Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139260 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ficita Verdiana
"ABSTRAK
Beberapa tahun terakhir budaya popular Korea (hallyu) berkembang dengan sangat pesat di Indonesia. Segala aspek yang dibawa hallyu cukup bisa diterima di Indonesia, seperti musik, film, busana, makanan, hingga wisata. Hal ini terlihat dari jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Korea Selatan. Hal ini tidak luput dari peran media massa yang mempromosikan citra kebudayaan Korea Selatan dalam bentuk tulisan atau artikelnya. Dengan adanya promosi mediamassa, wisatawan dapat dengan mudahmemperkirakanlokasi tujuan wisata yang akan dikunjungi. Tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk menganalisis citra kebudayaan Korea mempengaruhi kunjungan turis Indonesia ke Korea dalam media massa Indonesia dan untuk mengetahui peran institusi wisata Korea dalam meningkatkan kunjungan wisatawan ke Korea. Metode yang digunakan adalah metode penelitan kualitatif, dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber buku, jurnal, dan internet. Hasil temuan dari penelitian ini adalah secara tidak langsung media massa memiliki peran sebagai agen promosi wisata dalam peningkatan jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Korea Selatan dan usahapromosi institusi wisata Korea Selatan dalam mendukung peningkatan jumlah wisatawan ke Korea.

ABSTRACT
In the past few years, the developing of hallyu in Indonesia are raising rapidly. The aspects that hallyu brought are quite acceptable in Indonesia, such as music, film, fashion, food, and tourism. We can see it from the graphic about tourists from Indonesia that visited South Korea are increased a lot. This could be a role of media that showed South Korea cultural imagery in the form of writings. With the presence of media, tourists can easily imagine the tourist location that is described in the articles. The purpose of writing this journal is to see how the cultural image of Korea affects Indonesian tourist to visit Korea that shown in Indonesian media and to find out the role of the Korean tourist institutions to help the increasing visits of tourists to Korea. Method used in the writing of this paper is the qualitative with collecting the data from books, journals, and internet. The findings of this study indicate that the media has a role as an agent for the promotion of tourism to increase the visits of tourist from Indonesia to South Korea and there is some work done by Korean tourism institution to supports it."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Alifah
"Korea Selatan memulai film-tourism di tahun 2004 dengan memanfaatkan adanya kepopuleran Hallyu di masa itu. Kepopuleran Hallyu, khususnya drama Korea di mancanegara turut berperan dalam mempromosikan Korea Selatan dalam hal pariwisata. Secara tidak langsung, hal ini dibuktikan dengan tidak sedikit lokasi syuting drama Korea populer yang dijadikan objek wisata. Nami Island dan Taman Yongin Daejanggeum merupakan dua contoh objek wisata yang awalnya merupakan lokasi syuting drama Korea populer yang tayang di tahun 2002. Tujuan dari penelitian ini untuk membahas motivasi perjalanan wisatawan Indonesia dalam melakukan film-tourism ke Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam (in-depth interview) dengan enam orang informan wisatawan Indonesia yang pernah mengunjungi lokasi syuting drama Korea populer antara tahun 2017-2019. Melalui penulisan ini ditemukan bahwa para informan memiliki motivasi fantasi yaitu ingin melepas rutinitas keseharian yang menjemukan dan mencari kepuasan dalam diri. Selain itu, kegiatan film-tourism ini juga mencerminkan esteem needs (kebutuhan harga diri) karena munculnya rasa puas telah mencapai suatu target, yaitu merasakan menjadi pemeran utama dalam drama.

