Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163795 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isnaini Aisyah Naser
"Latar Belakang: Kelebihan terapi regeneratif untuk periodontitis dengan kerusakan tulang alveolar horizontal masih belum banyak dilaporkan. Terapi regeneratif periodontitis pada kerusakan tulang alveolar horizontal dengan PDL cell sheet dengan RGD modified chitosan dilaporkan dapat meningkatkan perlekatan jaringan periodontal secara klinis. Hasil tersebut perlu ditunjang dengan menganalisis ekspresi kolagen tipe I secara histologis. Ekspresi kolagen tipe I pada tulang alveolar merupakan salah satu indikator terjadinya regenerasi jaringan periodontal.
Tujuan: Menganalisis ekspresi kolagen tipe I pada tulang alveolar pasca terapi bahan regeneratif dengan RGD modified chitosan dan PDL cell sheet dengan chitosan.
Metode dan Bahan: Bahan uji adalah sediaan biologis tersimpan berupa preparat jaringan tulang alveolar M.nemestrina pada kerusakan tulang horizontal setelah empat minggu terapi dengan bahan PDL cell sheet dengan RGD modified chitosan dan PDL cell sheet dengan chitosan. Ekspresi kolagen tipe 1 dievaluasi dengan teknik imunohistokimia dengan cara deparafinisasi dan rehidrasi, blocking, immunostaining, dehidrasi dan cleaning, serta mounting dan coverslip. Data area ekspresi dan intensitas warna dianalisa dengan metode grid pada ImageJ serta uji statistik menggunakan SPSS.
Hasil: Median(minimum-maksimum) pewarnaan positif pada PDL cell sheet dengan RGD modified chitosan adalah 20,69(8,95-39,98), lebih kecil dari PDL cell sheet dengan chitosan 22,65(10,98-36,27). Uji statistik menunjukan tidak terdapat perbedaan bermakna dari kedua bahan regeneratif.
Kesimpulan: Ekspresi kolagen tipe I memberikan hasil yang setara antara PDL cell sheet dengan RGD modified chitosan dan PDL cell sheet dengan chitosan.

Background: The advantages of regenerative therapy for periodontitis with horizontal alveolar bone damage have not been widely reported. Regenerative therapy of periodontitis in horizontal alveolar bone damage with PDL cell sheet and RGD modified chitosan has been reported to increase clinical periodontal tissue attachment. These results need to be supported histologically by analyzing the expression of type I collagen. The expression of type I collagen in periodontal tissue is one of the indicator for periodontal tissue regeneration.
Objectives: Analyzing the expression of type I collagen in periodontal tissue after using regenerative therapy materials PDL cell sheet with modified RGD chitosan and PDL cell sheet with chitosan. Material and
Methods: The test materials were stored biological preparations in the form of alveolar bone tissue M.nemestrina in horizontal bone damage after four weeks ; therapy with PDL cell sheet with RGD modified chitosan and PDL cell sheet with chitosan. Collagen type 1 expression was evaluated by immunohistochemistry techniques with deparaffinization and rehydration, blocking, immunostaining, dehydration and cleaning, mounting and coverslip. The data of expression area and color intensity were analyzed by grid method in ImageJ and the statistic test using SPSS.
Result: The median(minimum-maximum) of positive staining on PDL cell sheet with RGD modified chitosan is 20.69(8.95-39.98), smaller than PDL cell sheet with chitosan 22.65(10.98-36.27). The statistical test showed that there were no significant differences between the two regenerative materials.
Conclusion: Type I collagen expression gave equivalent results between PDL cell sheet with RGD modified chitosan and PDL cell sheet with chitosan.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virginia Nomida
"Latar Belakang: Kerusakan tulang alveolar horizontal merupakan defek tulang yang umum ditemukan dalam kasus periodontal, namun belum dapat direkontruksi secara optimal. Kemanfaatan Background: sebagai bahan regeneratif pada defek tersebut telah dilaporkan secara klinis dan radiografis, namun evaluasi secara histologis belum banyak dilakukan. Adanya ekspresi kolagen tipe I pada jaringan periodontal merupakan salah satu indikator keberhasilan terapi regeneratif.
Tujuan: Mengevaluasi efektivitas chitosan dan RGD-modified chitosan dalam meningkatkan ekspresi kolagen tipe I secara histologis pada terapi regeneratif dengan pola kerusakan tulang horizontal.
