Ditemukan 174067 dokumen yang sesuai dengan query
Ahmad Tibrizi
"Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Namun potensi pertanian tersebut harus diikuti dengan peningkatan kualitas pertanian itu sendiri. Ulat grayak (Spodoptera sp.) merupakan salah satu hama yang merusak berbagai macam tumbuhan dan dapat merugikan sektor pertanian. Salah satu cara untuk mengendalikan hama ulat grayak adalah pemberian pestisida organik (bioinsektisida) yang bersifat mudah terurai di alam dan aman bagi kesehatan manusia. Enzim papain merupakan salah satu enzim yang didapatkan dari getah pepaya yang berfungsi sebagai bioinsektisida dan bisa didapatkan pada limbah kulit pepaya yang ketersediannya melimpah di Indonesia. Metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan enzim papain dari getah pepaya adalah ekstraksi dengan bantuan gelombang ultrasonik. Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) dipilih sebagai pelarut karena sifatnya yang ramah lingkungan untuk mengekstrak enzim papain yang nantinya akan dibuat menjadi biopestisida. Waktu sonikasi 10, 20, dan 30 menit serta rasio massa getah per volume pelarut 20, 40, dan 60 mg/mL divariasikan untuk mendapatkan kondisi optimum dalam proses ekstraksi yang dilihat terhadap hasil uji konsentrasi protein, uji aktivitas enzim, dan uji efikasi. Hasil menunjukkan bahwa waktu 20 menit dan konsentrasi 20 mg/mL merupakan kondisi optimum untuk proses ekstraksi enzim papain. Selain itu penggunaan pelarut NADES dibandingkan dengan pelarut etanol sebagai pelarut yang umum digunakan, menunjukkan bahwa hasil ekstraksi dengan pelarut NADES lebih baik dibandingkan dengan hasil dari pelarut etanol.
As an agricultural country, Indonesia has considerable agricultural potential towards development of the national economy. However, the potential itself must be followed by the improvement quality of the agriculture. Armyworm or ulat grayak (Spodoptera sp.) is one of the pests that damages various kinds of plants and leads to harm the agricultural sector. One of the ways to control armyworm pests is to provide organic pesticides (bioinsecticides) which are biodegradable and safe for human health. The papain enzyme is one of the enzymes obtained from the sap of papaya which functions as a bio-insecticide. The sap of papaya itself comes from waste papaya skin which its availability is abundant in Indonesia. The method that can be used to get the papain enzyme from papaya’s sap is the extraction through the help of ultrasonic waves. Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) was chosen as a solvent because of its environmentally friendly nature to extract the enzyme papain which later will be made into a biopesticide. The sonication time of 10, 20 and 30 minutes and the mass ratio of sap per volume of solvents 20, 40, and 60 mg / mL were varied to obtain the optimum conditions in the extraction process which were seen from the results of protein concentration test, enzyme activity test, and efficacy test. The result of the study showed that 20 minutes and a concentration of 20 mg / mL were the optimum conditions for the extraction process of the papain enzyme. In addition, the use of NADES solvents compared to ethanol solvents as commonly used solvents, showed that the extraction results with NADES solvents were better than the results of ethanol solvents."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
M. Fauzy Zikri
"
ABSTRAKSeiring meningkatnya kuantitas pertanian di Indonesia, harus diikuti dengan peningkatan kualitas pertanian. Umumnya salah satu indikator atau parameter yang biasa digunakan untuk menunjukan kualitas pertanian adalah jumlah hama yang merusak tanaman di daerah tertentu. Pengendalian organisme pengganggu pada tanaman tersebut dapat diminimalisir dengan produksi bio-insektisida berbasis Getah Pepaya Carica papaya yang disadap lalu diekstraksi dengan gelombang ultrasonik munggunakan pelarut NADES campuran dari Cholin chloride ChCl dan Oxalic acid Ox dengan variasi waktu sonifikasi selama 10, 20, 30 menit dan rasio pelarut 1:2, 3:2, 2:1. Bio-insektisida diproduksi dengan melakukan uji aktivitas enzim secara kualitatif protein dengan metode lowry dan secara kuantitatif menggunakan bantuan spektrofotometer UV/Vis dengan panjang gelombang 750 nm serta uji efikasi. Hasil ekstraksi terbaik didapatkan pada pelarut NADES dengan rasio 1:2 dengan waktu ekstraksi selama 30 menit dengan waktu ekstraksi selama 30 menit menghasilkan konsentrasi protein sebesar 7,23 ppm dan konsentrasi tirosin sebesar 7,9 ppm. Sampel bio-insektisida efektif mematikan ulat grayak dengan tingkat mortalitas 100 dalam rentang waktu 5-7 hari.
