistik yaitu sebesar 80,6% komuter berkegiatan utama bekerja. Hasil analisis faktor yang memengaruhi penglaju untuk menggunakan angkutan umum terintegrasi berdasarkan prioritas pada tahun 2021 di Jabodetabek adalah kenyamanan, keselamatan, keamanan, keterjangkauan, keteraturan, dan kesetaraan. Jakarta sebagai daerah tujuan komuter, perlu menyediakan fasilitas sosial dan umum sebagai kinerja konektivitas yang memenuhi aspek prioritas pengguna angkutan umum. Kawasan Dukuh Atas dengan sebagian besar sub-zona perkantoran dan sebagai daerah percontohan pengembangan Transit Oriented Development (TOD) tidak terlepas dari aspek fasilitas transit transfer yang memudahkan akses konektivitas. Sesuai dengan judulnya penelitian ini memiliki tujuan mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menilai kesesuaian eksisting fasilitas transit transfer di kawasan Dukuh Atas dengan standar yang berlaku di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif menggunakan instrumen kuesioner online mengenai tingkat kepentingan kepuasan pengguna layanan terhadap fasilitas transit transfer di kawasan Dukuh Atas yang memuat moda Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, Bus Rapid Transit (BRT) Transjakarta, Kereta Api Bandara (Railink), dan Kereta Komuter (Commuterline). Kesimpulan dari penelitian ini adalah saran prioritas perbaikan fasilitas transit transfer berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) dan indeks kepuasan pengguna layanan dengan metode Customer Satisfaction Index (CSI). Diperoleh indeks kepuasan pengguna layanan MRT Dukuh Atas, BRT Tosari, Kereta Api Bandara BNI City dengan kriteria “Puas” dan indeks kepuasan pengguna layanan KRL Sudirman dengan kriteria “Cukup Puas”.

Based on the findings of the 2019 Jabodetabek commuter survey conducted by Badan Pusat Statistik, which is 80.6% of commuters whose main activity is working. The results of the analysis of factors that influence commuters to use integrated public transportation based on priorities in 2021 in Jabodetabek are comfort, safety, security, affordability, regularity, and equality. As a commuter destination, Jakarta must provide social and public facilities as a connectivity performance that meets the priority aspects of public transport users. The Dukuh Atas area with most of the office sub-zones and as a pilot area for the concept Transit Oriented Development (TOD) is inseparable from the aspect of transit transfer facilities that facilitate connectivity access. As the title suggests, this research aims to identify, evaluate, and assess the suitability of the existing transfer transfer facilities in the Dukuh Atas area with the standards applicable in Indonesia. This study uses a quantitative approach using an online questionnaire instrument regarding the level of importance and satisfaction service of transit transfer facilities in the Dukuh Atas area which includes the Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, Bus Rapid Transit (BRT) Transjakarta, Airport Train (Railink), and Commuterline. The conclusion of this research is the suggestion of priority for improvement of transit transfer facilities based on the calculation results using the Importance Performance Analysis (IPA) method and the service user satisfaction index using Customer Satisfaction Index (CSI) method. The satisfaction index of Dukuh Atas MRT, Tosari BRT, BNI City Airport Train users was obtained with the “Satisfied” criteria and the Sudirman Coummuterline service user satisfaction index with the “Quite Satisfied” criteria."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza PrastowoReza Prastowo
"ABSTRAK
Transportasi publik merupakan salah satu bentuk investasi publik yang sangat penting, akan tetapi mahal serta rendahnya tingkat kelayakan yang terdapat pada moda transportasi publik yang berbasis rel ini khususnya menjadi salah satu penyebab sulitnya perkembangan moda transportasi tersebut pada negara berkembang. Aerotrain, yang telah bertahan lebih dari 20 tahun di TMII ternyata memiliki tingkat investasi yang relatif murah jika dibandingkan moda berbasis rel lainnya. Sehingga peningkatan performa kelayakan pada moda transportasi ini sangat menjanjikan untuk dianalisa. Strategi finansial serta bantuan subsidi pemerintah dalam berbagai bentuk diperkirakan dapat meningkatkan performa kelayakan atas suatu investasi publik untuk menarik minat investor.