Metode dan Bahan: Sampel adalah sediaan biologis tersimpan berupa jaringan periodontal regio gigi insisivus lateral Macaca nemestrina setelah 4 minggu terapi regeneratif dengan chitosan dan RGD-modified chitosan scaffold. Ekspresi kolagen tipe I dievaluasi dengan imunohistokimia menggunakan antibodi primer COL1A1. Perbedaan area pewarnaan positif dan intensitas warna kolagen tipe I dianalisis dengan metode grid pada ImageJ serta uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua, yaitu kelompok chitosan dan kelompok RGD-modified chitosan.
Hasil: Median area pewarnaan positif chitosan 61,53(46,64-77,67), lebih besar dari RGD-modified chitosan 25,69(17,94-35,20) namun tidak berbeda bermakna secara statistik(p>0,05). Median intensitas pewarnaan lemah 35,40(26,23-50,34), sedang 24,48(3,25-34,95) dan kuat 3,16(0,34-11,65) area pewarnaan positif kelompok chitosan lebih besar dari kelompok RGD-modified chitosan, namun tidak berbeda bermakna secara statistik.
Simpulan: Terapi chitosan scaffold dan RGD-modified chitosan berpotensi meregenerasi jaringan periodontal dengan pola kerusakan tulang horizontal. Penambahan RGD pada scaffold tidak memiliki pengaruh terhadap ekspresi kolagen tipe I.

Horizontal alveolar bone damage is a common bone defect found in periodontal cases, but cannot be reconstructed optimally. The usefulness of the use of chitosan and RGD-modified chitosan scaffold as a regenerative material in the defect has been reported clinically and radiographically, but histological evaluation has not been done much. The presence of type I collagen expression in periodontal tissue is one indicator of the success of regenerative therapy.
Objective: To evaluate the effectiveness of chitosan and RGD-modified chitosan in histologically increasing type I collagen expression in regenerative therapy with horizontal bone damage patterns.
Methods and Materials: Samples were stored biologically in the form of periodontal tissue of the lateral incisor Macaca nemestrina after 4 weeks of regenerative therapy with chitosan and RGD-modified chitosan scaffold. Type I collagen expression was evaluated by immunohistochemistry using primary antibody COL1A1. Differences in positive staining areas and color intensity of type I collagen were analyzed by the grid method on ImageJ and statistical tests using the Mann-Whitney test. The research group was divided into two, namely the chitosan group and the RGD-modified chitosan group.
Results: The median chitosan positive staining area was 61.53 (46.64-77.67), greater than the RGD-modified chitosan 25.69 (17.94-35.20) but did not differ statistically (p> 0, 05). Median intensity of staining is weak 35.40 (26.23-50.34), moderate 24.48 (3.25-34.95) and strong 3.16 (0.34-11.65) positive staining area for chitosan groups is more were large in the RGD-modified chitosan group, but were not statistically significant.
Conclusion: Chitosan scaffold therapy and RGD-modified chitosan have the potential to regenerate periodontal tissue with a pattern of horizontal bone damage. The addition of RGD to scaffold has no effect on the expression of type I collagen.penggunaan chitosan dan RGD-modified chitosan scaffold.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Fadhilah
"Cermin telah digunakan sebagai enrichment untuk primata selama beberapa dekade. Penambahan enrichment cermin diharapkan dapat menurunkan perilaku stereotipe dan meningkatkan kesejahteraan hewan di penangkaran. Penelitian mengenai pengaruh enrichment cermin terhadap perilaku stereotipe Macaca nemestrina dalam kandang telah dilakukan di Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI), Bogor. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku stereotipe tiap Macaca nemestrina melalui aktivitas harian, mengidentifikasi respons dari M. nemestrina terhadap keberadaan enrichment cermin, dan menganalisis pengaruhnya terhadap perilaku stereotipe. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2020 selama 5 hari tiap pekannya. Metode yang digunakan yaitu continuous scan sampling dan ad libitum dengan interval waktu 10 menit tanpa jeda. Pencatatan dilakukan terhadap aktivitas harian pasangan M. nemestrina dengan penekanan pada perilaku stereotipe dan respons M. nemestrina terhadap cermin. Pengamatan dilakukan selama 7 jam perhari. Objek penelitian yaitu dua pasang Macaca nemestrina yang berada di dua kandang sanctuary terpisah. Hasil pengamatan menunjukkan perilaku stereotipe yang teramati adalah pick (mencabuti rambut dari tubuh sendiri), pace (bergerak berulang kali dan tidak berarah), dan self-aggression (menyakiti diri sendiri). Berdasarkan Uji t berpasangan yang dilakukan pada α = 0,05 hasilnya adalah tidak terdapat perbedaan antara perilaku stereotipe sebelum dan setelah diberikan enrichment cermin. Hal tersebut diasumsikan karena cermin kurang menyediakan stimulus yang memuaskan dan tidak mampu menarik perhatian objek penelitian sehingga tidak dapat mengurangi tingkat perilaku stereotipe secara signifikan.

