Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162717 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marlina Ulfah Rukoyah
"Jurnal ini meneliti tentang upacara Pattidana yang dilakukan oleh masyarakat Cina yang beragama Buddha di Indonesia. Upacara Pattidana dalam agama Buddha dapat dilakukan kapan saja, namun di Indonesia upacara Pattidana dilakukan dua kali dalam setahun, yakni berdekatan dengan Cheng Beng dan Ullambana. Di Indonesia upacara Pattidana dilakukan mendekati Cheng Beng dan Ullambana karena berdasarkan hasil penelitian penulis hal tersebut dipengaruhi tradisi Cina, hal inilah yang menjadi fokus penulisan jurnal ini. Melalui studi pustaka, jurnal ini akan menjabarkan pengaruh tradisi Cina dan memaparkan makna sesajian pada upacara Pattidana yang telah mendapat pengaruh dari tradisi Cina.

This journal examines the Pattidana ceremony conducted by Chinese Buddhist communities in Indonesia. The Pattidana ceremony in Buddhism can be carried out any time. But in Indonesia, the Pattidana ceremony is held twice a year, around the time of Cheng Beng and Ullambana. In Indonesia, the Pattidana ceremony is done approaching Cheng Beng and Ullambana because based on the author rsquo;s research, the ceremony is influenced by Chinese tradition. This is the focus in writing this journal. Through literature study, this paper will describe the influence of Chinese culture on Pattidana and explain the meaning of its offerings that have gained Chinese cultural influences.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jodi
"Hu merupakan budaya yang berasal dari nenek moyang bangsa Cina. Budaya pengunaan hu sebagai sarana perlindungan maupun untuk tujuan lain telah berusia ribuan tahun. Hu yang digunakan dalam dunia spiritual kepercayaan Cina mengadopsi konsep serta fungsi hu yang digunakan dalam dunia militer jaman Dinasti Han. Selembar hu dapat diibaratkan sebagai tubuh manusia, hu memiliki komponen seperti kepala, kaki, dan nyali. Awalnya hu dibuat dengan berbagai macam aturan serta ritual yang ketat. Pada saat ini pembuatan hu telah disederhanakan dan juga diproduksi dengan cara modern untuk menghasilkan hu dalam jumlah banyak demi memenuhi permintaan akan hu tersebut. di Indonesia, hu dapat didapatkan melalui cenayang atau medium, kelenteng yang menyediakan hu dan di toko peralatan sembahyang umat Buddha, Taoisme dan Konfusianisme

Hu is a culture that comes from the ancestors of China. The usage of Hu for protection and for other purposes has been around for thousands of years. Hu that are used in the spiritual world of Chinese beliefs adopted the concepts and functions of hu that are used in the military world of the Han Dynasty. A piece of hu can be likened to a human body, hu has components such as head, feet, and guts. Initially hu are made with various strict rules and rituals. By this time the manufacture of hu has been simplified and also produced in a modern way to produce hu in large quantities to meet the demand for the hu. In Indonesia, hu can be obtained through psychic or medium, temples that provide hu and at Buddhist, Taoism and Confucianism prayer shops"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Laura Magdalena E.
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai tradisi mengenakan baju putih dalam upacara pemakaman tradisional Cina dan betujuan untuk memaparkan awal terbentuknya tradisi penggunaan baju putih sebagai baju berkabung serta makna warna putih pada baju berkabung dalam masyarakat Cina. Adapun tradisi mengenakan baju putih sebagai tanda berkabung dalam upacara pemakaman tradisional Cina menurut catatan sejarah sudah dimulai sejak awal dinasti Zhou, dan masih dilakukan hingga sekarang. Warna putih dianggap sebagai warna berkabung yang menunjukan kemurnian, kesederhanaan, kesucian, kehidupan, dan kejujuran. Seiring berjalannya waktu, penggunaan baju berkabung ini pun semakin sederhana, tetapi tidak menghilangkan unsur utama yaitu pakaian dasar bewarna putih. Dari hasil penelitian yang melihat dari sisi budaya dan sejarah yang dilakukan berdasarkan studi kepustakaan, ditemukan warna putih berhubungan dengan makna berkabung dan kematian dalam masyarakat Cina.

