Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13669 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harry F. L. Muhammad
"ABSTRACT
Stunting or short stature in children is a significant nutritional problem in developing and underdeveloped countries. Stunting during childhood might affect brain development and impair development cognitive function. Additionally, this condition associated with the increased risk for obesity during adulthood. Several studies have shown that the increment risk of obesity and overweight in children with a short stature was due to their metabolic efficiency. Children with stunting have lower resting energy expenditure compared to non stunting children. Additionally, stunted children has higher respiratory quotient and carbohydrate oxidation but lower fat oxidation compared to non-stunting children. These results might explain why stunted children easily become obese, which is due to lower fat oxidation and leading to tendency to store fat.
This review discussed the current status on studies in the nutrigenetic aspects of the relationship between stunting in the childhood and obesity in adulthood. I hypothesized that stunted children are more likely to become obese in their later life because they have lower metabolic rate and higher tendency of fat storage. There are several candidate genes and pathway involved in obesity and I suspected that ghrelin and its receptor growth hormone secretague receptor (GHSR) were responsible."
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2018
610 UI-IJIM 50: 2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmadi
"Obesitas merupakan fenomena saat ini yang banyak terjadi pada semua umur tak terkecuali anak usia sekolah. Pola makan yang salah serta gaya hidup kurang gerak merupakan salah satu faktor yang mendukung terjadinya obesitas selain faktor keturunan. Dampak yang terjadi pada anak-anak maupun dewasa merupakan hal yang mengkhawatirkan bagi individu, keluarga dan masyarakat. Keluarga merupakan orang terdekat bagi anak dan berfungsi melakukan perawatan pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan arti dan makna pengalaman keluarga dalam merawat anak usia sekolah dengan obesitas di kota Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif dengan metode wawancara mendalam. Partisipan adalah keluarga baik ayah atau ibu (care giver) yang mempunyai pengetahuan cukup dan mampu menjelaskan fenomena, dan dapat berbahasa Indonesia. Jumlah partisipan keseluruhan ada 8 orang. Data yang dikumpulkan berupa rekaman wawancara dan catatan lapangan yang dianalisis dengan teknik Colaizzi. Penelitian ini mengidentifikasi 9 tema. Persepsi keluarga dengan anak obesitas mempunyai tema yaitu persepsi baik dan persepsi buruk anak obesitas. Hambatan keluarga dalam perawatan obesitas mempunyai tema norma keluarga yang tidak tepat. Makna pengalaman keluarga merawat anak obesitas mempunyai tema perasaan membolehkan dan melarang, kepercayaan (believe) keluarga yang salah tentang anak obesitas, obesitas bukan hambatan percaya diri dan mekanisme koping pada anak. Harapan keluarga dalam perawatan obesitas mempunyai tema perbaikan pola makan pada anak obesitas dan dukungan keluarga yang mempunyai tema memotivasi anak obesitas mencapai berat badan ideal. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran perawatan anak usia sekolah dengan obesitas serta bermanfaat untuk mengurangi kejadian obesitas di masyarakat dan membuat kebijakan untuk mencegah obesitas bagi pemerintah.

Obesity is phenomena that dwelly with most of ail people include school age children. Pattem of eat and sedentary iife style and also genetic cause obesity and dangerous for individu, family and community. Family are the closest with children and caring for children. This study was aimed to provide deep understanding and meaning of family to explain school age children and how the family caring children with obesity in Yogyakarta. This study was descriptive phenomenology with indepth interview method. The participant were family (father or mother) whose caring school of children with obesity, have enough knowledge to explained the phenomena and able to spoke Indonesian language welL Data were gathered by indepth interview recording and field notes, and analyzed with Colaizzi’s analysis method. This study involved 8 participants. This study identified 9 themes, obesity child’s family have themes good perception, and bad perception. Inhabated family in caring obesity have themes norm in ineffective pattem. Mean of experiences of obesity child’s family have themes wrong of pattem of care feel of agree and do not agree, family’s believe of wrong to children with obesity, obesity was not make down of self confidence and child coping mechanism. Family hope in caring obesity child have themes to repair eat pattem of child obesity and to family enhance have themes expect to motivation children with obesity to ideal body. The result of this study were expected to explained caring of child age obesity and function to decrease incident obesity in community, and for the govemment to make police obesity prevence."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T26576
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Sri Susanti
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahminar Rahmani
"Prevalens gizi lebih dan obesitas pada anak di Indonesia masih cukup tinggi. Konsumsi susu formula, terutama tingginya kandungan tinggi protein, berhubungan dengan kejadian gizi lebih dan obesitas pada anak sehingga kadar protein pada susu formula dianjurkan untuk diturunkan. Belum pernah terdapat penelitian di Indonesia mengenai hubungan konsumsi susu pertumbuhan dengan kejadian gizi lebih dan obesitas pada anak.
