Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88152 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haris Munandar
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji proyeksi besaran kebutuhan energi primer jangka panjang untuk sektor kelistrikan Jawa Bali dari tahun 2015 s.d tahun 2050 dengan menggunakan model LEAP. Beberapa skenario proyeksi diterapkan dalam simulasinya yaitu skenario Referensi, skenario dengan variasi PDRB, skenario Optimasi Supply Side dengan variasi pada reserve margin, perbaikan susut, perbaikan efisiensi pembangkit, serta perubahan peran pembangkit gas menjadi pemikul beban dasar, dan skenario Optimasi Least Cost-Lower GHG. Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa berdasarkan Skenario Referensi dengan kondisi PDRB sebesar 5,6% per tahun, susut di transmisi dan distribusi pada 9,45%, reserve margin 35%, tidak ada kenaikan efisiensi pada pembangkit baru untuk PLTU dan PLTGU, dan target bauran energi untuk gas dan EBT sesuai dengan target KEN, pada tahun 2050, kebutuhan energi listrik untuk Jawa Bali diproyeksikan mencapai 596,69 TWh, dimana untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut, produksi energi listrik yang perlu disediakan adalah sebesar 658,97 TWh dengan total kapasitas pembangkit listrik mencapai 136,90 GW. Untuk memenuhi operasional pembangkit tersebut, proyeksi total kebutuhan energi primer yang perlu disiapkan adalah sebesar 1.835,88 TWh (6,61 milyar GJ) dengan rincian: batubara sebesar 131,6 juta ton setara 3,86 milyar GJ, gas alam sebanyak 2.690,8 BBTUD setara 1,04 milyar GJ, panas bumi setara 0,84 milyar GJ, tenaga surya setara 0,47 milyar GJ, biomassa sebanyak 15,8 juta ton setara 0,25 milyar GJ, tenaga air setara 0,15 milyar GJ, dan BBM 0,006 milyar GJ setara 165,7 ribu kL. Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan pada skenario ini secara kumulatif (100 Year-GWP) adalah sebesar 8,76 milyar ton CO2.


In this thesis, we will study the forecasting long-term primary energy demand for the Java Bali electricity sector from 2015 to 2050 using LEAP model. Some projection scenarios applied to the simulation are Reference Scenario, Scenarios with variations in GDP growth, Supply Side Optimization Scenarios with variations in reserve margin, losses improvement, and power plant efficiency, and changing the role of gas power plants to be baseload power plants, and Least Cost-Lower GHG Optimization Scenario. The results of this study found that based on Reference Scenario with following condition: GDP of 5.6% per year, a T&D losses of 9,45%, reserve margin of 35%, no efficiency improvement of additional coal-fired power plants and gas-fired power plants, and energy mix targets for gas and renewable energy in accordance with National Energy Policy (KEN) targets. In 2050, the electricity demand for Java Bali is projected to reach 596,69 TWh in, where to meet the electricity needs, the electricity production that should be provided is 658,97 TWh with a total power generation capacity reaching 136,90 GW. To fulfill the operation of the power plant, the primary energy forecasting that need to be prepared are 1.835,88 TWh (6,6 billion GJ) with details: 131,6 million tons of coal (3,86 billion GJ), 2.690,8 BBTUD of natural gas (1,04 billion GJ), 0,84 billion GJ of geothermal, 0,47 billion GJ of solar power, 15,8 million tons of biomass (0,25 billion GJ), 0,15 billion GJ of hydro-power, and 166 thousand kL of diesel oil (0,006 billion GJ). Cumulative greenhouse gas emissions (100 Years-GWP) of this scenario are 8,76 billion tons of CO2.

