Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168340 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Dewa Made Pranata Wiana
"Di era digitalisasi, akselerasi inovasi financial technology Fintech memiliki potensi besar untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan memberikan manfaat kepada masyarakat. Inovasi Fintech yang terus tumbuh berpotensi meningkatkan ancaman risiko keamanan transaksi elektronik sehingga perlu dilakukan analisis faktor risiko keamanan Fintech dalam transaksi elektronik. Agar didapatkan fakta yang disajikan lebih berimbang dan komprehensif, metode yang digunakan dalam identifikasi dan mitigasi risiko keamanan Fintech dalam transaksi elektronik adalah Systematic Literatur Review SLR .Penelitian ini menggunakan literatur terindeks oleh database internasional yang bereputasi dengan rincian sebagai berikut: 39 artikel IEEE, 177 artikel Science Direct, 102 artikel Scopus, 354 artikel Springer Link, dan 198 artikel Proquest. Sintesis dari hasil akhir SLR didapatkan total 19 jurnal dengan rincian sebagai berikut: 2 artikel IEEE, 5 artikel Science Direct, 1 artikel Scopus, 8 artikel Springer Link, dan 3 artikel Proquest. Selanjutnya dalam melakukan analisis dan evaluasi untuk memprioritaskan risiko digunakan tools Analytical Hierarchy Process AHP dengan penilaian 3 orang ahli di bidang Fintech.Hasil penelitian berupa konsep manajemen risiko Fintech dengan hasil risiko kejahatan cyber pada model centralised merupakan risiko tertinggi dengan nilai eigen sebesar 0,157 15,7 dari total 19 risiko yang teridentifikasi melalui SLR. Rekomendasi mitigasi terhadap risiko kejahatan cyber antara lain: penerapan otentikasi ganda, enkripsi data sensitif pada sistem, implementasi teknologi keamanan terbaru dan memenuhi standar best practice terkait cybersecurity.

