Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58849 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Charissa Sakina
"ABSTRAK
Film yang berjudul Fatima 2015 merupakan sebuah film Prancis karya sutradara Philippe Faucon yang mengangkat tema mengenai kehidupan imigran di Prancis. Film ini berkisah mengenai kehidupan seorang wanita asal Aljazair yang bernama Fatima. Ia menjadi imigran di Prancis bersama kedua orang anak perempuannya yang bernama Nesrine dan Souad. Tokoh Fatima selalu menggunakan bahasa Arab dalam kesehariannya. Fatima juga membawa serta kebudayaan dan tradisinya sebagai orang Arab walaupun ia tinggal di Prancis. Berbeda dengan Fatima, kedua orang anaknya menggunakan bahasa Prancis dalam kesehariannya dan juga menganut kebudayaan Prancis. Dalam film ini, kerap terjadi konflik antara tokoh Fatima dengan kedua anaknya. Film ini dianalisis melalui aspek naratif dan dihubungkan dengan aspek sinematografisnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan teori dari Boggs dan Petrie 2008 serta Hall 1990 . Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan jika penyebab konflik antara Fatima dan kedua anaknya diakibatkan perbedaan identitas mereka. Tokoh Fatima yang merupakan imigran generasi pertama masih menganut identitas asal negaranya sedangkan kedua anak Fatima berhasil terintegrasi oleh model integrasi yang diterapkan Prancis sehingga kedua anak Fatima memiliki identitas Prancis.

ABSTRACT
Fatima 2015 is a French film by Philippe Faucon with the theme of immigrant life in France. This film is about the life of an Algerian woman named Fatima. She became an immigrant in France with her daughters named Nesrine and Souad. Fatima characters always use Arabic in her daily life. Fatima also brought her culture and tradition as an Arab even though she lived in France. In contrast to Fatima, her daughters speak French in their daily life and also embrace French culture. In this film, there is often a conflict between Fatima with her two daughters. The film is analyzed through the narrative aspect and is associated with the cinematographic aspect. For the analysis theories from Boggs and Petrie 2008 and Hall 1990 were used. The results of the analysis show that the causes of the conflict between Fatima and her daughters were due to differences in their identities. Fatima who represents the first generation immigrants still adheres to the identity of their country of origin while Fatima rsquo;s daughters successfully integrated to the French integration model that applied so they have French identity. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Jum`a Khatib Nur Ali
"Disertasi ini membahas representasi imigran oleh Uni Eropa di booklet Festival Film Europe on Screen Indonesia. Data diambil dari lima booklet festival dari tahun 2008 hingga 2011. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana imigran dalam masyarakat multikultur UE direpresentasikan kepada Indonesia dan apakah latar belakang ideologinya. Penelitian kualitatif ini menggunakan teori sirkuit budaya sebagai kerangka teori dan representasi konstruksionis dengan semiotik. Hasil penelitian menunjukkan adanya pola dan ideologi orientalis kepada Indonesia pada data penelitian.

