Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135656 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eghar Anugrapaksi
"ABSTRAK
Diare kronik pada anak membutuhkan perhatian serius karena memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Diare kronik merupakan proses diare akut yang melanjut akibat berbagai faktor risiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi, karakteristik pasien, gambaran klinis, dan faktor risiko diare kronik pada anak non-HIV. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang pada pasien anak dengan diagnosis diare kronik non-HIV di RSCM pada Januari 2014-Juli 2018. Data pasien diperoleh dari sumber data sekunder berupa rekam medis. Dari 120 rekam medis dengan diagnosis diare, 44 pasien anak mengalami diare kronik non-HIV. Prevalensi diare kronik non-HIV di RSCM adalah 36%. Karakteristik pasien adalah mayoritas laki-laki dengan rentang usia 1-5 tahun dengan kondisi gizi buruk serta riwayat penggunaan antibiotik. Mayoritas pasien tidak memiliki riwayat menggunakan oralit. Meskipun demikian, kebanyakan pasien tidak mengalami dehidrasi. Pasien ditemukan mayoritas memiliki penyakit penyertadan kultur tinja positif. Mikroorganisme terbanyak yang ditemukan dalam kultur adalah Klebseilla pneumoniae, E. coli non-patogen, dan Proteus mirabilis. Sedangkan, penyakit terbanyak yang menyertai kondisi diare kronik adalah infeksi, seperti sepsis, infeksi CMV, dan infeksiTB. Analisis multivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan temuan kultur feses positif pada pasien diare kronik non-HIV (p = 0,029; 95% CI = 0,024-0,82). Faktor lainnya ditemukan tidak memiliki hubungan yang signifikan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki merupakan salah satu faktor risiko kultur feses positif pada pasien diare kronik non-HIV. Maka dari itu, perhatian lebih perlu difokuskan kepada populasi laki-laki karena kelompok tersebut lebih rentan terkena diare kronik dibandingkan dengan populasi perempuan. Dengan demikian, penanganan yang cepat dan tepat dapat diberikan pada populasi laki-laki untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas diare kronik.

ABSTRACT
Chronic diarrhea, especially in children, demand a higher concern due to its high morbidity and mortality. Chronic diarrhea resulted from a prolonged and unsolved acute diarrhea due to many factors. This paper aim to identify prevalence, patient characteristics, clinical profiles, and risk factors of chronic diarrhea in non-HIV children. This paper uses cross sectional study design from children patients from January 2014 to July 2018with the diagnosis of chronic diarrhea in non-HIV children. This paper obtained its data from the patients medical records. From120 medical records with the diagnosis of diarrhea, 44 patients are diagnosed with chronic diarrhea without the infection of HIV. The prevalence of chronic diarrhea in non-HIV patients in RSCM is 36%. The patient characteristics is dominated by 1-5 years old boys with severe malnutrition and history of taking antibiotics medication. Most of the patients also never took oral rehydration therapy in their medication. Regardless of that, most of the patients also didnt experience any dehydration. This paper also found that chronic diarrhea mostly accompanied with another disease and positive fecal culture test. The big three of microorganism that found in the positive fecal culture is Klebseilla pneumoniae, Non-Pathogen E. Coli, and Proteus mirabilis. In the other hand, most of the accompanying disease is infectious disease, suchas CMV infection or TB infection. Multivariate analysis in this study shows that sex is the only risk factor that significantly associated with the event of positive fecal culture test. Other factors found to be insignificant. This paper findings highlight that boys have higher risk of positive fecal culture test due to infection compared to girls. Hence, it is important to give more attention to boys because they are prone to chronic diarrhea than girls. With doing so, we can prompt an early and appropriate treatment to these specific group in order to decrease the morbidity and mortality of chronic diarrhea.
