Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84678 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Livina Veneralda
"Meskipun sudah lebih banyak cerita dalam film Hollywood yang berpusat pada para karakter perempuan, representasi perempuan dalam perfilman Hollywood masih problematis, mengingat para karakter ini menginternalisasi gagasan perempuan sebagai sang Liyan. Berdasarkan pendapat Beauvoir 2010 , karena perempuan dipojokkan sebagai sang Liyan, mereka menjadi bagian yang tidak penting dalam masyarakat. Dalam film Blue Jasmine 2013 , Jasmine tidak memiliki kekuasaan untuk merancang dan memimpin masa depannya karena ia menyerahkan dirinya kepada laki-laki. Kemudian, ketika ia berusaha untuk membebaskan dirinya dari situasi tersebut, ia mengalami tekanan yang datang dari atasannya, seorang laki-laki. Menerapkan konsep imanen dan transenden milik Beauvoir untuk menjelaskan perjalanan Jasmine, pada akhirnya ia terjebak dalam imanensi ketika ia membiarkan laki-laki memiliki kekuasaan atas dirinya. Meskipun demikian, ketika Jasmine ingin mengambil alih kekuasaan atas dirinya lewat pendidikan, ia telah bertujuan untuk mendapatkan transendensi. Terlepas dari usahanya untuk mendapatkan transendensi tersebut, Jasmine kembali jatuh pada imanensi. Menggunakan analisis tekstual, karya ilmiah ini menemukan bahwa film ini menciptakan lingkungan yang tidak memungkinkan bagi perempuan untuk mendapat transendensi. Selain itu, kegagalan tersebut berujung pada akhir yang tragis, dan mengandung pesan bahwa perempuan terikat pada imanensi.

Although there have been more Hollywood movies having their stories centered on female characters, their representation in Hollywood cinema is still problematic as most of these female characters often internalize the notion of women as the Other. According to Beauvoir 2010 , since women are deemed to be the Other, they become inessential part of the society. In the movie Blue Jasmine 2013 , Jasmine has no power to design and lead her future as she subjugates herself to men. Then when she tries to free herself from this situation, she experiences oppression that comes from a male higher-up. Applying Beauvoir rsquo;s concept of immanence and transcendence to explain her journey, Jasmine initially is stuck in immanence when she lets men have power over her. However, when she wants to take control over her own life through education, she aims at achieving transcendence. Albeit her attempt to reach her transcendence, in the end, Jasmine falls back into immanence. Using textual analysis, this paper found that the movie creates an environment that makes it impossible for a woman to transcend. Moreover, this failure leads to her tragic ending, and it conveys a message that women are bound to immanence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sulthan Hadi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Transendensi Diri dan Konservasi sebagai dua dari empat aspek nilai-nilai hidup dalam teori yang dikembangkan oleh Schwartz dalam penelitiannya, juga pengaruh sikap Tasamuh terhadap perilaku Moderat seorang Muslim. Metode penelitian yang digunakan dalam menginvestigasi pengaruh-pengaruh tersebut adalah dengan menggunakan teknik korelasi bivariat dan regresi berganda.Hasil dari analisis uji statistik atas pencarian pengaruh dan pembacaan peran itu menghasilkan beberapa temuan; pertama, bahwa Transendensi Diri mempunyai hubungan atau pengaruh yang signifikan terhadap perilaku Moderat (sig. = 0,012); kedua, bahwa ternyata nilai Konservasi seorang Muslim juga punya pengaruh terhadap perilaku Moderatnya (sig. = 0.001); ketiga, ditemukan dari sampel populasi, ternyata kedua variabel bebas: Transendensi Diri dan Konservasi, saling mempengaruhi dengan tingkat pengaruh yang cukup kuat (nilai Pearson 0,384 atau nilai signifikansi 0,013); keempat, sikap Toleransi juga memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap perilaku Moderat (0,430, atau nilai signifikansi 0,002), dimana kemudian bisa disimpulkan bahwa semakin tinggi transendensi, konservasi dan sikap toleransi seorang Muslim, semakin tinggi pula perilaku Moderatnya. Temuan terakhir (kelima), disimpulkan bahwa sumbangan relatif yang diberikan oleh kombinasi variabel X1, X2 dan X3terhadap Y melalui hitungan regresi berganda adalah sebesar 37%. Melalui hasil akhir penjumlahan regresi inidisimpulkan bahwa masih ada variabel-variabel lain yang bisa dicari atau digunakan untuk memprediksi keterpengaruhan perilaku Moderat seorang Muslim, yang secara nilai berkisar 63%, jauh lebih besar dari yang ditemukan dalam penelitian ini.

