Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187074 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tarigan, Tiffany Rosa Sudarso
"Pendahuluan: Tata laksana yang tersedia untuk kanker kolorektal masih kurang efektif dan memiliki berbagai efek samping. Protein lunasin dapat mempengaruhi kanker melalui berbagai mekanisme, salah satunya epigenetik, melalui asetilasi histon. Dengan kemampuan kemopreventif dan kemoterapeutiknya, lunasin berpotensi sebagai adjuvant untuk terapi konvensional kanker.
Metode: Tiga puluh mencit Swiss Webster dibagi menjadi enam kelompok, yaitu normal, kontrol positif dan negatif, dan tiga kelompok perlakuan. Selain kelompok normal, dilakukan induksi karsinogenesis dengan injeksi AOM + DSS. Mencit perlakuan diberikan ekstrak kedelai dengan dosis 250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 350 mg/kgBB selama 4 minggu. Ekspresi histon deasetilase (HDAC) dinilai dengan IHC optical density score.
Hasil: Rata-rata ekspresi HDAC pada kelompok normal = 202,4%; kontrol negatif = 239,3%; kontrol positif = 175,25%; dosis 250 mg/kgBB = 202,03%, dosis 300 mg/kgBB = 219,53%, dosis 350 mg/kgBB = 166,68%. Ekspresi HDAC pada dosis ekstrak kedelai 250 mg/kgBB (p=0,221) dan 300 mg/kgBB (p=0,347) tidak berbeda signifikan dengan kontrol negatif. Terdapat perbedaan signifikan ekspresi HDAC pada dosis sebesar 350 mg/kgBB (p=0,014).
Kesimpulan: Lunasin dalam ekstrak kedelai dengan dosis 350 mg/kgBB dapat menurunkan ekspresi HDAC pada model karsinogenesis kanker kolorektal.

Background: The available treatments for colorectal cancer still have limited efficacy and various side effects. There are various mechanisms for lunasin protein to affect cancer, one of them is epigenetics, by histone acetylation. Lunasin has the potential to be conventional cancer therapy adjuvant with its chemopreventive and chemotherapeutic abilities.
Method: Thirty Swiss Webster mice is divided into six groups: normal, positive control, negative control, and three experimental groups. Except normal group, mice undergo carcinogenesis induction with AOM + DSS injection. Experimental mice receive soy extract with 250 mg/kgBW, 300 mg/kgBW and 350 mg/kgBW dosage for 4 weeks. Histone deacetylase (HDAC) expression is measured with IHC optical density score.
Result: Average HDAC expression on normal groups = 202,4%; negative control = 239,3%; positive control = 175,25%; 250 mg/kgBW dose = 166,68%; 300 mg/kgBW dose = 219,53%, 350 mg/kgBW dose = 166,68%. There is no significant difference between HDAC expression in 250 mg/kgBW (p=0,221) and 300 mg/kgBW (p=0,347) dose of soy extract with negative control. There is significant difference of HDAC expression with 350 mg/kgBW dose of soy extract (p=0,014).
