Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95065 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Titi Gunita Dyana Kumara
"ABSTRACT
Penelitian ini mengupayakan untuk melakukan verifikasi MU teknik IMRT melalui pendekatan yang disederhanakan dalam bentuk lapangan segmental. Penyederhanaan metode verifikasi MU teknik IMRT dapat dimungkinkan terjadi peningkatan error MU hingga mendekati batas acuan ±3.5%. Proses verifikasi MU secara bertahap dilakukan pada lapangan standard dan blok (non-treatment) kemudian pada perencanaan 3 pasien kanker payudara dan 2 pasien kanker serviks yang menggunakan teknik IMRT (lapangan treatment). Menggunakan Matlab, MU dari data yang terekam pada TPS Eclipse dapat diproses dengan menggunakan kalkulasi sesuai AAPM TG-71, kemudian nilai error MU tersebut diverifikasi setiap segmennya. Hasil verifikasi MU pada lapangan non-treatment sangat baik, memberikan rata-rata error MU ±0.7% dengan threshold ±(3-5) %, namun pada teknik IMRT mencapai nilai ±(50-80)% yang terpaut jauh dari threshold ± 3.5%. Nilai error MU teknik IMRT yang sangat besar diakibatkan oleh bukaan MLC pada lapangan segmental sangat kecil dan tersebar acak yang memengaruhi pemilihan titik tinjau dan equivalent square menjadi tidak tepat. Oleh karena itu metode dan kalkulasi pada penelitian ini disarankan hanya digunakan untuk verifikasi MU non-IMRT, lebih tepatnya untuk lapangan sederhana, sedangkan untuk verifikasi MU pada teknik IMRT diperlukan metode dan kalkulasi yang lain.

ABSTRACT
In this thesis, we assess MU verification independently for IMRT treatment techniques by simplifying the calculation on its segmental fields. Due to simplification, the result on IMRT MU verification may increase MU error near its threshold (±3.5%). The process of verification is done systematically on standard and blocked field (non-treatment) and then on patient planning which consists of 3 breast cancer and 2 cervix cancer patients with IMRT techniques. We process patient data from TPS Eclipse(TM) using Matlab(c) and calculate it by AAPM TG-71 algorithm, so then its MU error can be verified for each segment. The result of MU verification on non-treatment fields is decent which averaged on ±0.7% with a threshold of ±(3-5)%. However, on IMRT techniques reaches the value of ±(50-80)%, which considerably high considering its limit is ± 3.5%. High MU error on IMRT techniques is due to MLC opening of segmental fields are small and scattered that lead to inaccuracy of control point selection and equivalent square value. Consequently, methods and calculation on this thesis only suggested for MU verification on non-IMRT fields, especially standard fields, while MU verification of IMRT fields considered to have a more advanced method."
Lengkap +
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Azzi
"Pesawat linear accelerator (LINAC) dengan modalitas tanpa filter perata atau disebut dengan flattening filter free (FFF) telah terpasang di Indonesia. Karakteristik berkas foton pada material homogen dan heterogen LINAC FFF dipelajari pada penelitian ini. Kami menggunakan tiga pembanding, yaitu pengukuran pada phantom dengan menggunakan detektor film radiochromic, simulasi Monte Carlo, dan kalkulasi pada treatment planning system (TPS) dengan algoritma analytical anisotropic algorithm (AAA). Simulasi Monte Carlo dilakukan pada serangkaian perangkat lunak EGSnrc, DOSXYZnrc, dan MATLAB untuk menghasilkan data karakteristik berkas sinar-X FFF. Karakteristik berkas pada fantom homogen menunjukkan bahwa persentase dosis yang diterima permukaan meningkat sebesar 0.7 mm pada LINAC FFF dibandingkan dengan LINAC standar (WFF). Pada lapangan 10×10 cm2, terdapat penajaman penumbra dengan rasio WFF : FFF adalah 1 : 1.18, selain itu perbedaan dosis pada lapangan kecil antara TPS, simulasi dan pengukuran meningkat tajam seiring dengan penyempitan lapangan radiasi. Karakteristik berkas pada sumbu utama setelah melewati fantom inhomogen berbentuk segitiga dan slab tidak berbeda secara signifikan, tetapi perbedaan terlihat pada sumbu off axis hingga 6% karena pengaruh bidang miring dari material segitiga. Koreksi perturbansi setelah melewati material inhomogen udara dan ekuivalen tulang secara berturut-turut adalah 1.26 dan 0.88.