Tujuan: Mengetahui rerata asupan energi, rasio kalori susu pertumbuhan dibandingkan kalori total per hari, protein susu pertumbuhan, dan rasio kalori protein susu pertumbuhan dibandingkan kalori protein total per hari dan hubungannya dengan kejadian gizi lebih dan obesitas pada anak usia 2-3 tahun. 
Metode: Studi potong lintang dilakukan untuk mengetahui proporsi gizi lebih dan obesitas, dilanjutkan dengan studi kasus kontrol untuk mengetahui hubungan susu pertumbuhan terhadap kejadian gizi lebih dan obesitas dengan matching usia dan jenis kelamin. Penelitian dilakukan di Posyandu Jakarta Pusat dan Timur bulan September hingga Desember 2018. Kelompok kasus merupakan subyek gizi lebih dan obes, sedangkan kelompok kontrol merupakan subyek gizi baik. Subyek menjalani pengukuran antropometri dan penilaian asupan nutrisi menggunakan food record selama 3 hari.
Hasil: Sebanyak 292 subyek dengan kelompok kasus 34 subyek dan kelompok kontrol 68 subyek. Proporsi gizi lebih dan obesitas pada anak usia 2-3 tahun sebesar 12%. Terdapat perbedaan bermakna pada asupan energi susu pertumbuhan [516,1 (0-1546,7) vs 238,5 (0-1090,4) kkal/hari, p<0,001], rasio kalori susu pertumbuhan dengan kalori total per hari [41,1 (0-83,7) vs 20,8 (0-80,7)%, p<0,001], protein [18,9 (0-71,7) vs 8,6 (0-50,7) g/hari, p<0,001], dan rasio kalori protein susu pertumbuhan dengan kalori protein total [46,9 (0-89,5) vs 19 (0-72,3)%, p<0,001] antara kelompok kasus dan kelompok kontrol.
Kesimpulan: Konsumsi susu pertumbuhan yang berlebih berhubungan dengan kejadian gizi lebih dan obesitas pada anak usia 2-3 tahun.

Overweight and obesity prevalence in Indonesia is quite high. Recent studies suggest that consumption of infant formula, particularly high protein content, was related to overweight and obesity in children. Therefore, protein content in infant formula was recommended to be lowered. Currently, there is no data on the association between growing-up milk consumption and overweight and obesity in children aged 2-3 years in Indonesia.
Objective: To determine the average intake of growing-up milk energy, ratio of growing-up milk calories to the total calories per day, growing-up milk protein, and ratio of growing-up milk protein calories to the total protein calories per day and their relationship with overweight and obesity children aged 2-3 years.
Methods: Cross-sectional study was conducted to determine the proportion of overweight and obesity, followed by case-control study to determine the relationship between growing-up milk consumption with overweight and obesity. Overweight and obese subjects were considered as the case group, while normal weight subjects were categorized as control group. Study was conducted in Jakarta since September to December 2018. Three days-food record analysis were performed.
Results: A total of 292 subjects with 34 cases and 68 controls. The proportion of overweight and obesity in children aged 2-3 years was 12%. There were significant differences between case and control group in terms of growing-up milk energy intake [516.1 (0 to 1546.7) vs. 238.5 (0 to 1090.4) kcal/day, p<0.001], ratio of growing-up milk calories to total calories per day [41.1 (0 to 83.7) vs 20.8 (0 to 80.7)%, p<0.001], growing-up milk protein [18.9 (0 to 71.7) vs 8.6 (0 to 50.7) g/day, p<0.001], and ratio of growing-up milk protein calories to total protein calories [46.9 (0 to 89.5) vs. 19 (0 to 72.3)%, p<0.001].
Conclusion: Excessive consumption of growing-up milk had significant relationship with overweight and obesity in children aged 2-3 years. 