ABSTRACTAlong with the increasing quantity of agriculture in Indonesia, should be followed by improving the quality of agriculture. Generally one of the indicators or parameters commonly used to indicate the quality of agriculture is the number of pests that damage plants in certain areas. The control of disturbing organisms on the plant can be minimized by the bio insecticide production of Carica papaya which is tapped and extracted with ultrasonic assisted using a mixed NADES solvent from Cholin chloride ChCl and Oxalic acid Ox with varying sonification time for 10, 20, 30 minutes and solvent ratio of 1 2, 3 2, 2 1. Bio insecticide was produced by conducting qualitative enzyme activity of protein with lowry method and quantitatively using UV Vis spectrophotometer aid with 750 nm wavelength and efficacy test. The best extraction result was obtained at NADES solvent with 1 2 ratio with extraction time for 30 min with extraction time for 30 minutes yielding protein concentration equal to 7,23 ppm and tyrosine concentration equal to 7,9 ppm. Bio insecticide samples effectively kill grayak caterpillars with 100 mortality within 5 7 days."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Gibranadhi
"Prospek industri pertanian di Indonesia sangatlah besar dengan melimpahnya jenis buah-buahan dan sayur-mayur yang dapat diproduksi. Namun, seringkali terdapat gangguan hama, khususnya ulat grayak, yang menyebabkan menurunnya kualitas produk atau mengakibatkan gagal panen. Oleh karena itu, dibutuhkan pengendalian terhadap hama tersebut dengan menggunakan bioinsektisida yang diperoleh dari ekstrak biji buah bintaro. Diketahui bahwa biji tersebut memiliki beberapa zat aktif dari golongan alkaloid, flavonoid, saponin, dan steroid yang dapat mematikan ulat tersebut. Biji akan dihaluskan dan kemudian dibuat campuran biji bintaro dan pelarut NADES, yang berupa campuran dari kolin klorida (ChCl) dan asam laktat dengan rasio mol 1:1, dengan variasi konsentrasi 20 mg/mL, 40 mg/mL, dan 60 mg/mL. Campuran diekstraksi dengan gelombang ultrasonik 53 kHz dan waktu sonikasi 20 menit. Setelahnya, hasil ekstrak melalui uji kualitatif Liebermann-Burchard dan FTIR untuk identifikasi gugus, serta uji efikasi untuk membuktikan keefektifan ekstrak dalam mematikan hama. Setelah didapat konsentrasi ekstrak yang paling efektif, ekstraksi diulang dengan konsentrasi yang dimaksud dan waktu sonikasi yang berbeda, yaitu 40 menit dan 60 menit. Hasil ekstrak kemudian akan melalui uji efikasi kembali untuk mencari waktu sonikasi paling efektif dan kemudian diuji LCMS untuk mendeteksi kandungan ekstrak. Hasil yang didapat adalah ekstrak pada konsentrasi 40 mg/mL dan 60 menit paling efektif dan hasil uji LCMS mengidentifikasi beberapa senyawa dalam golongan steroid dan alkaloid yang berpotensi menjadi penyebab kematian ulat.
