Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184574 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asiyah Nurul Fadila
"Latar Belakang: Preeklamsia mempengaruhi 2-10% kehamilan di dunia, sehingga preekalmsia merupakan penyebab utama mortalitas dan morbitidas pada ibu dan kehamilan. Di Indonesia, preeklamsia menyerang sejak usia kandungan dini, yang membahayakan janin dan ibu. Namun, pengetahuan mengenai patogenesis dan perkembangan preeklamsia belum sepenuhnya diketahui. Untuk itu, pengetahuan mengenai patogenesis dari preeklamsia yang sangat dikorelasikan dengan stres oksidatif pada plasenta sangatlah penting.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian pionir dengan rancang potong lintang. Sampel penelitian adalah 12 plasenta dari kehamilan normal, 12 plasenta dari preeklamsia onset lambat, dan 4 plasenta dari preeklamsia onset awal dari RS Ciptomangunkusumo dan RSIA Budi Kemuliaan. Dilakukan perhitungan konsentrasi MDA dengan metode Wills. Data dianalisa menggunakan program SPSS versi 20 untuk Macbook melalui uji komparasi Kruskal Walis dilanjutkan dengan uji post hoc Mann Whitney.
Hasil: Konsentraasi MDA pada kehamilan normal, preeklamsia awal, dan preeklamsia lambat secara berturut-turut adalah 0,147, 0,033 dan 0,015. Uji Kruskal Walis menunjukkan, terdapat perbedaan konsentrasi MDA bermakna antara kehamilan normal, preeklamsia onset awal dan preeklamsia onset lambat (p < 0,001). Pada uji Mann Whitney, MDA plasenta kehamilan normal lebih tinggi secara signifikan dibanding preeklamsia onset lambat (p < 0,001). Namun, tidak terdapat perbedaan berarti antara MDA preeklamsia onset cepat dengan lambat (p=0,133) dan antara MDA pada kehamilan normal dengan MDA preeklamsia onset awal (p = 0,011).
Kesimpulan: Terdapat penurunan kadar ROS pada PE onset lambat yang diindikasikan oleh level peroksidasi lipid yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan kehamilan normal. Namun, tidak terdapat penurunan kadar ROS pada PE onset awal dari kadar normal, dilihat dari tidak adanya perbedaan signifikan pada kadar MDA. Kedua hal ini memiliki peranan dalam perkembangan PE onset awal dan onset akhir pada masyarakat Indonesia.

Background: Affecting 2-10% of pregnancies worldwide, preeclampsia is the leading cause of maternal and perinatal morbidity and mortality. In Indonesia, preeclampsia emerges in early gestational age, which endangers the mother and fetus. However the pathogenesis of preeclampsia is not yet known. Hence, it is important to understand pathogenesis of preeclampsia, which is highly correlated to oxidative stress in placenta.
Methods: This research was a pioneer research with the design of a cross sectional comparative study. As this research is a pioneer study, the sample size is based on pioneer study sample size, so 12 placenta tissues for each group were attained. The MDA concentration was measured using Wills method. Data is being analyzed using SPSS version 20 for Macbook with Kruskal Walis as hypothesis test and Mann Whitney as post hoc test.
Result: The MDA concentration of normotensive, early PE and late PE were 0.147, 0.033 and 0.0155 consecutively. Kruskal Walis test showed a significant difference between MDA concentration in normotensive, early and late placenta (p < 0.001). In Mann Whitney test, normotensive placenta displayed a significantly higher MDA concentration than late-onset preeclampsia (p < 0.001). However, there were no significant difference between early & late-onset preeclampsia (p=0.133) ), and normotensive & early-onset preeclampsia (p = 0.011).