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edip Isna Yuana
"Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi penyebab utana morbiditas dab mortalitas bagi bayi dan anak di seluruh dunia. Di DKI Jakarta khususnya wilayah Jakarta Timur memiliki angka kasus diare tertinggi yaitu Kecamatan Cakung yaitu 5179 kasus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi kejadian diare berdasarkan faktor anak dan faktor ibu. Penelitian ini menggunakan data primer, menggunakan disain penelitian Cross sectional. Dengan jumlah sampel 96 ibu yang membawa balita berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Cakung. Hasil menunjukkan bahwa kejadian diare adalah 46,9%. Kejadian diare memiliki hubungan yang bermakna dengan riwayat pemberian ASI eksklusif (PR 3,432 (CI 95% 1,474 ? 7,991), status imunisasi campak (PR 7,692 (CI 95% 0,88 ? 66,56), pengetahuan ibu (PR 7,196 (CI 95% 2,915 ? 17,76), dan perilaku mencuci tangan ibu (PR 2,489 ( CI 95% 0,995 ? 6, 228).

Diarrhea is one of the health problems are a major cause of morbidity and mortality for infants and children around the world. In Jakarta, especially East Jakarta has the highest number of cases of diarrhea Puskesmas Cakung ie 5179 cases. This study aims to determine the distribution of the incidence of diarrhea by factors child and maternal factors. The research using a cross sectional study design. With a total sample 96 mothers carrying toddlers visiting Puskesmas Cakung. Results showed that the incidence of diarrhea was 46.9%. The incidence of diarrhea has a significant relationship with a history of exclusive breastfeeding (PR 3.432 (95% CI 1.474 to 7.991), measles immunization status (PR 7.692 (95% CI 0.88 to 66.56), knowledge of mothers (PR 7.196 (CI 95 % 2.915 to 17.76), and the mother's hand washing (PR 2.489 (95% CI 0.995 to 6, 228)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Wahyu Fathurrahman
"ABSTRAK
Latar Belakang: Diare kronik meningkatkan risiko kematian serta morbiditas jangka panjang pada anak. Anak dengan infeksi HIV memiliki risiko lebih tinggi terjadi diare kronik. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik, prevalensi, serta faktor risiko yang terkait dengan kejadian diare kronik pada pasien anak dengan infeksi HIV di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Faktor risiko yang diteliti ialah usia, status nutrisi, status dehidrasi, status pemberian ASI, fase infeksi HIV, penggunaan obat antiretroviral ARV , kultur tinja, serta sindrom malabsorbsi. Metode: Desain penelitian adalah potong lintang dengan sumber data dari rekam medis pasien departemen anak RSCM dengan infeksi HIV pada tahun 2014-2016. Seluruh data memenuhi kriteria dianalisis. Data dianalisis menggunakan analisis bivariat diikuti analisis multivariat. Hasil: Karena keterbatasan data rekam medis, variabel kultur tinja, sindrom malabsorbsi, serta status pemberian ASI dikeluarkan dari penelitian ini. Prevalensi diare kronik pada pasien anak HIV ialah 12,9 . Analisis multivariat atas 132 data menunjukkan hubungan bermakna antara gizi kurang dan buruk p=0,037, adjusted OR=5,737 dan dehidrasi p=0,026, adjusted OR=6,891 dengan kejadian diare kronik pada pasien anak dengan infeksi HIV. Diskusi: Hasil ini dapat dijelaskan dengan pengaruh imunosupresi dari status gizi yang rendah serta dehidrasi, selain bahwa diare pun dapat menyebabkan dehidrasi serta penurunan status gizi.

ABSTRACT
Introduction Chronic diarrhea increases mortality and other long term morbidities in children. Children with HIV infections are at higher risk of developing chronic diarrhea. Objective This study aims to investigate the characteristics, prevalence, and risk factors of chronic diarrhea in HIV children. Factors analyzed are age, nutritional status, dehydration status, breastfeeding, HIV infection phase, use of antiretroviral ARV drugs, stool culture, and malabsorbtive syndrome. Methods In this cross sectional study data are obtained from medical records of children with HIV infection in Cipto Mangunkusumo Hospital from 2014 until 2016. All data that satisfy the inclusion criteria and are not excluded are analyzed by bivariate followed by multivariate analysis. Results Due to insufficient data on stool culture, breastfeeding, and malabsorbtive syndrome, aforementioned variables are dropped from this study. Data shows that prevalence of chronic diarrhea in children with HIV in CMH is 12.9 . Analysis of 132 data shows that low nutritional status p 0.037, adjusted OR 5.737 and dehydration p 0.026, adjusted OR 6.891 are significantly associated with chronic diarrhea in HIV children. Discussions This finding may be due to the immunosupression caused by low nutritional status and dehydration, also by the fact that diarrhea can also cause a decrease in nutritional status and induce dehydration."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraeni
"Angka kesakitan dan kematian akibat diare di Indonesia masih tinggi, prevalensi tertinggi pada balita (1-4 tahun). Kejadian diare pada balita (1-4 tahun) di wilayah Kecamatan Ciawi persentasenya selalu lebih tinggi dan setiap tahun mengalami kenaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan, faktor ibu, dan faktor balita dengan kejadian diare di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Metode penelitian kuantitatif dengan desain case control. Populasi penelitian adalah balita usia 12-59 bulan yang berada di Wilayah Kecamatan Ciawi.
