Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185362 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Widyianto
"Pada penelitian ini dilakukan pengelasan pipa orbital dengan pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) arus pulsa tanpa logam pengisi (autogenous) pada pipa baja tahan karat tipe 304. Dimensi dari material uji adalah diameter luar 114 mm dan ketebalan 3 mm. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh parameter arus pulsa, posisi las dan siklus kerja terhadap karakteristik geometri las, sifat mekanik dan struktur mikro. Variasi parameter dalam penelitian ini yaitu arus konstan, arus pulsa dan siklus kerja. Arus rata-rata dari setiap parameter dibuat sama yaitu 100 ampere, namun pada arus pulsa terdapat variasi arus puncak, arus dasar, waktu arus puncak dan waktu arus dasar. Kecepatan pengelasan yang digunakan adalah 1,4 mm/detik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada pengelasan dengan variasi arus pulsa menghasilkan lebar manik las yang lebih besar dari pada pengelasan dengan arus konstan. Hasil lebar manik las berbanding lurus dengan peningkatan arus pulsa. Terjadi penurunan kekuatan tarik sebesar 23,95 % pada parameter 65-B posisi las 00 dan kenaikan kekuatan tarik sebesar 16,09 % pada parameter 65-A posisi las 1800 terhadap kekuatan tarik logam dasar. Pada kekerasan mikro dengan metode vickers, terjadi penurunan kekerasan terbesar pada daerah HAZ dan daerah las sebesar 20,50 % dan 7,22 % pada parameter 50-C. 

Orbital pipe welding was carried out in this research by pulse current Tungsten Inert Gas (TIG) welding without metal filler (autogenous) of 304 stainless steel pipes. The dimensions of the specimens were 114 mm outside diameter and the thickness of 3 mm. The purpose of this study was to determine the effect of pulse current parameters, weld position and duty cycle on the characteristics of weld geometry, mechanical properties and microstructure. Variation of parameters in this study were constant current, pulse current and duty cycle. The average current of each parameter was the same 100 ampere, but in the pulse current there were variations in peak current, base current, peak current time and base current time. The welding speed used was 1.4 mm/second. The results of this study indicate that in the welding with variations in pulse currents it produces a larger weld bead width than the welding with a constant current. The width of the weld bead was directly proportional to the increase in pulse current. There was a decrease in tensile strength of 23.95% in the parameter 65-B weld position 00 and an increase in tensile strength of 16.09% in parameter 65-A weld position 1800 against the tensile strength of the base metal. In the micro hardness with vickers method, the greatest hardness occurred in the HAZ region and the weld area by 20.50% and 7.22% in the 50-C parameter.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52358
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fathin Ginanjar Ganeswara
"Pada penelitian ini dilakukan pengelasan pipa orbital dengan pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) tanpa logam pengisi (autogenous) pada pipa baja tahan karat tipe 316L. Dimensi dari material uji adalah diameter luar 114.3 mm dan ketebalan 3 mm. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh arus pengelasan dan sequence terhadap karakteristik geometri las, distorsi, sifat mekanik dan struktur makro. Variasi parameter dalam penelitian ini yaitu arus 100, 110, 120 ampere dan variasi sequence, yaitu 1 sequence (360˚), 2 sequence (180˚), 3 sequence (120˚), 4 sequence (90˚). Kecepatan pengelasan yang digunakan adalah 1,4 mm/detik. Hasil menunjukkan bahwa meningkatkan arus las dapat menaikkan rata-rata lebar manik luar dan variasi sequence pada pengelasan dapat membatasi temperatur kerja. Pada distorsi pengelasan, menaikan sequence dapat menurunkan kekuatan distorsi dan menambah nilai arus dapat menaikkan kekuatan distorsi. Untuk hasil uji tarik, menambahkan nilai arus dapat meningkatkan nilai UTS dan menambah sequence pengelasan akan membuat nilai UTS nya semakin rendah. Pada pengamatan makro, meningkatkan nilai arus pengelasan akan membuat hasil penetrasi las semakin baik. Namun pada perbedaan sequence tidak terlalu signifikan hasilnya, hanya dilihat dari penambahan jumlah sequence akan membuat trend penetrasi nya menurun.

