Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147013 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marlina Ulfah Rukoyah
"Jurnal ini meneliti tentang upacara Pattidana yang dilakukan oleh masyarakat Cina yang beragama Buddha di Indonesia. Upacara Pattidana dalam agama Buddha dapat dilakukan kapan saja, namun di Indonesia upacara Pattidana dilakukan dua kali dalam setahun, yakni berdekatan dengan Cheng Beng dan Ullambana. Di Indonesia upacara Pattidana dilakukan mendekati Cheng Beng dan Ullambana karena berdasarkan hasil penelitian penulis hal tersebut dipengaruhi tradisi Cina, hal inilah yang menjadi fokus penulisan jurnal ini. Melalui studi pustaka, jurnal ini akan menjabarkan pengaruh tradisi Cina dan memaparkan makna sesajian pada upacara Pattidana yang telah mendapat pengaruh dari tradisi Cina.

This journal examines the Pattidana ceremony conducted by Chinese Buddhist communities in Indonesia. The Pattidana ceremony in Buddhism can be carried out any time. But in Indonesia, the Pattidana ceremony is held twice a year, around the time of Cheng Beng and Ullambana. In Indonesia, the Pattidana ceremony is done approaching Cheng Beng and Ullambana because based on the author rsquo;s research, the ceremony is influenced by Chinese tradition. This is the focus in writing this journal. Through literature study, this paper will describe the influence of Chinese culture on Pattidana and explain the meaning of its offerings that have gained Chinese cultural influences.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Laura Magdalena E.
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai tradisi mengenakan baju putih dalam upacara pemakaman tradisional Cina dan betujuan untuk memaparkan awal terbentuknya tradisi penggunaan baju putih sebagai baju berkabung serta makna warna putih pada baju berkabung dalam masyarakat Cina. Adapun tradisi mengenakan baju putih sebagai tanda berkabung dalam upacara pemakaman tradisional Cina menurut catatan sejarah sudah dimulai sejak awal dinasti Zhou, dan masih dilakukan hingga sekarang. Warna putih dianggap sebagai warna berkabung yang menunjukan kemurnian, kesederhanaan, kesucian, kehidupan, dan kejujuran. Seiring berjalannya waktu, penggunaan baju berkabung ini pun semakin sederhana, tetapi tidak menghilangkan unsur utama yaitu pakaian dasar bewarna putih. Dari hasil penelitian yang melihat dari sisi budaya dan sejarah yang dilakukan berdasarkan studi kepustakaan, ditemukan warna putih berhubungan dengan makna berkabung dan kematian dalam masyarakat Cina.

ABSTRACT
This study discusses the tradition of wearing white clothes in traditional Chinese funerals and aims to describe the beginning of a tradition of using white clothes as mourning attire and also to analyze significance of white clothing as mourning attire in Chinese society. According to historical records, the tradition of wearing white mourning dress as a sign of mourning in traditional Chinese funerals has been started since the Zhou dynasty and still apply today. The white color is considered as the color of mourning, it is to symbolize innocence, simplicity, purity, existence, and sincerity. However, as time goes by, the use of mourning clothes is now even simpler, but does not eliminate the main element of this tradition that is white clothing. From testing the results of historical research based on the literature study earlier, it was found that white color was linked to death and mourning in Chinese culture. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Gabrielle Febriansyah
"Masyarakat Cina dipercaya telah melakukan migrasi sejak abad ke-1 Masehi ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali Pulau Jawa. Kedatangan para imigran Cina ke Nusantara menyebabkan terbentuknya suatu kebudayaan baru dalam masyarakat, antara kelompok etnis Cina dengan penduduk lokal. Di Batavia, para imigran Cina yang kebanyakan menghuni perkampungan kawasan Tangerang, kemudian membentuk komunitas yang dikenal dengan nama “Cina Benteng”. Komunitas ini merupakan hasil akulturasi melalui perkawinan antara para imigran etnis Cina dengan penduduk lokal dari etnis Betawi. Salah satu yang menjadi penanda khas masyarakat Cina Benteng adalah Rumah Kawin, sebuah tempat pernikahan yang terus dilestarikan hingga saat ini. Dengan objek penelitian yaitu Rumah Kawin Melati, penelitian ini akan menggunakan metode studi lapangan dan wawancara terhadap beberapa responden keturunan etnis Cina di kawasan Tangerang untuk mengetahui tanggapan mereka terkait eksistensi dari Rumah Kawin.

