Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169148 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Renata Tamara
"Kanker kolorektal menyumbang 9,7% dari seluruh kasus kanker dan kejadiannya berhubungan dengan inflamasi kronik. Oleh karena terapi kanker saat ini masih memiliki banyak kekurangan, peptida dalam makanan semakin banyak diteliti karena murah, mudah didapat, toksisitas rendah, dan berpotensi mencegah kanker. Riset dilakukan untuk mengetahui apakah lunasin dari kacang kedelai dapat menurunkan ekspresi sitokin proinflamasi TNF-I±  pada epitel kolon. Sebanyak 30 ekor mencit Swiss Webster dibagi ke dalam enam kelompok secara acak. Satu kelompok normal, sementara lima kelompok lainnya diinduksi karsinogenesis dengan azoxymethane dan dextran sodium sulfate, kemudian ada yang dibiarkan (kontrol negatif), diberi aspirin (kontrol positif), dan ekstrak kedelai kaya lunasin dalam tiga dosis berbeda (250, 300, dan 350 mg/kgBB) selama 4 minggu. Jaringan kolon distal diambil untuk diwarnai imunohistokimia dan diamati di bawah mikroskop cahaya pada pembesaran 400x untuk menghitung sel epitel berdasarkan intensitas warnanya. Indeks dihitung berdasarkan optical density score. Ekstrak kedelai kaya lunasin dapat menurunkan ekspresi TNF-I±. Perbedaan antara kontrol negatif dengan ekstrak bermakna pada dosis 300 mg/kgBB (p=0,016) dan 350 mg/kgBB (p=0,009), tetapi tidak bermakna dengan dosis 250 mg/kgBB (p=0,754). Penelitian ini menunjukkan penurunan ekspresi TNF-I± signifikan pada dosis ekstrak kedelai 300 mg/kgBB atau lebih.

Colorectal cancer contributes to 9.7% of all cancer and its pathogenesis is related to chronic inflammation. Because of there are some lacks in current cancer therapy, peptide in food becomes popular among researchers because it is cheap, easy to get, low toxicity, and a promising cancer preventing agent. This research aimed to investigate whether lunasin from soybean can reduce the expression of pro-inflammatory cytokine TNF-I± in colonic epithelial cell. 30 Swiss Webster mice randomly allocated to six groups. One group was normal and five groups were induced carcinogenesis using azoxymethane (AOM) and dextran sodium sulfate (DSS), then was given nothing (negative control), aspirin (positive control), and lunasin-rich soybean extract in three different doses (250, 300, and 350 mg/kgBW) for four weeks. Distal colon tissue was immunohistochemically stained and then observed under light microscope with 400X magnification to count epithelial cell based on its colour. Index was calculated using optical density score. Lunasin-rich soybean extract can decrease expression of TNF-I±. There are statistically significant between negative control and dose 300 mg/kgBW (p=0.016) and 350 mg/kgBW (p=0.009), yet not significant with dose 250 mg/kgBW (p=0.754). This research shows that reduction of TNF-I± expression is significant with dose 300 mg/kgBW or higher."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Tiffany Rosa Sudarso
"Pendahuluan: Tata laksana yang tersedia untuk kanker kolorektal masih kurang efektif dan memiliki berbagai efek samping. Protein lunasin dapat mempengaruhi kanker melalui berbagai mekanisme, salah satunya epigenetik, melalui asetilasi histon. Dengan kemampuan kemopreventif dan kemoterapeutiknya, lunasin berpotensi sebagai adjuvant untuk terapi konvensional kanker.
Metode: Tiga puluh mencit Swiss Webster dibagi menjadi enam kelompok, yaitu normal, kontrol positif dan negatif, dan tiga kelompok perlakuan. Selain kelompok normal, dilakukan induksi karsinogenesis dengan injeksi AOM + DSS. Mencit perlakuan diberikan ekstrak kedelai dengan dosis 250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 350 mg/kgBB selama 4 minggu. Ekspresi histon deasetilase (HDAC) dinilai dengan IHC optical density score.