Conclusion: There is a decrease of ROS in late-onset PE indicated by lower lipid peroxidation level in PE than normal pregnancy. However, there is no difference of ROS between normotensive & early-onset PE, as the MDA concentration difference was not significant. These conditions may play role in the development of early and late preeclampsia among Indonesians.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eldesta Nisa Nabila
"Preeklamsia (PE) selama ini selalu menjadi salah satu masalah terbesar di dunia kesehatan. Tidak hanya karena kondisi ini meyebabkan tingginya angka kematian ibu, namun keadaan ini juga dapat memicu berbagai efek negatif pada bayi. Fokus dari studi ini adalah untuk melihat peran dari prorenin dalam patogenesis PE dengan membandingkan konsentrasi prorenin pada plasenta normal dan plasenta yang diambil dari pasien PE. Sampel plasenta diperoleh dari 69 ibu hamil yang berumur sekitar 30 tahun dengan umur kehamilan bekisar 26-41 minggu. Jaringan plasenta terdiri atas 12 sampel normal, 12 sampel PE onset akhir, dan 1 sampel PE onset awal. Kit ELISA digunakan pada prosedur ini untuk meneliti konsentrasi prorenin pada jaringan secara langsung serta hasilnya diinterpretasikan bedasarkan nilai absorbansi. Normalitas distribusi data dinilai menggunakan metode SHAPIRO WILK dan ditemukan bahwa distribusi data merupakan data nonparametrik. Oleh karena itu, MANN-WHITNEY dipilih sebagai metode untuk melihat signifikansi dari perbedaan level prorenin pada sampel jaringan normal dan PE. Hasil yang didapatkan adalah p=0.932 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan akan level prorenin pada sampel normal dan sampel PE. Bedasarkan penemuan ini, dapat dispekulasikan bahwa prorenin tidak secara langsung berpartisipasi dalam patogenesis PE.

Preeclampsia (PE) has always been regarded as one of the most deteriorating burdens in the world of medicine. Not only it contributes to high maternal mortality, but it also impose numerous drawbacks to the babies. The focus of this study is to investigate the involvement of prorenin in the pathogenesis of preeclampsia by comparing its concentration in the placenta sample of normal pregnancy and both early and late onset PE. The placenta was taken from 69 pregnant women ageing around 30 years old whose gestational age ranging between 26-41 weeks. The placental tissue were consisting of 12 normal samples, 12 late-onset PE samples, and 1 early-onset PE sample. ELISA kit was used to directly observe the concentration of prorenin and the result was interpreted based on the absorbance value.  The normality of the data distribution was assessed by SHAPIRO WILK method from which the data was found to be nonparametric. Therefore, Mann-Whitney method was used in order to found the significance of prorenin level difference in normal and preeclamptic pregnancy and the obtained value was p=0.932, meaning that no significant difference was observed between prorenin level of normal and preeclamptic placenta sample. Based on this finding, it can be speculated that prorenin does not directly participate in the pathogenesis of PE."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Humaira
"Pre-eklampsia adalah sekumpulan sindrom klinis khusus kehamilan yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria yang akan berhenti setelah kelahiran sang bayi. Faktor seperti genetik, imunologis, perilaku dan lingkungan terlibat dalam proses patologis pre-eklampsia. Di Indonesia sendiri, hipertensi adalah penyebab utama kedua dari kematian ibu. Berkurangnya konsentrasi Nitric Oxide NO diduga berperan dalam patogenesis pre-eklampsia karena Nitric Oxide NO berfungsi sebagai vasorelaksan dan antikoagulan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah konsentrasi Nitric Oxide sebagai penanda stres oksidatif untuk plasenta dengan pra-eklampsia pada usia 26-40 minggu menurun atau tidak. Penelitian ini dilakukan secara cross-sectional pada tahun 2016 dengan sampel jaringan plasenta manusia yang telah disetujui sebelumnya. Absorbansi diukur menggunakan reaksi Griess dan dianalisa dengan uji Mann-Whitney pada software SPSS. Uji Mann-Whitney membuktikan bahwa konsentrasi Nitric Oxide NO pada jaringan plasenta dengan pra-eklampsia akhir n = 12 lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi Nitric Oxide NO yang didapat dari jaringan plasenta kehamilan normal. Uji Mann-Whitney telah mengkonfirmasi hubungan antara konsentrasi Nitric Oxide NO dengan patogenesis preeklampsia. Oleh karena itu, Nitric Oxide NO dapat dianggap sebagai penanda stres oksidatif pada preeklampsia karena berperan penting dalam patogenesis preeklampsia.