The Chinese community is believed to have migrated since the 1st century AD to all corners of the world, including Java. The arrival of Chinese immigrants to the Nusantara led to the formation of a new culture in society, between the Chinese ethnic group and the local population. In Batavia, Chinese immigrants who mostly lived in the Tangerang area then formed a community known as "Benteng Chinese". This community is the result of acculturation through marriage between ethnic Chinese immigrants and local residents of the Betawi ethnicity. One of the distinctive markers of the Benteng Chinese community is the Rumah Kawin, a wedding venue that has been preserved to this day. With the object of research, namely Rumah Kawin Melati, this research will use the method of field study and interviews with several respondents of Chinese ethnic descent in the Tangerang area to find out their responses regarding the existence of Rumah Kawin."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rohana Latifa Ismail
"Film sebagai sarana hiburan juga berfungsi sebagai sarana edukasi. Fungsi film yang satu ini bisa dilihat dalam film Cek Toko Sebelah karya Ernest Prakasa. Film ini mengangkat realitas masyarakat etnis Tionghoa yang umumnya memiliki bisnis keluarga dan mau menurunkan bisnis tersebut kepada anak keturunannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kecocokan adegan-adegan di dalam film Cek Toko Sebelah dengan realitas tradisi pewarisan bisnis keluarga Tionghoa di Indonesia pada zaman sekarang. Teori yang digunakan adalah analisis film dan koherensi budaya dengan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan scene dan dialog dalam film Cek Toko Sebelah dan penyebaran kuesioner secara online. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa adegan-adegan pewarisan bisnis dalam film Cek Toko Sebelah cocok dengan tradisi pewarisan bisnis keluarga etnis Tionghoa di Indonesia
.Film as a means of entertainment also has function as a means of education. This function can be seen in the film Cek Toko Sebelah by Ernest Prakasa. This film raises the reality of the Chinese ethnic community, the majority of whom own a family business and want to pass this business on to their descendants. This research was conducted to find out how the scenes in the film Cek Toko Sebelah match the reality of the Chinese family business inheritance tradition in Indonesia today. The theory used is film analysis and cultural coherence with qualitative research methods with data collection techniques through observing scenes and dialogue in the film Cek Toko Sebelah and distributing questionnaires online. The results of this study found that the business inheritance scenes in the film Cek Toko Sebelah match the business inheritance tradition of Chinese ethnic families in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yawani Alloh
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang strategi Perpustakaan Nasional RI dalam melaksanakan pengembangan koleksi tradisi lisan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metodologi fenomenologi untuk menggambarkan fenomena yang terjadi di bidang akuisisi dalam menjalankan pengembangan koleksi tradisi lisan. Penelitian ini menggunakan teori dari Evans dan Saponaro 2005 sebagai acuan dalam mengambarkan pengembangan koleksi di Perpustakaan Nasional RI dan teori World Bank 1998 yang digunakan untuk menggambarkan tahapan preservasi pengetahuan tradisi lisan yang telah dilakukan. Penelitian ini dilakukan di Bidang Koleksi Perpustakaan Nasional RI dengan menerapkan metode bola salju dalam mencari narasumber untuk wawancara serta menggunakan menggunakan metode wawancara tidak terstruktur agar diperoleh informasi sebanyak-banyaknya untuk kepentingan penelitian. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang strategi pengembangan koleksi dan presevasi pengetahuan tradisi lisan.

ABSTRACT
This research aims to provide an overview of the strategies of the National Library of Indonesia in carrying out the collection development of oral tradition. This research uses qualitative research methodology with phenomenology method to describe phenomena that occur in the field of acquisition in the running of the collection development of oral tradition. This research uses theories from Evans and Saponaro 2005 describe the development as a collection at the National Library of Indonesia and the theory of the World Bank 1998 used to describe the stages of a preservation of knowledge of oral tradition that has been carried out. This research was conducted in the fields Collection of the National Library of Indonesia by applying the snowball method in looking for informan for the interview as well as using unstructured interview method is not so much information obtained for the purposes of research. With this research is expected to enrich the knowledge of the collection and development strategy of knowledge presevation of oral tradition."
2016
T47294
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisanti Permatasari
"Jiaozi (饺 子) dalam Bahasa Indonesia yang disebut juga dengan Pangsit Tiongkok merupakan salah satu makanan tradisional Tiongkok yang sering dihidangkan pada malam tahun baru Tionghoa terutama di Tiongkok Utara. Mengkonsumsi hidangan Jiaozi pada malam tahun baru Tionghoa memiliki makna budaya tersendiri. Secara khusus, jurnal ini meneliti tentang asal mula dan makna mengkonsumsi hidangan Jiaozi pada tahun baru Tionghoa beserta makna dari berbagai macam isian Jiaozi. Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian dalam jurnal ini mengungkap makna dari mengkonsumsi Jiaozi pada tahun baru Tionghoa dan juga makna dari isian Jiaozi.