Conclusion: Lunasin in soy extract with 350 mg/kgBW dose can decrease HDAC expression in colorectal cancer carcinogenesis model.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renata Tamara
"Kanker kolorektal menyumbang 9,7% dari seluruh kasus kanker dan kejadiannya berhubungan dengan inflamasi kronik. Oleh karena terapi kanker saat ini masih memiliki banyak kekurangan, peptida dalam makanan semakin banyak diteliti karena murah, mudah didapat, toksisitas rendah, dan berpotensi mencegah kanker. Riset dilakukan untuk mengetahui apakah lunasin dari kacang kedelai dapat menurunkan ekspresi sitokin proinflamasi TNF-I±  pada epitel kolon. Sebanyak 30 ekor mencit Swiss Webster dibagi ke dalam enam kelompok secara acak. Satu kelompok normal, sementara lima kelompok lainnya diinduksi karsinogenesis dengan azoxymethane dan dextran sodium sulfate, kemudian ada yang dibiarkan (kontrol negatif), diberi aspirin (kontrol positif), dan ekstrak kedelai kaya lunasin dalam tiga dosis berbeda (250, 300, dan 350 mg/kgBB) selama 4 minggu. Jaringan kolon distal diambil untuk diwarnai imunohistokimia dan diamati di bawah mikroskop cahaya pada pembesaran 400x untuk menghitung sel epitel berdasarkan intensitas warnanya. Indeks dihitung berdasarkan optical density score. Ekstrak kedelai kaya lunasin dapat menurunkan ekspresi TNF-I±. Perbedaan antara kontrol negatif dengan ekstrak bermakna pada dosis 300 mg/kgBB (p=0,016) dan 350 mg/kgBB (p=0,009), tetapi tidak bermakna dengan dosis 250 mg/kgBB (p=0,754). Penelitian ini menunjukkan penurunan ekspresi TNF-I± signifikan pada dosis ekstrak kedelai 300 mg/kgBB atau lebih.

Colorectal cancer contributes to 9.7% of all cancer and its pathogenesis is related to chronic inflammation. Because of there are some lacks in current cancer therapy, peptide in food becomes popular among researchers because it is cheap, easy to get, low toxicity, and a promising cancer preventing agent. This research aimed to investigate whether lunasin from soybean can reduce the expression of pro-inflammatory cytokine TNF-I± in colonic epithelial cell. 30 Swiss Webster mice randomly allocated to six groups. One group was normal and five groups were induced carcinogenesis using azoxymethane (AOM) and dextran sodium sulfate (DSS), then was given nothing (negative control), aspirin (positive control), and lunasin-rich soybean extract in three different doses (250, 300, and 350 mg/kgBW) for four weeks. Distal colon tissue was immunohistochemically stained and then observed under light microscope with 400X magnification to count epithelial cell based on its colour. Index was calculated using optical density score. Lunasin-rich soybean extract can decrease expression of TNF-I±. There are statistically significant between negative control and dose 300 mg/kgBW (p=0.016) and 350 mg/kgBW (p=0.009), yet not significant with dose 250 mg/kgBW (p=0.754). This research shows that reduction of TNF-I± expression is significant with dose 300 mg/kgBW or higher."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avicenna Akbar
"Kanker kolorektal merupakan kanker dengan angka insidensi tertinggi ketiga di Indonesia. Kemoterapi, radioterapi, maupun operasi konvensional adalah terapi standar untuk kanker kolorektal. Sayangnya, banyak efek samping yang dilaporkan setelah diberikan terapu-terapi tersebut. Penelitian sebelum ini menemukan bahwa lunasin, suatu zat alami yang berasal dari kacang kedelai memiliki efek anti kanker. Namun, efek specifik lunasin dalam menghambat pertumbuhan jaringan kanker pada rektum masih tidak diketahui.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi lunasin dalam menghambat perkembangan histopatologi dari kanker kolorektal pada rektum tikus. 24 mencit diinjeksi dengan Azoxymethane AOM dan Dextran Sodium Sulphate DSS sebagai penginduksi kanker. Lunasin didapat dari ekstraksi kacang kedelai. Sampel mencit dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan, kelompok lunasin dosis rendah 20mg/kg , dosis sedang 30mg/kg , dan kelompok dosis tinggi 40mg/kg . Spesimen rektum diambil setelah menerima perlakuan lunasin. Tanda-tanda inflamasi, hiperplasia, dan angiogenesis diamati menggunakan mikroskop. Lunasin terbukti dapat secara signifikan mengurangi inflamasi dan hiperplasia meski hanya menggunakan dosis rendah p

Colorectal cancer is a cancer with the third highest incidence rate in Indonesia. Chemotherapy, radiotherapy, and surgery are the standard treatment of colorectal cancer. Unfortunately, various side effect has been reported following those treatment. Lunasin is a natural substance in soy that have been reported to have anti cancer effect. However, the effect of lunasin to inhibit the progression of colorectal cancer in rectum is still unknown.