"
2019
T52289
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Wahyu Setya Andani
"Listrik merupakan kebutuhan vital masyarakat saat ini yang merupakan salah satu tolok ukur tingkat kesejahteraan. Sehingga pemenuhan kebutuhan listrik diupayakan oleh pemerintah misalnya dengan pembangunan pembangkit listrik baru. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat pemenuhan kebutuhan listrik secara spasial masih terdapat perbedaan yang signifikan antara kota/kabupaten yang ada di Pulau Lombok dengan kota/kabupaten di luar Pulau Lombok. Pemerintah Provinsi perlu membuat perencanaan pengembangan kelistrikan daerah, yaitu dengan membuat perencanaan kebutuhan listrik per kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat. Dalam tulisan, aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) digunakan untuk analisis spasial kebutuhan listrik di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pengguna listrik dibagi berdasarkan pendekatan sektoral yaitu dengan mengelompokan pelanggan menjadi 6 sektor yaitu rumah tangga, sosial, umum, industri, pemerintah dan Penerangan Jalan Utama (PJU). Hasil analisis dengan SIG dapat lebih interaktif memperlihatkan kesenjangan spasial per kota/kabupaten untuk kebutuhan listrik. Dengan memanfaatkan aplikasi SIG akan lebih mudah bagi para pengambil kebijakan untuk membuat perencanaan pengembangan kelistrikan dengan lebih baik.

Electricity is a vital need for society today, which is one of the benchmarks for welfare. So that the fulfillment of electricity needs is sought by the government, for example by the construction of new power plants. In West Nusa Tenggara Province, the spatial fulfillment of electricity needs still have significant differences between the cities/regencies on Lombok Island and cities/regencies outside Lombok Island. The Provincial Government needs to plan regional electricity development, namely by planning electricity needs per district/city in West Nusa Tenggara. In writing, the application of Geographic Information Systems (GIS) is used for spatial analysis of electricity needs in West Nusa Tenggara Province. Electricity users are divided based on a sectoral approach, namely by grouping customers into 6 sectors, namely household, business, general, industrial, government and Main Street Lighting (PJU). The results of the analysis with GIS can be more interactive showing the spatial gap per city/district for electricity needs. By utilizing GIS applications, it will be easier for policy makers to make better plans for developing electricity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Cahya Agung Saputra
"Pemerintah Indonesia menargetkan dapat mencapai Net-Zero Emission (NZE) di sektor energi pada tahun 2060 atau lebih cepat dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya energi baru dan terbarukan (EBT), terutama yang berasal dari variable renewable energy (VRE). Kondisi sistem tenaga listrik Jawa, Madura, Bali (Jamali) yang saat ini masih didominasi oleh pembangkit listrik berbasis fosil telah memberikan tantangan dalam upaya transisi ke energi bersih. Di samping itu, karakteristik intermittency yang dimiliki oleh pembangkit VRE berpotensi meningkatkan ketidakpastian di sisi pasokan energi dan tekanan pada pengoperasian pembangkit termal. Salah satu solusi untuk mengatasi kendala intermittency dari pembangkit VRE adalah sistem Jamali harus dibuat fleksibel. Pada penelitian ini, dilakukan analisis terhadap fleksibilitas sistem Jamali untuk tahun 2030, 2040, dan 2050 dengan bantuan perangkat lunak IRENA Flextool, dengan tujuan mengevaluasi kemampuan sistem JAMALI dalam mengakomodasi integrasi pembangkit VRE yang masif di tahun 2030, 2040, dan 2050. Perangkat lunak beroperasi dengan prinsip economic load dispatch untuk memperoleh kondisi generation dispatch yang optimum dengan biaya operasi semurah mungkin. Dari hasil analisis, sistem Jamali tahun 2030 diperkirakan memiliki kemampuan fleksibilitas yang memadai untuk mengakomodasi integrasi VRE dengan presentase sebesar 5%. Sistem Jamali tahun 2040 juga diperkirakan memiliki kemampuan fleksibilitas yang cukup memadai untuk mengakomodasi integrasi VRE sebesar 36,97% dari total kapasitas terpasang pembangkit di tahun tersebut. Sedangkan sistem Jamali tahun 2050 diperkirakan memiliki kemampuan fleksibilitas yang tidak memadai untuk mengakomodasi integrasi VRE sebesar 51,95%. Hal ini disebabkan pada tahun 2050, sistem mengalami kehilangan beban sebesar 109,79 TWh dan pembatasan kapasitas VRE sebesar 706,69 MW.

