Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145293 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Ariani
"

Latar belakang: Populasi lansia di Indonesia meningkat, sebagian ada yang hidup di PSTW binaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah memiliki wewenang untuk menjamin ketersediaan fasilitas kesehatan dan pendampingan bagi lansia. Namun hanya sedikit penelitian mengenai lesi mulut pada lansia di Indonesia. Tujuan: Untuk menganalisis kondisi rongga mulut dan penyakit sistemik pada lansia di PSTW DKI Jakarta. Metode: Subjek penelitian didapat melalui metode consecutive sampling pada populasi lansia di 5 PSTW di 3 wilayah DKI Jakarta. Dari 1185 penghuni PSTW diperoleh 273 yang memenuhi kriteria inklusi. Data sosiodemografi dan riwayat penyakit sistemik diambil dari rekam medis di panti. Semua subjek dilakukan pemeriksaan oral, yaitu Oral Hygiene Index-Simplified (OHI-S), Papilary Bleeding Index (PBI), Decay, Missing, Filling-Teeth (DMF-T), Skor Indeks Mukosa Plak (MPS), dan pemeriksaan laju alir dan pH saliva, lesi mulut dan topografi lesi mulut. Subjek diwawancarai tentang kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan mulut. Hasil: Prevalensi lesi mulut terbanyak adalah gingivitis dan prevalensi penyakit sistemik terbanyak adalah hipertensi. Kategori OHI-S buruk, kategori PBI baik, kategori DMF-T sangat tinggi, kategori indeks MPS baik. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dan jenis pekerjaan dengan penyakit sistemik pada lansia. Lansia dengan kebiasaan merokok, menyirih, dan minum alkohol cenderung memiliki penyakit sistemik. Lansia dengan penyakit sistemik cenderung memiliki lesi mulut. Kesimpulan: Kondisi mulut dan penyakit sistemik pada lansia yang tinggal di PSTW DKI Jakarta dalam keadaan tidak baik. 


Background: The population of elderly in Indonesia is increasing, some are living on government institutions in Jakarta. The government has the authority to ensure the availability of health facilities and assistance for the elderly. There are only a few studies on oral lesions of elderly in Indonesia. Objective: To analyze the condition of the oral lesion and systemic disease of elderly on government institutions in Jakarta. Method: Subjects were obtained through consecutive sampling method of elderly population in 5 governent institutions in 3 areas of Jakarta. Of the 1185 residents, 273 were obtained inclusion criteria. Sociodemographic data and history of systemic diseases were taken from medical records in the institution. All subjects had oral examinations, which are Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S), Papilary Bleeding Index (PBI), Decay, Missing, Filling-Teeth (DMF-T), Mucosal Plaque Index Score (MPS), and examination of flow rate and salivary pH, oral lesions and oral lesions topography. Subjects were interviewed about oral health related habits. Results: The most common oral lesions was gingivitis and most common systemic diseases was hypertension. OHI-Scategory is bad, PBI category is good, DMF-T category is very high, MPS index category is good. There is a relationship between gender and type of work with systemic diseases in the elderly. Elderly with the habit of smoking, snacking, and drinking alcohol tend to have systemic diseases. Elderly with systemic diseases tend to have oral lesions. Conclusion: Oral conditions and systemic diseases in elderly who living in institution in Jakarta are not good.

"
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Getha Gazela Yuniendra
"Latar Belakang: Komponen terbesar pada indeks DMFT ialah kehilangan gigi dan terjadi paling banyak pada kelompok lansia. Kehilangan gigi dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengunyah makanan sehingga berdampak pada kurangnya asupan nutrisi.
Metode: Metode potong lintang yang dilakukan di 4 Puskesmas di wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Jumlah subjek lansia ialah sebanyak 93 subjek dan didapatkan melalui teknik convenience sampling. Pada subjek dilakukan pemeriksaan intraoral, pengukuran antropometri BMI dan diwawancara menggunakan kuesioner Mini Nutritional Assessment MNA.
Hasil: Ditemukan bahwa 53,8 subjek masih memiliki jumlah gigi sebanyak 20 buah atau lebih. Sebanyak 55,9 subjek memiliki risiko terhadap malnutrisi. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah gigi yang tersisa, gigi karies, gigi hilang, gigi yang ditambal dan kemampuan mastikasi p > 0,05 dengan status nutrisi.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dan kemampuan mastikasi terhadap status nutrisi pada lansia.