ABSTRACT
This study discusses the tradition of wearing white clothes in traditional Chinese funerals and aims to describe the beginning of a tradition of using white clothes as mourning attire and also to analyze significance of white clothing as mourning attire in Chinese society. According to historical records, the tradition of wearing white mourning dress as a sign of mourning in traditional Chinese funerals has been started since the Zhou dynasty and still apply today. The white color is considered as the color of mourning, it is to symbolize innocence, simplicity, purity, existence, and sincerity. However, as time goes by, the use of mourning clothes is now even simpler, but does not eliminate the main element of this tradition that is white clothing. From testing the results of historical research based on the literature study earlier, it was found that white color was linked to death and mourning in Chinese culture. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Naisha Haraini
"[ABSTRAK
Tiongkok adalah negara dengan kebudayaan yang kaya. Salah satu tradisinya adalah pemberian nama
Tiongkok. Masyarakat peranakan Tiongkok di Indonesia juga masih mempertahankan tradisi ini, sehingga
mereka selain memiliki nama dengan menggunakan Bahasa Indonesia, mereka juga memiliki nama
Tiongkok. Banyak hal yang dipertimbangkan dalam memberikan nama Tiongkok seperti harapan, waktu
kelahiran, shio, dan lain-lain. Selain itu, nama Tiongkok haruslah juga terdengar indah, mudah diingat dan
bermakna baik. Mereka terus memiliki nama Tiongkok sebagai penanda bahwa mereka adalah keturunan
orang Tiongkok. Namun, pengunaan nama Tiongkok hanya sebatas di kalangan keluarga saja karena
mereka diwajibkan untuk mengunakan nama Indonesia pada dokumen resmi negara;ABSTRACT Tiongkok is a country that has many tradition. One of it tradition is giving chinese name. Chinese people
who live in Indonesia also has Chinese name. They have both Chinese name and Indonesian name. There
are many factors when they want to give their chinese name. They keep having their Chinese name because
it?s idetified them as a Chinese people. It?s also maintaining their culture tradition. But they only use their
chinese name among their families, its because in official documents, they are required to use their
Indonesian name;Tiongkok is a country that has many tradition. One of it tradition is giving chinese name. Chinese people
who live in Indonesia also has Chinese name. They have both Chinese name and Indonesian name. There
are many factors when they want to give their chinese name. They keep having their Chinese name because
it?s idetified them as a Chinese people. It?s also maintaining their culture tradition. But they only use their
chinese name among their families, its because in official documents, they are required to use their
Indonesian name, Tiongkok is a country that has many tradition. One of it tradition is giving chinese name. Chinese people
who live in Indonesia also has Chinese name. They have both Chinese name and Indonesian name. There
are many factors when they want to give their chinese name. They keep having their Chinese name because
it’s idetified them as a Chinese people. It’s also maintaining their culture tradition. But they only use their
chinese name among their families, its because in official documents, they are required to use their
Indonesian name]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Gabrielle Febriansyah
"Masyarakat Cina dipercaya telah melakukan migrasi sejak abad ke-1 Masehi ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali Pulau Jawa. Kedatangan para imigran Cina ke Nusantara menyebabkan terbentuknya suatu kebudayaan baru dalam masyarakat, antara kelompok etnis Cina dengan penduduk lokal. Di Batavia, para imigran Cina yang kebanyakan menghuni perkampungan kawasan Tangerang, kemudian membentuk komunitas yang dikenal dengan nama “Cina Benteng”. Komunitas ini merupakan hasil akulturasi melalui perkawinan antara para imigran etnis Cina dengan penduduk lokal dari etnis Betawi. Salah satu yang menjadi penanda khas masyarakat Cina Benteng adalah Rumah Kawin, sebuah tempat pernikahan yang terus dilestarikan hingga saat ini. Dengan objek penelitian yaitu Rumah Kawin Melati, penelitian ini akan menggunakan metode studi lapangan dan wawancara terhadap beberapa responden keturunan etnis Cina di kawasan Tangerang untuk mengetahui tanggapan mereka terkait eksistensi dari Rumah Kawin.