South Korea started film-tourism in 2004 by utilizing the popularity of Hallyu at the time. The popularity of Hallyu, particularly of Korean dramas in many countries, plays a role in promoting South Korea in terms of tourism. This is indirectly proven by the fact that many popular Korean drama shooting locations have become tourist attractions. Nami Island and Yongin Daejanggeum Park are examples of tourist attractions that were originally the shooting locations for popular Korean dramas in 2002. The purpose of this study is to discuss the influence of Korean dramas on the motivation of Indonesian tourists to travel to South Korea. This study uses the qualitative method with an in-depth interview technique with six Indonesian tourist informants who have visited the shooting locations of popular Korean dramas between 2017-2019. In this study, it was found that the informants had fantasy motivations, namely wanting to let go of the boring daily routine and looking for satisfaction within themselves. In addition, this film-tourism activity also reflects esteem needs because the emergence of a sense of satisfaction for having reached a target, which is to feel like being the main character in a drama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kalya Sabina Islamadina
"Dengan pengaruh budaya industri hiburan Korea Selatan yang semakin besar, penelitian ini digunakan untuk melihat bagaimana dampak dari figur-figur di dalam budaya Korean Wave dapat mempengaruhi persepsi masyarakat dunia terhadap Korea Selatan sebagai suatu tempat destinasi. Terutama di Indonesia dimana budaya Korean Wave merupakan salah satu bentuk penetrasi budaya luar terbesar. Begitu pula dengan perkembangan teknologi yang memperkenalkan dunia kepada Celebrity Endorsement. Dengan adanya Celebrity Endorsement, masyarakat dunia maupun di Indonesia menjadi jauh lebih mudah untuk dipengaruhi. Tanpa disadari ataupun tidak, masyarakat dunia telah dipengaruhi oleh Celebrity Endorsement, beserta figur-figur yang melakukan Celebrity Endorsement tersebut. Menggabungkan figur-figur di dalam budaya Korean Wave dengan Celebrity Endorsement, menciptakan sebuah bentuk promosi, baik secara langsung ataupun tidak langsung, yang efektif dan memiliki pengaruh besar. Hal tersebut disebabkan oleh Parasocial Relationship (PR) dan juga Connectedness (CE) yang dimiliki oleh penggemar budaya Korean Wave dengan idola yang digemarinya. Penelitian ini adalah bentuk penelitian lanjutan dari penelitian-penelitian terdahulu, mengenai pengaruh yang dimiliki oleh para figur dalam budaya Korean Wave ini, terhadap pembangunan persepsi masyarakat Indonesia terhadap Destination Image masyarakat Indonesia ke Korea Selatan sebagai suatu tempat destinasi, dengan mediasi Celebrity Endorsement.

With the growing influence of South Korea's entertainment industry, this research aims to examine how figures within the Korean Wave culture impact the global perception of South Korea as a travel destination. Particularly in Indonesia, the Korean Wave represents one of the largest forms of cultural penetration from abroad. Aside from global penetration, technological advancements have also introduced the world to Celebrity Endorsement. With Celebrity Endorsement, it has become much easier for both the global and Indonesian communities to be influenced. Consciously or not, the global community has been influenced by Celebrity Endorsement and the figures performing these endorsements. Combining figures from the Korean Wave culture with Celebrity Endorsement creates a form of promotion, both direct and indirect, that is effective and has a significant impact. This is due to the Parasocial Relationship (PR) and Connectedness (CE) that Korean Wave fans have with their idols. This research is a continuation of previous studies on the influence of figures within the Korean Wave culture on shaping the perception of the Indonesian community towards the Destination Image of South Korea as a travel destination, mediated by Celebrity Endorsement."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Tsani Almasah
"Industri budaya populer Korea Selatan telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa jika dibandingkan pada awal perkembangannya di tahun 2000-an. Meskipun telah banyak penelitian yang memberikan wawasan mengenai hubungan antara budaya populer dan pariwisata, masih sedikit yang membahas mengenai bagaimana industri budaya populer Korea Selatan berperan dalam membentuk dan mengubah citra negaranya. Penelitian ini kemudian hadir untuk mengonfirmasi hubungan antara budaya populer Korea Selatan (Hallyu) dengan citra negara Korea Selatan dengan menggunakan musik (K-Pop), serial drama (K-Drama), dan film Korea Selatan sebagai objek penelitiannya. Survei diikuti oleh 280 responden usia sekolah menengah atas (perempuan = 66,1%) yang familiar dengan budaya populer Korea Selatan. Temuan menunjukkan bahwa Hallyu berpengaruh terhadap citra negara Korea Selatan. Akan tetapi, hasil dari uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa Hallyu bukanlah faktor pemengaruh satu-satunya dalam pembentukan citra negara Korea Selatan (R2 = 36,8%).