In the era of digitalization, acceleration of financial technology innovation Fintech has great potential to boost economic growth and provide benefits to society. Fintech 39;s ever-growing innovation may also potentially bring higher risk in electronic transactions security so it is necessary to analyze security risk factors for Fintech rsquo;s in electronic transactions. The method used in the risk identification and mitigation of Fintech security in electronic transactions is Systematic Literature Review SLR The study used indexed literature by reputable international database with following details: 39 articles from IEEE, 177 articles from Science Direct, 102 articles from Scopus, 354 articles from Springer Link, and 198 articles from Proquest. The synthesis of the final SLR results obtained a total of 19 articles with following details: 2 articles from IEEE, 5 articles from Science Direct, 1 article from Scopus, 8 articles from Springer Link, and 3 article from Proquest.Further analysis and evaluation to prioritize the risk used Analytical Hierarchy Process AHP method with the assistance of 3 Fintech experts. This study reveals the cybercrime as the risk which has the highest severity with 0.157 eigen values or equal to 15.7 from the total 19 risks identified risk through SLR. Recomedation for mitigating against cybercrime risk includes: the application of multiple authentication, the encryption of sensitive data on the system, the implementation of the latest security technologies and comply best practice standards related to cybersecurity."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Devy Puspitasari Jasmin
"Eksistensi internet sebagai salah satu institusi dalam periode new economy ditegaskan lagi dengan bentuk transaksi bisnis yang dikenal dengan electronic commerce. Dalam pelaksanaan transaksi pembelian iVoucher simPATI melalul e-commerce masih memiliki kendala utama yaitu mengenai kepercayaan, proses administrasi, sistem pembayaran, sisi informasi dan teknologi serta hukum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam strategi pengamanan penjualan melalul transaksi e-commerce dan alternatif strateginya. Diperlukan analisis deskriptif untuk penjelasan seluruh proses bisnis dari mulai proses administrasi, sistem pembayaran, sisi informasi dan teknologi serta hukum. Untuk melengkapi dilakukan proses hirarki analisis guna memudahkan pemilihan prioritas masalah dalam memutuskan alternatif strategi pengamanan penjualan melalui transaksi e-commerce. Urutan prioritas dari faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dalam transaksi e-commerce adalah masalah informasi dan teknoiogi, masalah hukum dan sistem pembayaran. Pelaku yang berperan adalah Internet Service Provider, Konsumen, Bank, Auditor, Pemerintah, Bank dan Certification Authority. Prioritas tujuan adalah pertumbuhan penjualan dan kepercayaan. Alternatif strategi yang dilaksanakan dengan fully e-commerce, manual atau double system. Adapun strategi pengamanan yang dilakukan pertama kali secara double system, fully electronic commerce dan yang terakhir dilakukan adalah secara manual. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, maka strategi pengamanan penjualan melalui transaksi e-commerce diperusahaan dilakukan dengan double system. Diiaksanakan dengan menggunakan sistem e-commerce tetapi untuk pelaksanaan verifikasi dilakukan cross cek secara manual misalnya melalui jaringan telepon. Menindaklanjuti pentingnya transaksi e-commerce di Indonesia dan pentingnya menjaga kepercayaan masyarakat sebagai penggunanya, maka diperlukan seperangkat aturan yang mengatur e-commerce tersebut. Di samping perangkat hukum yang perlu disiapkan, kemudian edukasi masyarakat, pelaksanaan hukum. Dari kesiapan bisnis internal perusahaan harus disiapkan jauh-jauh hari."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T3397
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irza Arrizkyputra
"Pandemi COVID-19 yang sudah mulai menurun membuat berbagai kegiatan masyarakat kembali hadir. Salah satu kegiatan yang mulai bangkit kembali adalah perhelatan event. Akibat pandemi COVID-19 pergeseran perilaku konsumen terjadi, termasuk perilaku masyarakat dalam membeli tiket event, di mana saat ini para event organizer lebih banyak menjual tiket event hanya secara daring melalui platform tiket event (PTE). Namun, nyatanya beberapa orang mengalami beberapa kendala saat melakukan pembelian tiket event melalui PTE. Berangkat dari isu tersebut, penelitian ini ingin mempelajari faktor-faktor yang memengaruhi seseorang untuk melakukan pembelian tiket event melalui PTE yang nantinya diharapkan dapat memberi wawasan terkait platform tiket event dan memberi masukan untuk praktisi platform tiket event. Untuk meneliti hal ini, penulis menggunakan teori DeLone and McLean IS Success Model dan Event Quality Components. Data dalam penelitian ini dikumpulkan secara kuantitatif melalui kuesioner daring yang diisi oleh 461 responden valid dan kualitatif melalui wawancara sebanyak tiga puluh satu narasumber. Data kuantitatif diolah dengan CB-SEM, sedangkan data kualitatif diolah menggunakan content analysis. Hasil penelitian menunjukan bahwa information quality, service quality, dan service quality berpengaruh terhadap kepuasan pengguna di mana kepuasan pengguna berpengaruh terhadap pembelian tiket event pada PTE. Selain itu, information quality juga berpengaruh terhadap tiga komponen event quality, yaitu ticketing, program content, dan facility di mana ketiganya menggambarkan bahwa kualitas informasi pada PTE memengaruhi kualitas sebuah event. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi praktiksi PTE dalam memberikan kualitas PTE terbaik untuk penggunanya dan juga untuk peneliti selanjutnya dengan konteks serupa.