Hasil penelitian menunjukkan: ada hubungan antara sumber air bersih (2,405; 1,23-4,69), sarana jamban keluarga (1,994; 1,07-3,73), pengelolaan sampah rumah tangga (5,920; 3,05-11,5), saluran pembuangan air limbah (4,195; 2,32-7,60), dan perilaku ibu (5,44; 2,97-9,97), dan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu (1,67; 0,78-3,58), pengetahuan ibu (1,64; 0,93-2,89), dan status gizi (4,85; 1,02-4,69) dengan kejadian diare balita di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Variabel yang diprediksi paling berpengaruh adalah pengelolaan sampah rumah tangga (5,399; 2,58-11,29).

Morbidity and mortality from diarrhea in Indonesia is still high, the highest prevalence in young children (1-4 years). Incidence of diarrhea in young children (1-4 years) in the percentage is always higher in Sub Ciawi and each year has increased. This study aims to know the associated of environmental factors, maternal factors, and toddler factor with the incidence of diarrhea in children under five years in Sub Ciawi, Bogor Regency, West Java Province 2012. The studied was a quantitative study with case control design. The population in this study are all of the childrens aged 12 month until 59 month are lived in Sub Ciawi, Bogor Regency, West Java Proviance.
The results of this study indicate that there was a significant correlation between source of clean water (2,405; 1,23-4,69), water closet medium (1,994; 1,07-3,73), household waste treatment (5,920; 3,05-11,5), waste water sewer (4,195; 2,32-7,60), and maternal behaviour (5,44; 2,97-9,97), and not correlation between maternal study (1,67; 0,78-3,58), maternal knowledge (1,64; 0,93-2,89), and nutrient status (4,85; 1,02-4,69) with the incidence of diarrhea among toddler in Sub Ciawi, Bogor Regency, West Java Proviance. The variable that predicted the most dominant cause of diarrhea among children under five (toddler) in Sub Ciawi is household waste treatment (5,399; 2,58-11,29).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irasdinar Yugitama Irawan
"Diare merupakan penyebab kedua terbesar atas kematian pada anak di bawah lima tahun, dan telah membunuh sekitar 525.000 anak setiap tahunnya (WHO, 2017). Hasil Riskesdas tahun 2018 mengungkapkan bahwa prevalensi diare tertinggi ada pada kelompok umur 1-4 tahun. Kota Bogor merupakan salah satu kota di Jawa Barat dengan angka kejadian diare tertinggi. Pada tahun 2016 hingga 2017 terjadi peningkatan kasus kejadian diare di Kota Bogor dan kasus terbanyak di temukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sempur yakni Kelurahan Sempur dengan mayoritas kejadian diare terjadi pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Sempur Kota Bogor tahun 2019.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 135 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner. Variabel dependen dalam peneilitian ini adalah kejadian diare pada balita. Variabel independen terdiri dari karakteristik orang tua (Pendidikan, pendapatan, pengetahuan, dan perilaku mencuci tangan), karakteristik balita (status gizi) dan faktor lingkungan (pengelolaan sampah rumah tangga, sumber air bersih, sumber dan pengelolaan air minum, sarana pembuangan tinja, dan SPAL).
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku mencuci tangan orang tua secara statistik memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian diare pada balita (p value= 0,008; OR=3,261; 95% CI =1,425 – 7,462). Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan sehat dan peningkatan sanitasi lingkungan dalam rangka pencegahan diare pada balita.