South Korea's popular culture industry has seen tremendous growth compared to its early development in the 2000s. While studies have provided many insight into the relationship between popular culture and tourism, little has been discussed about how South Korea's popular culture industry plays a role in shaping and changing its country's image. This research is then aimed to confirm the relationship between South Korean popular culture (Hallyu) and the country image of South Korea by using music (K-Pop), drama series (K-Drama), and South Korean films as the research objects. Valid survey responses were collected from 280 high school students respondents (female = 66,1%) who are familiar with South Korean popular culture. The findings showed that Hallyu has an effect on the country's image of South Korea. However, the coefficient of determination analysis test shows that Hallyu is not the only influencing factor that could contribute to South Korea's country image (R2 = 36,8%)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Tsani Almasah
"Industri budaya populer Korea Selatan telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa jika dibandingkan pada awal perkembangannya di tahun 2000-an. Meskipun telah banyak penelitian yang memberikan wawasan mengenai hubungan antara budaya populer dan pariwisata, masih sedikit yang membahas mengenai bagaimana industri budaya populer Korea Selatan berperan dalam membentuk dan mengubah citra negaranya. Penelitian ini kemudian hadir untuk mengonfirmasi hubungan antara budaya populer Korea Selatan (Hallyu) dengan citra negara Korea Selatan dengan menggunakan musik (K-Pop), serial drama (K-Drama), dan film Korea Selatan sebagai objek penelitiannya. Survei diikuti oleh 280 responden usia sekolah menengah atas (perempuan = 66,1%) yang familiar dengan budaya populer Korea Selatan. Temuan menunjukkan bahwa Hallyu berpengaruh terhadap citra negara Korea Selatan. Akan tetapi, hasil dari uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa Hallyu bukanlah faktor pemengaruh satu-satunya dalam pembentukan citra negara Korea Selatan (R2 = 36,8%).

South Korea's popular culture industry has seen tremendous growth compared to its early development in the 2000s. While studies have provided many insight into the relationship between popular culture and tourism, little has been discussed about how South Korea's popular culture industry plays a role in shaping and changing its country's image. This research is then aimed to confirm the relationship between South Korean popular culture (Hallyu) and the country image of South Korea by using music (K-Pop), drama series (K-Drama), and South Korean films as the research objects. Valid survey responses were collected from 280 high school students respondents (female = 66,1%) who are familiar with South Korean popular culture. The findings showed that Hallyu has an effect on the country's image of South Korea. However, the coefficient of determination analysis test shows that Hallyu is not the only influencing factor that could contribute to South Korea's country image (R2 = 36,8%)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triza Mudita
"Tujuan dari penelitian adalah memahami komponen kognitif (kompetensi dan kehangatan) dan komponen afektif (kekaguman, merendahkan, iri dan kasihan) dalam citra negara (country image/CI), dan hubungannya dengan citra produk negara (product country image/PCI), ekspektasi terhadap produk luar negeri (expectation of foreign product/EFP), dan kesediaan membeli (willingness to buy/WTB). Riset ini dilaksanakan menggunakan desain riset deskriptif cross-sectional untuk menguji hubungan antar variabel. Data dikumpulkan menggunakan metode survei dengan memanfaatkan mahasiswa sebagai sampel. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisa regresi. Model konseptual mengaplikasikan BIAS Map dalam konteks citra negara. Penelitian ini menggunakan negara Korea Selatan sebagai obyek penelitian, khususnya makanannya. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa kehangatan memiliki peranan penting dalam model penelitian; kegaguman merupakan satu-satunya komponen afektif yang mempengaruhi kesediaan membeli; dan ekspektasi terhadap produk luar negeri telah berhasil dimasukkan ke dalam model. Temuan dari penelitian bermanfaat bagi perusahaan internasional yang menggunakan asosiasi negara asal produk (country of origin/COO) sebagai alat promosi pemasaran.