The COVID-19 pandemic, which has started to decline, is bringing back various community activities. One of the activities making a comeback is the hosting of events. Due to the impact of the COVID-19 pandemic, there has been a shift in consumer behavior, including how people purchase event tickets. Currently, many event organizers predominantly sell tickets online through Event Ticketing Platforms (ETP). However, some individuals face challenges when buying event tickets through ETP. Starting from this issue, this research aims to study the factors that influence individuals to purchase event tickets through PTE, with the hope of providing insights into event ticket platforms and offering input for practitioners in the event ticket platform industry. To investigate this, the author employs the DeLone and McLean IS Success Model and Event Quality Components theory. Data for this research were collected quantitatively through an online questionnaire filled out by 461 valid respondents and qualitatively through interviews with thirty-one participants. Quantitative data were processed using CB-SEM, while qualitative data were analyzed using content analysis. The research findings indicate that information quality, service quality, and service quality influence user satisfaction, where user satisfaction affects the purchase of event tickets through ETP. Additionally, information quality also influences three event quality components: ticketing, program content, and facilities. These findings suggest that the quality of information on ETP affects the overall quality of an event. This research is expected to serve as a reference for ETP practitioners to provide the best quality for their users. It also offers insights for future researchers in similar contexts."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Ananingdyah
"ABSTRAK

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah merupakan kegiatan yang ditujukan untuk memperoleh barang/jasa dan dilakukan oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik tidak dapat terlepas dari penggunaan sistem elektronik sebagai sarana pelaksanaannya. Ketentuan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik tidak hanya mengacu pada peraturan yang terkait pengadaan barang/jasa pemerintah melainkan juga terkait dengan UU ITE yang mengatur hal yang berkaitan dengan masalah kekuatan dalam sistem pembuktian dari Informasi, Dokumen, dan Tanda Tangan Elektronik. Penggunaan tanda tangan elektronik pada suatu dokumen elektronik dalam pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik dapat menjamin keamanan suatu pesan informasi elektronik. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik menimbulkan suatu pertanggungjawaban hukum bagi para pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan sistem elektronik.


ABSTRACT

Government procurement is an activity to acquire goods/services of the Ministry/Agency/SKPD/Institution. E-Procurement can’t be separated from electronic systems. E-Procurement is not only refers to the rules that related to EProcurement but also related to Act of ITE. Act ITE is related to the problem of power in the system of proof of Information, Documents, and Electronic Signatures. The use of electronic signatures on an electronic document, can guarantee the security of an electronic information message. The procurement of goods / services of electronic government make a legal liability for the parties involved in the implementation of the electronic system.

"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56654
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincent Suryakim
"Di era perdagangan elektronik yang berkembang pesat, mengoptimalkan infrastruktur untuk skalabilitas dan efisiensi menjadi hal yang sangat penting. Untuk memenuhi kebutuhan ini, sebuah sistem yang disebut Kubernetes diperkenalkan dan menjadi standar de facto untuk manajemen dan penskalaan aplikasi yang efisien karena dapat memfasilitasi orkestrasi aplikasi terkontainerisasi dengan baik. Termotivasi oleh faktor-faktor ini, serta diciptakannya model arsitektur baru — Virtual Cluster (VC) — penelitian ini mengeksplorasi dan menganalisis efeknya dengan membandingkannya dengan model namespace-based (NS) untuk mengimplementasikan multi-tenancy di Kubernetes. Secara khusus, penelitian ini berfokus pada perbandingan kedua model tersebut untuk menentukan mana yang lebih tepat digunakan dalam konteks aplikasi e-commerce. Penelitian ini menemukan bahwa model NS yang diterapkan pada Google Compute Engine (GCE) melalui K3s memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan model VC, yang juga diterapkan pada GCE, dan model NS yang diterapkan pada Google Kubernetes Engine (GKE). Selain itu, ditemukan juga bahwa pada tenant yang diuji coba dengan load reguler, terdapat tren penurunan throughput seiring meningkatnya jumlah pengguna pada tenant yang memonopoli resources, yang diamati bersamaan dengan penurunan response time. Oleh karena itu, disarankan bagi penyedia layanan e-commerce yang ingin mengimplementasikan aplikasi single cluster multi-tenant untuk menggunakan model NS di GCE. Temuan dan hasil yang dipaparkan dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai panduan dalam mengimplementasikan arsitektur multi-tenant Kubernetes untuk aplikasi e-commerce.