Linear accelerator (LINAC) without flattening filter modalities or called flattening filter free (FFF) has been installed in Indonesia. Photon characteristics of LINAC FFF in homogeneous and heterogeneous materials were evaluated in this study. We used three comparators, i.e. measurements on phantom using radiochromic film detectors, Monte Carlo simulations, and calculations on treatment planning system (TPS) in which anisotropic algorithm algorithm algorithm (AAA) was implemented. Monte Carlo simulations were performed on EGSnrc, DOSXYZnrc, and MATLAB software to generate FFF X-ray characteristic data. Photon beam characteristics in the homogeneous phantom indicate that the maximum relative dose was shifted by 0.7 mm to the surface in LINAC FFF compare to standard LINAC (WFF). On the field size of 10 × 10 cm2, there is a penumbra sharpening with a ratio of WFF: FFF is 1: 1.18. Besides, the difference in the small field between TPS, simulation, and measurements were sharpened along with the narrowing of the radiation field. Beam characteristics on the central axis after throughout the triangle shaped and slab inhomogeneity material was not significantly differed. However, the difference in perturbation ratio was seen along the off-axis up to 6% on the triangle shaped inhomogeneity material. Perturbation correction surroundings air and bone equivalent material is 1.26 and 0.88, respectively."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T50805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Luvaridian
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik berkas foton 6 MV pada lapangan non standar pesawat Linier Accelerator Varian iX dan TomoTherapy HiArt melalui parameter-parameter pengukuran seperti PDD, , profil berkas, dan faktor keluaran. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan 3 dosimeter, yaitu film gafchromic EBT 3, bilik ionisasi CC01 dan bilik ionisasi CC13. Evaluasi pengukuran PDD dilakukan dengan menentukan nilai dan menghitung nilai Profil dosis dianalisa berdasarkan nilai FWHM, penumbra, flatness, dan symmetry. Nilai faktor keluaran lapangan msr dibandingkan dengan hasil faktor keluaran pada lapangan referensi 10 10 cm2. Hasil pengukuran FWHM berkas profil menunjukkan bahwa nilai FWHM semakin besar seiring dengan semakin lebarnya ukuran lapangan dan semakin bertambah kedalamannya. Hasil pengukuran semakin bertambah seiring semakin besarnya luas lapangan berkas yang digunakan. Nilai faktor keluaran semakin besar seiring dengan pertambahan luas lapangan berkas. Perhitungan nilai menunjukkan peningkatan dengan bertambahnya luas lapangan. Penggunaan detektor bilik ionisasi CC01 dinilai paling baik dalam pengukuran pada lapangan non standar 5 10 cm2, 10 5 cm2, dan 6.6 6.6 cm2 karena efek volume yang terjadi pada bilik ionisasi CC01 tidak terlalu mempengaruhi hasil pengukuran.