Orbital pipe welding was carried out in this research by current Tungsten Inert Gas (TIG) welding without metal filler (autogenous) of 316L stainless steel pipes. The dimensions of the specimens were 114.3 mm outside diameter and the thickness of 3 mm. The purpose of this study was to determine the effect of current parameters and welding sequence on the characteristics of weld geometry, distortion, mechanical properties and macrostructure. Variation of welding current in this research were (100,110,120) ampere and sequence welding variation were 1 sequence (360˚), 2 sequence (180˚), 3 sequence (120˚), 4 sequence (90)˚.The welding speed used was 1,4 mm/s. Results indicated that the average outer bead width increases with increase in current value and sequence variations limit the working temperatur. Upon welding distortion, increasing the amount of sequence decreases the distortion strength, while adding current value increases the distortion strength. Tension test results indicated that with the increase in welding current the UTS will increase until an optimum value, while increase in welding sequence decreased the UTS value. Macro observation data shows that welding current is of primary importance to penetration where weld penetration increases as welding current increases. Variations of welding sequence results in no significant changes, whereas increasing the number of sequence will reduce welding penetration.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchamad Panji
"ABSTRAK
Penelitian ini mempelajari efek arus pengelasan dan kecepatan pengelasan terhadap geometri las, distorsi, kekuatan tarik dan mikrostruktur pada proses pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG). Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah pipa baja karbon A36. Dimensi spesimen pipa memiliki diameter luar 114,3 mm dan ketebalan 6 mm. Logam tambah yang digunakan adalah ER70-S 6 dengan sambungan Las V-Groove. Variasi parameter pengelasan adalah arus pengelasan dan kecepatan pengelasan. Distorsi diukur dengan menggunakan mikrometer luar sebelum dan setelah proses pengelasan.
Untuk geometri Las diukur dengan menggunakan mikroskop digital. Sedangkan kekuatan tarik diukur dengan mesin uji tarik dan mikrostruktur diukur dengan mikroskop. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan meningkatkan arus las dapat memperlebar manik las dan
meningkatkan distorsi. Sementara dengan meningkatkan kecepatan, hanya memberikan sedikit efek pada manik las dan distorsi. Pengelasan parameter dengan arus las 170 A dan kecepatan pengelasan 0,9 mm/s menghasilkan manik luar terluas, taper terbesar dan distorsi. Selain itu, hasil taper dan distorsi pada arah aksial lebih besar dari arah melintang
dari pipa. Geometri las menunjukan bahwa pada bagian pipa di 0˚ cenderung cekung dan
pada 180˚ cenderung cembung. Berdasarkan hasil uji tarik spesimen pengelasan,
kekuatan tarik paling tinggi adalah 502,80 MPA dengan pengelasan berarus 170 A dan
kecepatan pengelasan 0,9 mm/s di posisi 270˚. Foto mikroskop pada hasil pengelasan
memperlihatkan adanya equiaxed dendrit.

ABSTRACT
In this study, the effects of welding current and welding speed on the weld geometry, distortion, tensile strength and microstructure in the TIG welding process was studied. The material used in this experiment was A36 mild steel pipe. The dimensions of pipe specimens were 114.3 mm of outer diameter and 6 mm of thickness. The wire feeder used was ER70S 6 with a V-groove joint. The welding parameters varied were the welding current and welding speed. The distorsion was measured by using an micrometer before and after the welding process. The weld geometry was measured using a digital microscope, the tensile strength was measured by the using tensile test machine, and the microstructure was measured by a microscope. The results show that by increasing the
welding current, the weld bead and distortion increase. While by increasing the speed, it has little effect on the weld bead and distortion. Welding parameters with a welding current of 170 A and a welding speed of 0.9 mm/s produce the widest outer bead and the biggest tapers and distortion. In addition, the results of tapers and distortion in the axial direction were bigger than the transverse direction of the pipe. In addition, the taper results and distortion in the axial direction are bigger than in the transverse direction of the pipe. The weld geometry shows the pipe parts at 0° tend to concave and at 180° tend to be convex. Based on the results of the tensile test of the welding specimen, the higher tensile strength is 502.80 MPa with welding current of 170 A, and welding speed of 0.9 mm/s on the 270° welding position. And from the microscope observation, it is shown the presence of equiaxed dendrite."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinatrya Azali Aryadhani