The integration of variable renewable energy (VRE) into the JAMALI power system, characterized by intermittency and high uncertainty, has the potential to disrupt reliability and increase the operational complexity of the power system. These challenges can be mitigated if the power systems possess adequate flexibility. An analysis of the flexibility of the JAMALI power system is carried out to assess power system flexibility due to the increasing share of VRE in the JAMALI power system, phased as follows 5% in 2030, 37% in 2040, and 52% in 2050. The analysis is performed with the assistance of the IRENA FlexTool, running on the principle of economic dispatch. Based on the analysis results, it is observed that the greater the share of VRE in the JAMALI power system the lower the power system’s flexibility. This is evidenced by a VRE curtailment of 706.62 MW and a loss of load of 109.79 TWh in the JAMALI power system in 2050."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izzu Farhan Fajri
"ABSTRAK
Pertumbuhan kendaraan meningkat signifikan hingga empat kali lipat membuat
penggunaan bahan bakar meningkat drastis, termasuk subsidi bahan bakar di sektor
transportasi darat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh proyeksi jumlah
moda transportasi darat, kebutuhan energi, emisi CO2 yang dihasilkan dan alternatif
kebijakan yang efektif untuk mengurangi konsumsi energi dan emisi CO2 di tahun
2035. Melihat perubahan penggunaan energi dunia berubah drastis dalam 20 tahun,
maka proyeksi dilakukan sampai dengan tahun 2035 dengan asumsi bahwa seluruh
variabel dinilai masih berlaku. Dengan melihat kondisi data yang tersedia,
keragaman moda transportasi, jenis kendaraan, efisiensi dan faktor penggerak
lainnya maka proyeksi kebutuhan dilakukan dengan pendekatan engineeringeconomic
sehingga proyeksi dapat dilakukan dengan mempertimbangkan seluruh
faktor dan pengaruh atas simulasi skenario kebijakan dapat terlihat dengan jelas.
Dengan melakukan pemodelan energi maka diperoleh proyeksi pertumbuhan
kendaraan di tahun 2035 meningkat sebesar 158% dibandingkan tahun 2012
menjadi 149,2 juta kendaraan dengan kebutuhan energi final sebesar 180,3 juta kilo
liter dan emisi CO2 sebesar 423,79 juta ton. Skenario 4 yaitu peralihan moda
transportasi pribadi menjadi transportasi masal memberikan penghematan energi
dan reduksi emisi terbesar dalam periode tahun 2013-2035 yaitu 5,32% dan 5,83%.

ABSTRACT
Vehicle growth increased significantly up to fourfold causing the fuel consumption
increased dramatically including fuel subsidies in the land transportation sector.