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asma' Fauziah
"Sebanyak 4,8% penduduk Indonesia telah melebihi batas konsumsi gula yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 tahun 2013. Selain itu, proporsi konsumsi minuman berpemanis ≥ 1 kali/hari di Indonesia meningkat sebesar 8,17% pada tahun 2018. Banten merupakan salah satu provinsi dengan proporsi konsumsi minuman berpemanis yang tinggi (61,46%), lebih besar dari proporsi konsumsi minuman berpemanis di Indonesia. Salah satu penyumbang proporsi terbesar merupakan Tangerang. Konsumsi minuman berpemanis merupakan salah satu faktor utama yang mendorong obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, uang saku, teman, dan akses dengan perilaku konsumsi MBDK pada siswa-siswi SMAN 28 Kabupaten Tangerang pada tahun 2024. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Data penelitian dikumpulkan melalui pengisian self-administered questionnaire oleh 172 siswa aktif SMAN 28 Kabupaten Tangerang. Data dianalisis menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian telah menunjukkan sebanyak 88 (50,6%) responden mengonsumsi MBDK yang tinggi. Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan signifikan secara statistik antara jenis kelamin (p= 0,046; OR= 2,16; 95% CI 1,07 - 4,36) dan uang saku (P= 0,004; OR=2,62; 95% CI 1,40-4,89) dengan Konsumsi MBDK, sehingga saran yang dapat diberikan peneliti yaitu membatasi penjualan dan iklan MBDK dan menyediakan air siap minum di sekolah.

Approximately 4.8% of the Indonesian population has exceeded the sugar consumption limit set by the Minister of Health Regulation No. 30 of 2013. Furthermore, the proportion of daily sweetened beverage consumption in Indonesia increased by 8.17% in 2018. The province of Banten is notable for having a high proportion of sweetened beverage consumption (61.46%), exceeding the national average, with Tangerang being a significant contributor. The consumption of sweetened beverages is a primary factor contributing to obesity. This study aims to investigate the knowledge, attitudes, pocket money, peer influence, and access related to the behavior of sweetened beverage consumption (MBDK) among students of SMAN 28 in Tangerang Regency in 2024. A cross-sectional study design was employed, with data collected via a self-administered questionnaire completed by 172 active students of SMAN 28 Tangerang Regency. Data analysis was conducted using the chi-square test to examine the relationships between the independent variables and the dependent variable. The findings revealed that 88 respondents (50.6%) exhibited high consumption of MBDK. Additionally, the study identified statistically significant relationships between gender (p= 0.046; OR= 2.16; 95% CI 1.07 - 4.36) and pocket money (p= 0.004; OR= 2.62; 95% CI 1.40 - 4.89) with MBDK consumption. Based on these findings, it is recommended to implement restrictions on the sale and advertisement of MBDK and to provide readily available drinking water in schools.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mery Susantri
"Latar Belakang. Obesitas pada anak merupakan masalah kesehatan global. Small dense low density lipoprotein (sdLDL) merupakan salah satu faktor risiko kejadian penyakit kardiovaskular. Peningkatan sdLDL sebagai manifestasi dislipidemi pada remaja dapat terus berlanjut pada usia dewasa dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. Belum jelas faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya sdLDL pada remaja obes.
Tujuan. Mengetahui prevalens sdLDL dan faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya sdLDL pada remaja siswa sekolah menengah pertama di Jakarta.
Metode. Studi potong lintang pada 97 anak usia 12-15 tahun siswa SMP di Jakarta Pusat pada periode Juni-Juli 2012 dan April-Mei 2014 di Jakarta Timur. Pada subjek penelitian dilakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT), massa lemak tubuh (MLT), tekanan darah dan pemeriksaan darah sdLDL. Kriteria obesitas menggunakan IMT ≥P95 berdasarkan usia dan jenis kelamin. Massa lemak tubuh diukur menggunakan Tanita Inner Scan Body Composition Monitor tipe BC-545.
Hasil dan pembahasan. Sebanyak 97 remaja obes diikutsertakan dalam penelitian. Prevalens sdLDL terjadi sebanyak 17,2 %. Terdapat hipertensi sebanyak 26,8 %, IMT pada nilai 30-39,9 sebanyak 51,5 % , MLT > P98 67 % dan lingkar pinggang> P90 52,5 %. Pada analisis bivariat dengan uji Mann-Whitney dan Kai-kuadrat tidak didapatkan hubungan antara sdLDL dengan faktor-faktor di atas
Kesimpulan : Prevalens sdLDL pada remaja obes ditemukan sebesar 17,2 %. Tidak ditemukan hubungan antara sdLDL dengan IMT, tekanan darah, MLT dan lingkar pinggang.