"ABSTRAK
Pengelasan pertama berkembang sebagai teknik kepentingan ekonomi utama ketika penggunaan besi menjadi luas, karena diperlukan tidak hanya untuk membuat produk jadi tetapi juga sebagai bagian dari pembuatan besi itu sendiri. Pengelasan terdiri dari fusi atau penyatuan dua atau lebih potongan bahan (logam atau plastik) dengan aplikasi panas dan / atau tekanan. Pengelasan adalah cara utama untuk membuat dan memperbaiki produk logam. Prosesnya efisien, ekonomis, dan dapat diandalkan sebagai cara untuk menggabungkan logam. Pada penelitian ini, dilakukan proses pengelasan pada Baja Tahan Karat SUS 304. Pengelasan dilakukan tanpa bahan tambah (autogenous). Pengelasan dilakukan dengan dua cara yaitu tanpa fluks dan dengan fluks (A-TIG Welding). Fluks yang digunakan yaitu SiO2, TiO2, dan NSN308. Pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan struktur makro dan sifat mekaniknya. Pada ketiga fluks terjadi peningkatan kedalaman penetrasi sebesar 56.7% dibandingkan dengan pengelasan tanpa fluks. Nilai kekerasan pada daerah terpengaruh panas lebih rendah sebesar 18.9% pada pengelasan A-TIG dibandingkan dengan pengelasan tanpa fluks. Nilai kekuatan tarik semakin meningkat sebesar 12.9% dengan metode A-TIG dibandingkan tanpa fluks. Sifat mekanik pada pengelasan A-TIG lebih ductile dibandingkan dengan pengelasan tanpa fluks.

ABSTRACT
The first welding developed as a technique of primary economic importance when the use of iron became widespread, because it was needed not only to make finished products but also as part of making iron itself. Welding consists of fusion or joining of two or more pieces of material (metal or plastic) with the application of heat and / or pressure. Welding is the main way to make and repair metal products. The process is efficient, economical, and reliable as a way to combine metals. In this study, the welding process was carried out on SUS 304 Stainless Steel. Welding was carried out without added material (autogenous). Welding is done in two ways, without flux and with flux (A-TIG Welding). Fluxes used are SiO2, TiO2, and NSN308. Tests carried out to obtain the macro structure and mechanical properties. In all three fluxes there was an increase in penetration depth of 56.7% compared to welding without flux. The value of hardness in heat-affected areas is lower by 18.9% in A-TIG welding compared to welding without flux. The value of tensile strength increased by 12.9% with the A-TIG method compared without flux. Mechanical properties of A-TIG welding are more ductile compared to welding without flux.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexandro Marshall Zakaria
"Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) atau dapat disebut juga tungsten inert gas (TIG) merupakan proses pengelasan yang memberikan kualitas hasil lasan yang baik dengan biaya yang relatif lebih rendah. Namun, kemampuan proses pengelasan ini terbatas pada pada kapasitas penetrasi yang berujung pada produktivitas yang rendah. Dengan itu, pengembangan harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan penetrasi. Untuk pengembangan tersebut, metode penggunaan fluks pengaktif diperkenalkan pertama kali oleh Paton Welding Institute untuk pengelasan TIG yang digunakan pada material sebelum pengelasan. Dapat diketahui bahwa adanya peningkatan penetrasi dari pengamatan geometri hasil lasan dan sejak itu penggunaan fluks pengaktif yang disebut A-TIG menjadi banyak digunakan dan memberikan pengaruh besar.
Penelitian kali ini meninjau proses pengelasan A-TIG yang mencakup beberapa kegiatan eksperimental yang sudah diteliti sebelumnya pada material baja tahan karat SUS 304. Dalam pengelasan A-TIG, parameter-parameter seperti arus, tegangan, kecepatan pengelasan, gas pelindung, dan jenis fluks mempengaruhi kualitas lasan. Selain itu, beberapa pengujian telah dilakukan pada struktur makro dan sifat mekanik untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pengelasan A-TIG.

Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) or can also known as tungsten inert gas (TIG) is one of the welding processes that provide good weld quality with relatively lower costs. However, this welding process is limited to penetration capacity which results in low productivity. With that regard, a development must be done to improve the ability of penetration. In this case, the method of using activated flux was first introduced by Paton Welding Institute for TIG welding by using it on the material before welding. It was obsereved that there was an increase in penetration on the weld geometry and by that the use of activated flux, called A-TIG, becomes more widely used and has a major influence.