Mirror has been used as an enrichment for primates for decades. The addition of mirror enrichment is expected to reduce stereotypic behavior and improve animal welfare in captivity. Research about effects of mirror enrichment existence has been conducted on Macaca nemestrina (Linnaeus, 1766) stereotypic behavior at Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI), Bogor. The aims of this research were to identify the stereotypic behavior of M. nemestrina through daily activities and identify their response to the existence of mirror enrichment and analyze its effects on stereotypic behavior. The study was conducted on February until March 2020 for 5 days per each week. Data collection was conducted by continuous scan sampling and ad libitum methods with 10 (ten) minutes interval without pause. The recording was made on the daily activities of M. nemestrina with an emphasis on stereotypic behavior and the response of M. nemestrina to the mirror. Observations were made for 7 hours  per each day. The research objects were two pairs of M. nemestrina in the seperate sanctuary cages. The observations showed that the stereotypic behavior observed in M. nemestrina were pick (pulling hair from one's own body), pace (moving repeatedly and not directed), and self-aggression (self-harming). Based on paired t tests that has been conducted at α = 0.05 the results were no difference between the frequency of stereotypic behavior before and after the mirror enrichment existence. That was because the mirror does not provide a satisfactory stimulus and unable to attract the research objects attention so it was unable to reduce the level of stereotyped behavior significantly.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adriana Viola Miranda
"Latar belakang: Meski krusial untuk keberhasilan fertilisasi in vitro (FIV), stimulasi ovarium terkendali (SOT) diketahui dapat menurunkan reseptivitas endometrium dan mempengaruhi keberhasilan prosedur tersebut secara keseluruhan. Hal ini terkait dengan administrasi recombinant follicle stimulating hormone (r-FSH) yang meregulasi ekspresi regulator reseptivitas endometrium, termasuk leptin, melalui perantara estradiol.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai dosis r-FSH pada SOT terhadap perubahan ekspresi leptin pada jaringan endometrium Macaca nemestrina (beruk).
Metode: Penelitian ini menggunakan blok parafin berisi jaringan uterus Macaca nemestrina fase midluteal dari penelitian sebelumnya. Subjek adalah 15 beruk betina usia reproduktif (8-10 tahun) dengan riwayat melahirkan yang dibagi ke dalam empat kelompok: kelompok dengan administrasi r-FSH dosis 30 IU, 50 IU, 70 IU (kelompok intervensi), dan tanpa pemberian r-FSH (kelompok kontrol). Stimulasi ini diberikan selama 10 atau 12 hari pertama siklus haid. Pewarnaan dilakukan secara immunohistokimia. Ekspresi leptin diukur menggunakan plugin IHC Profiler pada software ImageJ serta dihitung secara semikuantitatif sebagai Histological Score (H-score). Analisis statistik untuk data normal dan homogen dilakukan dengan ANOVA satu arah, sedangkan untuk data tidak normal atau tidak homogen dilakukan dengan uji Kruskal-Wallis.
Hasil dan Pembahasan: Pengaruh SOT pada jaringan endometrium ditemukan pada kompartemen epitel kelenjar, stroma, dan epitel luminal. Perbedaan ekspresi leptin antara keempat kelompok pada ketiga kompartemen tersebut bersifat tidak bermakna secara signifikan (Fkelenjar(3,10) = 0.464, p = 0.714; pstroma = 0.436; pluminal = 0.155). Hasil ini kemungkinan disebabkan oleh hubungan r-FSH dan leptin yang tidak bersifat langsung, tetapi diperantarai oleh estradiol. Limitasi penelitian ini adalah jumlah sampel yang kecil, serta keterbatasan dalam mengukur durasi fase siklus haid dan cadangan ovarium pada subjek penelitian."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qaiszara Puspadewi
"Latar Belakang: Terapi regeneratif jaringan periodontal pada kasus kerusakan tulang alveolar horizontal telah dilaporkan dapat meningkatkan perlekatan jaringan periodontal secara klinis. Tetapi, efek perawatan pada sintesis matriks ekstraseluler tulang belum diketahui. Osteopontin merupakan salah satu marker penanda tulang sehingga dapat digunakan dalam menganalisis keberhasilan regenerasi jaringan periodontal pascaterapi regeneratif.