The prospect of the agricultural industry in Indonesia is very large with the abundance of fruits and vegetables that can be produced. However, there are often pest disorders, especially from tobacco cutworms, which cause a decrease in product quality or may result in crop failure. Therefore, control of these pests is needed by using bioinsecticides obtained from Pong-Pong seed extract. It is known that these seeds have an active ingredient from alkaloid and steroid groups that can kill the worms. The seeds will be mashed and then a mixture prepared by mixing the seeds and NADES solvent, which is a mixture of choline chloride (ChCl) and lactic acid of molar ratio 1:1, with different concentrations of 20 mg/mL, 40 mg/mL, and 60 mg/mL. The mixture will be extracted with 53 kHz ultrasonic waves and sonication time of 20 minutes. Afterwards, the extract will go through Liebermann-Burchard and FTIR tests to identify the groups present and efficacy tests to prove the effectiveness of the extracts in killing worms. After obtaining the most effective concentration, extraction will be repeated with the intended concentration, but with different sonication times, which is 40 minutes and 60 minutes. The results of the extract will go through efficacy tests again and then the extract will undergo LCMS test to obtain the exact content of the seed extract. It is obtained that the extract with concentration 40 mg/mL and sonication time of 60 minutes is the most effective in killing the worms. The LCMS tests also shows several molecules from alkaloid and steroid groups being responsible in killing the worms."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sungkar, Meizka
"ABSTRAK
Pertanian merupakan roda penggerak ekonomi nasional. Umumnya salah satu indikator atau parameter yang biasa digunakan untuk menunjukan kualitas pertanian adalah jumlah hama yang merusak tanaman di daerah tertentu. Pengendalian organisme pengganggu pada tanaman tersebut dapat diminimalisir dengan produksi bio-insektisida. Bio-insektisida berbasis buah bintaro yang diekstraksi dengan gelombang ultrasonik munggunakan pelarut NADES (kolin klorida-asam laktat) dapat digunakan untuk membasmi hama. Bio-insektisida diproduksi dengan dilakukan dengan variasi rasio mol pelarut dan waktu sonikasi. Selain itu dilakukan juga uji fitokimia sebagai uji kualitatif untuk menentukan kandungan ekstrak, uji efikasi sebagai uji kuantitatif untuk menentukan keefektifitasan ekstrak, dan uji LC-MS untuk mengetahui kandungan senyawa yang terekstrak. Rasio mol pelarut terbaik didapatkan oleh rasio 1:2 untuk campuran kolin klorida dan asam laktat. Waktu sonikasi terbaik didapatkan selama 60 menit.
ABSTRACT
Agriculture is the driving force of the national economy. Generally, one of the indicator or parameter commonly used to show the quality of agriculture is the number of pests that damage plants in certain areas. Control of disturbing organisms in these plants can be minimized by the production of bintaro fruit-based bio- insecticides. Bintaro-based bio-insecticides extracted by ultrasonic waves using NADES solvents (choline chloride-lactic acid) can be used to eradicate pests. Bio- insecticides are produced by varying the solvent mole ratio and sonication time. In addition, phytochemical test as a qualitative test to determine extract content, efficacy test as a quantitative test to determine the effectiveness of extracts, and LC-MS test to determine the content of extracted compounds were also carried out. The best mole solvent ratio is obtained by a ratio of 1: 2 for a mixture of choline chloride and lactic acid. The best sonication time is obtained at 60 minutes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dinda Wulan Alindi
"Indonesia sebagai negara agrikultural tentunya memiliki permasalahan mengenai serangan hama dan limbah organik. Salah satu jenis hama yang tersebar di Indonesia adalah spesies baru ulat grayak (Spodoptera frugiperda) yang baru muncul pada Maret 2019. Limbah organik menjadi permasalahan besar karena jumlahnya yang memenuhi 60% total sampah Indonesia. Salah satu limbah organik yang banyak ditemukan di Indonesia adalah durian yang kulitnya diperkirakan menghasilkan limbah sekitar 556.360 ton per tahunnya. Durian mengandung minyak atsiri, flavonoid, saponin, alkaloid, triterpenoid, dan tannin yang bersifat racun terhadap hama. Pengambilan senyawa bioaktif kulit durian dilaksanakan menggunakan metode ultrasonic-assisted extraction yang merupakan metode ekstraksi maserasi yang dimodifikasi berbantukan gelombang ultrasonik dengan variasi polaritas pelarut yaitu etanol absolut, 70%, 50%, 30%, dan akuades. Proses ekstraksi dilaksanakan pada suhu 40oC, 53 kHz, dan waktu 20 menit. Variasi pelarut tersebut memberikan pengaruh yang berbeda terhadap yield ekstrak kasar dan persentase mortalitas ulat grayak. Yield tertinggi dihasilkan oleh pelarut akuades dengan persentase sebesar 87,05 ± 1,56%. Dilakukan pula uji efikasi dari seluruh ekstrak dan diperoleh hasil bahwa ekstrak kulit durian terbukti memiliki kemampuan sebagai bioinsektisida dengan persentase mortalitas tertinggi sebesar 27% untuk pelarut etanol 30%. Uji GC-MS dilaksanakan pada ekstrak terbaik dan diperoleh senyawa kolekalsiferol sebagai senyawa berpotensi sebagai pestisida tertinggi dengan peak area sebesar 23,68%. Senyawa identifikasi GC-MS diuji dengan docking molekuler dengan asetilkolinesterase sebagai salah satu reseptor insektisida dan diperoleh nilai docking tertinggi sebesar -6,8 kkal/mol untuk senyawa asam palmitat dan 1-Oktadekena serta persen kemiripan interaksi dengan ligan kontrol tertinggi dimiliki oleh 1-Oktadekena sebesar 80%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library