The purpose of this study was to determine PDD, dose profile, and output factor measurement on non standard field generated by 6 MV linear accelerator and TomoTherapy HiArt. The detectors used in this research are Gafchromic Film EBT 3, ionization chamber CC01, and ionization chamber CC13. This research was aimed to determine the characteristic of 6 MV photon beam in Linac Varian iX nonstandard field and TomoTherapy HiArt machine spesific reference msr field. PDD measurements evaluation has been done by determining the value of and calculate the value. Dose profile was analyzed based on the value of FWHM, penumbra, flatness, and symmetry. The output factor value in the msr field are compared to the output factor value in the reference field 10 10 cm2. The FWHM measurement of the profile shows that the FWHM increases with the width and depth of field size. The result of measurement shows that the increases with the width of field size. The ouput factor measurement shows that it values increases with the field size, and also increases with depth when measured using TomoTherapy machine using Gafchromic EBT 3 Film. The calculation of shows that the increases with field size. For the 5 10 cm2, 10 5 cm2, and 6.6 6.6 cm2 msr field, the use of CC01 ionization chamber is very recommended because it does not too affected by the volume averaging so that, the measurement values are not underestimated.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aini
"Konsep penyinaran radiasi pada kasus kanker paru-paru menggunakan teknik perencanaan IMRT umumnya dikendalikan otomatis oleh komputer. Suatu perencanaan IMRT masih melibatkan langkah-langkah non intuitif, iteratif menyesuaikan keputusan subjektif perencana berdasarkan pendekatan trial and error. Guna mempermudah seorang perencana radioterapi melakukan optimasi suatu perencaan IMRT pada kasus kanker paru-paru, digunakan metode neural network untuk memprediksi distribusi dosis berdasarkan data perencanaan sebelumnya. Tujuan dari penggunaan metode neural network ini yakni untuk memprediksi distribusi dosis pada volume PTV dengan validasi pada perencanaan sebelumnya, juga memprediksi distribusi dosis untuk dosis yang mencover 95% volume target. Sehingga hal ini dapat mempermudah seorang perencana mengambil keputusan secara objektif. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kualitas perencanaan yang dihasilkan berdasarkan pemodelan neural network memiliki tingkat homogenitas (HI) yaitu 0,09 ± 0,02 dan tingkat konformitas (CI) yaitu 1,2 ± 0,27. Dengan mempertimbangkan rata-rata distribusi dosis rata-rata yang diterima OAR seperti paru-paru kanan sebesar 0,20 ± 0,15, paru-paru kiri 0,18 ± 0,15, Jantung 0,16 ± 0,09 dan Spinal Cord 0,17 ± 0,09

The concept of irradiation in lung cancer cases using IMRT planning techniques is generally controlled automatically by a computer. An IMRT plan still involves non-intuitive steps, iteratively adjusting the planner's subjective decisions based on a trial-and-error approach. The neural network method was used to predict the dose distribution based on the prior planning data to make it simpler for a radiotherapy planner to decide on an IMRT plan in cases of lung cancer. The goal of applying this neural network method is to predict the dose distribution for doses that cover 95% of the target volume as well as the dose distribution in the PTV volume with validation in the prior plan. As a result, a planner may find it simpler to make decisions that are objective. The results obtained indicate that the quality of planning produced based on neural network modelling has a homogeneity index (HI) of 0,09 ± 0,02, and the conformity index (CI) of 1,2 ± 0,27. Since the average dose received by OAR is taken into consideration, the right lung receives 0,2 ± 0,15, the left receives 0,18 ± 0,15, the heart receives 00,16 ± 0,09, and the spinal cord receives 0,17 ± 0,09."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Teguh Syahrizal
"Perencanaan klinis untuk pengobatan radioterapi memainkan peran krusial dalam memaksimalkan manfaat pemberian radiasi terapi dan menjamin keselamatan pasien. Pada penelitian ini 60 data treatment planning intensity-modulated radiation therapy (IMRT) dari Rumah Sakit MRCCC Siloam Hospital digunakan dalam model pembelajaran machine learning dengan menggunakan algoritma random forest. Data perencanaan radioterapi berupa radiomic dan dosiomic yang telah dinormalisasi diteliti dengan model algorimta random forest. Hasil evaluasi penelitian menunjukkan model random forest dapat memprediksi distribusi dosis pada kasus kanker paru dengan Mean Squared Error (MSE) sebesar 0,0214. Nilai Homogeneity Index (HI) dan Conformity Index (CI) pada hasil prediksi model random forest adalah 0,087±0,004 dan 0,983±0,003 secara berturut-turut, sementara dari perencanaan klinik diperoleh 0,082±0,025 dan 0,978±0,037 dengan nilai p-value pada PTV and OAR > 0,05 yang menunjukkan bahwa model random forest efektif dan mimiliki performa yang baik dalam memprediksi dosis pada PTV dan OAR pada kasus kanker paru.