Background : Childhood obesity is a global health problem. Plasma concentrations of small dense (sd)-LDL are associated with the prevalence of atherosclerosis events. Atherosclerosis already start to develop in childhood and adolescent obese. Increase of sdLDL in adolescent develop to adult and caused high morbidity and mortality. There are still not clear what factors influenced sdLDL.
Objectives. To know the prevalence of sdLDL in obese adolescents and the affecting factors, such as body mass index, body fat mass, blood pressure and waist circumference.
Methods. This was a cross-sectional study performed in obese adolescents, aged 12-15 years old, in several junior high schools in Central and East Jakarta, from May to June 2012 and April to Mei 2014. Physic examination was perfomed, including body mass index, body fat mass, blood pressure and waist circumference. and sd LDL as a blood examination.. Body mass index with the percentile ≥95 according to age and gender was used for obesity criteria, body fat mass was calculated using Tanita Inner Scan Body Composition Monitor Type BC-545.
Results. Of 97 obese adolescents in this study, sdLDL was found in 17,2 % subjects. The prevalence of each factors was 26,8 % hypertension, 51,5 % for body mass index at 30-39,9, 67 % for body fat mass >P98 and 52,5 % for central obesity P>P99. Based on bivariate analyse, such as Mann-Whitney and Kai-Kuadrat, there were no correlation between sdLDL and it’s factors.
Conclusion. sdLDL has a prevalence of 17,2 % in obese adolescent in this study, with no association found between body mass index, body fat mass, blood pressure and waist circumference.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita
"Studi tentang obesitas dari berbagai sudut pandang telah banyak dibahas dalam literatur ilmu kesehatan. Akan tetapi, studi yang membahas obesitas dari sisi karakter kota masih sangat terbatas, terutama untuk negara berkembang. Untuk melengkapi gap literatur, studi ini memberikan pembuktian empiris hubungan kausal antara obesitas dan karakter kota berupa urban sprawl. Skor indeks risiko gempa dan elevasi digunakan sebagai instrument variable (IV) untuk mengatasi masalah endogenitas dalam mengestimasi parameter. Hasil estimasi dengan metode 2SLS menunjukkan bahwa peningkatan satu persen indeks sprawl akan menurunkan 3,6% poin indeks massa tubuh dan 0,4% poin likelihood peningkatan status obesitas. Konsisten dengan hasil estimasi tersebut, studi ini menemukan bahwa semakin sprawl suatu area, maka peluang individu melakukan aktivitas fisik seperti berjalan kaki dan bersepeda semakin meningkat, intensitas individu mengkonsumsi makanan sehat meningkat, dan intensitas konsumsi makanan yang tidak sehat semakin menurun. Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk mengendalikan tingkat obesitas masyarakat dapat dilakukan dengan melakukan perubahan pada struktur kota (lingkungan) dengan meningkatkan fasilitas yang dapat mendukung aktivitas fisik masyarakat, seperti jogging track, jalur khusus sepeda, atau taman untuk berolahraga terutama di aera yang padat residensial.

The study of obesity from various perspectives has been widely discussed in the health science literature. However, studies that discuss obesity in terms of urban character are still very limited, especially for developing countries. To complete the literature gap, this study provides empirical evidence of a causal relationship between obesity and urban form in terms of urban sprawl. The earthquake risk and elevation scores are used as instrument variables (IV) to solve the endogeneity problem in estimating parameters. The estimation results using the 2SLS method find that a one percent increase in the sprawl index will decrease 3.6% body mass index points and 0.4% likelihood of increasing obesity status. Consistent with the results, this study found that the more sprawl an area, the chances of individuals doing physical activities such as walking and cycling increased, the intensity of individuals consuming healthy food increased, and the intensity of consumption of unhealthy foods decreased. Based on these findings, it can be concluded that to combat the obesity rate can be done by making changes to the structure of the city (environment) by increasing facilities that can support the physical activities of the community, such as jogging tracks, bicycle lanes, or parks to exercise, especially in areas that residential solid."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radistrya Sekaranti Brahmanti
"Pendahuluan Excessive daytime sleepiness / EDS sering dikaitkan dengan penurunan performa kerja dan fatigue pada penerbang sipil. Namun, rekomendasi aeromedis untuk evaluasi EDS saat ini untuk lebih dikaitkan dengan kecurigaan apnea tidur obstruktif / OSA. Dewasa ini, sudah banyak penelitian yang menemukan hubungan antara obesitas dengan EDS terlepas adanya OSA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara obesitas dengan EDS pada penerbang sipil di Indonesia dan risikonya terkena OSA.