The aim of this study is to determine the inhibitory potential of lunasin against the progression of colorectal cancer in rectum of mice. 24 mice were injected with Azoxymethane AOM and Dextran Sodium Sulphate DSS intraperitoneally as cancer inducer. Lunasin was obtained from the extraction of soybean. The samples were divided into control group, low dose lunasin 20mg kg, medium dose lunasin 30mg kg, and high dose lunasin 40mg kg. The rectum specimen was taken following the lunasin treatments. Inflammation, hyperplasia, and angiogenesis in rectum specimens that represented histopathological signs were observed microscopically. The number of inflammation and hyperplasia were significantly reduced after low dose of lunasin p
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vannessa Karenina
"Latar belakang : Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker dengan peningkatan insidensi yang paling pesat dalam dekade terakhir. Peningkatan terbesar diperkirakan akan terjadi di negara berkembang akibat perubahan gaya hidup. Pilihan tata laksana kanker kolorektal yang ada saat ini, seperti pembedahan, terapi radiasi, dan kemoterapi, diketahui belum mampu memberikan efek yang diinginkan. Dengan mempertimbangkan ketersediaan, harga, dan efek toksik, kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang berpotensi menjadi terapi adjuvan. Hal ini dikarenakan zat aktif yang terkandung dalam kedelai, yaitu protein lunasin, diketahui memiliki efek antiinflamasi dan antikanker yang bermanfaat pada kasus kanker kolorektal.
Metode : Sebanyak 30 ekor mencit Swiss Webster dipisahkan menjadi enam kelompok. Lima dari enam kelompok mencit diinduksi dengan azoksimetan (AOM) dan dekstran sodium sulfat (DSS). Ekstrak kedelai kaya lunasin dengan dosis 250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 350 mg/kgBB diberikan pada tiga kelompok mencit selama 6 minggu. Pewarnaan imunohistokimia terhadap COX-2 kemudian dilakukan pada jaringan kolon distal mencit yang telah dikorbankan, lalu diamati di bawah mikroskop. Hasil interpretasi ekspresi COX-2 dinyatakan dalam bentuk optical density score (ODS).
Hasil : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok negatif dengan kelompok intervensi ekstrak kedelai kaya lunasin pada dosis 300 mg/kgBB (p=0,047) dan 350 mg/kgBB (p=0,016).
Kesimpulan : Pemberian ekstrak kedelai kaya lunasin menghambat ekspresi COX-2 pada sel epitel kripta kolon distal mencit yang diinduksi AOM dan DSS.

Background : Colorectal cancer is one of the fastest growing incidences of cancer in the past decade. The highest increase is expected to occur in developing countries due to lifestyle changes. The choice of colorectal cancer management currently available, such as surgery, radiation therapy, and chemotherapy, is known to have not been able to give the desired effect. Taking into account the availability, price and toxic effects, soybeans are one of the food ingredients that have the potential to become adjuvant therapy. This is because the active substance contained in soybeans, namely lunasin protein, is known to have anti-inflammatory and anticancer effects that are beneficial in colorectal cancer cases.
Method : A total of 30 Swiss Webster mice were separated into six groups. Five of the six groups of mice were induced with azoximethane (AOM) and dextran sodium sulfate (DSS). Extracts of lunasin-rich soybean with a dose of 250 mg / kgBB, 300 mg / kgBW, and 350 mg / kgBB were given to three groups of mice for 6 weeks. Immunohistochemical staining of COX-2 was then carried out on the distal colon tissue of mice that had been sacrificed, then observed under a microscope. The results of interpretation of COX-2 expression are stated in the form of optical density score (ODS).
Result : There was a significant difference between the negative group and the intervention group of lunasin-rich soybean extract at a dose of 300 mg/kgBW (p = 0.047) and 350 mg/kgBW (p = 0.016).