Clinical planning for radiotherapy treatment plays a crucial role in maximizing the benefits of radiation therapy and ensuring patient safety. In this study, 60 intensity-modulated radiation therapy (IMRT) treatment planning data from MRCCC Siloam Hospital were used in a machine learning model using the random forest algorithm. Radioteraphy treatment plan data, radiomic and dosiomic, are normalized and to be learned by random forest model algorithm. Model evaluation results showed that dose distribution predicted by random forest model had a Mean Squared Error (MSE) of 0.0214. Homogeneity Index (HI) and Conformity Index (CI) values for predicted results were 0.087±0.004 and 0.983±0.003, respectively, while the clinical data were 0,082±0,025 and 0,978±0,037, with p-values for PTV and OAR > 0.05, which concludes that random forest model had a good performance and were effective in lung cancer PTV and OAR dose prediction.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Indah Lestari
"ABSTRAK
Film gafchromic EBT3 merupakan salah satu dosimeter yang paling umum digunakan dalam proses verifikasi dosis pada radioterapi. Hal itu disebabkan oleh karakteristik yang dimiliki oleh gafchromic yaitu memiliki resolusi spasial yang tinggi, ekuivalen dengan jaringan tubuh manusia dan sensitif terhadap dosis. Artefak bergabung dengan kedua orientasi film sehingga menimbulkan fenomena hamburan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis efek dari cahaya terpolarisasi pada respon flatbed scanner yang disebabkan oleh film Gafrchromic EBT3, mengetahui pengaruh dari penambahan polarizer terhadap dosimetri radiasi dan implementasinya pada kasus radioterapi. Penelitian ini menggunakan film gafchromic EBT3 dan scanner Epson V700 dan penggunaan polarizer untuk analisis efek parabola. Film diiradiasi dengan 6 MV foton dari akselerator Varian dengan slab phantom. Kemudian dilakukan scanning dengan penambahan polarizer untuk beberapa konfigurasi. Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah image J dan matlab.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa polarizer memberikan pengaruh terhadap nilai dmax, dengan nilai tertinggi pada konfigurasi polarizer down dan error sebesar + 14%, sedangkan error terkecil pada konfigurasi Polarizer down sebesar + 1,2%. Selain itu penentuan posisi referensi untuk orientasi sudut menghasilkan nilai maksimum pada sudut 90o. Respon lateral yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa konfigurasi hanya EBT3 memiliki bentuk parabola negatif dan semakin bertambah dengan kenaikan dosis yang diberikan sampai dengan 8 Gy. Perhitungan gamma index 3% / 3 mm memberikan hasil konfigurasi P0U memiliki nilai yang paling besar dibandingkan dengan konfigurasi yang lainnya yaitu sebesar 86,52%.

ABSTRACT
EBT3 gafchromic film is one of the most common dosimeters used in the dose verification process in radiotherapy. This is due to the characteristics possessed by the gafchromic that has a high spatial resolution, equivalent to human body tissue and sensitive to the dose. When scanning films using scanners, light scattering achieves linear CCD cameras causing a non-uniform response. Artifacts join the second film orientation resulting in a scattering phenomenon. The study used EBT3 gafchromic film and Epson V700 scanner and polarizer use for parabolic effect analysis. The film is irradiated with 6 MV photons of the Varian accelerator with a phantom slab. Then scanning with the addition of polarizer for some configuration. The software used in this research is image J and matlab.
The results of this study indicate that the polarizer has an effect on the dmax value, with the highest value in the polarizer down and error configuration of + 14%, while the smallest error in the Polarizer down configuration is + 1.2%. In addition the positioning of the reference for angle orientation gives the maximum value at an angle of 90°. The lateral response obtained in this study indicates that the only configuration of EBT3 has a negative parabolic form and is increasing with increasing doses up to 8 Gy. Calculation of gamma index 3% / 3 mm gives result of configuration P0U has biggest value compared with other configuration that is equal to 86,52%.