Hasil: Rata-rata ekspresi HDAC pada kelompok normal = 202,4%; kontrol negatif = 239,3%; kontrol positif = 175,25%; dosis 250 mg/kgBB = 202,03%, dosis 300 mg/kgBB = 219,53%, dosis 350 mg/kgBB = 166,68%. Ekspresi HDAC pada dosis ekstrak kedelai 250 mg/kgBB (p=0,221) dan 300 mg/kgBB (p=0,347) tidak berbeda signifikan dengan kontrol negatif. Terdapat perbedaan signifikan ekspresi HDAC pada dosis sebesar 350 mg/kgBB (p=0,014).
Kesimpulan: Lunasin dalam ekstrak kedelai dengan dosis 350 mg/kgBB dapat menurunkan ekspresi HDAC pada model karsinogenesis kanker kolorektal.

Background: The available treatments for colorectal cancer still have limited efficacy and various side effects. There are various mechanisms for lunasin protein to affect cancer, one of them is epigenetics, by histone acetylation. Lunasin has the potential to be conventional cancer therapy adjuvant with its chemopreventive and chemotherapeutic abilities.
Method: Thirty Swiss Webster mice is divided into six groups: normal, positive control, negative control, and three experimental groups. Except normal group, mice undergo carcinogenesis induction with AOM + DSS injection. Experimental mice receive soy extract with 250 mg/kgBW, 300 mg/kgBW and 350 mg/kgBW dosage for 4 weeks. Histone deacetylase (HDAC) expression is measured with IHC optical density score.
Result: Average HDAC expression on normal groups = 202,4%; negative control = 239,3%; positive control = 175,25%; 250 mg/kgBW dose = 166,68%; 300 mg/kgBW dose = 219,53%, 350 mg/kgBW dose = 166,68%. There is no significant difference between HDAC expression in 250 mg/kgBW (p=0,221) and 300 mg/kgBW (p=0,347) dose of soy extract with negative control. There is significant difference of HDAC expression with 350 mg/kgBW dose of soy extract (p=0,014).
Conclusion: Lunasin in soy extract with 350 mg/kgBW dose can decrease HDAC expression in colorectal cancer carcinogenesis model.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikhsanul Azizi
"Latar belakang: Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker dengan tingkat mortalitas kedua di dunia pada tahun 2020. MMP-9 adalah protein yang mendegradasi matriks ekstraseluler agar sel kanker dapat bermetastasis. Penelitian terbaru menemukan ekstrak kedelai kaya lunasin memberikan efek antikanker. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah lunasin dapat menurunkan ekspresi protein MMP-9 pada sel kanker kolon.
Metode: Mencit Swiss Webster sebanyak 30 ekor dibagi ke dalam enam kelompok. Lima dari enam kelompok tersebut diinduksi dengan azoksimetan (AOM) dan dekstran sodium sulfat (DSS) selama dua minggu. Setelah itu, ekstrak kedelai kaya lunasin diberikan pada kelompok mencit yang dibagi menjadi tiga kelompok yaitu 250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 350 mg/kgBB selama empat minggu. Selain itu, satu kelompok diberikan aspirin 150 mg/kgBB sebagai kontrol positif. Selanjutnya, dilakukan pewarnaan imunohistokimia MMP-9 terhadap jaringan kolon distal mencit yang telah dikorbankan, lalu diamati di bawah mikroskop. Hasil interpretasi ekspresi MMP-9 dinyatakan dalam indeks H-score menggunakan aplikasi ImageJ dengan plugin IHC profiler.
Hasil: Terdapat perbedaan secara signifikan antara kelompok negatif dengan kelompok intervensi pemberian ekstrak kedelai kaya lunasin dosis 250 mg/kgBB (p = 0,048) dengan nilai indeks H-score rata-rata 120,55% dan 350 mg/kgBB (p = 0,001) dengan indeks HScore rata-rata 113,25%.