Conclusion : Administration of lunasin-rich soy extracts inhibit COX-2 expression in cryptic epithelial cells of distal colon of mice induced by AOM and DSS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvan Wiyarta
"

Pendahuluan: Kanker kolorektal (KKR) merupakan salah satu jenis kanker dengan insiden yang tinggi di dunia. Pada 2012, tercatat sekitar 614.000 perempuan dan 746.000 laki-laki terdiagnosis KKR. Dari populasi tersebut, 694.000 orang meninggal karena KKR. Di Indonesia, KKR masuk ke dalam 10 besar jenis kanker dengan insiden tertinggi. Saat ini, banyak teknik terapi yang dikembangkan (radioterapi, kemoterapi, dan imunoterapi) untuk KKR. Akan tetapi, teknik tersebut belum memberikan hasil memuaskan. Oleh karena itu, penelitian ini ingin menguji terapi alternatif tatalaksana KKR dengan menggunakan minyak ikan, karena sampai saat ini belum ada penelitian in-vivo tentang penghambatan ekspresi TNF-α setelah pemberian minyak ikan pada sel KKR. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dari material biologis mencit  penelitian sebelumnya. Jaringan kolon mencit diinduksi AOM dan DSS dan dikelompokkan dalam 6 kelompok (normal (N), kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), kontrol pelarut (KPel), dosis 6mg/kgBB/hari (D1), dan dosis 3mg/kgBB/hari (D2)). Hasil dan Pembahasan: Hasil uji Tukey menunjukkan terdapat perbedaan antara K- dengan N (p<0,01**), N dengan D2 (p<0,05*), N dengan KPel**, K+ dengan K-**, K+ dengan KPel*, K- dengan D1**, K- dengan D2*, dan D1 dengan KPel*. Perbedaan bermakna antara D1 dan D2 terhadap K- (p<0,01 dan p<0,05) menunjukkan minyak ikan dapat menurunkan ekspresi TNF-α. Kesimpulan: Administrasi minyak ikan sebesar 6mg dan 3mg mampu menghambat ekspresi TNF-α pada sel epitel kolon mencit yang diinduksi AOM dan DSS.

 


Introduction: Colorectal cancer (CC) is one type of cancer with a high incidence in the world. In 2012, about 614,000 women and 746,000 men were diagnosed with CC. Of these, 694,000 people died because of the CC. In Indonesia, cancer is among the top 10 cancers that have the highest incidence. At present, many therapeutic techniques have been developed (radiotherapy, chemotherapy, and immunotherapy) for CC. However, this technique has not yet yielded satisfactory results. Therefore, this study wants to examine alternative therapies using fish oil., because until now there has been no in-vivo study about inhibition of TNF-α results after receiving fish oil on CC cells. Method: This research is a experimental study using the biologic material mice from previous studies. Colon tissue of mice was induced by AOM and DSS and grouped into 6 groups: normal (N), negative control (K-), positive control (K +), solvent control (KPel), dose 6mg/kgBW/day (D1), and dose 3mg/kgBW/day (D2)). Result and Dicussion: Tukey's test results show there are differences between K- with N (p <0.01**), N with D2 (p <0.05*), N with KPel **, K + with K - **, K + with KPel *, K- with D1 **, K- with D2 *, and D1 with KPel *. Significant differences between D1 and D2 on K- (p<0,01 dan p<0,05) indicate that fish oil can reduce TNF-α expression. Conclusion: Fish oil administration on 6mg and 3mg were able to inhibit the expression of TNF-α on mice’s colonic tissue induced with AOM and DSS.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Tombe