This dissertation discusses immigrant representation by the European Union in Indonesian Europe on screen Film Festival booklets. Data are obtained from five booklets from 2008 until 2011. The goal is to see how immigrants in European Union multicultural society are represented to Indonesia and to discover the ideological background of the representation. This research adopts circuit of culture the grand theory, with constructive representation approach, using semiotic method. Research results arising from data analysis suggest a pattern of orientalist ideology towards Indonesia found on the research data verified.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
D1969
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafianti
"Tulisan ini membahas mengenai representasi identitas gay dalam film berjudul yaganbihaeng. Film yaganbihaeng berhasil menampilkan dinamika kehidupan seorang remaja gay di tengah lingkungan sekolah. Berbeda dari film remaja lainnya yang biasanya membahas sisi percintaan atau pendidikan, film ini membahas isu identitas seksual yang masih sangat minim keberadaanya. Hal ini lah yang menjadikan film ini objek dari penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan representasi identitas gay dan representasi gay di lingkungan remaja dan sekolah dalam film yaganbihaeng. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode analisis deskriptif dan teori representasi Stuart Hall. Representasi yang digambarkan oleh film ini kebanyakan berupa sebuah kritik sosial terhadap masyarakat. Kritik mengenai pandangan dan perilaku masyarakat luas terhadap seorang homoseksual di dunia nyata yang cenderung buruk dan diskriminatif.
This paper discusses the representation of gay identity in the movie titled yaganbihaeng. Yaganbihaeng film managed to show the dynamics of the life of a gay teenager in the middle of a school environment. This is what makes this film the object of this research. Different from other teen films which usually discuss the side of love or education, this film discusses the issue of sexual identity which is currently a rare issue to be discussed. The purpose of this study was to find how the representation of homosexual identity and homosexual representation in the teens and schools in the film yaganbihaeng represented. The method used in this study is descriptive analysis method and representation theory of Stuart Hall. The representation described by this film is mostly in the form of a social criticism of society. Criticism of the views and behavior of the wider community which tends to be bad and discriminatory against a homosexual in the real world."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Kurnia
Illinois: International Organization for Migration, 2011
305.9 ASE i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Woro Ayu Pangastuti
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Bagian 1 Analisis Situasi
Kegiatan menunggu menjadi sebuah rutinitas yang sering dilakukan oleh para mahasiswa, termasuk para mahasiswa yang menuntut ilmu di Universitas Indonesia. Tak jarang saat para mahasiswa menunggu, mereka memiliki beragam pengalaman. Di samping itu, perkembangan film dokumenter saat ini sedang pesat dan sudah diminati oleh kalangan muda, dengan mendatangi festival film atau menonton video melalui gadget mereka. Maka dari itu, penulis terdorong untuk membuat film dokumenter dengan tema rutinitas mahasiswa yang selama ini tidak dianggap penting, yaitu menunggu.
Bagian 2 Manfaat dan Tujuan Pengembangan Prototipe
Manfaat utama pengembangan prototipe ini adalah memberikan wawasan pengetahuan serta himbauan mengenai kegiatan menunggu. Sedangkan tujuan utama pengembangan prototipe ini adalah sebagai bentuk teguran dan kritikan kepada beberapa pihak pengelola jasa fasilitas umum seperti perusahaan transportasi, pemerintah, dan kepolisian, agar dapat meningkatkan kualitas dan keamanan kepada fasilitas-fasilitas umum yang biasa digunakan masyarakat untuk menunggu.
Bagian 3 Prototipe yang Dikembangkan
Prototipe ini berbentuk film dan bergenre dokumenter, dengan judul "Waiting or Wasting Story", yang menceritakan tentang kisah unek-unek empat orang mahasiswa dari beragam fakultas, jurusan, dan angkatan di Universitas Indonesia, mengenai pengalaman dan tanggapannya seputar menunggu, dengan diimbangi oleh tanggapan dari narasumber ahli.
Bagian 4 Evaluasi
Evaluasi Film Dokumenter "Waiting or Wasting Story" akan dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu menggunakan fitur dalam YouTube bernama YouTube Analytics serta mengadakan screening.
Bagian 5 Anggaran
Anggaran yang digunakan dalam pembuatan prototipe ini adalah sebesar Rp. 3.977.000,00. Untuk rencana anggaran penerbitan media perlu dikeluarkan biaya sebesar Rp. 16.720.000,00. Sedangkan untuk evaluasi film dokumenter ini perlu dikeluarkan biaya sebesar Rp. 10.857.000,00.

EXECUTIVE SUMMARY
Chapter 1 Situation Analysis
Waiting becomes a routine activity that is often performed by students, especially for students in University of Indonesia. Quite often when students wait, they have a variety of experience. In addition, the development of documentary movie currently is being rapidly and already interested by young people, to go to film festivals or watch videos through their gadgets. Therefore, authors are encouraged to make a documentary movie with the theme of the routine for students who are not considered to be important, namely "waiting".
Chapter 2 The Benefit and Goal for Movie
The main benefit of this prototype development is to provide knowledge and appeal about waiting. While the main goal of this prototype is as a form of rebuke and criticism to some of the managers of public facilities services such as transportation companies, government, and the police, in order to improve the quality and safety of the public facilities which are used by people to wait.
Chapter 3 Developed Prototype
This prototype is documentary movie, with the title "Waiting or Wasting Story", which tells the story of four students from various faculties, departments, and classes in University of Indonesia, about the experience and response about waiting, with balanced by feedback from expert sources.
Chapter 4 Evaluation
The evaluation of Documentary Movie "Waiting or Wasting Story" will be performed using two methods, which using YouTube Analytics and make the screening.
Chapter 5 Budget
The budget is used in the manufacture of this prototype is Rp. 3.977.000,00. For media publishing budget plans need to be issued a fee of Rp. 16.720.000,00. As for the evaluation of this documentary needs to issue a fee of Rp. 10.857.000,00.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Fitri
"Hubungan antara perempuan dan konstruksi gender telah banyak diteliti sampai saat ini. Beberapa penelitian mengenai kasus ini banyak berfokus pada dampak negatif dari konstruksi gender yang dialami perempuan. Seringkali perempuan menjadi korban dari fenomena konstruksi gender dalam masyarakat sebagaimana perempuan dituntut sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya. Adanya persepsi ini, memunculkan pertanyaan, seperti: apakah perempuan selalu seperti itu? Apakah perempuan harus selalu mengikuti konstruksi gender dalam masyarakat? Konstruksi gender juga berdampak pada peranan manusia dalam masyarakat, dan kemudian menciptakan suatu identitas. Tulisan ini membahas tentang gambaran seorang perempuan (khususnya perempuan yang belum menikah) melalui sebuah film berjudul Confession of a Shopaholic, yang dipengaruhi oleh konstruksi gender dalam masyarakat. Hal ini juga membahas bagaimana respon tokoh perempuan terhadap konstruksi gender yang pada akhirnya berpengaruh dalam pembentukan identitas tokoh perempuan tersebut.