"
Lengkap +
2017
T49225
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nikita Ciamaudi
"Reaksi fotoneutron adalah salah satu reaksi inti yang terjadi pada kepala linac, baik pada linac berkas foton ataupun berkas elektron. Reaksi fotoneutron menghasilkan produk berupa neutron dengan tingkat energi tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mensimulasikan berapa besar dosis neutron yang mungkin diterima oleh pasien radioterapi saat proses radioterapi dengan pesawat linac Varian iX 15 MV lapangan 10 cm × 10 cm. Simulasi pengukuran dilakukan pada posisi isocenter kedalaman 1 cm – 15 cm untuk membentuk kurva PDD. Pengukuran off-axis pada permukaan fantom, 2 cm, 3 cm, dan 15 cm juga dilakukan agar dapat membentuk off-axis profile.
Verifikasi simulasi dilakukan dengan membandingkan data pengukuran berkas foton lapangan 30 cm × 30 cm dengan beam data commissioning (BDC) Varian iX 15 MV Rumah Sakit Siloam MRCCC. Hasil Penelitian menunjukkan nilai dosis posisi isocenter adalah 1,24 × 10-2 Sv Gy-1 pada permukaan fantom, 4,82 × 10-2 Sv Gy-1 pada kedalaman 2 cm, 1,25 × 10-1 Sv Gy-1 pada kedalaman 3 cm, dan 1,89 × 10-6 Sv Gy-1 kedalaman 15 cm. Namun, nilai dosis tertinggi terdapat pada posisi -2 cm kedalaman 2 cm, yaitu 2,05 × 100 Sv Gy-1. Pada posisi isocenter, nilai dosis tertinggi berada pada kedalaman 7 cm dengan nilai 2,70 × 10-1 Sv Gy-1.

Photoneutron reaction is one of the reactions that occur in the linac head, both in the photon and the electron beam. The reaction produces neutrons with a certain energy level. This study aims to simulate how much neutron dose that may be received by radiotherapy patients during the process of radiotherapy with Varian iX 15 MV 10 cm × 10 cm field. Measurement simulation is carried out at an isocenter position depth of 1 cm - 15 cm to create a PDD curve. Off-axis measurements on phantom surfaces, 2 cm, 3 cm, and 15 cm are also carried out to make an off-axis profile.
Verification is done by comparing 30 cm × 30 cm field measurement data with beam data commissioning (BDC) of MRCCC Siloam Hospital’s Varian iX 15 MV linac. The result showed the dose value of the isocenter position is 1,24×10−2 Sv Gy-1 on the phantom surface, 4,82×10−2 Sv Gy-1 at a depth of 2 cm, 1,25×10−1 Sv Gy-1 at a depth of 3 cm, and 1,89×10−6 Sv Gy-1 at a depth of 15 cm. However, the highest dose value is -2 cm in 2 cm depth, which is 2,05 × 100 Sv Gy-1. In the  socenter position, the highest dose value is 2,70×10−1 Sv Gy-1 in 7 cm depth.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rum Sapundani
"Telah dilakukan simulasi Monte Carlo pada berkas foton 6 MV Linac Elekta di dalam fantom air dan PMMA. Dalam simulasi digunakan code BEAMnrc berbasis 2 processor sistem Linux. File phase-space yang diperoleh menjadi input bagi code BEAMDP untuk memperoleh informasi karakteristik dan kontaminasi partikel. File yang sama juga menjadi input code DOSXYZnrc untuk menghasilkan PDD. Hasil PDD dibandingkan dengan hasil eksperimen dengan deviasi sangat kecil.