Kesimpulan: Pemberian ekstrak kedelai kaya lunasin menurunkan ekspresi MMP-9 pada sel epitel kripta jaringan kolon distal mencit yang diinduksi oleh AOM/DSS. Penurunan ekspresi MMP-9 terjadi pada kelompok ekstrak kedelai kaya lunasin dosis 250 mg/kgBB dan 350 mg/kgBB.

Introduction: Colorectal cancer is one of the cancers with the second mortality rate in the world in 2020. MMP-9 is a protein that degrades the extracellular matrix so that cancer cells can metastasize. Recent studies have found that lunasin-rich soybean extract has an anticancer effect. The purpose of this study is to determine whether lunasin can reduce the expression of MMP-9 protein in colon cancer cells.
Method: 30 Swiss Webster mice were divided into six groups. Five of the six groups were induced with azoximethane (AOM) and dextran sodium sulfate (DSS) for two weeks. After that, soybean extract rich in lunasin was given to a group of mice which were divided into three groups, namely 250 mg/kgBW, 300 mg/kgBW, and 350 mg/kgBW for four weeks. In addition, one group was given aspirin 150 mg/kgBW as a positive control. Furthermore, immunohistochemical staining of MMP-9 was performed on the distal colon tissue of the sacrificed mice, then observed under a microscope. The results of the interpretation of the MMP-9 expression were expressed in the form of an H-score index using the ImageJ application with the IHC profiler plugin.
Result: There was a significant difference between the negative group and the intervention group with 250 mg/kgBW of soybean extract (p = 0.048) with an average H-Score index value of 120.55% and 350 mg/kgBW (p = 0.001) with an average H-Score index of 113.25%.
Conclusion: Administration of lunasin-rich soybean extract decreased MMP-9 expression in crypt epithelial cells of the distal colon tissue of mice induced by AOM/DSS. The decrease in MMP-9 expression occurred in the soybean extract group rich in lunasin at doses of 250 mg/kgBW and 350 mg/kgBW.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Tombe
"Latar Belakang: IBD saat ini merupakan epidemi global. Prevalensi IBD di Indonesia adalah 1,16% hingga 26,5%. Mucin-1 melindungi permukaan epitel usus besar. Namun inflamasi menyebabkan terjadinya overekspresi Mucin-1 dan berkontribusi pada progresi kanker. Lunasin dari kedelai telah terbukti dapat mengurangi inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah Lunasin dapat menurunkan kadar Mucin-1. Metode: Hewan coba yang digunakan adalah mencit Swiss Webster, jantan, usia 12 minggu, BB 25 g yang dibagi dalam 4 kelompok yaitu Normal, Negatif (Terinduksi DSS 2%), Kelompok Perlakuan 1 dan 2 merupakan kelompok yang diinduksi DSS dan diberi terapi Lunasin 12,5 mg atau 25 mg/hari. Setelah 6 minggu perlakuan, mencit dimatikan dan jaringan usus besarnya diambil. Pewarnaan imunohistokimia akan memberikan coklat kekuningan untuk Mucin-1. Kemudian pewarnaan ini akan difoto menggunakan mikroskop cahaya dan program Indomikromme. Setelah itu, kadar Mucin-1 akan dianalisis menggunakan plugin profiler IHC ImageJ. ‘ Hasil: Uji ANOVA p<0,05. Tes post hoc kelompok normal dengan tiga kelompok lainnya nilai p<0.05. Kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan 1 menunjukkan nilai p=0.168 dibanding pada kelompok perlakuan 2 dengan nilai p=0.045. Kelompok perlakuan 1 dan 2 memperlihatkan nilai p=0.872. Kesimpulan: Lunasin dosis menurunkan konsentrasi dan kuantitas Mucin-1 pada sel epitel kolon Crypts of Lieberkühn , namun tidak terlalu berpengaruh pada dosis yang diberikan.