Jiaozi (饺 子) in Bahasa is also called Pangsit Tiongkok Chinese Dumpling is one of the traditional Chinese food that is often served on Chinese New Year 39;s Eve especially in Northern China. Consuming Jiaozi dishes on Chinese New Year 39;s Eve has its own cultural value. In particular, this journal researched about the origin of Jiaozi and the cultural value of consuming Jiaozi in Chinese New Year along with the cultural value of the various Jiaozi 39;s filling. The research method used in this journal is qualitative method. The results of this research reveals the cultural value of consuming Jiaozi in Chinese New Year and also the cultural value of the Jiaozi filling.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Baqir Zein
Jakarta: Gema Insani, 2000
305.8 ABD e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaila Rahil Catur Umairoh
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas salah satu pakaian tradisional Betawi yaitu baju tikim dan celana pangsi yang merupakan warisan budaya Betawi. Baju tikim dan celana pangsi pada awalnya merupakan pakaian yang dikenakan oleh para pendekar, jawara, dan jago maen pukulan atau yang sekarang disebut pencak silat, kemudian berkembang menjadi pakaian sehari-hari yang dikenakan laki-laki Betawi, hingga menjadi pakaian tradisional Betawi saat ini. Pokok permasalahannya adalah apakah baju tikim dan celana pangsi merupakan hasil akulturasi budaya Betawi dan budaya Tionghoa, berkaitan dengan itu maka makalah ini membahas asal-mula baju tikim dan celana pangsi Betawi yang memiliki kemiripan dengan baju tradisional yang dipakai oleh masyarakat Tionghoa pada masa Dinasti Qing. Selain itu, juga membahas mengenai bentuk, perkembangan, perubahan, serta perbedaan antara baju tikim dan celana pangsi yang dipakai masyarakat Betawi dengan yang dipakai oleh masyarakat Tionghoa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitan kualitatif dengan pendekatan budaya, dan konsep budaya yang digunakan sebagai landasan teoritis adalah konsep akulturasi.