ABSTRACT
Public Transportation is one of the most important forms of public investment; however it’s very expensive and has a low rate of investment feasibility, especially when based on rail. This is one of the reasons that make this kind of transportation difficult to emerge in developing country. Aerotrain, the one that survived for over 20 years of services in TMII known to have a relatively cheaper investment than it’s competitor. Therefore a research that could improve feasibility performance on public transportation investment will be very promising to analyse. Financial strategy combined with government’s subsidies at any form is expected to improving its feasibility performance and become more attractive to investor."
2013
T34995
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Fransiscus Mintar Ferry
"ABSTRAK
Kebutuhan kereta api dan moda transportasi lainnya pada koridor transportasi perkotaan meningkat hampir di seluruh dunia. Meningkatnya kebutuhan akan moda transportasi kereta api pada dasarnya dipengaruhi oleh meningkatnya populasi penduduk, perjalanan bekerja dan pengembangan tata guna lahan. Aktivitas sosial-ekonomi, kemacetan lalulintas di pusat kota dan tingginya kebutuhan bahan bakar untuk mobil pribadi juga mempengaruhi pelaku perjalanan untuk menggunakan moda kereta api.
Angkutan umum merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sosial-ekonomi dan pengembangan kota terhadap daerah di sekitarnya. Sejalan dengan hal tersebut, sebagai suatu moda kereta api yang beroperasi di daerah pinggiran kota (suburban) - kereta api regional (regional rail) mempunyai peranan untuk mendukung aktivitas sosial-ekonomi di pusat kota serta berpotensi untuk mengembangkan wilayah di sepanjang jalur operasionalnya.
Pelayanan yang diberikan pengelola kereta api kepada pengguna moda ini, biasanya berada pada kondisi optimum dari keuangan yang diperoleh pengelola kereta api tersebut. Apabila keuangan yang diperoleh pengelola kereta api tersebut dikaitkan dengan tingkat kebutuhan perjalanan antar stasiun, pengadaan sarana dan prasarana perkereta-apian dan nilai dari rangkaian kereta api - maka akan diperoleh suatu panjang jalur kereta api yang optimum. Selain daripada itu, nilai terendah dari suatu pengeluaran biaya untuk setiap pengguna moda kereta api (the lowest value of passenger cost) akan menjadi acuan untuk menentukan jalur pelayanan yang optimum.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tomi Agustianto
"Sistem transportasi di Indonesia yang masih belum memuaskan dan aman menjadi topic yang tidak pernah selesai dibahas, penanggulangannya pun masih belum ada titik terang. Untuk itu dibutuhkan sistem transportasi seperti monorel yang mengadaptasi sistem dari luar negeri. Sistem yang mampu dikendalikan dan dimonitoring secara otomatis melalui komputer, tanpa masinis, aman, nyaman dan efisien. Seperti misal sistem monorel di Jepang yang menggunakan tenaga listrik, rel menggunakan beton tunggal dan dijalankan secara komputerisasi atau otomatis. Atau misal monorel di Jerman yang mempunyai jalur menggantung di atas, tentunya dapat mengantisipasi tipe penumpang Indonesia yang terbiasa naik ke atap kereta.
Untuk membuat sistem transportasi yang dapat dikendalikan dan dimonitoring secara otomatis diperlukan rancangan sistem persinyalan yang tepat dan telah disesuaikan dengan Peraturan Mentri Perhubungan mengenai perkeretaapian/monorel. Pada rancang bangun sistem persinyalan dan monitoring monorel ini digunakan sistem simulator yang dibuat dari software Microsoft Visual C# yang mampu menyediakan tampilan yang lengkap untuk membuat simulator yang dapat mengendalikan monorel, monitoring, hingga komunikasi antar unit monorel atau pusat kendali dengan unit-unit monorel. Dengan menggunakan Microsoft Visual C# ini telah berhasil dibuat simulator sistem persinyalan dan monitoring monorel yang sudah siap untuk diimplementasikan pada infrastruktur monorel yang sebenarnya.

Unsatisfied and unsecured transportation system in Indonesia is still an unfinished topic to discuss. There for required a monorail transportation system as an adapted system from overseas. The system which is capable of automatically controlled and monitored by computer, without driver, safe, comfort and efficient. For example, monorail system in Japan that used electricity, using single concrete as the rail, and computerized or automated. Or another example, monorail in Germany that has hung over track, which can anticipate Indonesian passenger’s type who like to used up to the roof of the train.