Background: IBD is a global epidemic. Indonesia has a 1.16-26% IBD prevalence. IBD can cause colorectal cancer. Mucin-1 protects the large intestine epithelium. However, inflammation overexpresses Mucin-1, which promotes malignancy. Soybean rich-lunasin decreases colitis. This study measures Mucin-1 levels to see if Lunasin reduces colon Mucin-1. Methods: Swiss Webster mice, 12 weeks old, 25 g, were utilised as experimental animals and separated into four groups: Normal, Negative (2 % DSS-induced), Treatment Groups 1 and 2, induced by DSS and administered Lunasin, 12.5 mg or 25 mg/day respectively. The lege artist method uses mice with large intestinal tissue on glass slides. Mucin-1 positive, H&E-stained slides are yellowish-brown. Next, we will photograph the staining with a light microscope and Indomicromme. Next, the IHC ImageJ plugin profiler will check Mucin-1 levels. Result: This study used unpaired numerical comparison. Normality, ANOVA, and post hoc tests were used on the four groups. Shapiro-Wilk normality test p>0.05. P<0.05 in ANOVA. The post hoc test compared the standard group to the other three groups with a p<0.05. The negative group's p-value for treatment group 1 was 0.168, whereas group 2's was 0.045. p=0.872 for treatment groups 1 and 2. Conclusion: Lunasin dose lowered Mucin-1 expression in Crypts of Lieberkühn colonic epithelial cells but did not significantly affect the dose."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vannessa Karenina
"Latar belakang : Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker dengan peningkatan insidensi yang paling pesat dalam dekade terakhir. Peningkatan terbesar diperkirakan akan terjadi di negara berkembang akibat perubahan gaya hidup. Pilihan tata laksana kanker kolorektal yang ada saat ini, seperti pembedahan, terapi radiasi, dan kemoterapi, diketahui belum mampu memberikan efek yang diinginkan. Dengan mempertimbangkan ketersediaan, harga, dan efek toksik, kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang berpotensi menjadi terapi adjuvan. Hal ini dikarenakan zat aktif yang terkandung dalam kedelai, yaitu protein lunasin, diketahui memiliki efek antiinflamasi dan antikanker yang bermanfaat pada kasus kanker kolorektal.
Metode : Sebanyak 30 ekor mencit Swiss Webster dipisahkan menjadi enam kelompok. Lima dari enam kelompok mencit diinduksi dengan azoksimetan (AOM) dan dekstran sodium sulfat (DSS). Ekstrak kedelai kaya lunasin dengan dosis 250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 350 mg/kgBB diberikan pada tiga kelompok mencit selama 6 minggu. Pewarnaan imunohistokimia terhadap COX-2 kemudian dilakukan pada jaringan kolon distal mencit yang telah dikorbankan, lalu diamati di bawah mikroskop. Hasil interpretasi ekspresi COX-2 dinyatakan dalam bentuk optical density score (ODS).
Hasil : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok negatif dengan kelompok intervensi ekstrak kedelai kaya lunasin pada dosis 300 mg/kgBB (p=0,047) dan 350 mg/kgBB (p=0,016).
Kesimpulan : Pemberian ekstrak kedelai kaya lunasin menghambat ekspresi COX-2 pada sel epitel kripta kolon distal mencit yang diinduksi AOM dan DSS.

Background : Colorectal cancer is one of the fastest growing incidences of cancer in the past decade. The highest increase is expected to occur in developing countries due to lifestyle changes. The choice of colorectal cancer management currently available, such as surgery, radiation therapy, and chemotherapy, is known to have not been able to give the desired effect. Taking into account the availability, price and toxic effects, soybeans are one of the food ingredients that have the potential to become adjuvant therapy. This is because the active substance contained in soybeans, namely lunasin protein, is known to have anti-inflammatory and anticancer effects that are beneficial in colorectal cancer cases.
Method : A total of 30 Swiss Webster mice were separated into six groups. Five of the six groups of mice were induced with azoximethane (AOM) and dextran sodium sulfate (DSS). Extracts of lunasin-rich soybean with a dose of 250 mg / kgBB, 300 mg / kgBW, and 350 mg / kgBB were given to three groups of mice for 6 weeks. Immunohistochemical staining of COX-2 was then carried out on the distal colon tissue of mice that had been sacrificed, then observed under a microscope. The results of interpretation of COX-2 expression are stated in the form of optical density score (ODS).