Diarrhea is the second largest cause of death in children under five years, and has killed around 525,000 children each year (WHO, 2017). The results of the Riskesdas in 2018 revealed that the highest prevalence of diarrhea was in the age group 1-4 years. Bogor is one of the cities in West Java with the highest incidence of diarrhea. In 2016 until 2017 there was an increase in cases of diarrhea in Bogor and the most cases were found in Sempur with the majority of diarrhea occurring in toddlers. This study aims to determine the factors related with the incidence of diarrhea in toddlers in Sempur, Bogor 2019.
The study design used was cross sectional with a total sample of 135 respondents. Data collection is done by interview method using a questionnaire. The dependent variable in this study is the incidence of diarrhea in toddlers. The independent variables consist of parental characteristics (education, income, knowledge, and hand washing behavior), characteristics of toddlers (nutritional status) and environmental factors (management of household waste, sources of clean water, sources and management of drinking water, feces disposal facilities, and sewerage).
The results in this study indicate that parents hand washing behavior has a statistically significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers (p value = 0.008; OR = 3.261; 95% CI = 1.425 - 7.462). The effort that can be done is to provide education to the society regarding clean and healthy lifestyle and improving environmental sanitation in order to prevent diarrhea in toddlers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafshah Farah Fadhilah
"Penyakit diare menjadi permasalahan utama di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia, diare juga menjadi penyebab utama gizi kurang yang bisa menimbulkan kematian. Banten merupakan sala satu provinsi dengan angka kejadian diare yang tinggi. Sedangkan daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Banten dengan kasus diare tertinggi untuk semua umur pada tahun 2019 adalah Kabupaten Lebak dengan total 50.270 kasus. Kelompok umur dengan jumlah kasus diare terbanyak adalah usia balita dengan total lebih dari 14.000 kasus. ï»¿Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kejadian diare terhadap karakteristikanak balita dan orang tua, personal hygine, dan sanitasi lingkungan. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan desain cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 209 anak balita usia 24-59 bulan. ï»¿Dengan variabel dependen yaitu kejadian diare dan variabel independen yaitu usia anak, jenis kelamin anak, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, penghasilan keluarga, kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan jajan, Kebiasaan Pemakaian Alas Kaki saat bermain di luar rumah, kebersihan kuku, dan kebiasaan BABS, sumber air minum, penyimpanan air bersih setelah dimasak, dan kepemilikan jamban. ï»¿ Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara usia anak ( p- value = 0,001; OR = 2,990), pendidikan ibu dengan ( p- value = 0,027; OR =  0,404), kebiasaan ibu mencuci tangan dengan air mengalir ( p- value = 0,001; OR = 0,335), dan sumber air minum ( p- value = 0,005; OR = 0,329)  dengan kejadian diare pada balita usia 24-59 bulan di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten tahun 2020.

Diarrhea is a major problem in developing countries including Indonesia, diarrhea is also a major cause of malnutrition that can lead to death. Banten is one of the provinces with a high incidence of diarrhea. While the Regency / City area in Banten Province with the highest diarrhea cases for all ages in 2019 was Lebak Regency with a total of 50,270 cases. The age group with the highest number of cases of diarrhea is under five with a total of more than 14,000 cases. This study aims to determine the relationship between the incidence of diarrhea on the characteristics of children under five and their parents, personal hygiene, and environmental sanitation. This study used secondary data with a cross-sectional design with a total sample of 209 children under five aged 24-59 months. The dependent variable is the incidence of diarrhea and the independent variables are the age of the child, the sex of the child, the mother's education, the mother's occupation, family income, hand washing habits, snack habits, the habit of using footwear when playing outside the house, nail hygiene, and defecation habits. sources of drinking water, storage of clean water after cooking, and ownership of latrines. The results of the bivariate analysis in this study showed that there was a relationship between the child's age (p-value = 0.001; OR = 2.990), mother's education (p-value = 0.027; OR = 0.404), the mother's habit of washing hands with running water (p- value = 0.001; OR = 0.335), and drinking water sources (p-value = 0.005; OR = 0.329) with the incidence of diarrhea in toddlers aged 24-59 months in Karangkamulyan Village, Cihara District, Lebak Regency, Banten Province in 2020."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awaliah
"Diare lanjut dapat mengakibatkan dehidrasi pada balita dan saat ini merupakan penyebab kematian urutan kedua pada balita di dunia. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dehidrasi pada balita dengan diare. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dan melalui tehnik consecutive sampling didapat 110 balita dengan diare yang mengalami dehidrasi ringan/sedang dan berat yang dirawat di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian dehidrasi pada balita dengan diiare adalah usia balita p=0,023 dan status gizi balita p=0,000 . Hasil analisis berikutnya didapatkan faktor paling dominan yang berhubungan dengan kejadian dehidrasi pada balita dengan diare adalah status gizi balita OR=15,22. Diperlukan perhatian khusus/lebih pada balita dengan diare yang memiliki status gizi kurang terhadap risiko dehidrasi di tatanan pelayanan primer.