Pre eclampsia PE is a clinical syndrome specific to pregnancy which are distinguished by hypertension and proteinuria that remits after delivery. Many factors such as genetic, environmental, behavioral and immunological factors are involved in the development of PE. In Indonesia itself, hypertension is the second leading cause of of maternal deaths. It is implied that reduced concentration of Nitric Oxide NO will induce the pathogenesis of PE as it can not function as vasorelaxant and anticoagulant factors well. The study aims to identify whether the concentration of Nitric Oxide as an oxidative stress marker for pre eclamptic placenta age 26 40 weeks decrease or not. The cross sectional study was held on 2016 with human placental tissue which have been consented before as the samples. The absorbance was measured using the Griess reaction and analyzed through SPSS Software using the Mann Whitney test. The result showed that the concentration of Nitric Oxide NO in late pre eclamptic placental tissues n 12 were lower compared to the concentration of Nitric Oxide NO taken from placental tissue of normal pregnancy. The Mann Whitney test has confirmed the relation of Nitric Oxide NO concentration to the pathogenesis of pre eclampsia. Therefore, Nitric Oxide NO can be considered as an oxidative stress marker to pre eclampsia as it plays a pivotal role in the pathogenesis of PE."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqha Aulina
"Latar belakang: Preeklampsia mengakibatkan 225 kematian dari 100.000 kelahiran di Indonesia. Salah satu teori terjadinya preeklampsia adalah peningkatan antioksidan yang tidak adekuat, contohnya glutation peroksidase GPx , untuk mengimbangi peningkatan stres oksidatif yang terjadi selama kehamilan. GPx adalah antioksidan enzimatik yang mengubah peroksida menjadi tidak berbahaya, sehingga mengurangi stres oksidatif. Beberapa penelitian yang menyelidiki GPx menghasilkan hasil yang bertentangan, dan belum ada yang dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas spesifik GPx pada kehamilan normal, preeklampsia onset awal, dan preeklampsia onset akhir.
Metode: Studi ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan desain potong lintang komparatif. Jaringan plasenta diperoleh dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Budi Kemuliaan dan RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2015. Aktivitas umum U/mL GPx diukur dengan menggunakan GPx Randox Ransel Kit berdasarkan metode Paglia dan Valentine, yang kemudian dibagi dengan determinan protein mg/mL untuk mendapatkan aktivitas spesifik U/mg . Data kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS 20 dengan uji Kruskal-Wallis.
Hasil: Kehamilan normal memiliki aktivitas spesifik tertinggi 8.562 3.93320.00 , diikuti oleh preeklamsia onset akhir 6.655 2.646-32.93 dan preeklampsia onset dini 6.328 5.873-13.17. Namun, perbedaan ini tidak signifikan menurut uji Kruskal-Wallis p = 0,399.
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara aktivitas spesifik GPx antara kehamilan normal, preeklampsia onset awal, dan preeklampsia onset akhir.

Background: Preeclampsia is responsible for the mortality rate of 225 out of 100,000 deliveries in Indonesia. It is theorized that preeclampsia is caused by inadequate increase of antioxidant, one of which is glutathione peroxidase GPx, to compensate with increasing oxidative stress during pregnancy. GPx is an enzymatic antioxidant which converts peroxides to its harmless counterparts, thus limiting oxidative stress. Several studies investigating GPx produced conflicting results, and none of them were done in Indonesia. This study aimed to compare GPx specific activity in normal pregnancy, early onset, and late onset preeclampsia.
Methods: This was an observational study using comparative cross sectional design. The placental tissues were obtained from Budi Kemuliaan Hospital and Cipto Mangunkusumo Hospital in 2015. General activity U mL was measured using GPx Randox Ransel Kit based on Paglia and Valentine method, which was then divided by protein determinant mg ml to find out the specific activity U mg. The data was then analyzed using SPSS 20 with Kruskal Wallis test.