The Chinese community is believed to have migrated since the 1st century AD to all corners of the world, including Java. The arrival of Chinese immigrants to the Nusantara led to the formation of a new culture in society, between the Chinese ethnic group and the local population. In Batavia, Chinese immigrants who mostly lived in the Tangerang area then formed a community known as "Benteng Chinese". This community is the result of acculturation through marriage between ethnic Chinese immigrants and local residents of the Betawi ethnicity. One of the distinctive markers of the Benteng Chinese community is the Rumah Kawin, a wedding venue that has been preserved to this day. With the object of research, namely Rumah Kawin Melati, this research will use the method of field study and interviews with several respondents of Chinese ethnic descent in the Tangerang area to find out their responses regarding the existence of Rumah Kawin."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Christine Rianti
"Pernikahan merupakan salah satu dari 3 peristiwa utama dalam kehidupan orang Cina, 2 hal lainnya adalah kelahiran dan kematian. Oleh karena hal tersebut, pernikahan masyarakat Cina tidak dapat dilepaskan dari tradisi upacara yang melekat didalamnya, yakni tradisi Upacara Persembahan Teh--- Chabai 茶拜. Upacara persembahan teh adalah salah satu bagian dari budaya leluhur Cina yang sudah diimplementasikkan turun temurun sampai sekarang, upacara ini terus dilaksanakan dan dilestarikan walau dengan konsep yang berbeda seiring dengan berkembangnya jaman. Meskipun demikian, makna dari Upacara Persembahan Teh tetap sama, yakni untuk menghormati orang tua dari kedua mempelai dan saudara-saudara yang dituakan dalam keluarga.

Marriage is one of the three main occasions in the life of the Chinese, besides birth and death. Therefore, Marriage in Chinese culture cannot be separated from its wedding rituals, specifically Tea Offering Ceremony ritual. Tea offering ceremony is a part of old Chinese culture that has been implemented until present days, this ceremony continues to be implemented and preserved with several conceptual changes to adjust to the modern era. Nevertheless, the significance of this ceremony remains the same, which is to honor the parents and the elders in the families of the bride and groom.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rohana Latifa Ismail
"Film sebagai sarana hiburan juga berfungsi sebagai sarana edukasi. Fungsi film yang satu ini bisa dilihat dalam film Cek Toko Sebelah karya Ernest Prakasa. Film ini mengangkat realitas masyarakat etnis Tionghoa yang umumnya memiliki bisnis keluarga dan mau menurunkan bisnis tersebut kepada anak keturunannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kecocokan adegan-adegan di dalam film Cek Toko Sebelah dengan realitas tradisi pewarisan bisnis keluarga Tionghoa di Indonesia pada zaman sekarang. Teori yang digunakan adalah analisis film dan koherensi budaya dengan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan scene dan dialog dalam film Cek Toko Sebelah dan penyebaran kuesioner secara online. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa adegan-adegan pewarisan bisnis dalam film Cek Toko Sebelah cocok dengan tradisi pewarisan bisnis keluarga etnis Tionghoa di Indonesia
.Film as a means of entertainment also has function as a means of education. This function can be seen in the film Cek Toko Sebelah by Ernest Prakasa. This film raises the reality of the Chinese ethnic community, the majority of whom own a family business and want to pass this business on to their descendants. This research was conducted to find out how the scenes in the film Cek Toko Sebelah match the reality of the Chinese family business inheritance tradition in Indonesia today. The theory used is film analysis and cultural coherence with qualitative research methods with data collection techniques through observing scenes and dialogue in the film Cek Toko Sebelah and distributing questionnaires online. The results of this study found that the business inheritance scenes in the film Cek Toko Sebelah match the business inheritance tradition of Chinese ethnic families in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yawani Alloh
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang strategi Perpustakaan Nasional RI dalam melaksanakan pengembangan koleksi tradisi lisan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metodologi fenomenologi untuk menggambarkan fenomena yang terjadi di bidang akuisisi dalam menjalankan pengembangan koleksi tradisi lisan. Penelitian ini menggunakan teori dari Evans dan Saponaro 2005 sebagai acuan dalam mengambarkan pengembangan koleksi di Perpustakaan Nasional RI dan teori World Bank 1998 yang digunakan untuk menggambarkan tahapan preservasi pengetahuan tradisi lisan yang telah dilakukan. Penelitian ini dilakukan di Bidang Koleksi Perpustakaan Nasional RI dengan menerapkan metode bola salju dalam mencari narasumber untuk wawancara serta menggunakan menggunakan metode wawancara tidak terstruktur agar diperoleh informasi sebanyak-banyaknya untuk kepentingan penelitian. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang strategi pengembangan koleksi dan presevasi pengetahuan tradisi lisan.