Further diarrhea can lead to dehydration and is currently the second leading cause of death in children under five in the world. The aim of research to identify factors associated with the occurrence of dehydration in under five with diarrhea. This research uses cross sectional design and through consecutive sampling technique is obtained 110 children under five with diarhhea who are dehydrated mild moderate and severe, hospitalized in Jakarta Islamic Hospital Cempaka Putih.
The results showed factors that have a significant relationship with the occurrence of dehydration in children under five with diarrhea are the age of children p 0,023 and nutritional status p 0,000. The next analysis results were obtained the most dominant factor related to the occurrence of dehydration in children under five with diarrhea is the nutritional status of children OR 15,22. Special attention is required more in children under five with diarrhea who have the status of malnutrition on the risk of dehydration in the order of prymary care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47199
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fety Fathimah Al Mubarokah
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita 6-59 bulan di wilayah Indonesia Tengah, yang diwakili oleh provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan menggunakan data IFLS 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sample 1079 balita. Diketahui sebanyak 16,8% balita di wilayah Indonesia Tengah mengalami diare, dengan persentase terbesar 17,75% di Nusa Tenggara Barat. Usia balita merupakan faktor dominan kejadian diare pada balita 6-59 bulan di wilayah Indonesia Tengah setelah dikontrol variabel pemberian vaksin rotavirus dan daerah tinggal. Penguatan pemahaman dan komitmen pengimplementasian PIS-PK diperlukan agar informasi kesehatan terkait diare dan faktor yang dapat meningkatkan imunitas balita sebagai pencegah penyakit diare.

This study was conducted to determine the factors associated with the incidence of diarrhea in children aged 6-59 months in Central Indonesia, represented by the provinces of Bali, West Nusa Tenggara, South Kalimantan and South Sulawesi using 2014 IFLS data. The research design used was cross. sectional with a sample size of 1079 toddlers. It is known that 16.8% of children under five in Central Indonesia experience diarrhea, with the largest percentage being 17.75% in West Nusa Tenggara. The age of under five is the dominant factor in the incidence of diarrhea in children aged 6-59 months in Central Indonesia after controlled for the variable of giving rotavirus vaccine and living area. Strengthening the understanding and commitment to implementing PIS-PK is needed so that health information related to diarrhea and factors that can increase the immunity of children as a prevention of diarrhea disease can be conveyed properly."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melisa Anindita Rahmawati
"Pendahuluan: Diare merupakan penyakit pembunuh kedua pada balita dengan prevalensi sebesar 14,3 dan berpotensi terjadi Kejadian Luar Biasa KLB di Indonesia. Lebih dari 100.000 balita meninggal akibat diare dengan estimasi hilangnya biaya ekonomi sebesar Rp. 7,2 Triliun.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Indonesia berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI 2012.
Metode: Desain penelitian adalah cross sectional. Populasi studi pada penelitian ini adalah seluruh balita Indonesia usia 0-59 bulan pada SDKI 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kemudian dilakukan sampling dengan metodesistem random sampling dengan jumlah sampel 5.961 balita.