"Latar Belakang: IBD saat ini merupakan epidemi global. Prevalensi IBD di Indonesia adalah 1,16% hingga 26,5%. Mucin-1 melindungi permukaan epitel usus besar. Namun inflamasi menyebabkan terjadinya overekspresi Mucin-1 dan berkontribusi pada progresi kanker. Lunasin dari kedelai telah terbukti dapat mengurangi inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah Lunasin dapat menurunkan kadar Mucin-1. Metode: Hewan coba yang digunakan adalah mencit Swiss Webster, jantan, usia 12 minggu, BB 25 g yang dibagi dalam 4 kelompok yaitu Normal, Negatif (Terinduksi DSS 2%), Kelompok Perlakuan 1 dan 2 merupakan kelompok yang diinduksi DSS dan diberi terapi Lunasin 12,5 mg atau 25 mg/hari. Setelah 6 minggu perlakuan, mencit dimatikan dan jaringan usus besarnya diambil. Pewarnaan imunohistokimia akan memberikan coklat kekuningan untuk Mucin-1. Kemudian pewarnaan ini akan difoto menggunakan mikroskop cahaya dan program Indomikromme. Setelah itu, kadar Mucin-1 akan dianalisis menggunakan plugin profiler IHC ImageJ. ‘ Hasil: Uji ANOVA p<0,05. Tes post hoc kelompok normal dengan tiga kelompok lainnya nilai p<0.05. Kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan 1 menunjukkan nilai p=0.168 dibanding pada kelompok perlakuan 2 dengan nilai p=0.045. Kelompok perlakuan 1 dan 2 memperlihatkan nilai p=0.872. Kesimpulan: Lunasin dosis menurunkan konsentrasi dan kuantitas Mucin-1 pada sel epitel kolon Crypts of Lieberkühn , namun tidak terlalu berpengaruh pada dosis yang diberikan.

Background: IBD is a global epidemic. Indonesia has a 1.16-26% IBD prevalence. IBD can cause colorectal cancer. Mucin-1 protects the large intestine epithelium. However, inflammation overexpresses Mucin-1, which promotes malignancy. Soybean rich-lunasin decreases colitis. This study measures Mucin-1 levels to see if Lunasin reduces colon Mucin-1. Methods: Swiss Webster mice, 12 weeks old, 25 g, were utilised as experimental animals and separated into four groups: Normal, Negative (2 % DSS-induced), Treatment Groups 1 and 2, induced by DSS and administered Lunasin, 12.5 mg or 25 mg/day respectively. The lege artist method uses mice with large intestinal tissue on glass slides. Mucin-1 positive, H&E-stained slides are yellowish-brown. Next, we will photograph the staining with a light microscope and Indomicromme. Next, the IHC ImageJ plugin profiler will check Mucin-1 levels. Result: This study used unpaired numerical comparison. Normality, ANOVA, and post hoc tests were used on the four groups. Shapiro-Wilk normality test p>0.05. P<0.05 in ANOVA. The post hoc test compared the standard group to the other three groups with a p<0.05. The negative group's p-value for treatment group 1 was 0.168, whereas group 2's was 0.045. p=0.872 for treatment groups 1 and 2. Conclusion: Lunasin dose lowered Mucin-1 expression in Crypts of Lieberkühn colonic epithelial cells but did not significantly affect the dose."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jose Suryanegara
"ABSTRAK
Berdasarkan data dari American Cancer Society pada tahun 2015, kanker kolorektal merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak pada negara barat untuk pria maupun wanita. Belakangan ini, banyak peneliti menemukan fakta bahwa inflammatory bowel disease IBD merupakan salah satu penyebab serius dari kanker kolorektal. Maka dari itu, hal ini membawa kesempatan untuk menggali lebih lanjut pengetahuan mengenai hubungan inflamasi terhadap kanker kolrektal.Metode: Dalam riset ini, kami menggukan mencit C3H dan Balb/c untuk merepresentasikan proses karsinogenesis tubuh manusia. Kami membagi mencit ke dalam beberapa kandang sesuai dengan waktu pengorbanan yaitu 2, 4 dan 6 bulan. Setiap kelompok mendapatkan injeksi azoxymethane sekali seminggu selama satu bulan dan diikuti dengan pemberian dextran sodium sulfate pada minggu terakhir bulan pertama. Kemudian mencit dikorbankan berdasarkan durasi yang telah ditetapkan dan diobservasi secara makroskopis dan juga secara mikrsokopis menggunakan pewarnaan HE dengan pembesaran yang tinggi.Hasil: Berdasarkan hasil makroskopis yang didapat, kami dapat menemukan nodul secara mudah pada pengamatan kelompok 6 bulan sementara pada kelompok 2 bulan, nodul belum terbentuk. Sementara itu berdasarkan pengamatan morfolgi menunjukan bahwa tingkat keparahan displasia sesuai dari durasi perkembangan penyakit. Lalu, dengan menggukan tes Annova, hasil tes ini menunjukan p=0,009 p