Tujuan: Menganalisis ekspresi osteopontin pascaterapi regeneratif PDL cell sheet + RGD-modified chitosan dan PDL cell sheet + chitosan scaffold terhadap regenerasi jaringan periodontal.
Metode dan Bahan: Sampel penelitian adalah sediaan mikroskopik jaringan periodontal M.nemestrina yang telah ditanam bahan regeneratif PDL cell sheet + RGD-modified chitosan dan PDL cell sheet + chitosan scaffold selama empat minggu setelah perawatan. Sediaan diwarnai dengan metode imunohistokimia menggunakan antibodi osteopontin. Ekspresi osteopontin dianalisis area dan intensitas pewarnaannya dengan metode grid pada ImageJ, serta uji statistik menggunakan SPSS.
Hasil: Median area pewarnaan positif pada PDL cell sheet + RGD-modified chitosan 74,81% (53,48%-81,06%) lebih besar dari PDL cell sheet + chitosan scaffold 63,99% (52,43%-80,31%), namun tidak berbeda bermakna secara statistik pada kedua bahan tersebut (p >0,05). Median intensitas area pewarnaan positif lemah 43,05% (14,16%-61,52%), sedang 14,49% (6,70%-22,81%), dan kuat 17,82% (3,66%-20,20%) pada kelompok PDL cell sheet + RGD-modified chitosan lebih besar dibanding PDL cell sheet + chitosan scaffold, namun tidak berbeda bermakna secara statistik.
Kesimpulan: Ekspresi osteopontin lebih tinggi pada kelompok PDL cell sheet + RGD-modified chitosan dibanding kelompok PDL cell sheet + chitosan scaffold, meskipun kedua bahan tersebut tidak menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik.

Background: Periodontal regenerative therapy in bone horizontal defect cases has been reported to increase clinical periodontal tissue attachment. However, the outcome treatment on the synthesis of bone extracellular matrix is unknown. Osteopontin is one of the bone markers that can be used in analyzing the effectiveness regeneration after periodontal regenerative therapy.
Objectives: To analyse osteopontin expression after periodontal regenerative therapy with PDL cell sheet + RGD-modified chitosan and PDL cell sheet + chitosan scaffold.
Methods and Materials: Specimen was used from M.nemestrina periodontal tissue that had been planted for four weeks after regenerative therapy with PDL cell sheet + RGD-modified chitosan and PDL cell sheet + chitosan scaffold.
Results: Median value of positive staining area in PDL cell sheet + RGD-modified chitosan with 74.81% (53.48%-81.06%) is greater than in PDL cell sheet + chitosan scaffold with 63.99% (52.43%-80.31%), and the two groups statistically showed no significant differences. Median value of positive staining intensity in weak area 43.05% (14.16%-61.52%), moderate 14.49% (6.70%-22.81%), and strong 17.82% (3.66%-20.20%) in PDL cell sheet + RGD-modified chitosan is greater than PDL cell sheet + chitosan scaffold, but there were no significant differences between the two groups.
Conclusion: Regenerative therapy with PDL cell sheet + RGD-modified chitosan increased osteopontin expression higher than PDL cell sheet + chitosan scaffold, even though there were no significant differences between the two groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Marsha Fadila
"Latar Belakang: Perawatan yang telah ada selama ini tidak memberikan hasil yang maksimal pada defek besar sehingga berkembang konsep rekayasa jaringan yang memiliki komponen scaffold, signaling molecule, dan sel. Scaffold yang digunakan adalah chitosan karena karakteristiknya yang biokompatibel dan biodgradable. RGD ditambahkan sebagai signaling molecule, yang berfungsi berperan untuk merangsang sel berdiferensiasi dan memproduksi matriks untuk perkembangan sel dalam membentuk jaringan.
Tujuan: Mengetahui ekspresi protein OPN sebagai indikator regenerasi jaringan periodontal setelah pemberian bahan regeneratif.