Metode Penelitian ini menggunakan disain krosseksional dan dilaksanakan di Balai Kesehatan Penerbangan. Responden diminta mengisi kuesioner, termasuk Epworth Sleepiness Scale untuk mengukur EDS dan STOP-Bang untuk menilai risiko OSA, dilanjutkan dengan pengukuran antropometri berupa indeks masa tubuh dan lingkar pinggang untuk indikator obesitas.
Hasil Didapatkan 156 responden dengan hasil prevalensi EDS sebesar 16,7%. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara obesitas dan EDS (p >0,05), tapi prevalensi EDS lebih tinggi pada responden obese berdasarkan lingkar pinggang dibandingkan indeks masa tubuh (17,8% vs 15,6%). Pada penerbang obese dengan EDS, sebagian besar memiliki risiko rendah OSA (83,3% dan 80%).
Kesimpulan Terdapat prevalensi EDS yang meningkat pada penerbang sipil di Indonesia, terutama pada penerbang dengan obesitas sentral. Kejadian EDS tidak dipengaruhi oleh risiko penyakit OSA.

Introduction Excessive daytime sleepiness / EDS is often associated with decreased work performance and fatigue in civil pilots. However, aeromedical recommendations for evaluation of EDS are associated with suspicion of obstructive sleep apnea/OSA. Currently, many studies have found an association between obesity and EDS regardless of OSA. This study aims to determine whether there is a relationship between obesity and EDS in Indonesian civilian pilots, and its risks to get OSA.
Methods This study used a cross-sectional design and was carried out at the Directorate General Civil Aviation Medical. Respondents were asked to fill out questionnaires, including the Epworth Sleepiness Scale to measure EDS and STOP-Bang to assessed the risks to have OSA, followed by anthropometric measurements for body mass index and waist circumference as obesity indicators.
Results We obtained 156 respondents with EDS prevalence of 16.7%. There was no significant relationship between obesity and EDS (p > 0.05), but prevalence of EDS was higher in obese respondents based on waist circumference than body mass index (17,8% vs 15,6%). Most obese pilots with EDS had low risk of OSA (83,3% and 80%).
Conclusion There was an increase of EDS prevalence among Indonesian civilian pilots, especially in pilots with central obesity. The incidence of EDS was not affected by the risk of OSA.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barus, Nadya R V
"Latar Belakang. Obesitas merupakan faktor risiko luaran buruk pada pasien COVID-19. Sampai saat ini studi penilaian hubungan parameter obesitas berupa nilai lemak viseral, lingkar pinggang (LP), indeks massa tubuh (IMT), dan persentase lemak tubuh secara bersamaan dengan luaran COVID-19 menggunakan metode sederhana berupa bioimpedance analyzer (BIA) masih terbatas. Keempat variabel tersebut akan dinilai kemampuannya untuk memprediksi luaran buruk selama perawatan pasien COVID-19.
Metode. Penelitian ini merupakan kohort prospektif dari 261 pasien COVID-19 ringan-sedang di RSUPN Cipto Mangunkusumo rawat inap sejak Desember 2020 hingga Maret 2021. Pasien dilakukan pemeriksaan BIA, LP, dan IMT saat admisi. Dilakukan analisis multivariat regresi logistik untuk menilai kemampuan nilai lemak viseral, persentase massa tubuh, IMT dan LP untuk memprediksi luaran buruk komposit yang mencakup ARDS dan mortalitas.
Hasil. Didapatkan median nilai lemak viseral 10 (setara 100 cm2 ), lingkar pinggang 93 cm, IMT 26,1 kg/m2 , dan persentase lemak tubuh 31,5%. Berdasarkan multivariat regresi logistik, lingkar pinggang secara statistik bermakna sebagai faktor yang berpengaruh terhadap luaran buruk pada pasien COVID-19 [RR 1,04 (IK 95% 1,01-1,08)] bersama dengan derajat COVID-19 [RR 4,3 (IK 95% 1,9- 9,9)], skor NEWS [RR 5,8 (IK 95% 1,1-31)] saat admisi, dan komorbiditas [RR 2,7 (IK 95% 1,1-6,3)].