Background: The biggest component in DMFT index is tooth loss, and mostly occur in elderly. Tooth loss can affect the ability in chewing food then it may affect the lack of nutrition intake.
Methods: The cross sectional study was performed in 4 community health center in Central Jakarta, South Jakarta and East Jakarta. It was involving 93 elderly age ge 60. The sampling method was convenience sampling. Subjects were submitted to intraoral examination, anthropometric measurement BMI and as well as interview using Mini Nutritional Assessment MNA.
Results: 53,8 subjects have 20 or more sum of natural teeth. 55,9 subjects have risk at malnutrition. The results of correlation test showed that sum of natural teeth, decay teeth, missing teeth, filling teeth, and masticatory performance p 0,05 were not significantly correlated with nutritional status BMI and MNA.
Conclusion: There is no relationship between oral health status and masticatory performance with nutritional status in elderly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Tania Khasanah
"Latar belakang: Jumlah populasi usia lanjut meningkat dan penurunan fungsi terkait usia seperti frailty menjadi salah satu isu penting. Selain itu, kesehatan mulut juga merupakan hal yang penting pada usia lanjut. Kondisi mulut yang buruk sering terjadi pada usia lanjut dan dapat berkontribusi pada kondisi frailty. Tujuan: Mengetahui hubungan faktor-faktor kesehatan mulut dengan frailty pada pasien usia lanjut rawat jalan. Metode: Desain studi potong lintang dengan data primer pada pasien geriatri rawat jalan di RS Cipto Mangunkusumo dari bulan Agustus sampai Oktober 2023. Dilakukan analisis univariat, bivariat, dan multivariat terhadap variabel jumlah gigi fungsional, penggunaan gigi palsu, periodontitis, oral hygiene, xerostomia, hiposalivasi, fungsi mastikasi, gangguan menelan, kemampuan motorik oral, dan kekuatan lidah. Hasil: Didapatkan 160 subyek yang dianalisis. Prevalensi frailty berdasakan kuesioner FRAIL sebesar 31,9%. Beberapa variabel yang berhubungan dengan frailty yaitu kemampuan motorik oral (PR 2,417 IK 95% 1,117-5,229), kekuatan lidah (PR 2,332 IK 95% 1,349-4,030), jumlah gigi fungsional (PR 1,790 IK 95% 1,082-2,959) dan gangguan menelan (PR 1,791 IK 95% 1,128-2,843). Sedangkan pada analisis multivariat, kekuatan lidah menjadi faktor yang berhubungan dengan frailty (adjusted PR 2,766 IK 95% 1,280- 5,980). Kesimpulan: Faktor kesehatan mulut yang memiliki pengaruh secara signifikan terhadap frailty adalah kekuatan lidah.

Background: The number of elderly populations is increasing and age-related functional decline such as frailty is becoming an important issue. Apart from that, oral health is also important in elderly. Poor oral conditions often occur in the elderly and can contribute to frailty. Objective: To determine the association between oral health factors and frailty in elderly outpatients. Method: A cross-sectional study design using primary data of geriatric outpatients at Cipto Mangunkusumo Hospital from August to October 2023. Univariate, bivariate, and multivariate analyses were carried performed on variables the number of functional teeth, the use of dentures, periodontitis, oral hygiene, xerostomia, hyposalivation, chewing function, swallowing function, oral motor ability, and tongue strength Results: 160 subjects were included. The prevalence of frailty based on the FRAIL questionnaire is 31.9%. Several variables related to frailty are oral motor ability (PR 2.417 CI 95% 1.117-5.229), tongue strength (PR 2.332 CI 95% 1.349-4.030), number of functional teeth (PR 1.790 CI 95% 1.082-2.959) and swallowing disorder (PR 1.791 CI 95% 1.128-2.843). In a multivariate analysis, tongue strength was factor associated with frailty (adjusted PR 2766 CI 95% 1.280-5.980). Conclusion: The oral health factors that are significantlt associated with frailty is tongue strength."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Annisa
"Lansia berisiko tinggi mengalami kualitas tidur buruk sehingga banyak masalah kesehatan yang mungkin muncul karena penurunan kepuasan tidur tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sleep hygiene dengan kualitas tidur pada lansia. Studi cross sectional dilakukan di empat Panti Sosial Tresna Werdha PSTW wilayah DKI Jakarta. Sampel penelitian berjumlah 103 lansia dengan rentang usia 60 sampai 111 tahun dan rerata 71,06 tahun. Instrumen yang digunakan berupa Sleep Hygiene Index SHI untuk menilai sleep hygiene dan Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI untuk mengkaji kualitas tidur pada lansia.
Hasil penelitian menunjukkan 51,5 lansia memiliki sleep hygiene buruk dan 81,6 mengalami kualitas tidur yang buruk. Ada hubungan yang signifikan antara sleep hygiene dan kualitas tidur p = 0,0001; r 0,321; OR 7,834; 95 CI 2,121 ndash;29,005 . Lansia dengan sleep hygiene baik memiliki peluang 7,8 kali lebih besar mengalami kualitas tidur baik daripada lansia dengan sleep hygiene buruk.
Penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelusuran lebih lanjut terkait faktor yang paling berpengaruh terhadap gangguan tidur lansia berdasarkan komponen pengkajian kualitas tidur PSQI yang dipengaruhi sleep hygiene. Praktik sleep hygiene memengaruhi baik atau buruknya kualitas tidur lansia di panti. Perawat berperan dalam program promotif terkait sleep hygiene pada lansia sehingga kualitas tidurnya dapat meningkat.