In an era where electronic commerce is rapidly growing, optimizing infrastructure for scalability and efficiency has become paramount. To meet this need, a system called Kubernetes was introduced and has become the de facto standard for efficient management and scaling of applications as it facilitates seamless orchestration of containerized applications. Motivated by these factors, combined with the introduction of a new architectural model — the Virtual Cluster (VC) model — this study intends to explore and analyze its effects by comparing it with another model to implement multi-tenancy in Kubernetes: the namespace-based (NS) model. Specifically, this research focuses on comparing both models to determine which is more appropriate in the context of e-commerce. This study found that the NS architecture deployed on Google Compute Engine (GCE) using K3s performed better than the VC architecture, also deployed on GCE, and the NS architecture deployed on Google Kubernetes Engine (GKE). However, as for the perceivable impacts on its partnering tenant, this study found that there is a decreasing trend in throughput as the peak number of concurrent users in the monopolizing tenant increases, which is observed alongside a decrease in response time. Therefore, it is recommended for e-commerce providers looking to implement a single cluster multi-tenant application to use the NS architecture in GCE. The findings and results presented in this study are expected to be used as guidelines in implementing Kubernetes multi-tenant architectures for e-commerce applications."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ebeneser Sinuraya
"E-commerce adalah industri yang berkembang pesat di Indonesia, dengan jumlah toko online yang melampaui jutaan pengunjung didorong oleh infrastruktur yang berkembang di sekitar e-channel ini. Namun, data menunjukkan bahwa konsumen Indonesia hanya menggunakan sebagian kecil waktu online mereka untuk berbelanja, terutama karena kasus penipuan, pelanggaran data, dan risiko lain yang masih ada seputar penggunaan e-commerce. Studi ini bermaksud untuk menganalisis bagaimana perilaku konsumen dengan menggunakan trust Enhanced Technology Acceptance Model dan empat dimensi risiko-financial, privacy, convenience, performance-untuk mengidentifikasi pendorong dan penghambat penggunaan e-commerce. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing variabel Trust Enhanced TAM dan masing-masing dimensi risiko berpengaruh signifikan terhadap berbagai tolok ukur perilaku konsumen terhadap e-commerce.

E-commerce is a rapidly growing industry in Indonesia, with numerous online stores surpassing millions of visitors prompted by the developing infrastructure surrounding this e-channel. However, data suggests that Indonesian consumers only use a small portion of their time online for shopping purposes, mainly due to the cases of fraud, data breaches, and other risks that persist around e-commerce usage. This study intends to analyze how businesses can understand consumer behavior by using the Trust Enhanced Technology Acceptance Model and the four risk dimensions- financial, privacy, convenience, performance-to identify the drivers and deterrents of e-commerce usage. The results indicate that each variable of Trust Enhanced TAM and each dimension of risk is significant in affecting various benchmarks of consumer behavior towards e-commerce."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdi Sjaiful
"Tesis ini bertujuan untuk mengevaluasi pencapaian tujuan e-procurement berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yang meliputi peningkatan transparansi dan akuntabilitas, akses pasar dan persaingan usaha yang sehat, efisiensi proses pengadaan, monitoring dan audit, dan akses informasi yang real time. Evaluasi dilakukan dengan menyelidiki persepsi responden, baik pejabat organisasi pengadaan dan penyedia barang/jasa, yang terlibat langsung pengadaan barang/jasa di Sekretariat Presiden Jakarta serta dengan menghitung tambahan manfaat dan tambahan biaya yang diperoleh dari pelaksanaan e-procurement.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif melalui penyebaran kuesioner, observasi langsung dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan e-procurement di Sekretariat Presiden Jakarta telah berjalan dengan baik dan mencapai tujuan e-procurement dan tambahan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan e-procurement lebih besar dari tambahan biaya yang harus dikeluarkan.