Results: Normal pregnancy had the highest specific activity 8.562 3.93320.00, followed by late onset preeclampsia 6.655 2.646 32.93 and earlyonset preeclampsia 6.328 5.873 13.17 . However, these differences were ruled insignificant using Kruskal Wallis test p 0.399 .
Conclusion There was no significant difference of GPx specific activity between normal pregnancy, early onset preeclampsia, and late onset preeclampsia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Alya Winarto
"Hypoxia-inducible factor-1a (HIF-1a) adalah faktor transkripsi yang bertanggung jawab pada kondisi hipoksia seperti preeklampsia. Studi ini membandingkan konsentrasi HIF-1a pada kehamilan preeklampsia di bawah 32 minggu gestasi dan kehamilan normal. Sebagai penelitian observasional potong lintang pendahuluan, 10 sampel digunakan untuk masing-masing grup. Konsentrasi HIF-1a diukur menggunakan kit enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang insignifikan (p>0.05) antara konsentrasi HIF-1a pada kehamilan preeklampsia awal dan kehamilan normal walaupun terdapat kecenderungan untuk konsentrasi yang lebih tinggi pada kehamilan preeklampsia awal. HIF-1a kemungkinan tidak terlibat pada perkembangan preeklampsia awal. Sebaliknya, konsentrasi HIF-1a pada plasenta dipengaruhi oleh kerusakan syncytiotrophoblast akibat modifikasi arteri spiralis yang inadekuat dan berujung pada kurangnya jumlah HIF-1a.

Hypoxia-inducible factor-1a (HIF-1a) is a transcription factor that is expressed by cytotrophoblast in the placenta during hypoxic condition of preeclampsia. This study compares the level of placental HIF-1a in preeclampsia pregnancies under 32 weeks old of gestation and normal pregnancies. As an observational cross-sectional preliminary study, 10 samples were used for each group. The level of placental HIF-1a was measured by using enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) kit. Statistical analysis revealed insiginificant difference (p>0.05) of placental HIF-1a concentration between the early preeclampsia pregnancies and the normal ones although there’s a tendency of the level being higher for the former. HIF-1a might not be involved in the development of early preeclampsia. Instead, its level in the placenta is affected by the syncytiotrophoblast damage due to inadequate spiral arteries remodeling that leads to a reduced amount of HIF-1a."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faruqi
"Pendahuluan Dalam beberapa tahun terakhir, preeklampsia masih menjadi penyebab angka kematian yang tinggi pada kehamilan. Terutama pada preeklampsia onset dini, perkembangan plasenta dan janin mengalami dampak yang signifikan bagi kelangsungan ibu dan bayi. Kemunculan preeklampsia onset dini sangat erat kaitannya terhadap ekspresi gen-gen secara abnormal yang memicu munculnya berbagai teori patofisiologis dan patogensis preeklampsia. Salah satu gen yang memiliki relasi terhadap preeklampsia ialah gen CASP3 yang berfungsi pada proses apoptosis sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur ekspresi relatif dari gen CASP3 pada preeklampsia onset dini dan kehamilan normal.
Metode Penelitian ini merupakan studi observational dengan desain case-control yang dilakukan melalui metode RT-PCR pada sampel tersimpan di Laboratorium milik Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI yang telah diisolasi. Sampel penelitian melibatkan 31 pasien dengan preeklampsia onset dini dan 31 pasien dengan kehamilan normal. Data dianalisis menggunakan IBM SPSS versi 20.
Hasil Rata-rata ekspresi relatif gen CASP3 pada kehamilan normal dengan menggunakan perhitungan Livak ialah 1.78220±0.319751. Sementara, rata-rata ekspresi relatif gen CASP3 pada preeklampsia onset dini dengan menggunakan rumus yang sama ialah 2.18033±0.311095.