Hasil: Prevalensi kejadian diare pada balita yang mengalami diare 2 minggu sebelum survei SDKI 2012 adalah sebesar 15,2 907 balita dan secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara usia balita 6-35 bulan POR: 1,977; 95 CI: 1,500-2,518; p 0,001, jenis kelamin POR: 1,298; 95 CI: 1,125-1,497; p 0,001, pendidikan ibu POR: 1,365; 95 CI: 1,180 ndash; 1,576; p 0,001 , sosial ekonomi menengah POR: 1,309; 95 CI: 1,064 ndash; 1,610; p 0,011, sosial ekonomi bawah POR: 1,623; 95 CI: 1,376 ndash; 1,913; p 0,001, sumber air minum POR: 1,326; 95 CI: 1,134-1,551; p 0,001, ketersediaan jamban POR: 1,424; 95 CI: 1,228-1,650; p 0,001, ketersediaan tempat cuci tangan POR: 1,248; 95 CI: 1,062-1,465; p 0,008, dan daerah tempat tinggal POR: 1,250; 95 CI: 1,085=1,440; p 0,002 dengan kejadian diare pada balita di Indonesia tahun 2012. Dalam menurunkan angka kejadian diare pada balita, perlu adanya kesadaran bersama baik pemerintah, petugas kesehatan, masyarakat, maupun orang tua dalam meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS.

Introduction: Diarrhea is a second killer disease in under five children with a prevalence of 14,3 and have potential to outbreak in Indonesia. More than 100,000 under five children died from diarrhea with an estimated loss of economic costs of 7.2 Trillion Rupiah.
Objective: This study aims to determine factors are related to diarrhea occurrence among under five children in Indonesia based on data Indonesia Demographic and Health Survey IDHS 2012.
Method: This is a cross sectional study with study population were all Indonesian under five children 0 59 months in SDKI 2012 that meet the criteria of inclusion and exclusion. Then sampling by simple random sampling method with the number of sample is 5.961 responden.
Results: The prevalence of diarrhea occurrence in under fives with diarrhea 2 weeks before survey was 15.2 907 and there was a statistically significant relationship between age 6 35 months POR 1,977 95 CI 1,500 ndash 2,518 p 0,001, sex POR 1,298 95 CI 1,125 ndash 1,497 p 0,001, maternal education POR 1,365 95 CI 1,180-1,576 p 0,001, middle socioeconomic POR 1,309 95 CI 1,064-1,610 p 0,011, low socioeconomic POR 1,623 95 CI 1,376 ndash 1,913 p 0,001, drinking water source POR 1,326 95 CI 1,134 ndash 1,551 p 0,001, latrine availability POR 1,424 95 CI 1,228 ndash 1,650 p 0,001, handwasher availability POR 1,248 95 CI 1,062 ndash 1,465 p 0,008, and residence area POR 1,250 95 CI 1,085-1,440 p 0,002 on the incidence of diarrhea among under five children in Indonesia 2012. To decreasing the incidence of diarrhea among under five children, need a common awareness of government, health workers, community, and parents to improving sanitation and healthy life.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trisiana Giyantini
"Angka kematian balita karena diare berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 (dianalisis oleh Widodo dan Gandi Kosim) adalah 2,5 per 1000 balita, sedangkan semua umur sebesar 54 per 100.000 penduduk. Proporsi kematian pada balita nomor 2 (13,2%) dibandingkan dengan semua penyebab kematian. Angka insidens diare berdasarkan hasil surveilans di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur yang mempunyai 10 kecamatan pada tahun 1999, yakni untuk golongan umur kurang dari satu tahun sebesar I23,58 per 1000 golongan umur kurang satu tahun dan insidens pada umur 1-4 tahun sebesar 84,22 per 1000 golongan umur 1-4 tahun. Angka insidens untuk umur kurang dari satu tahun pada tahun 1999 di Kecamatan Duren Sawit yang mempunyai 11 puskesmas kelurahan dan 1 puskesmas kecamatan, yakni sebesar 200,13 per 1000 golongan umur kurang satu tahun dan untuk umur 1-4 tahun sebesar 45,76 per I000 golongan umur 1-4 tahun. Dengan rnasih tingginya angka insidens pada balita, maka peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan diare pada balita di Kecamatan Duren Sawit.