The relation between women and gender construction has been discussed many times. Most discussions of the issue focus on the negative impacts of gender construction for women. Women become the victim of the phenomenon of gender construction in society that they have to be what the society expects them to be. This perception then leads to questions: are women always like that? Do women always have to follow gender construction in society? Gender also constructs human's roles in a society, and those roles then create an identity. This paper talks about a woman?s image (especially a single woman) through a movie Confession of a Shopaholic, which is influenced by gender construction in society. It also extends the woman?s response towards gender construction of the society around her as it later creates her identity."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Yulia
"Tesis ini membahas pemaknaan khalayak perempuan terhadap film Ketika Tidak Bicara Cinta. Film Ketika Tidak Bicara Cinta merupakan film yang mengangkat tema mengenai percintaan penyandang disabilitas yang dibumbui oleh beberapa adegan seksual. Penelitian ini melihat bagaimana khalayak memaknai kisah cinta dan adegan seksual para penyandang disabilitas dalam film Ketika Tidak Bicara Cinta. Penelitian ini menggunakan pendekatan konstruktivis dengan memakai teori resepsi encoding-decoding Stuart Hall untuk melihat pemaknaan dari khalayak aktif. Penelitian ini bersifat deskriptif, hal ini dikarenakan data yang dikumpulkan oleh peneliti berupa hasil wawancara dengan para informan. Teknik pengumpulan menggunakan wawancara mendalam dengan informan.
Hasil penelitian ini terlebih dahulu melihat pemaknaan cinta, adegan seksual, dan disabilitas yang telah terkonstruksi pada khalayak perempuan "normal". Setelah itu, dilanjutkan dengan pemaknaan terhadap cinta dan adegan seksual para penyandang disabilitas dalam film Ketika Tidak Bicara Cinta. Konsep encodingdecoding film tersebut menghasilkan bahwa posisi ketiga informan dalam memaknai film Ketika Tidak Bicara Cinta cenderung dipengaruh oleh budaya yang dianut, latar belakang keluarga dan pendidikan, serta pola pergaulan