Kesimpulan Ekspresi gen CASP3 pada preeklampsia onset dini menunjukkan 1,22 kali lebih tinggi dibandingkan kelompok dengan kehamilan normal, namun tidak signifikan secara statistik

Introduction In recent years, preeclampsia is still a cause of high mortality in pregnancy. Especially in early-onset preeclampsia, the development of the placenta and fetus has a significant impact on the mother and baby survival. The emergence of early-onset preeclampsia is closely related to the expression of abnormal genes that trigger the emergence of various pathophysiological and pathological theories of preeclampsia. One of the genes that has a relationship with preeclampsia is the CASP3 gene which functions in the process of cell apoptosis. This study aimed to measure the relative expression of the CASP3 gene in early-onset preeclampsia and normal pregnancy.
Methods This research is an observational study with a case-control design carried out using the RT-PCR method on isolated samples stored in the Laboratory of the Department of Biochemistry and Molecular Biology FMUI. The study sample included 31 patients with early onset preeclampsia and 31 patients with normal pregnancies. Data were analyzed using IBM SPSS version 20.
Results The average relative expression of the CASP3 gene in normal pregnancy using Livak calculation was 1.78220±0.319751. Meanwhile, the average relative expression of the CASP3 gene in early-onset preeclampsia using the same formula was 2.18033±0.311095.
Conclusion CASP3 gene expression in early-onset preeclampsia was 1.22 times higher than the normal pregnancy group, but statistically insignificant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frizka Widyana Widjanarko
"Latar Belakang: Hipertensi terkait kehamilan, termasuk preeklamsia, merupakan salah satu penyebab utama dari kematian ibu dan janin. Penyebab spesifik preeklamsia belum pernah ditentukan, dan satu-satunya pengobatan definitif adalah melahirkan janin dan plasenta. Preeklamsia onset dini dan preeklamsia onset lambat adalah dua subkategori preeklamsia berdasarkan waktu terjadinya dalam kaitannya dengan usia kehamilan. Fosfofruktokinase-1 (PFK-1) adalah enzim glikolitik pembatas laju yang penting untuk sintesis energi setiap sel – ATP terus menerus diperlukan untuk perkembangan plasenta. Enzim glikolitik seperti PFK-1 dibutuhkan pada preeklamsia ketika terjadi perubahan metabolisme plasenta dan stres oksidatif. Dalam konteks preeklamsia, masih terdapat kesenjangan pengetahuan mengenai mekanisme molekuler PFK-1 sebagai enzim glikolitik. Metode: Berdasarkan desain penelitian yang merupakan studi observasional dengan desain case control. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sampel biologis plasenta manusia yang disimpan dari pasien dengan preeklamsia aterm normal dan awitan dini. Isolasi RNA total kemudian dilakukan sebelum RT-PCR – ekspresi relatif PFK-1 dilakukan dengan membandingkan konsentrasi mRNA PFK-1 pada kelompok normal dan EOPE. Data tersebut akan dianalisis menggunakan persamaan Livak dan dianalisis secara statistik dengan independent T-test menggunakan IBM SPSS versi 2.0. Hasil: Terdapat penurunan relatif ekspresi PFK-1 mRNA pada kelompok EOPE (2.342±2.894) jika dibandingkan dengan kelompok normal (3.960±5.343). Perbedaan ekspresi relatif antara kedua kelompok yang diuji ini secara statistik tidak signifikan (hasil independent T-test p= 0.472). Kesimpulan: Ekspresi relatif PFK-1 mRNA pada kelompok EOPE menurun 0.591 kali dibandingkan dengan kelompok normal, dan perbedaannya tidak signifikan secara statistik.