Older adults have a high risk of poor sleep quality and so many health problems that may occur due to decreased sleep satisfaction. This study purposes to determine the relationship of sleep hygiene and sleep quality in elderly. The cross sectional study was conducted at four Elderly Care Institutions in DKI Jakarta. This research sample consisted of 103 elderly people who ranged from 60 to 111 years and mean age was 71,06. Data were collected with two instruments, Sleep Hygiene Index SHI for measuring sleep hygiene and the Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI for assessing sleep quality in the elderly.
The results showed 51,1 of elderly had poor sleep hygiene and 81,6 experienced poor sleep quality. It was explored that there was a significant relationship between sleep hygiene and sleep quality p 0,0001 r 0,321 OR 7,834 95 CI 2,121 ndash 29,005. The elderly with good sleep hygiene has a 7,8 times greater chance of experiencing better sleep quality than the elderly with poor sleep hygiene.
Further research is expected to conduct for the most influential factors to elderly sleep disorders based on the sleep qualities components PSQI which are influenced by sleep hygiene. Sleep hygiene practice can influence a good or poor sleep quality of elderly in institution. The nurses have a role by promoting sleep hygiene among elderly people and thus the quality of sleep should be increased.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Febriyanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keaktifan mengikuti senam lansia dengan keseimbangan tubuh lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan rancangan cross sectional menggunakan 75 responden lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung yang dipilih dengan teknik purposive sampling.
Hasil uji analisis menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara keaktifan mengikuti senam lansia dengan keseimbangan tubuh lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur (p=0,004, α= 0,05). Peneliti merekomendasikan supaya program senam lansia dapat diikuti oleh seluruh lansia sehingga dapat menjaga tingkat keseimbangan tubuh lansia.

This study aims to determine the relationship between elderly gymnastic activity and elderly body balance in PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, East Jakarta.The study design is a descriptive correlation with cross sectional design using 75 respondents whom selected by purposive sampling technique.
Analysis test results showed that there is a significant correlation between the elderly gymnastic activity and elderly body balance in PSTW Budi Mulia 1 Cipayung (p = 0.004, α = 0,05). Researchers recommend that elderly gymnastic program can be followed by all elderly to maintain the body's balance level of the elderly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46563
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryan Nugroho
"Penurunan fungsi fisiologis akibat penuaan pada lansia berdampak pada risiko jatuh. Berdasarkan hasil observasi selama praktik tujuh minggu, kejadian jatuh yang sering ditemukan di panti sebanyak sebelas kejadian jatuh, dan lima diantaranya mengalami jatuh berulang. Selain itu dari sebelas kejadian jatuh tersebut, satu diantaranya harus dirujuk ke rumah sakit karena mengalami penurunan kesadaran. Risiko jatuh merupakan peningkatan potensial jatuh, sehingga menyebabkan cedera fisik dan dapat diatasi dengan latihan kekuatan otot berupa intervensi floor-seated exercise program. Asuhan keperawatan untuk mengurangi risiko jatuh dengan floor-seated exercise program dilakukan selama 5 minggu dalam frekuensi 4 kali seminggu pada 3 klien kelolaan. Hasil menunjukkan terjadi peningkatan fungsional kekuatan otot menggunakan manual muscle test pada kedua ektremitas pada klien keloaan utama yaitu semula 4444 4444  menjadi 5554 5544.  Pihak panti diharapkan dapat memberikan dapat memberikan perhatian lebih pada masalah kesehatan lansia dengan memberikan sarana prasarana maupun peningkatan motivasi dalam aktivitas fisik yang dapat menurunkan kejadian jatuh pada lansia. Intervensi berupa floor-seated exercise program juga dapat dilakukan oleh perawat maupun mahasiswa praktikan dalam mengatasi lansia dengan masalah keperawatan risiko jatuh secara optimal.