The purpose of this study is to recognize the cognitive components (competence and warmth) and affective components (admiration, contempt, envy and pity) of country image (CI), and its relation to product country image (PCI), expectation of foreign product (EFP), and willingness to buy (WTB). The research is conducted using single cross-sectional descriptive research design to test relationships between the variables. The data is collected using survey method with university students as sample. The hypotheses are tested using regression analysis. The conceptual model is applying the BIAS map on country image context. The research is using South Korea as the research object, specifically on Korean food. The result shows that warmth plays important role in the model; admiration is the only affective component that influence willingness to buy; and expectation of foreign product is successfully added into the model. The findings in the research is beneficial for international companies that are using country of origin (COO) association as a promotional marketing tool."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Allya Shafira
"K-POP merupakan salah satu media yang efektif dalam menjalankan diplomasi budaya Korea Selatan dengan negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Dalam 5 tahun terakhir, beberapa e-commerce indonesia menghadirkan acara yang menampilkan para artis K-POP, sehingga masyarakat indonesia semakin akrab dengan hal-hal yang berkaitan dengan K-POP dan Korean Wave. Penelitian ini menjelaskan peran e-commerce Indonesia dalam memperluas keefektifan diplomasi budaya Korea Selatan di Indonesia. Dengan memfokuskan pada kehadiran para artis K-POP di Indonesia, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran E-commerce, khususnya Shopee Indonesia dan Tokopedia, dalam diplomasi budaya Korea Selatan di Indonesia. Metode penelitian yang diterapkan adalah deskriptif-analisis. Penelitian ini menemukan bahwa E-commerce Indonesia berkontribusi penting dalam pembentukan persepsi positif masyarakat Indonesia terhadap Korea Selatan dengan memfasilitasi kegiatan diplomasi budaya dan mengemasnya dalam kegiatan yang dapat menghibur masyarakat Indonesia. Ditemukan juga bahwa tingkat penggunaan media sosial di Indonesia memiliki pengaruh dalam memicu fenomena keterlibatan e-commerce Indonesia dalam pelaksanaan diplomasi budaya Korea Selatan di indonesia.

K-POP is one of the leading media used by the South Korean government to implement cultural diplomacy with countries in the world, including Indonesia. In the last 5 years, several Indonesian e-commerce companies have presented events featuring K-POP artists, which made K-Pop and Korean Wave became increasingly familiar to the Indonesian public. This study aims to explain the role of Indonesian e-commerce in enhancing the effectiveness of South Korean cultural diplomacy in Indonesia. By focusing on the presence of K-POP artists in events held by Shopee Indonesia and Tokopedia, this research aims to analyze their role in South Korean cultural diplomacy in Indonesia. The research method applied is descriptive-analysis. The findings show that Indonesian e-commerce have made significant contributions to the Indonesian public's positive perceptions of South Korea by facilitating cultural diplomacy activities and packaging them in activities that Indonesian people would find entertaining. Statistics on social media usage in Indonesia also have an influence on the phenomenon of Indonesian e-commerce involvement in the implementation of South Korean cultural diplomacy in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Katherine Viella Irwanto
"Kunjungan ke Kuil Yasukuni oleh aktor pemerintah Jepang adalah titik perselisihan yang hingga sekarang mengganggu hubungan bilateral dengan Korea Selatan. Sejak tahun 1985, Korea Selatan menyuarakan protes diplomatik untuk mengutarakan kekecewaannya. Hal ini karena bagi Korea Selatan, Yasukuni adalah simbol militerisme dan tradisi penghormatan adalah bentuk ketidakjeraan Jepang atas kejahatan masa perangnya. Namun, apabila ditinjau secara rinci, ada variasi yang cukup prominen di sikap protes dari masa ke masa. Ini adalah sebuah anomali karena sejarah kolonisasi oleh Jepang adalah bagian yang sangat penting dari prosesnation-building Korea Selatan. Tidak hanya itu, pemerintahnya juga berulang kali menegaskan prinsip menegakkan sejarah atas upaya-upaya revisionisme oleh Jepang. Peristiwa ini mengindikasikan ada kalkulasi strategis lain yang menyebabkan protes menjadi variatif. Penelitian ini menerapkan pendekatan Realisme Neoklasik dan menganalisis temuan menggunakan causal-process tracing. Variabel yang digunakan adalah faktor sistemik internasional dan domestik di Korea Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di periode dependensi Korea Selatan terhadap Jepang, faktor sistemik sangat berpengaruh di balik pelemahan protes. Sementara itu, setelah dependensi memudar, faktor domestik yang berperan dominan dalam menyebabkan protes menjadi inkonsisten.