Result : There was a significant difference between the negative group and the intervention group of lunasin-rich soybean extract at a dose of 300 mg/kgBW (p = 0.047) and 350 mg/kgBW (p = 0.016).
Conclusion : Administration of lunasin-rich soy extracts inhibit COX-2 expression in cryptic epithelial cells of distal colon of mice induced by AOM and DSS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvan Wiyarta
"

Pendahuluan: Kanker kolorektal (KKR) merupakan salah satu jenis kanker dengan insiden yang tinggi di dunia. Pada 2012, tercatat sekitar 614.000 perempuan dan 746.000 laki-laki terdiagnosis KKR. Dari populasi tersebut, 694.000 orang meninggal karena KKR. Di Indonesia, KKR masuk ke dalam 10 besar jenis kanker dengan insiden tertinggi. Saat ini, banyak teknik terapi yang dikembangkan (radioterapi, kemoterapi, dan imunoterapi) untuk KKR. Akan tetapi, teknik tersebut belum memberikan hasil memuaskan. Oleh karena itu, penelitian ini ingin menguji terapi alternatif tatalaksana KKR dengan menggunakan minyak ikan, karena sampai saat ini belum ada penelitian in-vivo tentang penghambatan ekspresi TNF-α setelah pemberian minyak ikan pada sel KKR. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dari material biologis mencit  penelitian sebelumnya. Jaringan kolon mencit diinduksi AOM dan DSS dan dikelompokkan dalam 6 kelompok (normal (N), kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), kontrol pelarut (KPel), dosis 6mg/kgBB/hari (D1), dan dosis 3mg/kgBB/hari (D2)). Hasil dan Pembahasan: Hasil uji Tukey menunjukkan terdapat perbedaan antara K- dengan N (p<0,01**), N dengan D2 (p<0,05*), N dengan KPel**, K+ dengan K-**, K+ dengan KPel*, K- dengan D1**, K- dengan D2*, dan D1 dengan KPel*. Perbedaan bermakna antara D1 dan D2 terhadap K- (p<0,01 dan p<0,05) menunjukkan minyak ikan dapat menurunkan ekspresi TNF-α. Kesimpulan: Administrasi minyak ikan sebesar 6mg dan 3mg mampu menghambat ekspresi TNF-α pada sel epitel kolon mencit yang diinduksi AOM dan DSS.

 


Introduction: Colorectal cancer (CC) is one type of cancer with a high incidence in the world. In 2012, about 614,000 women and 746,000 men were diagnosed with CC. Of these, 694,000 people died because of the CC. In Indonesia, cancer is among the top 10 cancers that have the highest incidence. At present, many therapeutic techniques have been developed (radiotherapy, chemotherapy, and immunotherapy) for CC. However, this technique has not yet yielded satisfactory results. Therefore, this study wants to examine alternative therapies using fish oil., because until now there has been no in-vivo study about inhibition of TNF-α results after receiving fish oil on CC cells. Method: This research is a experimental study using the biologic material mice from previous studies. Colon tissue of mice was induced by AOM and DSS and grouped into 6 groups: normal (N), negative control (K-), positive control (K +), solvent control (KPel), dose 6mg/kgBW/day (D1), and dose 3mg/kgBW/day (D2)). Result and Dicussion: Tukey's test results show there are differences between K- with N (p <0.01**), N with D2 (p <0.05*), N with KPel **, K + with K - **, K + with KPel *, K- with D1 **, K- with D2 *, and D1 with KPel *. Significant differences between D1 and D2 on K- (p<0,01 dan p<0,05) indicate that fish oil can reduce TNF-α expression. Conclusion: Fish oil administration on 6mg and 3mg were able to inhibit the expression of TNF-α on mice’s colonic tissue induced with AOM and DSS.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dzaky Darmawan
"Latar belakang: Kanker kolon merupakan salah satu kanker yang paling sering didiagnosis di dunia, termasuk Indonesia. Pengobatan yang tersedia memiliki tingkat keberhasilan tidak memuaskan dengan berbagai komplikasi sekunder. Lunasin telah dikembangkan karena aktivitasnya yang mencolok dalam menghambat perkembangan kanker. Caspase-3 merupakan mediator utama apoptosis yang digunakan sebagai penanda kemanjuran terapi kanker. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh lunasin terhadap ekspresi Caspase-3 pada kolon mencit yang diiinduksi DSS dan AOM. Metode: Mencit Swiss-Webster jantan berjumlah tiga puluh ekor dengan rerata berat badan 20 gram dibagi dalam enam kelompok yang terdiri dari kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif, lunasin dosis 250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 350 mg/kgBB. Seluruh kelompok kecuali kontrol normal diinduksi DSS dan AOM. Kontrol positif menerima aspirin. Kolon mencit dibuat preparat menggunakan pewarnaan imunohistokimia dan HE sebagai counterstain. Preparat dibaca di mikroskop dan h-score menggunakan immunohistochemistry profiler. Hasil: Seluruh kelompok kontrol normal (mean=250,13), kontrol negatif (mean=133,22), kontrol positif (mean=214,83), lunasin dosis 250 mg/kgBB (mean=163,35), 300 mg/kgBB (mean=189,94), dan 350 mg/kgBB (mean=216,43) terdapat perbedaan signifikan kecuali antara kelompok kontrol positif dengan dosis 350 mg/kgBB. Selain itu, terdapat ekspresi Caspase-3 lebih tinggi yang signifikan seiring peningkatan dosis lunasin. Kesimpulan: Lunasin dosis 250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 350 mg/kgBB terbukti berpengaruh meningkatkan ekspresi Caspase-3 kolon mencit yang diinduksi DSS dan AOM.

Background: Colon cancer is one of the most frequently diagnosed cancers in the world, including Indonesia. Currently available treatment has an unsatisfactory success rate with a variety of secondary complications. Lunasin has been developed for its striking activity in inhibiting the development of cancer. Caspase-3 is the main mediator of apoptosis which is used as a marker of cancer therapeutic efficacy. This study aimed to prove the effect of lunasin on Caspase-3 expression in the colon of mice induced by DSS and AOM. Methods: Thirty male Swiss-Webster mice with an average body weight of 20 grams were divided into six groups consisting of normal control, negative control, positive control, doses of lunasin 250 mg/kgBW, 300 mg/kgBW, and 350 mg/kgBW. All groups except normal controls were induced by DSS and AOM. Positive controls received aspirin. Mice colons were prepared using immunohistochemical staining and HE as a counterstain. The preparations were read under a microscope and h-score using an immunohistochemistry profiler.
Results: In all groups of normal control (mean=250.13), negative control (mean=133.22), positive control (mean=214.83), doses of lunasin 250 mg/kgBW (mean=163.35), 300 mg/kgBW (mean=189.94), and 350 mg/kgBW (mean=216.43) there were significant differences except between the positive control group with 350 mg/kgBW group. In addition, there was a significantly higher Caspase-3 expression as the dose of lunasin increased.
Conclusion: Lunasin 250 mg/kgBW, 300 mg/kgBW, and 350 mg/kgBW proved to have an effect on increasing the expression of Caspase-3 in the colon of mice induced by DSS and AOM.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avicenna Akbar
"Kanker kolorektal merupakan kanker dengan angka insidensi tertinggi ketiga di Indonesia. Kemoterapi, radioterapi, maupun operasi konvensional adalah terapi standar untuk kanker kolorektal. Sayangnya, banyak efek samping yang dilaporkan setelah diberikan terapu-terapi tersebut. Penelitian sebelum ini menemukan bahwa lunasin, suatu zat alami yang berasal dari kacang kedelai memiliki efek anti kanker. Namun, efek specifik lunasin dalam menghambat pertumbuhan jaringan kanker pada rektum masih tidak diketahui.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi lunasin dalam menghambat perkembangan histopatologi dari kanker kolorektal pada rektum tikus. 24 mencit diinjeksi dengan Azoxymethane AOM dan Dextran Sodium Sulphate DSS sebagai penginduksi kanker. Lunasin didapat dari ekstraksi kacang kedelai. Sampel mencit dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan, kelompok lunasin dosis rendah 20mg/kg , dosis sedang 30mg/kg , dan kelompok dosis tinggi 40mg/kg . Spesimen rektum diambil setelah menerima perlakuan lunasin. Tanda-tanda inflamasi, hiperplasia, dan angiogenesis diamati menggunakan mikroskop. Lunasin terbukti dapat secara signifikan mengurangi inflamasi dan hiperplasia meski hanya menggunakan dosis rendah p

Colorectal cancer is a cancer with the third highest incidence rate in Indonesia. Chemotherapy, radiotherapy, and surgery are the standard treatment of colorectal cancer. Unfortunately, various side effect has been reported following those treatment. Lunasin is a natural substance in soy that have been reported to have anti cancer effect. However, the effect of lunasin to inhibit the progression of colorectal cancer in rectum is still unknown.