In this study, the A-TIG welding process is discussed from several experimental activities that have been previously carried out on stainless steel SUS 304. In A-TIG welding, parameters process such as current, voltage, welding speed, gas shield, and type of flux affect weld quality. In addition, several testings was made on the macrostructure and mechanical properties to have a better understanding on A-TIG welding.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Refnaldi
"Tujuan dari studi ini adalah mengevaluasi perubahan-perubahan dalam struktur mikro dan sifat mekanis dari baja tahan karat 304L dan 3l6L dibawah pengelasan perbaikan berulang. Perubahan-perubahan dari kedua material tersebut kemudian diperbandingkan satu sama lain. Pengelasan dan pengelasan perbaikan dilaksanakan dengan GTAW. Proses pengelasan GTAW dilaksanakan menggunakan logam pengisi ER308L untuk baja tahan karat 304L dan ER3l6L untuk baja tahan karat 316L. Spesimen dari logam dasar dan kondisi berbeda dari perbaikan GTAW dipelajari dengan melihat perubahan struktur mikro, komposisi kimia dari fase-fase, ukuran butir dalam daerah terpengaruh panas dan efek terhadap sifat mekanis. Struktur miko diinvestigasi menggunakan mikroskop optik dan scanning electron microscopy (SEM). Komposisi kimia dari base material ditentukan dengat optical emission specffometer. Komposisi kimia dari inti las, daerah terpengaruh panas dan logam induk ditentukan dengan XRF Analyzer. Komposisi kimia dari fase-fase ditentukan dengan Energt Dispersive X' ray Analysis (EDAX). Pengujian mekanik yang dilakukan uji tarik, kekuatan impak Charpy-V, dan uji keras mito Vickers. Permttkaan patahan diamati dengan foto makro dan detail morfologi permukaan patahan pada awal dan tengah atau ujung permukaan patahan diinvestigasi dengan scanning electron microscopy (SEM). Kekerasan dari daerah terpengaruh panas menunrn sesuai dengan peningkatan jumlah perbaikan. Secara umum peningkatan dalam kekuatan tarik (UTS) terjadi dalam pengelasan. Pada perbaikan pertama suatu penurunan bertahap dalam kekuatan Tarik (UTS) terjadi tetapi nilai kekuatan tarik (UTS) tidak kurang dat', base metal. Pengxangan signifikan dalam kekuatan impak charpy-V dengan jumlah perbaikan las diamati dengan lokasi takikan di daerah terpengaruh panas. Perubahan-perubahan yang sama terhadap struktur miko dan sifat mekanis terjadi pada kedua tipe baja tahan karat tersebut. Perbedaannya adalah untuk kekuatan tarik dan kekuatan impak pada hasil pengelasan baja tahan karat 304L lebih baik daripada 316L.

The purpose of this study is to evaluate changes in the micro structural and mechanical properties of stainless steel 304L and 3l6L under repeated repair welding. The changes of both of material then will be in comparation to each other. The welding and the repair welding were conducted by gas tungsten arc welding (GTAW). The GTAW welding process w.rs performed using ER308L filler metals for stainless steel 304L and ER3I6L filler metals for stainless steel 316L. Specimen of the base metal and different conditions of gas tungsten arc welding repairs were studied by looking in the micro structural changes, the chemical composition of the phases, the grarn size (in the heat affected zone) and the effect on the mechanical properties. The microstructure was investigated using optical microscopy (OM) and scanning electron microscopy (SEM). The chemical composition of the base material was determined using optical emission spectrometer. The chemical composition of weld metal, heat affected zone and base metal was determined using XRF Analyzer. The chemical composition of the phases was determined using energy dispersive X-ray Analysis (EDAX). Mechanical testing consist of tensile tests, Charpy-V impact resistance and Vickers hardness tests were conducted. Detail of fracture surface morphologies in beginning and centre or end of fracture was investigated using scanning electron microscopy (SEM). Hardness of the heat affected zone decreased as the number of repairs increased. Generally an increase in the ultimate tensile strength (UTS) occuned with welding. At the first repair, a gradual decrease in UTS occurred but the values of UTS were not less than values of the base metal. Signif,rcant reduction in Charpy-V impact resistance with the number of weld repairs were observed when the notch location was in the HAZ. T"be similar changes in the micro structural and mechanical properties occured in both of type of stainless steel. The difference were for the values ofUTS and Charpy-V impact resistance of welding specimen of stainless steel 304L more tlan values of stainless steel 316L."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44258