Jenis desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Populasi penelitian adalah balita yang tinggal di wilayah Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur, dan sampel adalah balita yang menderita diare yang datang berobat ke puskesmas di wilayah Kecamatan Duren Sawit sebagai kasus dan kontrol adalah balita yang datang melakukan imunisasi ke puskesmas atau posyandu di Kecamatan Duren Sawit. Besar sampel yang diambil adalah 250 kasus dan 250 kontrol. Data dikumpulkan dengan cara mengunjungi keluarga balita untuk melakukan wawancara dan pengamatan serta pengukuran untuk variabel-variabel yang membutuhkan pengukuran, kemudian dianalisis menggunakan piranti lunak program EPI INFO versi 6.0 dan program STATA versi 6.0.
Dari hasil analisis bivariat didapatkan variabel yang tidak berhubungan bermakna secara statistik dengan diare balita yakni variabel ibu bekerja, variabel jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang dan umur anak. Sedangkan variabel yang mempunyai risiko dan berhubungan bermakna dengan diare balita, setelah dilakukan analisis multivariat yakni variabel pengetahuan ibu tentang diare, praktek ibu tentang pencegahan diare, pemberian ASI ekslusif, status gizi anak, jenis sarana air bersih, tingkat risiko pencemaran sarana air bersih, kualitas bakteri air bersih dan kondisi jamban keluarga. Variabel yang paling berisiko terhadap diare balita yakni variabel status gizi buruk mempunyai risiko untuk terjadinya diare pada balita sebesar 5,69 kali (95% CI 3,14-10,32 p = 0,000). Faktor risiko yang mempunyai variabel terbanyak berisiko terhadap diare pada balita yakni faktor risiko lingkungan ( 4 variabel yakni jenis sarana air bersih, tingkat risiko pencemaran sarana air bersih, kualitas bakteri air bersih dan kondisi jamban keluarga.
Dari hasil tersebut diatas peneliti menyarankan untuk dilakukan evaluasi atau penelitian lebih lanjut mengenai penyuluhan dari segi metode, sasaran maupun materi yang diberikan, karena penyuluhan yang telah dilakukan belum berhasil menurunkan terjadinya diare pada balita.

Based on the survey in household health in 1995 (analyzed by Widodo and Gandi Kosim) under 5 mortality rate is 2.5 per 1000 BaIita, whereas in all ages it is 54 per 100,000 populations. Compared with any and all causes of mortality, diarrhea is in the second highest. In 1999, based on the results of surveillance carried out at the East Jakarta Health Service which had 10 sub districts, the mortality rate of children aged less than a year caused by diarrhea was 123.58 per 1000 children of that age group. For ages of 1-4 years it was 84.22 per 1000 children of that age group. In 1999 Duren Sawit Sub district which had 11 district government primary health center and 1 Sub district government primary health center the mortality rate of children aged less than a year was 200.13 per 1000 children of that age group, and for children aged 1-4 years it was 45.76 per 1000 children of that age group. With the current high incidence rate of children under 5 mortality, the researcher would like to carefully study about the factors related to the diarrhea in Balita in Duren Sawit Sub district.
The design of this research is a case control. The observed population is Balita domiciled in Duren Sawit Sub district, East Jakarta, and the sample is the Balita who suffer from diarrhea coming to the local government primary health center in Duren Sawit Sub district, and the control is Balita immunized at the local government primary health center and Posyandu in Duren Sawit Sub district.There are 250 cases of samples and 250 controls. The data will be collected by visiting the Balita's family for interview and observation as well as measurement for variables that require confirmation to be further analyzed by using the software of EPI INFO version 6.0 and STATA version 6.0 programs.
From the multivariant analysis, a variable with risks and related to the diarrhea in Balita is obtained, i.e. variable of mother's knowledge about diarrhea and its prevention, exclusive breast feeding, the child's nutritional status, clean water, the risk of water pollution, the quality of bacteria (total of coli form) of clean water, and the condition of family's toilet. The variable with highest risk in diarrhea is bad nutrition which is 5.69 times (95% Cl 3.14-10.32 p = 0,000). The risk factor with most variables in the diarrhea of Balita is the environment (4 variables, i.e. clean water, water pollution, quality of bacteria in the water, and the condition of family's toilet).
From the above mentioned observation, the researcher suggests to carry out evaluation or further observation about information from the point of method, goal, as well as the material given to the population because the information which has been given does not decrease the diarrhea in Balita.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>