Kesimpulan. Luaran buruk COVID-19 selama perawatan pasien COVID-19 terkonfirmasi dapat dipengaruhi oleh lingkar pinggang.

Background. Obesity is a risk factor for adverse outcomes in COVID-19 patients. Until now, studies on assessing the relationship between obesity parameters in the form of visceral fat, waist circumference (WC), body mass index (BMI), and body fat percentage simultaneously with COVID-19 outcomes using a simple method such as bioimpedance analyzer (BIA) are still limited. The four variables will be assessed for their ability to predict adverse outcomes during the treatment of COVID-19 patients.
Method. This study is a prospective cohort of 261 mild-moderate COVID-19 subjects at Cipto Mangunkusumo General Hospital who were hospitalized from December 2020 to March 2021. Patients underwent BIA, WC, and BMI examinations upon admission. Multivariate logistic regression analysis was performed to assess the ability of visceral fat, body mass percentage, BMI, and WC to predict poor composite outcomes, including ARDS and mortality.
Results. The median value of visceral fat was 10 (equivalent to 100 cm2 ), WC was 93 cm, BMI was 26.1 kg/m2 , and body fat percentage was 31.5%. Based on multivariate logistic regression, WC was statistically significant as a factor influencing poor outcomes in COVID-19 patients [RR 1.04 (95% CI 1.01-1.08)] along with COVID-19 degree of severity [RR 4.3 (95% CI 1.9-9.9)], NEWS score [RR 5.8 (95% CI 1.1-31)] at admission, and comorbidities [RR 2.7 (95% CI 1.1) - 6.3)].
Conclusion. During the hospitalization of confirmed COVID-19 patients, poor outcomes can be affected by waist circumference.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hansa Nurhaida
"ABSTRAK
Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang perlu diperhatikan karena angka penderita obesitas (IMT >30) meningkat secara signifikan setiap tahun. Penderita obesitas perlu lebih waspada karena kemungkinan komorbiditas penyakit lain meningkat, termasuk salah satunya adalah stroke. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya stroke yang dapat diukur serta dipengaruhi status obesitas adalah nilai viskositas darah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara obesitas sebagai faktor risiko stroke dengan viskositas darah. Pada penelitian ini juga digunakan alat baru portable untuk mengukur viskositas darah yaitu Mikrokapiler Digital.
Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional dari data sekunder 194 rekam medik pasien yang melakukan pemeriksaan kesehatan pada Pos Binaan Terpadu (Posbindu) Kelurahan Pisangan Timur dibawah binaan Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas pada bulan Januari dan Maret 2015. Data dianalisis dengan menggunakan uji kolerasi spearman dan uji chi-square. Pada uji kolerasi spearman antara obesitas dengan nilai viskositas darah tidak ditemukan adanya hubungan kolerasi yang signifikan dengan nilai p 0,304. Jika data numerik diolah secara kategorik dengan uji chi-square, tidak didapatkan adanya hubungan antara obesitas dan peningkatan viskositas darah dengan nilai p 0,719.
Hasil tersebut dapat terjadi karena pada penelitian ini faktor perancu lain diabaikan. Sehingga pada pasien non obesitas masih ada kemungkinan pengaruh hal hal lain seperti hipert.

ABSTRACT
Obesity is one of the health problem that need be considered because the numbers of obese people (BMI> 30) increased significantly every year. Obese people have greater possibility of other co-morbidities diseases, including stroke. One of the causes of stroke that can be measured and influenced the status of obesity is the value of blood viscosity. Therefore, this study aimed to explore the relationship between obesity as a risk factor of stroke and blood viscosity. In this study, researcher also used Mikrokapiler Digital, a new portable instrument for measuring the viscosity of the blood.
This research was conducted with a crosssectional design. This research using 194 medical records from patients who performed medical check up on the Pos Binaan Terpadu(Posbindu) Kelurahan Pisangan Timur under the guidance of the Department of Community Medicine.
The medical check up held in January and March 2015. Data were analyzed using Spearman correlation test and chi-square test. In the Spearman correlation test between obesity and blood viscosity value did not reveal any significant correlation relationship with a p-value 0.304. When the numerical data converted into categorical data and analyzed using the chi-square test, it also shows no association between obesity and increased blood viscosity with a p-value 0.719.
These results happen because in this study other confounding factors are ignored. So that the nonobese patients can possibly influenced by other factors which can increase the viscosity value such as hypertension, diabetes mellitus and dyslipidemia.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>