Metode dan Bahan: Model defek tulang horizontal pada tulang alveolar di sekitar gigi insisif lateral M.nemestrina yang dipaparkan bahan regeneratif chitosan atau RGD modified chitosan. 4 minggu setelah pemaparan bahan regeneratif jaringan dibiopsi dan diproses dengan metode IHK dengan antibodi OPN yang menandakan regenerasi jaringan periodontal, dianalisis melalui % area pewarnaan dan intensitas warna dengan metode grid pada aplikasi ImageJ.
Hasil: Tidak ada perbedaan bermakna secara statistik antara kelompok chitosan dengan median % area pewarnaan positif 21,81 yang lebih tinggi dibanding RGD modified chitosan dengan median % area pewarnaan positif 10,88.
Kesimpulan: Terapi regeneratif dengan pemberian chitosan atau RGD modified chitosan berpotensi meregenerasi jaringan periodontal. Penambahan RGD pada chitosan dievaluasi secara histologis tidak mempengaruhi ekspresi OPN.

Background: Treatment that has existed so far doesn’t provide maximum results in large defects, so develops concept of tissue engineering that have scaffold, signaling molecule, and cell as components. The scaffold material used is chitosan because of its charactheristics which have high viscocity, the ability to bind to water, biocompatible, and biodgradable. RGD is added as a signaling molecule, which act to stimulate cells to differentiate and produce matrices for cell development in forming tissue.
Objective: To know expression of OPN as periodontal tissue regeneration indicator after exposure with regenerative materials.
Methods and Materials: The horizontal bone defect model in the M.nemestrina’s alveolar bone around lateral insisive was exposed by chitosan or RGD modified chitosan and biopsied after 4 weeks. Slides were processed through IHC method with OPN as antibody. The expression of OPN signifies periodontal tissue regeneration, analized through % area of staining and color intensity with grid method on ImageJ.
Result: There was no significant difference stastically between chitosan with % positive staining area median 21.81 which was higher than RGD modified chitosan with % positive staining area median 10.88.
Conclusion: Regenertive theraphy with chitosan or RGD modified chitosan potentially regenerate the periodontal tissue. Addition of RGD to chitosan evaluate histologically didn’t affect the expression of OPN.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ken Ayu Miranthy
"Latar belakang: Celah alveolar dapat menimbulkan masalah estetika dan fungsional yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Terdapat beberapa cara untuk menutup celah alveolar, diantaranya dengan perawatan orthodonti, pemasangan protesa, hingga dilakukannya tandur tulang. Tandur tulang merupakan baku standar untuk dilakukannya prerawatan celah alveolar. Upaya untuk mendapatkan hasil operasi tandur tulang yang optimal perlu memperhatikan beberapa faktor diantaranya waktu operasi, teknik operasi, lebar celah, dan kondisi gigi kaninus. Penilaian terhadap hasil operasi tandur tulang digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan operasi dengan cara mengukur sudut gigi kaninus, tinggi vertikal gigi kaninus, dan tinggi tulang alveolar. Tujuan: Untuk mengevaluasi hasil operasi tandur tulang sekunder melalui tinggi tulang alveolar dengan radiograf dan dianalisa dengan Bergland indeks serta perubahan sudut gigi kaninus, tinggi vertikal gigi kaninus. Metode: 5 radiograf OPG dan 12 radiograf oklusal didapatkan dari pasien operasi tandur tulang sekunder dengan cara restrospektif analitik dari poli CLP RSAB Harapan Kita. Hasil: Didapatkan nilai sebesar 91% keberhasilan operasi tandur tulang dinilai dari tinggi tulang alveolar. Adanya perubahan sudut gigi kaninus dan tinggi vertikal gigi kaninus sebelum dan sesudah operasi. Kesimpulan: Keberhasilan operasi tandur tulang yang ditandai dengan terbentuknya bone brigde akibat adanya gaya mekanikal pada celah alveolar setelah operasi tandur tulang yang dapat dinilai dengan adanya perubahan sudut gigi kaninus dan tinggi vertikal gigi kaninus.