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriawan Dwi Putra
"Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) merupakan salah satu jenis pengelasan tipe las busur listrik (Arc Welding) yang banyak digunakan dalam industri karena aplikasinya yang luas dan stabilitas proses yang baik. Namun kekurangan utama dalam pengelasan TIG adalah sulitnya mendapatkan penetrasi yang dalam pada pengelasan TIG single pass untuk pelat-pelat tebal diatas 6mm. Metode pengelasan dengan fluks atau A-TIG welding pertama kali dikembangkan di Paton Welding Institute pada 1960, metode ini mampu menghasilkan penetrasi yang lebih dalam dibandingkan dengan pengelasan TIG konvensional. Pada penelitian ini, dilakukan proses pengelasan pada Baja Tahan Karat SUS 304 dengan metode pengelasan Activated Flux Tungsten Inert Gas (A-TIG). Pengelasan dilakukan tanpa logam pengisi (autogenous). Fluks yang digunakan yaitu SiO2, TiO2, dan NSN308. Pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan struktur mikro dan komposisi kimia pada daerah lasannya. Pengujian struktur mikro dilakukan dengan metode metalografi pada hasil pengelasan dengan menggunakan mikroskop optik sementara pada pengujian komposisi kimia dilakukan dengan metode Energy-dispersive X-ray spectroscopy (EDS). Dari hasil pengujian metalografi ditemukan bahwa terjadi peningkatan jumlah δ-ferrite pada daerah weld metal dari semua pengelasan yang menggunakan fluks sementara pada daerah HAZ dan logam induk struktur mikro menunjukan butir austenite yang lebih halus jika dibandingkan dengan pengelasan yang dilakukan tanpa fluks. Komposisi kimia pada weld metal dari semua jenis pengelasan tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan pada kandungan unsur kimia.

Tungsten Inert Gas (TIG) welding is a type of electric arc welding that is widely used in industry because of its wide application and good process stability. However, the main disadvantage of TIG welding it is difficult to get deep penetration in single pass welding for plates over 6mm thick. Flux or A-TIG welding method was first developed at Paton Welding Institute in 1960, this method is capable to produce deeper penetration compared to conventional TIG welding. In this study, the welding process was carried out on SUS 304 Stainless Steel by using Activated Flux Tungsten Inert Gas (A-TIG) welding method. Welding was carried out without filler metal (autogenous). Fluxes used are SiO2, TiO2, and NSN308. Tests carried out to obtain the microstructure and chemical composition of the weld area. Microstructure testing was carried out by metallography using an optical microscope while chemical composition testing was done by Energy-dispersive X-ray spectroscopy (EDS). From the results of metallographic testing it was found that an increase in the amount of δ-ferrite in the weld metal region of all welding using flux, while in the HAZ and the base metal micro structure showed finer grain of austenite compared to welding carried out without flux. The chemical composition of weld metal of all types of welding does not show any significant difference in the content of chemical elements.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brian Hermawan
"ABSTRAK
Dalam beberapa kondisi lingkungan kerja atau fabrikasi, pengelasan harus
dilakukan dengan posisi yang berbeda-beda. Posisi pengelasan yang dimaksud
adalah pengelasan dengan posisi datar (flat welding, 1G), horizontal (horizontal
welding, 2G), dan vertikal (vertical up, 3G). Tiap posisi pengelasan memiliki
tingkat kesulitan tertentu khususnya karena pengaruh gravitasi pada kolam cairan
las maupun saat transfer material pengisi las dapat mempengaruhi masukan panas
yang dihasilkan. Demikian juga dengan ketebalan material yang di las dapat
bervariasi sesuai dengan kebutuhan desain, yang juga mempengaruhi kecepatan
pendinginan hasil las-lasan. Pada penelitian ini material yang disambung adalah
carbon steel A36 dan stainless steel 304 dengan menggunakan metode pengelasan
GTAW dengan filler ER 309L, kemudian dilakukan pengujian mekanis berupa uji
kekerasan, tarik, dan tekuk untuk mengetahui kualitas dari hasil sambungan las
logam yang berbeda tesebut. Dari hasil pengujian mekanis tersebut didapatkan
kualitas kekuatan tarik dan tekuk dari sambungan las yang dihasilkan cukup baik.