Decreasing physiological function due to aging in the elderly has an impact on the fall risk. Based on the results of observations during the seven-week practice, the fall events that are often found in the orphanage were eleven falls, and five of them experienced repeated falls. In addition, of the eleven falls, one of them had to be referred to the hospital because of a decrease in consciousness. The fall risk is an increase in the potential for falls, causing physical injury and can be overcome by muscle strength training in the form of floor-seated exercise program interventions. Nursing care to reduce the fall risk with a floor-seated exercise program is carried out for 5 weeks in a frequency of 4 times a week in 3 managed clients. The results showed that there was an increase in functional muscle strength using the manual muscle test on both extremes on the main client client, namely 4444 4444   to  5554 5544. PSTW is expected to be able to give more attention to elderly health problems by providing infrastructure and increasing motivation in physical activities that could reduce fall in the elderly. Interventions in the form of floor-seated exercise programs can also be carried out by nurses and nursing students to elderly with fall risk nursing problems optimally."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Etty Rekawati
"Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan teknik survey yang bertujuan untuk memperoleh gambaran pengetahuan, sikap dan praktek lanjut usia dalam melakukan perawatan kebersihan diri di Panti Tresna Wredha Budi Mulia Jakarta Timur. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara mengenai kemampuan (pengetahuan, sikap dan praktek) lanjut usia dalam memenuhi perawatan kebersihan dirinya serta pemeriksaan fisik mengenai kebersihan diri lanjut usia. Data dianalisa dari pernyataan pengetahuan, sikap dan praktek yang dikelompokkan dalam variabel pengetahuan, sikap dan praktek. Kemudian berdasarkan skala penilaian yang sudah ditetapkan, hasil penghitungan dikelompokkan untuk menilai level//tingkatannya.
Penelitian dilaksanakan di Panti Tresna Wredha Budi Mulia Jakarta Timur dengan mendapatkan responden sebanyak 36 lanjut usia yang dipitih secara acak. Hasil penelitian didapatkan data bahwa pengetahuan lanjut usia mengenai kebersihan diri sangat baik sebesar 72,22 %, baik sebesar 13,89 % dan cukup sebesar 8,33 %. Sikap lanjut usia terhadap perawatan kebersihan diri sebesar 58,33 % bersikap baik, 30,56% bersikap cukup namun masih ada lanjut usia yang bersikap acuh atau kurang terhadap perawatan kebersihan diri yaitu sebesar 11,11 %. Praktek terhadap kebersihan diri yang dilakukan lanjut usia relatif sudah cukup baik, hat ini ditunjukkan dari data yang diperoleh yaitu lansia yang melakukan praktek kebersihan diri sangat baik sebesar 19,44 %, lansia yang melakukan praktek kebersihan diri baik sebesar 27,78 %, lanjut usia yang melakukan perawatan diri cukup sebesar 41,67 % namun masih ada lanjut usia yang m asih kurang dalam melakukan praktek terhadap kebersihan dirinya yaitu sebesar 11,11 %.
Hasil data di atas ternyata tidak sejalan dengan hasil pemeriksaan fisik mengenai kebersihan diri lanjut usia. Sehingga penelitian ini perlu sekali ditindaklanjuti dengan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi semua faktor yang mempengaruhi lanjut usia dalam pemenuhan perawatan kebersihan dirinya. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rohmah
"Lansia perkotaan rentan mengalami insomnia akibat proses penuaan dan stessor yang tinggi di perkotaan. Tujuan studi kasus iniuntuk menganalisis hasil praktik klinik dengan melakukan intervensi relaksasi otot progresif pada empat lansia yang mengalamiinsomnia. Pengkajian kualitas tidur menggunakan ESS dan PSQI didapatkan skor 12 dan 8. Relaksasi otot progresifdilakukan tiga kali sehari dengan pendampingan perawat satu kali dan dua kali relaksasi otot progresif dilakukan secara mandiri.
Hasil intervensi relaksasi otot progresif kepada klien dengan insomnia selama 5 minggu yaitu skor ESS dan PSQI turun menjadi 7 dan 3, klien mudah memulai dan mempertahankan tidur. Perawat diharapkan melakukan pendampingan relaksasi otot progresif minimal satu kali perhari untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia di Sasana Tresna Werdha.