This thesis aims to evaluate the accomplishment of e-procurement purposes on the basis of President Regulation Number 54 / 2010 covering the improvement of transparancy and accountability, market access, and the promotion of fair and open competition, efficient procurement process, monitoring and audit, not to mention real time information access. Evaluation is conducted by studying respondent perception both procurement officials and suppliers, who are involved directly in procurement at the Presidential Secretariat Jakarta and calculating marginal benefit and marginal cost which result from conducting e-procurement.
This research applies descriptive quantitative approach. Therefore the writer carried out questionaires, direct obervation, and literature study. The findings of the research are: 1. e-procurement at the Presidential Secretariat has been has achieved e-procurement purposes, 2. marginal benefit from e-procurement is bigger than its marginal cost.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T38617
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safiral Alam
"
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh positif dan signifikan dari dimensi variabel intrinsic motives yang terdiri dari concern for others, self enhancement, dan social benefit, serta variable extrinsic motives terhadap e-wom participation, selanjutnya e-wom participation tersebut di mediasi dengan variabel personal identification dan social identification untuk mengetahui pengaruhnya terhadap e-loyalty. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksploratif dan deskriptif yang dilakukan satu kali dalam satu periode. Responden penelitian ini berjumlah 150 orang e-commerce user dengan aktivitas online shop terakhir adalah 6 bulan. Model penelitian dengan sembilan hipotesis diuji menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). Hasil penelitian menyatakan bahwa intrinsic motives dan extrinsic motives berpengaruh signifikan dan positif terhadap e-wom participation pada e-commerce. E-wom participation memiliki pengaruh signifikan positif terhadap personal dan social identification. Personal site identification berpengaruh positif signifikan terhadap e-loyalty, dan social site identification tidak memiliki pengaruh terhadap e-loyalty pada e-commerce.

ABSTRACT:
The purpose of this study is to identify the impact and relation from dimension of variable intrinsic motives which is consist of concern for others, self enhancement, and social benefit, also extrinsic motives variable toward e-wom participation, and then that e-wom participation on e-loyalty with intervening variable which is consist of personal site identification and social site identification. This research uses exploratory and descriptive design research conducted in one time period (cross sectional design). Respondents of this study are 150 people who have account of e-commerce and have been done last six month online shopping activity. The six-hypotheses research model in this study are tested with Structural Equation Modeling (SEM). The study states that the intrinsic motives and extrinsic motives significant and positive impact on e-wom participation in e-commerce. e-WOM participation have a positive significant effect on personal and social site identification, and then personal site identification have a positive significant effect on e-loyalty and social site identification have no significant effect on e-loyalty."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atgan Rouf Nuraris
"Seringkali di masa yang serba dinamis sekarang manusia perlu meminimalkan yang seharusnya dilakukan. Hal tersebut terjadi karena dimungkinnya menghilangkan batas-batas fisik seperti berbelanja. Sebelum adanya internet manusia jika menginginkan sesuatu mereka perlu datang ke toko yang menyediakan komoditas yang diinginkannya. Tetapi setelah adanya internet batas antara penjual dan pembeli dapat dihilangkan sehingga pembeli tidak perlu datang ke toko secara langsung. Namun, dengan adanya Perdagangan Elektronik menimbulkan masalah baru yaitu besarnya risiko ketika berbelanja atau berjualan di Perdagangan Elektronik. Risiko tersebut antara lain pada pembeli, komoditas, penjual, dan bahkan sistem Perdagangan Elektronik itu sendiri. Dengan demikian dari itu Perdagangan Elektronik perlu memecahkan masalah demikian dengan cara membangun kepercayaan antara penjual dan pembeli, penjual dan Perdagangan Elektronik, dan pembeli dan Perdagangan Elektronik. Strategi yang digunakan dalam tujuan membangun kepercayaan, Perdagangan Elektronik melakukannya dengan cara memperlihatkan bentuk kesaksian dari orang-orang yang pernah bertemu secara langsung dengan komoditas terkait. Tetapi sebagai konsumen, manusia tidak dapat serta merta larut dalam permainan pemasaran yang terjadi di media atau secara langsung. Perlu adanya sikap kritis dalam menerima kesaksian dari seseorang dalam upaya mendapatkan pembenaran dari apa yang dijelaskan bukan hanya omong kosong yang menimbulkan risiko berbelanja di Perdagangan Elektronik.