The aim of this study is to determine the inhibitory potential of lunasin against the progression of colorectal cancer in rectum of mice. 24 mice were injected with Azoxymethane AOM and Dextran Sodium Sulphate DSS intraperitoneally as cancer inducer. Lunasin was obtained from the extraction of soybean. The samples were divided into control group, low dose lunasin 20mg kg, medium dose lunasin 30mg kg, and high dose lunasin 40mg kg. The rectum specimen was taken following the lunasin treatments. Inflammation, hyperplasia, and angiogenesis in rectum specimens that represented histopathological signs were observed microscopically. The number of inflammation and hyperplasia were significantly reduced after low dose of lunasin p
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nessa
"ABSTRAK
Inflammatory bowel disease IBD merupakan kondisi yang menggambarkan peradangan saluran cerna kronik. Peradangan kronis yang terjadi di kolon dapat berkembang menjadi kanker kolon. Lunasin telah diketahui dapat menekan reaksi inflamasi yang diinduksi lipopolisakarida secara in vitro. Peran lunasin sebagai antiinflamasi secara in vivo masih belum banyak diketahui. Pada penelitian ini dianalisis efek lunasin kedelai dalam menghambat inflamasi dengan melihat ekspresi COX-2, iNOS, dan ?-katenin. Mencit sebanyak 30 ekor dibagi dalam 6 kelompok. Kelompok normal adalah mencit yang tidak diinduksi DSS. Kelompok lain diinduksi dengan DSS 2 melalui air minum selama 9 hari. Hari berikutnya mencit kelompok kontrol negatif tidak menerima perlakuan sedangkan kelompok yang menerima perlakuan diberikan lunasin dosis 20mg/kgBB, dosis 40mg/kgBB dan lunasin komersil serta kontrol positif diberikan aspirin. Perlakuan dilakukan selama 5 minggu. Pemeriksaan histopatologi kolon yang mengalami inflamasi dan skor hasil pewarnaan imunohistokimia protein COX-2, iNOs dan ?-katenin dianalisis menggunakan uji statistik. Lunasin dosis 20mg/kgBB dan dosis 40mg/kgBB mampu menurunkan inflamasi secara signifikan p

ABSTRACT
Inflammatory bowel disease IBD is a condition describing chronic gastrointestinal inflammation. Chronic inflammation that occurs in the colon can develop into colon cancer. Lunasin has been known to resist inflammatory reactions induced by lipopolysaccharide in vitro. The role of lunasin as antiinflammatory in in vivo is not widely known. In this study we analyzed the effect of lunasin from soybean to decrease the risk of inflammation by analyzing the expression of COX 2, iNOS, and catenin. 30 mice are divided into 6 groups. Normal group was not induced by DSS. The other groups were induced by 2 DSS through drinking water for 9 days. After 9 days, negative control group did not receive any treatment, beside the other groups received treatment given lunasin dose 20mg kgBB and 40mg kgBB, commercial lunasin and positive control given aspirin. Treatment was performed for 5 weeks. Inflammatory colon histopathologic examination and immunohistochemical score of COX 2, iNOs and catenin proteins were analyzed using statistical tests. Lunasin dose 20mg kgBW and 40mg kgBB were able to significantly reduce inflammation p"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Kanaka Swargoputra