Elderly who live in urban is susceptible to insomnia due to aging and stessor highin urban areas. The purpose ofthis case study to analyze the results of clinical practice with progressive muscle relaxation intervention for elderly who have insomnia. Assessment of quality of sleep obtained using ESS and PSQI score of 12 and 8. The progressive muscle relaxationis done three times a day with the assistance of a nurse one time and two times progressive muscle relaxation done independently.
Results of progressive muscle relaxation interventions to clients with insomnia for 5 weeks is ESS and PSQI score dropped to 7 and 3, the client initiating and maintaining sleep. Nurses are expected to provide guidance progressive muscle relaxation at least one time per day to improve sleep quality in the elderly in Sasana Tresna Werdha.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shania Oktavira
"

Perilaku caring dalam ilmu keperawatan merupakan inti dari keperawatan yang bertujuan untuk memahami dan memenuhi kebutuhan klien. Lansia yang berkesempatan tinggal di Panti Sosial karena adanya keterbatasan jumlah perawat di PSTW menyebabkan caregiver menjadi yang terdekat dengan lansia selama 24 jam. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi untuk mengidentifikasi adanya hubungan antara perilaku caring caregiver dengan kepuasan lansia. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia sebanyak 107 responden diambil di PSTW X DKI Jakarta. Instrumen penelitian menggunakan Caring Factor Survey (CFS) dan Service Quality (SERVQUAL). Hasil penelitian (p value (0,02) < α (0,05); dan nilai OR = 2,9) menunjukan adanya hubungan antara perilaku caring caregiver dengan kepuasan lansia. Perlunya peningkatan sumber daya manusia guna meningkatkan mutu pelayanan sehingga lansia di Panti Sosial dapat puas dan kondisinya menjadi optimal.

 


The caring behaviour in nursing is the core of nursing that aims to understand and meet client needs. The elderly who stay at the Social Institution due to the limited number of nurses in PSTW cause caregivers to be closest to the elderly for 24 hours. This research is a descriptive correlation study to identify the relationship between caring caregiver behaviour and elderly satisfaction. The sample in this study were 107 respondents taken at PSTW X DKI Jakarta. The research instrument uses the Caring Factor Survey (CFS) and Service Quality (SERVQUAL). The results of the study (p-value (0.02) < I± (0.05); and OR = 2.9) indicate the correlation between caring caregiver behavior and elderly satisfaction. The need to increase human resources is necessary to improve service quality. As a result, the elderly at PSTW X DKI Jakarta will be satisfied with the service quality, and their condition potentially becomes optimal.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Monika
"Panti Sosial Tresna Werdha merupakan salah satu tempat yang ditujukan bagi lansia yang terlantar, agar lansia tetap dapat memaksimalkan dan menjalani masa tuanya dengan sukses. Dukungan dan partisipasi sosial dianggap menjadi sumber yang dapat memaksimalkan masa adaptasi lansia di Panti Sosial tresna Werdha Salah satu indikator lansia sukses menjalani masa tuanya adalah dengan kepuasan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial (sumber dan bentuk) dan partisipasi sosial (frekuensi dan kebermaknaan) dengan kepuasan hidup. Penelitin ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 83 responden yang berada di panti sosial tresna werdha wilayah D.I Yogyakarta.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara hubungan dengan kepuasan hidup adalah sumber dukungan sosial (p = 0,0001), bentuk dukungan sosial (p= 0,0001), frekuensi partisipasi sosial (p= 0,049), dan kebermaknaan sosial (p=0,029). Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepuasan hidup adalah jenis kelamin. Penelitian ini merekomendsikan kepada panti sosial tresna werdha untuk menigkatkan pelayanan perawatan lansia, dukungan teman dan petugas keperawatan sebagai pengganti dukungan keluarga, dan memfasilitasi partisipasi sosial lansia sesuai dengan kebutuhan dan minat lansia sehingga membantu lansia mencapai kepuasan hidup yang maksimal.

Panti Sosial Tresna Werdha is a place meant for neglected elderly to maximize their live and successful aging. Social support and social participation is considred to be the source to maximize the adaptation in Panti Sosial Tresna Werdha. One of indicator of elderly success in aging is life satisfaction. This study aimed to determine the relationship between social support (source and form) and social participation (frequency and meaning) and life satisfaction. The research was conducted using cross sectional design with 83 sampel from elderly in all Panti Social Tresna Werdha in D.I Yogyakarta.
This study showed a significant relationship between life satisfaction with source of social support (p = 0.0001), form of social suppot (0,0001), frequency social participation (p= 0,049), and meaning of social participation (p=0,029). Gender showed to be dominan variable had significant realationship with life satisfaction. This research recommends to panti sosial tresna werdha to improving nursing care service, social support from freinds and officer as a substitute family support, and facilitate social participation of elderly according with the needs and interests of the elderly so can assist the elderly for achive maximal life satisfaction.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T45909
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>