ABSTRACT
This journal describes one of the Betawi 39;s traditional clothes, that is Tikim clothes and Pangsi trousers which is Betawi 39;s cultural heritage. In the beginning Tikim clothes and Pangsi trousers are clothes worn by warriors, champions and jago maen pukulan what now is called Pencak Silat, then it evolved into everyday clothes worn by Betawi men, and has now become Betawi traditional clothes. The main problem of this research is whether tikim clothes and pangsi trouser is a result from Betawi and Chinese acculturation, therefore this research the origin of Betawi 39;s Tikim clothes and Pangsi trousers that have similarities to traditional clothes worn by Chinese people in the Qing Dynasty era will be described. Furthermore, this research will describe the shape, development, change, and differences between Tikim clothes and Pangsi trousers worn by Betawi people and Chinese people. Research methods used in this research are qualitative with a cultural approach. A cultural concept is used as a theoretical base known as an acculturation concept."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Heriyanti U. Dradjat
"ABSTRAK
Keramik Cina merupakan salah satu artefak panting dalam penelitian arkeologi. Di Indonesia keramik Cina seringkali ditemukan di berbagai situs, baik dari masa prasejarah, masa Hindu Budha maupun masa pengaruh agama Islam, bahkan berlanjut hingga masa kolonial. Dari berbagai hasil penelitian arkeologi yang telah dilakukan, terungkap bahwa fungsi keramik Cina tenyata beraneka ragam, ada yang digunakan sebagai peralatan hidup sehari-hari, alat upacara, dipakai sebagai bekal kubur dan juga dimanfaaikan sebagai wadah kubur. Lain daripada itu ditemukan pula sejumlah tipe barang keramik Cina, yang memiliki aneka ragam warna hiasan serta bahau dasar. Bertolak dari yang dapat diamati, maka penanggalan keramik Cina tersebut dapat diketahui, yakni berasal dari masa dinasti Han sampai dengan dinasti Ching. Kehadiran keramik Cina di berbagai wilayah tanah air kita ini, setidaknya dapat dijadikan data dasar bagi rekonstruksi masalah lalu terutama bertalian dengan negeri Cina, seperti hubungan Cina dengan beberapa pusat kekuasaan, yang ternyata bukan hanya karena perdagangan.
Kehadiran keramik Cina di berbagai wilayah Nusaniara ini ternyaia bukan hanya sebagai barang komoditi yang banyak dipenjual belikan, tetapi eksistensinya disababkau pula karena beberapa hal. Secara sepintas dapat diketahui bahwa pada masa lampau, keramik ini dipergunakan pula sebagai upeti atau hadiah persembahan dari raja Cina untuk beberapa orang raja di sini. Oleh karenanya maka dapat dikatakan sudah ada pula hubungan politik antara kedua negara. Selain itu ada pula keramik Cina yang sengaja dibawa sebagai peralatan yang digunakan oleh para awak kapal yang berkunjung dari daratan Cina."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Fadhila Alfani
"Tulisan ini menganalisa bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen atas obat tradisional yang beredar di Indonesia, khususnya obat cina tradisional. Tulisan ini disusun dengan menggunakan metode penelitian doktrinal. Penulisan ini memiliki pembahasan seputar, bagaimana bentuk pertanggungjawaban pelaku usaha obat illegal menurut Undang-Undang, dan bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap obat tradisional yang diproduksi oleh toko obat tradisional. Obat tradisonal merupakan obat yang terbuat dari tumbuhan herbal dan menjadi alternatif pengobatan untuk sebagian masyarakat karena khasiat dan manfaat yang terkandung. Namun, obat tradisional nampaknya tidak selalu aman untuk dikonsumsi. Dalam praktiknya masih banyak pelaku usaha yang tidak mendaftarkan produk dan juga tidak berpedoman pada Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Perilaku pelaku usaha yang licik yang berdampak membahayakan konsumen. Pemerintah dalam hal ini sudah mengatur secara komprehensif, bukti nyata nya adalah dengan adanya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Tentu saja sebagai pelaku usaha, harus bertanggung jawab atas produk yang mereka buat. Tanggung jawab tersebut dapat berupa tanggung jawab moral maupun criminal. Masalah konsumen yang timbul tidak hanya menjadi tanggungjawab pelaku usaha aja, namun menjadi tanggung jawab instansi terkait. Seperti dalam penulisan ini adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dalam menjalankan fungsi pengawasannya, BPOM memiliki 2 (dua) tahap pengawasan, yaitu Pre-Market dan Post-Market. Dalam menanggapi masalah ini, BPOM harus memaksimalkan fungsi pengawasan mereka agar sejenis obat yang membahayakan tidak dikonsumsi oleh konsumen.

This article analyzes how legal protection is for consumers of traditional medicines circulating in Indonesia, especially traditional Chinese medicine. This article was prepared using doctrinal research methods. This writing has a discussion based on the problem around, the form of liability of the related parties in connection with an illegal traditional Chinese medicine according to the laws, and the role of the government and BPOM in monitoring medicines prepared by traditional drug store. Traditional medicine is medicine made from herbal plants and is an alternative treatment for some people because of the efficiacy and benefits they contain. However, traditional medicine does not always seem safe for consumption. In practice, there are still many business actors who do not register their products and are also not guided by Good Traditional Medicine Manufacturing Methods (CPOTB). The behavior of cunning business actors that has the effect of endangering consumers. In this case, the government has regulated it comprehensively, by established Law Number 8 of 1999 concerning Consumer Protection. As business actors, they must be responsible for the products they make. This responsibility can be in the form of moral or criminal responsibility. Consumer problems that arise are not only the responsibility of business actors, but also the responsibility of the relevant agencies. As in this writing is the Food and Drug Supervisory Agency (BPOM). In carrying out its supervisory function, BPOM has 2 (two) stages of supervision, namely Pre-Market and Post-Market. In responding to this problem, BPOM must maximize their monitoring function so that dangerous types of drugs are not consumed by consumers."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>