To create a transportation system that can be controlled and monitored automatically, requires an appropriate design of signaling system and has been adapted to the Department of Transportation’s regulation about train/monorail. In this design and build control and monitoring of monorail system used monorail system simulator which made of Microsoft Visual C# software that is able to provide a complete interface that can control the monorail, monitoring, and communication between monorail units or between control center with monorail units. By using Microsoft Visual C#, it has been successfully created a simulator signaling and monitoring system that is ready to be implemented in the actual monorail infrastructure.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45111
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Makmur
"Kerusakan - kerusakan yang terjadi pada permukaan perkerasan tidak dapat kita hindari seining dengan adanya perubahan waktu, temperatur, cuaca, lingkungan dan sebagainya, yang memberikan pengaruh terhadap tingkat pelayananan dan kinerja jalan. Hal yang mungkin dilakukan untuk menaikkan kembali tingkat pelayanan jalan dan kinerja jalan adalah melalui perbaikan dan pemeliharaan perkerasan jalan.
Perencanaan yang efisien bagi perbaikan dan pemeliharaan tersebut adalah dengan mempertimbangkan masalah waktu ( jadwal ) dilakukannya perbaikan dan pemeliharaan dan juga mempertimbangkan faktor biaya yang dikeluarkan untuk itu. Karena adanya ketenkatan terhadap jumlah anggaran tertentu yang dialokasikan terhadap pemeliharaan dan perbaikan perkerasan, maka pertimbangan biaya sangat panting untuk diperhitungkan. Disamping itu, pemilihan terhadap segmen atau bagian perkerasan mana yang terpenting untuk diperbaiki lebih dahulu, sehubungan dengan keterbatasan dan anggaran biaya pemeliharaan dan perbaikan tersebut.
Tujuan dari penulisan tests ini adalah untuk membuat pengembangan model pemeliharaan jalan dengan pendekatan sistim dinamika, dimana model optimasi biaya dibuat melalui metoda riset operasi ( operation research ). Kondisi perkerasan jalan , kerusakan perkerasan, pertumbuhan lalu lintas, kelelahan material dan faktor - faktor yang berhubungan dengan itu akan berinteraksi dengan membentuk suatu hubungan sebab, dimana suatu faktor akan memberikan dampak bagi faktor lainnya. Interaksi faktor-faktor tersebut benibah secara dinamis seiring pertumbuhan waktu. Sedangkan tuntutan akan pelayanan yang memadai harus dipenuhi melalui perbaikan dan pemeliharaan. dengan keterbatasan anggaran yang tersedia dapat dibuat suatu model melalui program linier untuk mengoptimasikan biaya tersebut dan menentukan bagian segmen) mana saja yang diprioritaskan untuk diperbaiki terlebih dahulu.
Karena keterbatasan data, maka dalam tesis ini tidak dilakukan pengujian validitas model.
Berdasarkan model yang sudah dibuat, dilakukan simulasi dengan 3 skenario , yaitu : simulasi 1 ,dimana dilakukannya perbaikan rutin setiap 4 tahun , terlihat bahwa anggaran biaya yang dibutuhkan cukup besar, namun kinerja jalan selalu dapat dipertahankan , kondisi ini sangat diharapkan bagi pemakai jalan. Simulasi 2, dimana perbaikan dilakukan saat jalan mengalami kerusakan yang cukup berarti ( IR1 = 6 ), dan segi biaya dan tingkat pelayanan jalan adalah cukup memadai, sehingga bagi pemberi dana, pemilihan waktu perbaikan dengan kondisi kerusakan tertentu dapat menjadi salah satu alternatif pemilihan. Sedangkan simulasi 3 , dimana tidak dilakukannya perbaikan sama sekali selama umur rencana jalan , akan berdampak terhadap pembengkakan biaya perbaikan pada akhir umur rencana dengan kondisi jalan yang sudah tidak memadai lagi.
Untuk menentukan model mana yang akan digunakan sangatlah perlu untuk mempertimbangkan variabel-variabel yang berpengaruh seerta interaksinya satu sama lain. Sehingga dalam merancang model proses identifikasi dan definisi hubungan variabel sangat menentukan .