Background: Alveolar cleft can effect the quality of life the patient due to esthetic and functional problems. There are several techniques to close alveolar cleft such as orthodonti treatment, dental prothesis, and bone grafting. Secondary alveolar bone graft is the gold standar in alveolar cleft treatment. In order to get the optimum result of secondary alveolar bone graft, there are some factors need to be considered timing of operation, operation technique, width of the cleft, and condition of canine teeth. Some parameters were used to evaluate the secondary alveolar bone graft procedure, there are canine angle, vertical height of canine, and alveolar height. Objective: to evaluate secondary alveolar bone graft procedure using alveolar height by Bergland radiographic scale and canine angle and vertical height. Method: 5 OPG and 12 oklusal radiograph were collected from patient alveolar cleft post secondary alveolar bone grat using retrospective analytic sampling from Harapan Kita Hospital. Result: Satisfactory results were obtained in 91% of cases. There are significant changes in canine angle and vertical height post secondary alveolar bone graft procedure. Conclusion:Formation of bone bridge due to mechanical force in alveolar cleft post secondary alveolar bone graft can be identified by the change of canine angle and vertical height."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Herlis Rahdewati
"Latar belakang: Terapi regenerasi jaringan periodontal pada pola kerusakan tulang alveolar horizontal selama ini belum membuahkan hasil yang memuaskan. Terapi regenerasi memerlukan scaffold, sel punca, dan signaling molecules. Scaffold dalam terapi regenerasi salah satunya yaitu kitosan. Penambahan arginylglycylaspartic acid RGD pada kitosan membantu adhesi sel. Periodontal ligament PDL cell sheet membantu regenerasi periodontal.
Tujuan: Mengevaluasi efek kitosan, RGD, dan PDL cell sheet terhadap perlekatan jaringan periodontal klinis pada kerusakan tulang alveolar horizontal.
Metode dan Bahan: Model kerusakan tulang horizontal pada M. nemestrina dibuat dengan bur dan elastik ortodontik. Sampel dibagi empat kelompok n=8 : kitosan, kitosan RGD, kitosan PDL cell sheet, dan kitosan RGD PDL cell sheet. Peningkatan perlekatan jaringan periodontal klinis dievaluasi setelah empat minggu.
Hasil: Peningkatan perlekatan jaringan periodontal klinis kelompok kitosan RGD PDL cell sheet 3,00 0,756 mm lebih baik dibandingkan kitosan 1,75 0,707 mm dan kitosan RGD 2,13 0,835 mm.
Kesimpulan: Kelompok kitosan RGD PDL cell sheet berpotensi dapat meningkatan perlekatan jaringan periodontal klinis terbaik.

Background: Periodontal regeneration therapy in horizontal bone defect has not been satisfactory yet. Tissue regeneration require scaffold, stem cells, and signaling molecule. One of scaffold that use in regenerative therapy is chitosan. Combination of chitosan with arginylglycylaspartic acid RGD has the ability to improve cell adhesion. Periodontal ligament PDL cell sheet has the ability to promote periodontal regeneration.
Objectives: Evaluate attachment gaining on clinical periodontal attachment using chitosan RGD, and PDL cell sheet in horizontal bone defect.
Material and Methods: The horizontal bone defect model of M. nemestrina was made using bur and orthodontic elastic. Regenerative therapy divided into four groups n 8 chitosan, chitosan RGD, chitosan PDL cell sheet, and chitosan RGD PDL cell sheet. Clinical periodontal attachment was evaluated after four weeks.
Results: Clinical periodontal attachment of chitosan RGD PDL cell sheet 3,00 0,756 mm was better than chitosan 1,75 0,707 mm and chitosan RGD 2,13 0,835 mm.
Conclusion: Chitosan RGD PDL cell sheet groups has the potential to increase clinical periodontal attachment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ziyad Fadlullah
"Latar belakang: Pada penuaan paru, terjadi perubahan fisiologi, parenkim, anatomi serta imun. Perubahan fisiologi dapat dilihat dari perubahan volumevolume paru fisiologis pada pengukuran spirometri. Perubahan anatomi antara lain pada dinding dada, otot respirasi serta perubahan parenkim paru dan saluran napas. Perubahan parenkim paru yang telah diteliti salah satunya adalah penurunan serat elastin sehingga daya elastik rekoil berkurang. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan/korelasi antara ruang udara alveolus, terhadap penuaan.
Metode: Desain penelitian adalah cross sectional analytical correlative. Subjek penelitian adalah tikus Sprague-Dawley dengan rentang usia 2 hari, 16 hari, 3 – 4 bulan dan 12 bulan yang ditentukan dengan single blind randomization dengan total 24 ekor. Data yang diambil adalah panjang ruang udara alveolus yang diukur menggunakan perangkat lunak Optilab Image Raster. Data diolah dengan uji korealsi Spearman dengan bantuan software SPSS.