ABSTRAK
Background According to American Cancer Society in 2015, colorectal cancer is the third most common cause of death in western countries for both men and women. In recent years, many researchers show that colorectal carcinoma is one of the serious complications of inflammatory bowel disease IBD . Thus, it brings potential to gain more knowledge regarding the possibility of chronic inflammation leading to colorectal cancer.Method We conduct this research using C3H and Balb mice which have been proven to represent the colon carcinogenesis process in human body. We divided mice into several cage based on date of sacrifice which were 2, 4 and 6 months. Each group got once a week injection of azoxymethane for one month and was followed by administration of dextran sulfate sodium during the last week of the first month. Then mice were sacrificed based on certain duration and we observed the colon macroscopically and microscopically using HE staining with high magnificationResults .Based on macrocopic observation, we can easily find nodules in 6 months groups while for 2 months groups, the nodules have not yet developed. From morphological changes, the severity of dysplasia is in accordance with the longevity of the disease. Based on Annova Test, we find out that the result shows p 0,009 p"
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Tjoa
"

Kanker kolorektal (KKR) merupakan kanker terbanyak ke-3 dengan mortalitas terbesar ke-2 di dunia. Penelitian menunjukkan KKR dapat terjadi melalui jalur inflamasi/colitis associated cancer (CAC). Zat antiinflamasi, seperti aspirin untuk mencegah CAC telah digunakan. Namun, efek samping yang timbul mendorong pencarian zat antiinflamasi alternatif, salah satunya adalah minyak ikan dengan kandungan omega-3. Penelitian Kusmardi, menunjukkan minyak ikan hasil limbah memiliki kandungan omega-3 yang cukup tinggi sebagai antiinflamasi. Penelitian menggunakan materi biologi tersimpan dari 30 ekor mencit Swiss Webster jantan yang dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri atas 1 kelompok normal/N dan 5 kelompok induksi KKR dengan AOM/DSS: kontrol positif/KP (aspirin), kontrol negatif/KN (salin fisiologis), dosis satu/D1 (minyak ikan 6mg/kgBB), dosis dua/D2 (minyak ikan 3mg/kgBB), dan kontrol pelarut/Kpel (minyak jagung). Mencit diterminasi setelah minggu ke-6 dan jaringan kolon diwarnai dengan imunohistokimia anti IL-6. Sepuluh lapang pandang untuk masing-masing spesimen diambil menggunakan mikroskop cahaya (400x) dan dianalisis menggunakan ImageJ® untuk mendapatkan persentase ekspresi IL-6. Data dianalisis secara statistik menggunakan SPSS 24.0. Ekspresi IL-6 tidak berdistribusi normal (p<0,05). Uji Kruskal-Wallis menunjukkan hasil signifikan (p<0,05). Uji Mann-Whitney menunjukkan hasil signifikan antara KN dengan KP, N, dan D1 (p<0,05). Tidak ada perbedaan signifikan antara KP dengan kelompok N (p=0,15). Efek terapi minyak ikan 6mg/kgBB serupa dengan aspirin (p=0,69). Sementara itu, kelompok D2 (p=0,016) dan Kpel (p=0,008) berbeda signifikan dengan kelompok D1. Minyak ikan produk limbah dalam dosis 6mg/kgBB dapat menurunkan ekspresi IL-6 pada jaringan kolon mencit yang diinduksi KKR.