The aim of this research is to know the influence of self transcendency and conservation, the two of four aspects of life values that improved by Schwartz in his theory and research also about tolerance (tasamuh), into moderate behavior of Muslim. The methods that used to investigate influences are bivariat correlation and multiple regressions. The analysis in searching of influence and role view found the four results. First, self-trancendency has significant correlation and influence into moderate behavior. Second, Muslim conservation value also has influence toward their moderate behavior. Third, based on sample of population found that both independent variables -self-transcendency and conservation- have strong correlation each other. Fourth, tolerance attitude has strong influence inti moderate behavior. According to this, it shows that the higher self-trancendency, conservation and tolerance attitude, the higher moderate behavior of Muslim. Finally, we can conclude that the contribution of variable X1, X2, and X3 into Y by correlation bivariate and multiple regressions is 37%. There are other variables to find and use to predict Muslim moderate behavior influences.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Firman Hadiansyah
"Adaptasi film ke dalam novel atau sebaliknya seialu menimbulkan perubahan, sebagai akibat dari perbedaan media dan hasil interpretasi penulis dan sutradara. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan sejumlah persamaan dan perbedaan mendasar yang dihasilkan oleh adaptasi dari film ke dalam novel Biala Tak Berdawai, dilihat dari unsurunsur penceritaan.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan strukturalisme yang memfokuskan pada unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam film dan novel Biola Tak Berdawai. Unsur-unsur film dan novel yang dianalisis dan dibandingkan dalam penelitian ini adalah alur penyajian, alur sebab akibat, tokoh dan penokohan, latar ruang dan Tatar waktu.
Hasil analisis film dan novel Biola Tak Berdawai terhadap unsurunsur di atas, menunjukkan persamaan sekaligus perbedaan. Cerita dalam film dan novel pada dasarnya sama tetapi menjadi terkesan berbeda ketika Dewa dijadikan penutur di dalam novel. Tokoh Dewa menjadi serba tahu dan mampu menuturkan dengan fasih mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekelilingnya, padahal di dalam film, tokoh Dewa digambarkan sebagai anak yang sangat sulit untuk berkomunikasi dengan prang fain dikarenakan penyakit autis dan cacat ganda. Dengan demikian, tokoh utama di dalam novel tidak hanya Renjani, tetapi juga Dewa. Perbedaan Iainnya terletak pada berupa kemunculan cerita pewayangan di dalam novel, juga terdapat penghilangan, dan penambahan beberapa cerita. Semua perbedaan tersebut menunjukkan adanya perbedaan interpretasi penulis novel atas cerita film Biola Tak Berdawai.
Berbeda dengan unsur alur penyajian, alur sebab akibat antara film dan novel tidak menunjukkan perbedaan. Dad awal hingga akhir cerita, novel adaptasi tetap bersetia terhadap film sebagai cerita pertama. Begitu juga dengan latar ruang dan waktu.

The adaptation of film into novel or vice verse always produces changes as the consequence of the different media and the result of the actor and the director's interpretation. This study aims to present some basic similarities and differences which are produced by the adaptation from film into novel Biola Talc Berdawai, and viewed from the story elements.
The method used is structuralism, focusing on the intrinsic elements in film and novel Biota Tak Berdawai. The film and novel elements which are analyzed and compared in this study are plot, the characters and characterization, and setting.
The result of the analysis of film and novel Biola Tak Berdawai to the mentioned elements presents similarities and differences at the same time. The story in film and novel is basically the same but it imprisons different when Dewa is made as a narrator in the novel. The character of Dewa knows everything and he can utter fluently what happens in his surrounding, whereas in film the character of Dewa is showed as the boy who has difficulty to communicating with other people because he is autistic and has double deformity. So the main character in the novel is not only Renjani but also Dewa. The other difference is on the presence of things pertaining to the wayang story in the novel. All those differences present the difference of the writer's interpretation on the story of Biota Tak Berdawai film.
It is different to plot presence, the cause and effect plot between film and novel does not present the difference. From the beginning until the end of story, adapted novel keep loyal to film as the original story. It also happens to the setting of place and time.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Natasia Stephanie
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Permatasari
"Pada tahun 2022, Karoline Herfurth sebagai produser dan aktris asal Jerman merilis sebuah film bertemakan feminisme sebagai bentuk kekhawatiran atas permasalahan perempuan yang masih terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu permasalahan perempuan yang sering dijumpai adalah konstruksi kecantikan. Dengan menggunakan teori film Graeme Turner dan teori objectified body conciousness scale milik McKinley & Hyde, penelitian ini akan membahas bagaimana film Wunderschön merepresentasikan persepsi negatif perempuan Jerman mengenai tubuhnya. Tujuan penelitian ini untuk menguraikan hasil analisis mengenai persepsi negatif perempuan Jerman mengenai tubuhnya di dalam film Wunderschön. Hasilnya menunjukkan beberapa perilaku yang menunjukkan objektifikasi diri sebagai salah satu akibat yang ditimbulkan dari persepsi negatif, yaitu mengamati tokoh idola dan membandingkan diri sendiri di depan cermin, memakai riasan, melakukan operasi plastik, merokok, mengonsumsi narkotika, dan berolahraga secara keras tanpa memikirkan kondisi tubuh. Kesimpulannya adalah konstruksi kecantikan ideal membuat sebagian besar perempuan lupa bahwa tubuh mereka berharga dan kesehatan mereka lebih penting daripada penampilan. Penulis berharap penelitian mengenai subjektivitas dan perlawanan terhadap objektifikasi diri ini dapat ditelusuri lebih lanjut dan tidak hanya itu, masih banyak permasalahan perempuan di dalam film Wunderschön yang harus diteliti.