Hasil: Rata- rata ruang udara alveolus berdasarkan usia 2 hari, 16 hari, 3-4 bulan dan 1 tahun adalah 0.467 + 0.038, 0.410 + 0.052, 0.369 + 0.046 dan 0.378 + 0.028. Uji korelasi antara panjang ruang udara alveouls dengan penuaan menunjukkan adanya korelasi lemah (r = -0.227), yaitu semakin bertambah usia (penuaan), panjang ruang udara alveolus semakin kecil.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara ruang udara alveolus penuaan, yakni semakin bertambah usia, terjadi perubahan pada ruang udara alveolus.

Background: Aging is a complex process that occurs in each organ. In lung aging, there are some changes in physiology, parenchyma, anatomy and immune system. Physiological changes can be seen from the changes in physiological lung volumes on spirometry measurements. Anatomical changes occurs in the chest wall, muscles of respiration and changes in the lung parenchyma and airways. One of lung parenchyma changes which were investigated is the reduction of elastin fibers that elastic recoil force is reduced. Focus of this study is the relation / correlation between the alveolar air space, with all the evidence of the changes associated with aging, in aging lung.
Method: This study design were cross sectional analytical correlative. Subjects of this research are Sprague-Dawley rats, aged 2 days, 16 days, 3-4 months and 12 months and determined by single blind randomization with total subject are 24. The data is length of the alveolar air spaces and were measured using the software Raster Image Optilab. The data were processed by Spearman correlation using SPSS.
Result: Alveolar air space average based on age of 2 days, 16 days, 3-4 months and 12 months are 0.467 + 0.038, 0.410 + 0.052, 0.369 + 0.046 dan 0.378 + 0.028. Correlation between the length of the air space alveolus with aging showed a weak correlation (r = -0227), which in increasing age (aging), the length of the alveolar air space become smaller.
Conclusion: Based on results and discussion, it can be concluded that there is correlation between lung aging and alveolar air space, increase in age make some change in alveolar air space. The increasing age, there is change in alveolar air space.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S630092
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelia Melia Tjokrovonco
"Latar belakang: Terapi regeneratif pada kerusakan tulang vertikal telah memberikan hasil yang memuaskan, tetapi kerusakan horizontal masih menjadi tantangan bagi klinisi.
Tujuan Penelitian: Mengevaluasi penggunaan kitosan, kitosan RGD, dan kombinasi PDL cell sheet terhadap peningkatan densitas radiografis tulang alveolar dengan kerusakan tulang horizontal
Metode dan Bahan: Total sampel berjumlah 16 yang dibagi menjadi empat kelompok perlakuan, yaitu kitosan, kitosan RGD, kitosan PDL cell sheet, dan kitosan RGD PDL cell sheet. Evaluasi radiografis dilakukan empat minggu setelah bedah regeneratif.
Hasil: Hasil substraksi densitas radiograf tulang alveolar kelompok kitosan 7,31 10,27; kitosan RGD 16,70 13,17; kitosan PDL cell sheet 19,34 21,46; kitosan RGD PDL cell sheet 21,97 7,85.
Kesimpulan: Penggunaan kitosan, kitosan RGD, kitosan dan PDL cell sheet, serta kitosan RGD dan PDL cell sheet memiliki potensi meningkatkan densitas tulang alveolar.

Background: Regenerative therapy in vertical bone defect has been shown to be satisfactory, but horizontal defect remains a challenge for clinicians.
Objective: Evaluate the use of chitosan, chitosan RGD, and combination of PDL cell sheet to increase radiographic density of alveolar bone with horizontal bone defect.
Method and Material: Total samples were 16 and divided into four treatment groups Chitosan, Chitosan RGD, Chitosan PDL cell sheet, and Chitosan RGD PDL cell sheet. Radiographic evaluation was performed four weeks after regenerative surgery.
Result: Alveolar bone radiograph density substraction in chitosan group is 7,31 10,27 chitosan RGD group is 16,70 13,17 chitosan PDL cell sheet group is 19,34 21,46 chitosan RGD PDL cell sheet group is 21,97 7,85.
Conclusions: Chitosan, chitosan RGD, chitosan PDL cell sheet, and chitosan RGD PDL cell sheet application have potential to increase the bone density.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>