Colorectal cancer (CRC) is the world’s third most and second deadliest cancer. Studies show that CRC can result from inflammation, known as colitis-associated cancer (CAC). Anti-inflammation substances, such as aspirin are being used as CAC chemoprevention. However, its adverse effects lead to the searching for alternative anti-inflammation agents. One of them is omega-3 containing fish oil. Kusmardi and Tedjo studied that omega-3 level of industrial waste fish oil can be used as anti-inflammation agent. This experimental preclinical study was done using preserve mice colon tissue. Thirty male Swiss Webster mice are grouped into six different treatments consist of  one normal group/N and five AOM/DSS induced CRC group: positive control/PC (aspirin), negative control/NC (physiological saline), higher dose/D1 (fish oil 6mg/kgBW), lower dose/D2 (fish oil 3mg/kgBW), dan solvent control/SC (corn oil). Termination was done following six weeks of treatment and colon tissue was stained using anti IL-6. Ten colon’s histological images were taken by microscope (400x) and analysed for the IL-6 expression by ImageJ®. Statistical analysis was done using SPSS 24.0. Data are not normally distributed (p<0,05). Kruskal-Wallis test is significant (p<0,05) in addition to Mann-Whitney test shows N, PC, and D1 group has significant difference compare to NC group (p=0,008). No difference between PC and N group (p=0.15). Fish oil in 6mg/kgBW dosage is comparable to aspirin (p=0.69). In addition, lower dose (p=0,016) dan and solvent control (p=0,008) differs significantly to D1. Industrial waste fish oil in dosage of 6mg/kgBW can lower IL-6 expression in mice colon tissue induced CRC.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heriyanto Khiputra
"Kanker kolorektal merupakan kanker keempat paling umum di dunia. Azoxymethane dan dextran sodium sulfate umumnya digunakan untuk menginduksi kanker kolorektal pada tikus tetapi zat ini dapat menyebabkan nekrosis, steatosis mikrovesikular dan pembentukan nodul tumor pada jaringan hati. Ekstrak kedelai yang disebut lunasin dapat mencegah kanker terjadi tetapi masih sedikit atau tidak ada bukti pengaruhnya terhadap hati.
Tujuan Untuk mengetahui efek dari lunasin pada histopatologi hati yang diinduksi dengan AOM dan DSS.
Metode Sebuah penelitian eksperimental dilakukan menggunakan 20 tikus Balb c laki-laki disuntik dengan AOM dan DSS. Ada 4 kelompok kontrol, 20 mg kgBB dosis lunasin, 30 mg kgBB dosis lunasin dan 40 mg kgBB dosis lunasin. Sampel dari setiap hati tikus yang selamat kemudian diamati di bawah mikroskop dengan kekuatan pembesaran 400 kali. Jumlah fokus nekrotik, fokus steatosis dan fokus displastik kemudian dikuantifikasi.
Hasil dalam percobaan ini ekstrak lunasin dengan dosis 30 mg kgBB menghasilkan nekrosis yang lebih rendah 9,0 3,4 dibandingkan dengan kelompok kontrol 14,0 0,8 p 0,017 dan juga fokus steatosis yang lebih rendah 3,8 1,3 dibandingkan dengan kelompok kontrol 11,5 1,9 p 0,002. Tidak ada fokus displastik ditemukan pada sampel tikus.
Kesimpulan lunasin dapat mencegah perkembangan fokus nekrotik dan steatosis pada hati tikus yang diinduksi dengan AOM dan DSS.

Background Colorectal cancer is the fourth most common cancer in the world. Azoxymethane and dextran sodium sulfate are commonly used to induce colorectal cancer on mice but these substances could cause necrosis, microvesicular steatosis and formation of tumour nodule in liver tissue. An extract of soybean called lunasin could prevent cancer from happening but there is still little to no evidence of its effect on liver.
Aim To know the effect of lunasin on liver's histopathology induced with AOM and DSS.