Background: Pregnancy-related hypertension, including preeclampsia, is one of the primary causes of maternal and fetal death. The specific cause of preeclampsia has never been determined, and the only definitive treatment is immediate delivery of both the fetus and the placenta. EOPE and LOPE are subcategories of preeclampsia based on its occurrence in relation to gestational age. The enzyme phosphofructokinase-1 (PFK-1) is a rate-limiting glycolytic enzyme that is essential for every cell's energy synthesis – continuous ATP is required for placental development. Glycolytic enzymes like PFK-1 are needed in preeclampsia when there are changes in placental metabolism and oxidative stress. In the context of preeclampsia, there is still a knowledge gap regarding the molecular mechanism of PFK-1 as a glycolytic enzyme. Method: Based on the research design which is an observational study with case control design. The sample that is used for this research are stored biological sample of human placenta from patients with normal term and early-onset preeclampsia. Total RNA isolation is then done before RT-PCR – relative expression of PFK-1 is done by comparing the concentration using Livak equation of PFK-1 mRNA in the normal and EOPE group. Result: There is a decrease relative expression of PFK-1 mRNA in EOPE group (2.342±2.894) when compared to the normal group (3.960±5.343). The difference of relative expression between these groups are statistically insignificant (independent T-test result p= 0.472). Conclusion: The relative expression of PFK-1 mRNA in EOPE group is decreased by 0.591 times compared to the normal group, and the difference was statistically insignificant."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alyssa Shafa Andiana
"Pendahuluan Adanya hipertensi pada kehamilan yang diinduksi oleh preeklampsia merupakan salah satu alasan yang menyebabkan kenaikan angka kematian ibu hamil di Indonesia. Penyebab preeklampsia masih berkembang, tetapi satu gagasan menyiratkan bahwa iskemia plasenta hadir karena akumulasi stres oksidatif selama trimester terakhir kehamilan, sehingga menyebabkan hipoksia persisten. Salah satu faktor akumulasi stres oksidatif diinduksi oleh peningkatan FOXO-3. Tujuan dari penelitian observasional menggunakan desain potong lintang ini adalah untuk melihat bagaimana gen FOXO-3 mempengaruhi stres oksidatif pada plasenta normal dan pada preeklampsia onset dini (EOPE). Metode Dalam penelitian desain potong lintang ini, sampel terdiri dari 31 plasenta kehamilan normal dan 31 plasenta EOPE. RT-PCR digunakan untuk menentukan ekspresi relatif dari FOXO-3 mRNA. Hasil Antara kelompok normal dan EOPE, ekspresi relatif FOXO-3 mRNA menunjukkan ekspresi yang sama dengan normal dengan distribusi homogen antara dua kelompok, p>0.05. Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa ekspresi FOXO-3 pada jaringan plasenta preeklampsia onset dini lebih besar dibandingkan pada kehamilan aterm normal berdasarkan percobaan. Namun, hasilnya tidak signifikan secara statistik.

Introduction The presence of hypertension in pregnancy induced by preeclampsia is amongst the causative reason of increased maternal mortality in Indonesia. The preeclampsia etiology is still developing, but one idea implies that placental ischemia is present due to the oxidative stress accumulation during the last trimester of gestation, hence leading to persistent hypoxia. One of the factors of oxidative stress accumulation is induced by the increase of FOXO-3. The goal of this observational study using casecontrol design is to look at how the FOXO-3 gene affects oxidative stress in the normal placenta and in early onset preeclampsia (EOPE). Methods The sample consisted of 31 normal pregnancy placentas and 31 EOPE placentas in this case control research. The relative expression of FOXO-3 mRNA was determined using RT-PCR. Results Between the normal and EOPE groups, there are no differences in the relative expression of FOXO-3 mRNA in preeclamptic when being compared to normal with a homogenic distribution between two groups, p>0.05. Conclusion To conclude, the FOXO-3 expression in early onset preeclamptic placental tissue is greater than in normal term pregnancy based on the experiment. However, the result were insignificant in a statistical manner."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anthony Eka Wijaya
"Latar Belakang: Preeclampsia adalah sindrom yg ditemui pada ibu hamil dan menjadi salah satu penyebab kematian terbesar ibu dan anak. Salah satu teori menjelaskan bahwa preeclampsia terjadi karena kegagalan proses pseudovasculogenesis. Kegagalan proses ini akan menyebabkan ketidakseimbangan produksi sitokin anti inflamasi dan inflamasi. Ketidakseimbangan ini akan menghasilkan spesies oksigen reaktif (SOR). Glutation tereduksi (GSH) adalah zat yg dihasilkan oleh tubuh untuk menetralisir SOR dan mencegah stress oksidatif dengan demikian GSH dapat digunakan sebagai indikator untuk preeclampsia.