Often in today's dynamic times, humans need to minimize what they should do. This happens because it is possible to eliminate physical boundaries such as shopping. Before the internet, humans wanted something they needed to come to a store that provided the commodity they wanted. But after the internet the boundaries between sellers and buyers can be expanded so that buyers do not have to come to the store in person. However, the existence of Electronic Commerce creates a new problem, namely the magnitude of the risk when shopping or selling in Electronic Trading. These risks include buyers, commodities, sellers, and even the Electronic Commerce system itself. Therefore, Electronic Commerce needs to solve such problems by building trust between sellers and buyers, sellers and Electronic Commerce, and buyers and Electronic Commerce. The strategy used for the purpose of building trust, Electronic Commerce does this by showing the form of testimonies from people who have met directly with the related commodity. But as consumers, humans can not necessarily get involved in the marketing game that occurs in the media or in person. There needs to be a critical attitude in receiving testimony from someone in an effort to get justification for what is explained not just nonsense that poses the risk of shopping in Electronic Commerce."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anillah Fadia Trasaenda
"Perkembangan teknologi saat ditandai dengan adanya e-commerce di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Mulanya e-commerce identik dengan kegiatan jual beli, namun kini merambah pada kegiatan pinjam meminjam dengan skema financial technology peer to peer lending (fintech P2PL). Kegiatan fintech P2PL di Indonesia tidak lepas dari ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) sebagai dasar hukum perjanjian. Akan tetapi, nyatanya KUHPer belum mampu mengatur terkait unsur penyalahgunaan keadaan (Misbruik van Omstandigheden) dalam suatu perjanjian. KUHPer hanya menentukan tiga hal yang membuat suatu perjanjian dapat dibatalkan yaitu Kekhilafan (Dwaling), Paksaan (Dwang), dan Penipuan (Bedrog). Berdasarkan kondisi tersebut penelitian ini dibuat untuk menganalisis apakah terdapat potensi penyalahgunaan keadaan dalam perjanjian fintech P2PL pada salah satu layanan fintech P2PL di Indonesia yaitu layanan Shopee Pinjam (SPinjam). Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan bentuk yuridis normatif. Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa Syarat dan Ketentuan SPinjam yang berlaku sebagai perjanjian bagi para pihak memiliki potensi penyalahgunaan keadaan. Oleh karena itu, agar terdapat kepastian hukum dalam pelaksanaan fintech P2PL maka diharapkan Indonesia memiliki dasar hukum yang tegas perihal penyalahgunaan keadaan dalam suatu perjanjian serta pengaturan terkait fintech P2PL yang memberikan perlindungan kepada pengguna layanan fintech P2PL.

The development of technology is currently marked by the existence of e-commerce in Indonesian society. Initially, e-commerce was synonymous with buying and selling activities, but now it has penetrated lending and borrowing activities with financial technology peer to peer lending (fintech P2PL) schemes. P2PL fintech activities in Indonesia cannot be separated from the provisions of the Civil Code (KUHPer) as the legal basis for the agreement. However, the Civil Code has not been able to regulate the element of abuse of circumstances (Misbruik van Omstandigheden) in an agreement. The Civil Code only specifies three things that make an agreement voidable, namely Oversight (Dwaling), Coercion (Dwang), and Fraud (Bedrog). Based on these conditions, this study was made to analyze whether there is a potential for misuse of circumstances in the P2PL fintech agreement on one of the P2PL fintech services in Indonesia, namely the Shopee Pinjam (SPinjam) service. This research was conducted using qualitative research methods with a normative juridical form. The result of this study is that the Terms and Conditions of SPinjam which apply as an agreement for the parties have the potential for abuse of circumstances. Therefore, for there to be legal certainty in the implementation of P2PL fintech, it is hoped that Indonesia will have a firm legal basis regarding the misuse of circumstances in an agreement and arrangements related to P2PL fintech that protects users of P2PL fintech services."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>