Method An experimental study is carried out using 20 male Balb c mice injected with AOM and DSS. There are 4 groups control, 20 mg kgBW dose of lunasin, 30 mg kgBW dose of lunasin and 40 mg kgBW dose of lunasin. The sample of each surviving mice's liver is then observed under microscope with magnification power of 400 times. The number of necrotic foci, steatotic foci and dysplastic foci are then quantified.
Result in this experiment lunasin extract with dose of 30 mg kgBW resulted in lower necrotic foci 9,0 3,4 compared to control group 14,0 0,8 p 0.017 and also lower steatotic foci 3,8 1,3 compared to control group 11,5 1,9 p 0.002 . No dysplastic foci is found on mice's sample.
Conclusion lunasin could prevent the development of necrotic and steatotic foci on liver of mice induced with AOM and DSS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Dernatra
"ABSTRAK
Background One of the highest mortality rates among all cancer types is colon cancer. In 2011 statistic data, colon cancer is placed on the 3rd mortality rate. Inflammation has been considered an etiology for the development of colon cancer thus knowing the pathogenesis and development of inflammatory related colon cancer, further diagnosis method and treatment can be developed.Method Administration of Dextran Sodium Sulfate 1 during the first week and continued with peritoneal injection of Azoxymethane on mice strain C3H and BALB C. The mice are sacrificed on 2 months, 4 months, and 6 months after AOM injection. Mice colons are then taken in the middle part of the colon for 1 cm. The specimens are analyzed using HE staining with high magnification. Inflammatory foci counting are done in all microscopic fields of the specimen. The result of which are tabulated and further analyzed using Kolmogorov Smirnov Test and ANOVA Test to check the significancy.Results Macroscopically, the colonic mucosa of the mice shows a lot of proliferating nodules in the 4 months and 6 months specimen. Microscopically, we found that the inflammatory foci have a tendency of decrease in number throughout the months. Based on the analytical data, the progression of inflammatory foci is constant among all three different months. Conclusion Inflammatory foci development in colon carcinogenesis AOM DSS mice model is strongly correlates with the administration of DSS. 1 week of DSS administration has a constant inflammatory foci number in 6 months of colon carcinogenesis development.

ABSTRACT
Kanker kolon merupakan salah satu jenis kanker yang menyebabkan angka kematian tinggi. Menurut data statistik tahun 2011, angka kematian kanker kolon mencapai urutan ke-3 dibanding dengan kanker lainnya. Inflamasi pada kolon adalah salah satu penyebab terjadinya kanker kolon, sehingga dengan mengetahui proses patogenesis kanker kolon yang beretiologi inflamasi dapat menjadi dasar untuk pengembangan metoda diagnosis dan penyembuhan.Metode: Pemberian mencit dengan Dextran Sodium Sulfate 1 selama satu minggu pertama yang dilanjutkan dengan injeksi Azoxymethane pada jenis mencit C3H dan BALB/C. Mencit kemudian dikorbankan pada bulan ke 2, 4, dan 6 setelah injeksi AOM. Bagian tengah kolon mencit diambil sepanjang 1 cm. Setelah itu, specimen dianalisa menggunakan pewarnaan HE dengan lapang pandang besar pada mikroskop. Fokus inflamasi dihitung pada seluruh area lapang pandang pada setiap specimen. Data hasil focus inflamasi kemudian dianalisa menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov dan ANOVA untuk mengetahui signifikansi data.Hasil: Pada hasil makroskopik, terlihat mukosa kolon mencit bernodul banyak pada specimen bulan ke 4 dan ke 6. Pada hasil mikroskopik, fokus inflamasi cenderung menurun seiring dengan waktu. Sedangkan, analisa data menunjukkan bahwa perkembangan fokus inflamasi terlihat konstan pada seluruh spesimen.Kesimpulan: Perkembangan fokus inflamasi pada proses karsinogenesis kolon sangat berhubungan dengan pemberian DSS. Pada eksperimen ini, pemberian 1 minggu DSS pada awal bulan memperlihatkan perkembangan fokus inflamasi yang konstan selama 6 bulan."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>