Sementara pada pengujian kekerasan didapatkan hasil kekerasan tertinggi pada
daerah HAZ stainless steel, hal ini akibat adanya endapan karbida khrom di batas
butir HAZ stainless steel. Sementara pada sisi logam carbon steel juga didapat
nilai kekerasan yang meningkat pada bagian HAZ nya, dikarenakan adanya
penghalusan butir dimana ukuran butir yang lebih kecil dan halus memilki nilai
kekerasan yang lebih tinggi. Banyaknya endapan karbida khrom dan kehalusan
butir yang terbentuk dipengaruhi oleh kecepatan pendinginan dan masukan panas
yang dihasilkan. Pada pengamatan struktur mikro hasil sambungan las ternyata
dihasilkan struktur mikro pada kolam las nya berupa struktur ferrite pearlite dan
austenite.

Abstract
In some work environments or conditions of fabrication, welding should
be done in different positions. The meaning of position welding in this study is the
welding of a flat position (flat welding, 1G), horizontal (horizontal welding, 2G)
and vertical (vertical up, 3G). Each position has a certain degree of difficulty of
welding, especially because of the influence of gravity on the liquid weld pool and
weld filler material transfer can affect the heat input. Likewise, the thickness of
material welded can be varied in accordance with design requirements, which
also affects the cooling rate of weld metal. In this study the material that have
joined is carbon steel A36 and stainless steel 304 using GTAW welding method
and ER 309L filler, then performed the mechanical testing of hardness, tensile,
and bending to know the quality of the welded joints of different metals. From the
mechanical test results obtained tensile strength and bending quality of welded
joints produced good enough. While the hardness testing results obtained was the
highest hardness in the HAZ stainless steel area, this is due to chromium carbide
precipitation at grain boundaries in stainless steel HAZ. While on the carbon steel
side also increased hardness values obtained in the HAZ, due to the refinement of
grain where the grain size is smaller and smoother have the higher hardness
values. The amount of chromium carbide precipitate and grain refinement formed
influenced by the cooling rate and heat input was generated. Observation of the
microstructure on the welded joints were generated structure of ferrite pearlite
and austenite in the microstructure of weld pool.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43560
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Trian Wahyu Ananda
"Pembangunan infrastruktur yang saat ini sedang berlangsung, banyak menggunakan material baja berkekuatan tinggi sebagai material utama dalam membangun infrastruktur-infrastruktur tersebut. Seperti contoh penggunaan baja SM570 untuk struktur jalan tol layang, dimana proses penyambungan antar struktur baja tersebut digunakan proses pengelasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kandungan nikel dalam kawat las terhadap struktur mikro dan sifat mekanik hasil pengelasan flux-cored arc welding baja SM570.
Penelitian ini menggunakan baja SM570-TMC sebagai bahan uji dengan dimensi 370mm (p) x 300mm (l) x 16mm (t). Pengelasan dilakukan menggunakan metode FCAW dengan gas pelindung CO2 (100%), dengan desain sambungan butt joint (V groove), posisi las 1G, dan variabel kandungan nikel kawat las 0,4%, 1%, dan 1,5%. Pengamatan metalografi dilakukan untuk melihat struktur mikro yang terbentuk pada kampuh las, HAZ, dan logam induk. Radiografi untuk melihat ada tidaknya cacat setelah pengelasan. Sedangkan untuk mengetahui sifat mekanis hasil lasan dilakukan pengujian kekerasan untuk melihat distribusi kekerasan pada kampuh las, HAZ, dan logam induk, uji tarik, uji ketangguhan impak Charpy pada variabel suhu 25°C, 0°C dan -20°C dan uji komposisi menggunakan OES, SEM/EDX.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekerasan tertinggi terdapat pada kandungan nikel 1% dengan nilai kekerasan 228 HV, diikuti oleh 1,5% (217 HV) dan 0,4% (193 HV). Kekuatan tarik tertinggi juga terdapat pada kandungan nikel 1% dengan 585 MPa, diikuti oleh 0,4% (578,5 MPa) dan 1,5% (575,5 MPa). Ketangguhan impak tertinggi juga terdapat pada kandungan nikel 1% (25°C = 186 J, 0°C = 171,5 J dan -20°C = 155 J), diikuti oleh 0,4% (178 J; 162,5 J; 127 J) dan 1,5% (108,5 J; 106,3 J; 77,9 J).