In 2022, Karoline Herfurth as a producer and actress from Germany released a film with the theme of feminism as a form of concern about women's problems that still occur in everyday life. One of the problems women often encounter is the construction of beauty. By using Graeme Turner's film theory and McKinley & Hyde's objectified body conciousness scale theory, this research will discuss how the film Wunderschön represents German women's negative perceptions of their bodies. The aim of this research is to describe the results regarding the analysis of negative perceptions of German women regarding their bodies in the film Wunderschön. The results show several behaviors that indicate self-objectification as one of the consequences of negative perceptions, namely observing idol figures and comparing oneself in the mirror, wearing make-up, having plastic surgery, smoking, consuming narcotics, and exercising vigorously without considering body condition. The conclusion is that the construction of ideal beauty makes most women forget that their bodies are valuable and their health is more important than appearance. The author hopes that this research on subjectivity and rejection of self-objectification can be explained further and not only that, there are still many women's problems in the Wunderschön film that need to be researched."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Awal Liyah
"Penelitian ini membahas tentang negosiasi identitas tokoh utama dalam film Valentino (2013). Penelitian ini memakai teori film David Bordwell dan Kristin Thompson yang dilihat dari aspek sinematografis. Pendekatan negosiasi menjadi pendukung untuk menganalisis korpus. Hasil penelitian ini memperlihatkan negosiasi dan penolakan identitas yang dipilih tokoh utama untuk menyelesaikan konflik identitasnya. Adanya stereotip orang Belanda terhadap imigran Maroko menjadi penyebab konflik identitas yang dialami tokoh utama. Pada akhirnya tokoh utama memilih untuk tetap mempertahankan identitas Marokonya.

This research discusses the negotiation identity of the main character in the film Valentino (2013). This research uses the theory of the film David Bordwell and Kristin Thompson as seen from cinematographic aspects. The negotiation approach becomes a supporter for analyzing the corpus. The results of this research show that negotiation and rejection of the identity chosen by the main character to resolve their identity conflict. The existence of the stereotype of the Dutch towards Moroccan immigrants is a cause of identity conflict experienced by the main character. In the end the main character chose to keep his Moroccan identity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Afina Rahmani
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas analisis psikologis tokoh Shirono Miki dalam film Shirayuki Hime Satsujin Jiken 2014 melalui aspek naratif dan sinematografis pada film. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis visualisasi kondisi psikologis Shirono Miki dan gejala-gejala neurosis yang ditunjukkan dalam film. Hasil analisis dengan menggunakan kerangka berpikir psikoanalisis Freud menunjukkan adanya obsesi kecantikan pada diri Shirono Miki yang menyebabkan dirinya memiliki gejala-gejala neurosis.