A Monte Carlo simulation on a Linac Elekta 6 MV photon beam has been performed using BEAMnrc code running on Linux-based 2 processor system. A phase- space files obtained were input to a BEAMDP code subsequently to produce information on particles characteristics and contamination. The same files were also input to a DOSXYnrc code to produce PDD in virtual water and PMMA phantoms. PDD results were compared with experimental results with significantly small deviation."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T21093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa’u Farhatin
"Distribusi dosis yang optimal dalam treatment planning system (TPS) sangat penting sebelum diterapkan pada pasien radioterapi. Namun, TPS masih menggunakan metode optimisasi yang memakan waktu dan bergantung pada pengguna. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi model estimasi dosis otomatis, support vector regression (SVR), dan membandingkannya dengan dosis pasien kanker paru hasil perencanaan klinik. Enam puluh pasien yang terapi dengan teknik intensity modulated radiation therapy (IMRT) digunakan dalam penelitian ini. Distribusi dosis target dievaluasi berdasarkan nilai conformity index (CI), homogenitas dosis dievaluasi dengan homogeneity index (HI), sedangkan dosis rata-rata dan dosis maximum digunakan untuk mengevaluasi organ at risk (paru kanan, paru kiri, jantung, dan spinal cord). Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon. Nilai p < 0,05 menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara kedua dataset. Rata-rata CI model SVR dan klinik masing-masing adalah dan Rata-rata HI untuk SVR dan klinik adalah dan . Uji Wilcoxon menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan secara statistik antara kedua hasil. Dosis maximum paru kanan menunjukkan perbedaan signifikan secara statistik (p=0,032), sedangkan dosis rata-rata dan dosis maximum OAR lain tidak menunjukkan perbedaan signifikan secara statistik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua strategi tersebut, kecuali pada dosis maximum paru kanan. Model tersebut dapat diimplementasikan secara klinik untuk menghasilkan distribusi dosis yang dapat digunakan sebagai acuan untuk memastikan rencana idealis yang digunakan

Optimal dose distribution in the treatment planning system (TPS) is crucial before being applied to radiotherapy patients. However, TPS still uses optimization methods that are time-consuming and user-dependent. This study aimed to evaluate the automatic dose estimation model, support vector regression (SVR), and compare it with the clinically planned dose of lung cancer patients. Sixty patients treated with intensity-modulated radiation therapy (IMRT) were used as the objects in this study. The target dose distribution was evaluated based on the conformity index (CI), and dose homogeneity was evaluated with the homogeneity index (HI), while the mean and maximum doses were used to evaluate organs at risk (right lung, left lung, heart, and spinal cord). Statistical analysis was performed using the Wilcoxon test. A p-value of <0,05 indicates a significant difference between the two datasets. The mean CI of the SVR and clinical are and The mean HI for SVR and clinical was adalah and 0,083±0,030. the Wilcoxon test showed no statistically significant difference between the two results. The maximum right lung dose showed a statistically significant difference (p=0,032), while the mean dose and maximum dose of other OARs did not show a statistically significant difference. The results of the study showed no significant difference between the two strategies, except for the maximum right lung dose. The model can be implemented clinically to produce a dose distribution that can be used as a reference to ensure the idealistic plan."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Wardana
"ABSTRAK
Penelitian ini dimotivasi oleh mesin multileaf collimator (MLC) yang berfungsi untuk mendistribusikan dosis-dosis radiasi yang dihimpun dalam matriks dosis pada pengembangan metode pengobatan kanker dengan radioterapi, yaitu Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT). MLC tidak bisa mengirimkan semua bentuk matriks dosis, sehingga perlu dilakukan suatu dekomposisi matriks agar MLC bisa mengirimkan dosis radiasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari cara mendekompsisikan matriks dosis yang dapat dikirim oleh MLC serta mengoptimalkan pendistribusian dosis radiasi. Algoritma Greedy dianggap sebagai algoritma yang paling optimal untuk mendekomposisikan matriks dosis menjadi matriks yang dapat didistribusikan oleh MLC. Akan tetapi ada kasus dimana Algoritma Greedy memberikan hasil yang kurang optimal, sehingga penulis mencoba untuk memodifikasi Algoritma Greedy yang menghasilkan dekomposisi yang lebih optimal.

ABSTRACT
This research was motivated by the multileaf collimator (MLC) machine, which serves to distribute the doses of radiation that is collected in the matrix dosage in the development of treating cancer methods with radiotherapy that is Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT). MLC cannot send all form of matrix dosage, so we need some matrix decomposition that MLC can transmit the radiation dose. Therefore, this study aimed to find the ways how to decompose matrix dosage that can be delivered by the MLC and optimize the distribution of radiation dose. Greedy algorithms are considered as the most optimal algorithm for decomposing the matrix into matrix dosage that can be distributed by the MLC. There are some cases where the Greedy algorithms provide the less optimal results. Thus in this research the algorithm is modified to obtain the more optimal result."
Lengkap +
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>