"Latar belakang: Kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker tersering di dunia. Kanker kolon dimulai dari inflammatory bowel disease (IBD). Lunasin, suatu protein yang ada pada kedelai, memiliki efek antiinflamasi yang melibatkan Nf-κB dan COX-2. MUC-1 merupakan protein transmembran yang berperan dalam regulasi inflamasi juga melalui jalur Nf-κB. Efek antiinflamasi lunasin melalui keterlibatan MUC-1 belum dieksplorasi. Metode: Mencit Swiss-Webster jantan dibagi menjadi enam kelompok yaitu normal, kontrol positif, kontrol negatif, dosis 250 mg/kgbb, dosis 300 mg/kgbb, dan dosis 350 mg/kgbb. Semua kelompok, kecuali kelompok normal, diinduksi dengan AOM dan DSS. Kontrol positif diberikan aspirin selama enam hari. Kontrol negatif tidak diberi terapi. Kelompok terapi lunasin diberi lunasin sesuai dosis. Lama perlakuan lunasin sekali sehari selama lima minggu. Setelah itu kolon dibuat sediaan imunohistokimia. Sediaan dibaca di bawah mikroskop dan dinilai menggunakan immunogistochemistry profiler. H-Score dihitung dengan cara memberikan skor yang dikali dengan persentase tingkat pada empat tingkat ekspresi. Hasil: Hasil analisis statistik ANOVA didapatkan p<0,001. Kelompok normal (156,53±3,74) berbeda dengan kelompok lainnya. Kontrol positif (140,34±15,50) berbeda dengan kelompok normal, dosis 250 mg/kgbb (115,86±3,74), dan kontrol negatif (112,12±6,56). Kontrol negatif, dosis 250 mg/kgbb, dosis 300 mg/kgbb (124,09±3,45), dan dosis 350 mg/kgbb (126,37±10,82) tidak berbeda satu sama lain. Kesimpulan: Pemberian lunasin dalam dosis 250 mg/kgbb, 300 mg/kgbb, dan 350 mg/kgbb tidak memberikan peningkatan ekspresi MUC-1 pada kolon mencit yang mengalami inflamasi akibat induksi AOM dan DSS. Dosis 300 mg/kgbb dan 350 mg/kgbb menimbulkan ekspresi MUC-1 yang setara dengan aspirin.

Introduction: Colorectal cancer is one of the most prevalent cancer throughout the world. Colon cancer begins as inflammatory bowel disease (IBD). Lunasin is a protein that have anti-inflamatory properties, including against IBD. MUC-1 is a transmembrane protein that have role in regulating inflammation. Thus there are possibilities that lunasin plays its anti-inflammatory role through regulating MUC-1 expression. Method: Male Swiss-Webster mice each weight approximately 20 mg divided into six group. The groups are normal, positive control, negative control, 250 mg/kgBW dose, 300 mg/kgBW dose, and 350 mg/kgBW dose. All group, except for normal, induced by DSS and AOM. Positive control group was given six day daily dose of aspirin. Test groups were given lunasin accordingly. Then, mice were sacrificed to make slides form their colon tissue. The slides are colored with immunohistochemistry stain. The slides are read under the microscope and immunohistochemistry profiler to determine their H-score. Result: ANOVA shows p<0,001. Normal group (156,53±3,74) is different from every other group. Positive control (140,34±15,50) is different statistically from normal , negative control (112,12±6,56), and 250 mg/kgbw dose (115,86±3,74). Negative control, 250 mg/kgbw dose, 300 mg/kgbw dose (124,09±3,45), and 350 mg/kgbw (126,37±10,82) are not different to each other. Conclusion: Administration of 250 mg/kgbw, 300 mg/kgbw, and 350 mg/kgbw dose of lunasin do not give change in MUC-1 expression on AOM and DSS induced inflammation of mice colon. 300 mg/kgbw and 350 mg/kgbw dose of lunasin give the same effect as aspirin."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>