Metode: Sampel dikumpulkan dari ibu dengan kelahiran normal (diatas 37 minggu), preeclampsia awal (sebelum 35 minggu), dan preeclampsia (diatas 35 minggu sampai 40 minggu). Kadar GSH pada ekstrak jaringan plasenta diukur mengunakan spectrophotometer.

Background: Preeclampsia is a syndrome in pregnant woman which is the leading cause of maternal and perinatal illness and death. One proposed pathogenesis mechanism of preeclampsia is failure in pseudovasculogenesis process which will cause imbalance production of anti-inflammatory and inflammatory cytokines. This imbalance production will trigger the production of Reactive Oxygen Species (ROS). Reduced glutathione (GSH) is an important endogenous substance which neutralized ROS to prevent oxidative damage. GSH level can be used as an indicator for preeclampsia. Therefore we want to measure GSH level in early and late preeclampsia compared to normal pregnancy.
Methods: samples were collected from mother with normal gestation (above 37 weeks), early preeclampsia (before 35 weeks), and late preeclampsia (after 35 weeks and before 40 weeks). Afterwards, GSH level is measused from plancetal extract using spectrophotometer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatillah Razak
"ABSTRAK
Asfiksia Neonatorum Menurut Berat Badan Lahir Bayi BerdasarkanUsia Kehamilan Di RSIA Budi Kemuliaan Tahun 2017Pembimbing : dr. Asri Adisasmita MPH., M.Phil., Ph.DAsfiksia kelahiran adalah penyebab 23 dari semua kematian neonatal di seluruh dunia. Tiga perempat darisemua kematian bayi baru lahir disebabkan dari kondisi yang dapat dicegah dan diobati termasuk kejadianasfiksia. BBLR mempunyai risiko mengalami kegagalan nafas yang dapat menyebabkan asfiksia neonatorumnamun tidak semua bayi BBLR adalah prematuritas, sehubungan dengan hal tersebut diperkirakan sekitarsepertiga bayi berat lahir rendah sebenarnya adalah bayi aterm. Penelitian ini dikukan di RSIA Budi Kemuliaan,merupakan salah satu rumah sakit ibu dan anak swasta rujukan untuk proses kelahiran yang ada di Jakarta. Designpenelitian ini adalah kasus kontrol dengan menggunakan data rekam medik, jumlah kasus sanyak 120 dan kontrolsebanyak 240. Hasil analisis menunjukkan asfiksia neonatorum pada bayi BBLR cukup bulan memperlihatkannilai OR 2.17 0.88-5.37 dan risikonya meningkat pada bayi premature normal dan BBLR OR 4.69 CI 95 2.68-8.18 , ini berarti bahwa bayi prematur normal dan BBLR berisiko 4.69 kali untuk mengalami asfiksiadibanding dengan bayi yang beratnya normal.Kata kunci: Asfiksia Neonatorum, BBLR, Prematur.

ABSTRACT
Asphyxia Neonatorum of Neonates Weight Base on Gestational Age in Mother andChild Hospital Budi Kemuliaan Jakarta 2017Asphyxia neonatorum is the cause of 23 of all neonatal mortality in the world. Three quarters from the mortalityare caused by conditions that can be prevented and treated, including the incident of asphyxia. Low Birth Weight LBW has the risk of having a respiratory failure that can cause asphyxia neonatorum, however not all LBWinfants is prematurity, due to this problem, it can be estimated that approximately one third of LBW is aterminfants. This research was conducted in Budi kemuliaan hospital, which was one of the private mother and childhospital that reference to the birth process in Jakarta. The design of this research was case control by using medicalrecord data, with 120 cases and 240 controls. The multivariate analysis showed that asphyxia neonatorum on theLBW had OR 2.17 CI 95 088 5.37 and the risk increase on the premature normal and low birth weight OR4.69 CI 95 2.68 8.18 . Premature normal and low birth weight had 4.69 more at risk of asphyxia neonatorumthan the normal weight neonatal.Keyword Asphyxia, Low Birth Weight, Prematurity"
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T49847
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>