This thesis discusses about women audiences reception toward What They Don’t Talk about When Talk about Love Movie. The story of this film is about disabilities love and sexual stories. This thesis sees how the audience's reception about disabilities love and sex stories in the film. This research uses constructivist approach along with the encoding-decoding reception theory by Stuart Hall. This research is descriptive because the data that has been gathered is the description from all informants. The data gathered technique is through in-depth interview.
The result of this research is to see audience reception for love, sexual film scene, and disability that has been construct in a "normal" society especially women. Then, it will proceed with women audience reception toward disabilities love and sexual scene from What They Don't Talk about When They Talk about Love film. Encoding-Decoding concept brings a result that the audience receptions depend on their culture, family and education background, also their peer group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T36111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Djauhari
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1983
S21570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Hadiansyah
"Adaptasi film ke dalam novel atau sebaliknya seialu menimbulkan perubahan, sebagai akibat dari perbedaan media dan hasil interpretasi penulis dan sutradara. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan sejumlah persamaan dan perbedaan mendasar yang dihasilkan oleh adaptasi dari film ke dalam novel Biala Tak Berdawai, dilihat dari unsurunsur penceritaan.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan strukturalisme yang memfokuskan pada unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam film dan novel Biola Tak Berdawai. Unsur-unsur film dan novel yang dianalisis dan dibandingkan dalam penelitian ini adalah alur penyajian, alur sebab akibat, tokoh dan penokohan, latar ruang dan Tatar waktu.
Hasil analisis film dan novel Biola Tak Berdawai terhadap unsurunsur di atas, menunjukkan persamaan sekaligus perbedaan. Cerita dalam film dan novel pada dasarnya sama tetapi menjadi terkesan berbeda ketika Dewa dijadikan penutur di dalam novel. Tokoh Dewa menjadi serba tahu dan mampu menuturkan dengan fasih mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekelilingnya, padahal di dalam film, tokoh Dewa digambarkan sebagai anak yang sangat sulit untuk berkomunikasi dengan prang fain dikarenakan penyakit autis dan cacat ganda. Dengan demikian, tokoh utama di dalam novel tidak hanya Renjani, tetapi juga Dewa. Perbedaan Iainnya terletak pada berupa kemunculan cerita pewayangan di dalam novel, juga terdapat penghilangan, dan penambahan beberapa cerita. Semua perbedaan tersebut menunjukkan adanya perbedaan interpretasi penulis novel atas cerita film Biola Tak Berdawai.
Berbeda dengan unsur alur penyajian, alur sebab akibat antara film dan novel tidak menunjukkan perbedaan. Dad awal hingga akhir cerita, novel adaptasi tetap bersetia terhadap film sebagai cerita pertama. Begitu juga dengan latar ruang dan waktu.

The adaptation of film into novel or vice verse always produces changes as the consequence of the different media and the result of the actor and the director's interpretation. This study aims to present some basic similarities and differences which are produced by the adaptation from film into novel Biola Talc Berdawai, and viewed from the story elements.
The method used is structuralism, focusing on the intrinsic elements in film and novel Biota Tak Berdawai. The film and novel elements which are analyzed and compared in this study are plot, the characters and characterization, and setting.
The result of the analysis of film and novel Biola Tak Berdawai to the mentioned elements presents similarities and differences at the same time. The story in film and novel is basically the same but it imprisons different when Dewa is made as a narrator in the novel. The character of Dewa knows everything and he can utter fluently what happens in his surrounding, whereas in film the character of Dewa is showed as the boy who has difficulty to communicating with other people because he is autistic and has double deformity. So the main character in the novel is not only Renjani but also Dewa. The other difference is on the presence of things pertaining to the wayang story in the novel. All those differences present the difference of the writer's interpretation on the story of Biota Tak Berdawai film.
It is different to plot presence, the cause and effect plot between film and novel does not present the difference. From the beginning until the end of story, adapted novel keep loyal to film as the original story. It also happens to the setting of place and time.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abya Zara Ayesha
"Film Kimssi Pyoryugi (2009) karya Lee Hae-jun menceritakan kisah antara dua tokoh korban modernisasi perkotaan yang ter-alienasi dari kehidupan sosial mereka masing-masing. Penelitian ini membahas mengenai unsur intrinsik penokohan dan perubahan makna alienasi oleh kedua tokoh utama dalam film Kimssi Pyoryugi karya sutradara Lee Hae-jun. Dalam menganalisis penokohan dan analisis perubahan makna, metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan sumber data primer, yaitu film Kimssi Pyoryugi. Hasil temuan menunjukkan bahwa Kim laki-laki mengalami perkembangan karakter menjadi berwatak terbuka dan bertekad kuat. Sementara Kim perempuan menjadi berwatak peduli dan pemberani. Kedua tokoh mengalami perubahan bentuk alienasi dari alienasi psikis menjadi alienasi fisik. Perubahan ini kemudian mengubah pemaknaan alienasi kedua tokoh Kim menjadi suatu alternatif pilihan dalam usaha memenuhi esensi, hakikat dan martabat mereka sebagai manusia.

Kimssi Pyoryugi (2009), a film directed by Lee Hae-jun tells the story of two characters as a victim of modernization who are alienized from their respective social lives. This study analyzes the intrinsic factor of characterization and the characters’ understanding of alienation. The research method used in this study is descriptive analyzation with the primary data of the film Kimssi Pyoryugi (2009) directed by Lee Hae-jun. The result of this research proofs that male Kim has developed a character that is independent and determined. Meanwhile, female Kim has developed a character that is caring and brave. The two Kim characters experienced a change of alienation from psychological alienation to physical alienation. This change affects their understanding on the concept of alienation. Alienation has become an alternative to fulfil their essence, nature, and dignity as human beings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>