ABSTRACT
This research aims to provide an overview of the strategies of the National Library of Indonesia in carrying out the collection development of oral tradition. This research uses qualitative research methodology with phenomenology method to describe phenomena that occur in the field of acquisition in the running of the collection development of oral tradition. This research uses theories from Evans and Saponaro 2005 describe the development as a collection at the National Library of Indonesia and the theory of the World Bank 1998 used to describe the stages of a preservation of knowledge of oral tradition that has been carried out. This research was conducted in the fields Collection of the National Library of Indonesia by applying the snowball method in looking for informan for the interview as well as using unstructured interview method is not so much information obtained for the purposes of research. With this research is expected to enrich the knowledge of the collection and development strategy of knowledge presevation of oral tradition."
2016
T47294
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Natasya
"Gambang kromong (atau ditulis gambang keromong) adalah sejenis orkes yang memadukan gamelan dengan alat-alat musik Cina, seperti sukong, tehyan, dan kongahyan. Sebutan gambang kromong diambil dari nama dua buah alat perkusi, yaitu gambang dan kromong. Pengaruh Cina kental sekali terdapat pada instrumennya sukong, tehyan dan kongahyan serta penggunaan tangga nada pada gambang kromong yang menggunakan tangga nada pentatonik Cina.

Gambang Kromong (or written gambang keromong) is similar to the gamelan orchestra that combines Chinese musical instruments, such as sukong, Tehyan, and kongahyan. The title was taken from Gambang Kromong two percussion instruments, namely the gambang and kromong. There is a strong Chinese influence on the instrument such as sukong, tehyan and kongahyan and the scales they use on gambang kromong is using Chinese pentatonic."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Krisanti Permatasari
"Jiaozi (饺 子) dalam Bahasa Indonesia yang disebut juga dengan Pangsit Tiongkok merupakan salah satu makanan tradisional Tiongkok yang sering dihidangkan pada malam tahun baru Tionghoa terutama di Tiongkok Utara. Mengkonsumsi hidangan Jiaozi pada malam tahun baru Tionghoa memiliki makna budaya tersendiri. Secara khusus, jurnal ini meneliti tentang asal mula dan makna mengkonsumsi hidangan Jiaozi pada tahun baru Tionghoa beserta makna dari berbagai macam isian Jiaozi. Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian dalam jurnal ini mengungkap makna dari mengkonsumsi Jiaozi pada tahun baru Tionghoa dan juga makna dari isian Jiaozi.

Jiaozi (饺 子) in Bahasa is also called Pangsit Tiongkok Chinese Dumpling is one of the traditional Chinese food that is often served on Chinese New Year 39;s Eve especially in Northern China. Consuming Jiaozi dishes on Chinese New Year 39;s Eve has its own cultural value. In particular, this journal researched about the origin of Jiaozi and the cultural value of consuming Jiaozi in Chinese New Year along with the cultural value of the various Jiaozi 39;s filling. The research method used in this journal is qualitative method. The results of this research reveals the cultural value of consuming Jiaozi in Chinese New Year and also the cultural value of the Jiaozi filling.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>