Daftar Pustaka (tahun 1975 - tahun 1999 )
"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusnaedi Rachmanas
"Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelasan. Pengelasan yang terdapat cacat seperti porositas dapat menurunkan kekuatan fatik hingga sepertiga kekuatan fatik. Rancangan awal side frame rangka bogie monorel UTM 125NG lebih banyak menggunakan sambungan pengelasan dibandingkan menggunakan sambungan baut. Oleh karena itu diperlukan perancangan dan mengembangan bogie monorel dengan meminimalkan sambungan pengelasan dan memaksimalkan sambungan baut agar dapat beroperasi lebih baik. Penelitian ini difokuskan pada dudukan axle spindle, yaitu meneliti kekuatan dudukan axle spindle terhadap pembebanan dinamik. Untuk mendapatkan hasil pembebanan dinamik, digunakan perangkat lunak SimWise 4D. Data pembebanan dinamik tersebut di filter menggunakan perangkat lunak NumXL. Data yang telah di filter menjadi parameter masukan pembebanan pada model untuk dilakukan estimasi umur fatik dengan menggunakan perangkat lunak ANSYS.

The strength of welded joints is strongly influenced by the quality of the welding. Welding defects such as porosity can decrease fatigue strength. Preliminary design of the side frame of monorail bogie UTM 125NG used more welding joints than bolt joints. Therefore, it is necessary to design and develop monorail bogie by minimize welding joints and maximize the bolt joint in order to operate better. This research focused on the axle spindle mounting, which studied of the axle spindle mounting strength characteristics against dynamic load. To obtain dynamic load, SimWise 4D software was used. Those dynamic load data was filtered by NumXL software. The result of filtered data as input for work model load to estimate fatigue life by using ANSYS software."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romi Sujatmoko
"Metode sambungan pada desain dudukan pin bolster bogie monorel UTM 125NG menggunakan welding joint dan dari hasil analisa fatik (dengan menggunakan bantuan software Ansys) didapatkan umur komponen kurang dari 106 cycles.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kekuatan dari model dudukan Pin Bolster pada struktur bogie monorel UTM 125NG, sehingga dapat memperpanjang fatigue life dari model dudukan pin bolster.
Hasil pengujian dinamik mendapatkan data load history yang akan digunakan sebagai input untuk melakukan analisa tegangan. Faktor koreksi terhadap kekuatan fatik terdiri efek dari kondisi pembebanan (CL), dimensi (CD) dan kekasaran permukaan (CS). Pembebanan yang terjadi pada dudukan pin bolster bogie monorel adalah beban bending bolak-balik, sehingga didapatkan CL = 1,0. Sedangkan efek ukuran (CD) didapatkan 1,0 untuk D ≤ 0,4 in dan CS untuk kondisi material hot-rolled didapatkan sebesar 0,62 (SM490B), 0,48 (AISI1060) dan 0,55 (S45C).
Berdasarkan analisa fatik didapatkan bahwa perbaikan metode sambungan pada desain dudukan pin bolster bogie monorel UTM 125NG dengan meminimalkan welding joint dan mengganti menggunakan mechanical joint dapat meningkatkan umur fatik dari dudukan pin bolster tersebut. Umur fatik minimum untuk pin bolster lama sebesar 5,5365 x 105 siklus. Umur fatik untuk pin bolster model 2 dan model 3 mencapai 1 x 108 siklus.

A connection method of the design of the pin bolster base of UTM 125NG monorail bogie using welding joints and the result of fatigue analysis (by using Ansys-software) find the component fatigue life is less than 106 cycles. The purpose of this research is to increase the fatigue strength of monorail bogie pin bolster base structure, so that it can extend the fatigue life of the base of pin bolster.
The results of dynamic testing obtain data load history that will be used as input to do the stress analysis. Correction factors of fatigue strength are the effect of the condition of the imposition (CL), dimensions (CD) and surface roughness (CS). The loads that occurs on the pin bolster bogie monorail holder is alternating bending loads, so that is obtained CL = 1,0. While the effect size (CD) obtained 1.0 to D ≤ 0,4 in and CS to a condition of hot-rolled material obtained by 0.62 (SM490B), 0,48 (AISI1060) and 0.55 (S45C).
Based on fatigue analysis, it is found that the repair of connection method on the design of monorail bogie pin bolster base by minimizing welding joint and replace it using mechanical joint can increase the fatigue life of the base of pin bolster. Minimum fatigue life of the model 1 pin bolster is 5,5365 x 105 cycles, while the minimum fatigue life of model 2 and model 3 are 1 x 108 cycles.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T48913
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>