Visits by Japanese officials to the Yasukuni Shrine remains contentious and straining bilateral relations with South Korea. Since 1985 onwards, South Korea has voiced diplomatic protests to express its disappointment. To South Korea, Yasukuni symbolises Japan’s past militarism and, thus, the tradition is seen as Japan’s lack of remorse for its wartime crimes. However, upon a closer excogitation, the protests vary over time. This is an anomaly for Japanese colonisation is a crucial part in South Korea’s nation-building process. Furthermore, the South Korean government repeatedly emphasises a firm principle of upholding the correct understanding of history against Japan’s revision moves. These events indicate an underlying strategic calculation behind the varying protest. This research applies the Neoclassical Realism approach and proceeds the analysis using causal-process tracing method. The variables observed are international systemic and domestic factors in South Korea. The results suggest that during the period of South Korea’s heavy dependency on Japan, international systemic factors were the most influential behind the moderated protests. Meanwhile, after the dependency diminished, domestic factors have continued to play a dominant role in causing the inconsistent protests. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Fenomena “Korean Wave” yang dibantu oleh praktek PR pemerintah merubah
persepsi khalayak akan Korea sebagai negara dan tempat wisata. Dengan
pendekatan kualitatif dan paradigm constructivism, studi ini memberikan
gambaran peran budaya populer Korea Selatan/ hallyu (terutama drama televisi)
dalam citra negara. E-ELM menunjukkan bahwa narasi dan karakter pada drama
sebagai bentuk Entertainment Education dapat membentuk citra negara Korea
Selatan. Hallyu juga menghasilkan star system yang memperkuat persuasi
pemerintah dalam menciptakan understanding, trust, dan favorable image., The worldwide “Korean Wave” phenomena fuelled by PR practices by the
government has changed people’s perceptions of and intention to visit South
Korea. Using qualitative approach and constructivism paradigm, the purpose of
this paper is to picture the role of Korean popular culture/ hallyu (especially TV
drama) in the country image. Applying E-ELM, this study found that narratives
and character in TV drama, as a form of Entertainment Education, affect viewer’s
drama preferences and curiosity regarding South Korea. Hallyu also creates star
system, which helps government’s effort of persuading worldwide viewers to gain
understanding, trust, and favorable image.]"
[, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia], 2016
S62030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raudhia Rizki Alifa
"ABSTRAK
Korea Selatan merupakan salah satu contoh negara yang telah sukses membangun citra nasional positif secara global dengan penyebaran budaya populer melalui hallyu. Namun, kepopuleran hallyu tidak memberikan pengaruh yang signifikan akan ketertarikan minat warga asing terhadap makanan Korea atau hansik. Pada tahun 2009, pemerintah Korea Selatan pun meluncurkan program Global Hansik sebagai strategi untuk mempopulerkan hansik di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan memaparkan strategi diplomasi budaya Korea Selatan di Indonesia melalui global hansik. Penelitian ini merupakan studi literatur dengan metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah Korea Selatan menjalankan empat strategi untuk meningkatkan citra nasionalnya di Indonesia melalui global hansik, yaitu: (1) penyelenggaraan festival makanan Korea secara rutin, (2) pembuatan drama mini bertemakan makanan yang diperankan oleh orang Indonesia dan artis Korea, (3) bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia, dan (4) penerbitan buku panduan restoran Korea di Jakarta.

ABSTRACT
South Korea is one example of a country that has successfully built a positive national image globally with the spread of popular culture through hallyu. However, the popularity of hallyu did not give a significant influence on the interest of foreigners to Korean food or hansik. In 2009, the South Korean government launched the Global Hansik] program as a strategy to popularize hansik worldwide, including in Indonesia. The purpose of this research is to identify and explain South Koreas cultural diplomacy through global hansik towards enhancing its national image in Indonesia. This research is a literature study with qualitative descriptive analysis method. The results of this study shows that the South Korean government runs four strategies to enhance the national image of Korea in Indonesia through global hansik, namely: (1) regularly holding Korean food festivals), (2) making food-themed mini drama played by Indonesians and Korean actors, (3) working with Indonesian Ulema Council, and (4) publishing Korean restaurant guidebooks in Jakarta.

"
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>