ABSTRACT
This study discusses about psychological analysis of Shirono Miki in the film Shirayuki Hime Satsujin Jiken 2014 through the analytical approach of narrative and cinematography aspects. This study rsquo s purpose is to analyze the visualization of Shirono Miki rsquo s psychological condition and the neurosis symptoms showed in the film. The results of the analysis using Freud rsquo s psychoanalysis show that Shirono has a beauty obsession which causes her to have the symptoms of neurosis."
2017
S68381
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurbana Ghulamin Halim
"Di dalam ilmu linguistik, teknik persuasi adalah satu dari beberapa kemampuan berkomunikasi. Saat ini sudah banyak penelitian yang telah meneliti tentang teknik persuasi. Dalam meneliti teknik persuasi, penelitian-penelitian tersebut menggunakan berbagai hal sebagai media untuk meneliti seperti pidato, film, dan percakapan. Artikel ini menggunakan film Fruitvale Station (2013) sebagai korpus karena karakter utamanya, Oscar Grant III, menggunakan banyak teknik persuasi saat berkomunikasi di dalam film tersebut. Artikel ini menganalisis teknik persuasi yang Oscar gunakan di setiap percakapannya dengan beberapa lawan bicara dari dua ras yang berbeda menggunakan pengkategorian teknik persuasi milik Barbara Johnstone (1989). Dari analisis yang dibuat, ditemukan jika ras dari lawan bicara Oscar tidak mempengaruhi pilihan Oscar dalam menggunakan teknik persuasi yang berbeda. Namun, Oscar memiliki pertimbangan lain dalam menggunakan teknik-teknik persuasi yang berbeda, yaitu situasi dari percakapan yang dia hadapi. Dari penemuan-penemuan tersebut, dapat disimpulkan jika di setiap situasi yang berbeda terdapat satu teknik yang cenderung akan digunakan.

Persuasion is one of several useful communication skills in linguistics. There are many studies that have researched about the persuasive strategy. In researching the persuasive strategy, the studies use many things as the means to research such as speeches, films, and conversations. This article uses a film Fruitvale Station (2013) as the corpus because the main character, Oscar Grant III, uses many persuasive strategies in his conversations in the film. This article analyzes persuasive strategy that Oscar uses through several conversations between him and several interlocutors from two different races in the film by using Barbara Johnstone`s (1989) categorization of persuasion technique. From the analysis, it is found that the race of interlocutors does not affect the preferences of Oscar`s persuasive strategy. However, there is another consideration of his preferences which is the situation of the conversation. From those findings, it is concluded that each situation has its preferable strategy to be used."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vionisa Retmalita
"Kehadiran para pengungsi ke wilayah Eropa pada tahun 2015 telah menciptakan perhatian yang beragam dari masyarakat Eropa, baik yang mendukung maupun tidak. Film Je Suis Karl karya Christian Schwochow adalah salah satu film yang membahas gerakan dengan sentimen anti-pengungsi dan bentuk propagandanya. Film ini menjadi salah satu bentuk kritik terhadap gerakan anti-pengungsi di Eropa, khususnya Jerman. Berbagai tindakan yang dilakukan oleh gerakan Re/Generation Europe dalam film Je Suis Karl menampilkan secara jelas kepada penonton bagaimana gerakan tersebut merencanakan dan melakukan aksi penyebaran propaganda anti-pengungsi kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana penggambaran bentuk-bentuk propaganda anti-pengungsi ditampilkan dalam film Je Suis Karl. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan didukung oleh teori teknik propaganda dari Alfred McClung Lee & Elizabeth Briant Lee. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk propaganda anti-pengungsi yang ditampilkan dalam film Je Suis Karl melalui gerakan Re/Generation Europe berisikan tuduhan tak berdasar mengenai pengungsi yang direncanakan dengan penuh manipulasi untuk melancarkan penyebaran sentimen anti-pengungsi yang merupakan kepentingan mereka sebenarnya.

The presence of refugees to the European region in 2015 has created mixed attention from the European community, both supportive and non-supportive. Christian Schwochow's film, Je Suis Karl, is one of the films that discusses the movement of anti-refugee sentiment and its forms of propaganda. This film became a form of criticism of the anti-refugee movement in Europe, especially Germany. The various actions taken by the Re/Generation Europe movement in the film Je Suis Karl clearly show the audience how the movement plans and carries out actions to spread anti-refugee propaganda to the public. This study aims to show how the depiction of forms of anti-refugee propaganda as shown in the Je Suis Karl film. The research method used is the descriptive qualitative, supported by the theory of propaganda techniques from Alfred McClung Lee & Elizabeth Briant Lee. The results of this study indicate that the form of anti-refugee propaganda shown in the film Je Suis Karl through the Re/Generation Europe movement contains baseless accusations about refugees that are planned with full of manipulation to launch the spread of anti-refugee sentiment which is their real interest."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>