The highway and underway infrastructure development use high strength steel (HSS) as the main material in building these infrastructure. As an example SM570 steel for the structure of elevated toll roads, where the joining process between steel structures is used the welding process. Therefore, this study was conducted to determine how the effects of nickel content on welding wire to microstructure and mechanical properties in flux-cored arc welding SM570-TMC steel.
This study uses SM570 steel as a test material with dimensions of 370mm (p) x 300mm (l) x 16mm (t). Welding is carried out using the FCAW method with CO2 shielding gas (100%), with a butt joint (V groove) connection design, 1G (flat) welding position, and nickel welding wire variable 0,4%, 1% and 1,5%. Metallographic observations were carried out to see the microstructure formed in the weld metal, HAZ, and base metal. Whereas to determine the mechanical properties of welds, a micro hardness test was used to see the hardness distribution on weld metal, HAZ, and base metal. Radiography to see defects after welding process. The others are tensile test, impact toughness test at temperature variable 25°C, 0°C, and -20°C and composition test (using OES, SEM/EDX).
The test results show that the highest value of hardness occurs in the welding wire containing 1% (228 HV), followed by 1,5% (217 HV) and 0,4% (193 HV). Highest value of tensile strength also occurs in the welding wire containing 1% (585 MPa), followed by 0,4% (578,5 MPa) and 1,5% (575,5 MPa). Highest value of impact toughness also occurs in the welding wire containing 1% (25°C = 186 J, 0°C = 171,5 J and -20°C = 155 J), followed by 0,4% (178 J; 162,5 J; 127 J) and 1,5% (108,5 J; 106,3 J; 77,9 J).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febi Dwi Antony
"Dalam pengelasan dan tahapan fabrikasi, proses perbaikan pengelasan (repair welding) diperlukan untuk menghilangkan cacat pengelasan. Penelitian ini berfokus pada pengaruh pengelasan perbaikan berulang terhadap struktur mikro, sifat mekanik, dan ketahanan korosi pada lingkungan klorida dari Duplex Stainless Steel (DSS) UNS S31803. Pengelasan perbaikan menggunakan kombinasi pengelasan manual GTAW dan SMAW dilakukan sebanyak tiga kali dengan rata-rata masukan panas sebesar 1,5 – 1,8 KJ/mm. Adapun pengujian yang dilakukan antara lain uji kekerasan mikro Vickers, impak Charpy pada temperatur -40 °C, uji celup pada larutan FeCl3.6H2O serta uji polarisasi linier. Selanjutnya, pengamatan area hasil lasan dan terkorosi dilakukan menggunakan SEM serta karakterisasi komposisi kimia lokal menggunakan EDS.
Hasil pengujian mekanik menunjukkan bahwa pengelasan perbaikan berulang tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sifat mekanik. Sedangkan dari pengujian korosi didapatkan bahwa pengelasan perbaikan berulang menurunkan ketahanan korosi dari hasil lasan DSS ditandai dengan laju korosi tertinggi dan penurunan nilai potensial pitting (Epit) terbesar pada perbaikan ketiga. Lebih lanjut, pengamatan struktur mikro dilakukan pada hasil lasan dan area terkorosi untuk mengetahui pengaruh pengelasan perbaikan berulang pada DSS UNS S31803, mengingat sampai saat ini pengelasan perbaikan pada DSS dibatasi hanya diperbolehkan satu kali.

During welding and also in the stages of fabrication, welding repair required to eliminate the welding defects present. This paper focuses on the effect of multiple repair welding on microstructure and mechanical properties of Duplex Stainless Steel UNS S31803. Three times welding repair were performed using combination of GTAW and SMAW with average of heat input around 1.5-1.8 kJ/mm. After welding, the test samples were prepared for microhardness test, Charpy impact test, weight loss test in FeCl3.6H2O linier polarization test, and SEM/EDS examinations.
The results showed that multiple repair welding has no significant effect to the mechanical properties, which indicated by no noticeable increment or reduction of Charpy impact value neither Vickers microhardness between each welding repair. For corrosion point of view, the third repair experienced the significant weight loss and highest reduction of Epit. Furthermore, the morphology of microstructure and corroded area in weld metal and heat affected zone were also investigated to achieve more understanding regarding the effect of multiple repairs to the properties of Duplex weldment. Bearing in mind that at the moment, carrying out just one repair per welded joint for Duplex Stainless Steel is advised as the limiting condition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51850
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>