This study aims to obtain projected number of land transport modes, energy
demand, CO2 emissions and effective policy alternative to reduce energy
consumption and CO2 emissions in the year 2035. Because of worldwide energy
use changed dramatically in the past 20 years, the projection is done up to year 2035
with assumption that all variables are still considered valid. Considering data
availability, diversity of transportion modes, type of vehicle, efficiency and other
driving factors, energy projection is calculated using engineering-economic
approach as the projection can be made by considering all the factors and the impact
of the simulated policy scenarios can be seen clearly. The results of energy
modeling are as follows: the projected growth of vehicles in year 2035 increased
by 158% over year 2012 to 149.2 million vehicles with the final energy
consumption of 180.3 million kilo liters and CO2 emissions amounted to 423.79
million tons. The Scenario 4 which is the switching from personal transportation
into mass transportation policy give the bigest energy savings and emission
reductions in period of 2013-2035 by 5.32% and 5.83%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42051
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Nurul Amalia
"ABSTRAK
Pembangunan adalah upaya membangun masyarakat secara terencana dan berkelanjutan dengan memanfaatkan seluruh potensi sumber daya, baik sumber daya alam ataupun sumber daya manusia. Pembangunan dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni: 1 pembangunan fisik mdash;yang bersifat infrastruktur atau prasarana, seperti bangunan fisik atau lembaga yang mempunyai kegiatan produksi, logistik, pemasaran barang dan jasa mdash;dan 2 pembangunan non-fisik dapat juga disebut pembangunan manusia. Dalam penelitian ini, karakteristik wilayah digunakan sebagai pengaruh terhadap pembangunan fisik dan non-fisik dan terbagi atas wilayah urban dan wilayah non-urban. Pembangunan fisik dalam hal ini adalah infrastruktur listrik. Pembangunan manusia adalah kondisi kesehatan dan pendidikan. Untuk melihat infrastruktur listrik digunakan rasio elektrifikasi, sedangkan kondisi kesehatan dan pendidikan dilihat berdasarkan indeks kesehatan dan pendidikan. Indeks kesehatan dibangun atas dasar model determinan kesehatan yang terdiri atas kesehatan perorangan, kesehatan keluarga, kesehatan masyarakat, dan sistem pelayanan kesehatan, sedangkan indeks pendidikan berdasarkan rasio murid ndash; sekolah atau kepadatan sekolah dan perbandingan siswa antar jenjang pendidikan. Penelitian ini menggunakan unit analisis kecamatan dan dilakukan dengan metode analisis spasial Overlay dan Query serta analisis statistik Chi Square. Dari hasil analisis spasial dan statistik didapatkan bahwa tidak terdapat suatu pola tertentu terhadap kondisi kesehatan dan kondisi pendidikan. Selain itu, didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara rasio elektrifikasi dan karakteristik wilayah dengan kondisi kesehatan, namun terdapat hubungan antara rasio elektrifikasi dan karakteristik wilayah dengan kondisi pendidikan.

ABSTRACT
Development is an effort to build a community inan organized and sustainable way with using all the potential resources, such as natural resources or human resources. Development can be divided into two types 1 physical development infrastructure, such as physical buildings or institutions that have production, logistics, goods and services and 2 non physical development or human development. In this research, regional characteristics are used as an influence to physical and non physical development and divided into urban and non urban areas. Physical development is the electricity infrastructure. Human development is the condition of health and education. Electrification ratio is used to see the electrical infrastructure, while health and education conditions are seen based on health and education index. The health index is built on a health determinant model consisting of individual health, family health, public health, and health care systems, while the education index is based on student school ratios or school density and student to school comparisons. This research used the subdistrict as an analysis unit and done by Overlay and Query spatial analysis method and Chi Square statistical analysis method. From the results of spatial and statistical analysis, there is found that no particular pattern of health conditions and educational conditions. In addition, it is found that there is no relation between electrification ratio and regional characteristic with health condition, but there is relation between electrification ratio and regional characteristic with education condition."
2018
S70167
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qodri Febrilian Erahman
"ABSTRAK
Studi tentang ketahanan energi energy security menjadi topik yang terus berkembang di kalangan peneliti energi, terlebih situasi produksi minyak terus menurun, kapasitas kilang minyak yang terbatas, tingkat diversifikasi energi yang rendah, secara kualitatif menunjukkan, bahwa Indonesia sedang mengalami situasi yang kurang baik dalam definisi ketahanan energi. Seberapa rendahnya tingkat ketahanan energi tersebut, maka perlu dilakukan pengukuran secara kuantitatif. Sejak tahun 2013 sektor transportasi menjadi konsumen terbesar energi final di Indonesia. Tingginya konsumsi energi sektor transportasi menjadi perhatian tersendiri karena dampak perubahannya mampu mempengaruhi tingkat ketahanan energi nasional. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh dari perlakuan kebijakan di sektor transportasi terhadap ketahanan energi. Penelitian ini mengukur ketahanan energi menggunakan 14 indikator dan dikelompokkan ke dalam masing-masing dimensinya diantaranya, yaitu availability, affordability, accessibility, acceptability dan efficiency. Analisis energy security dilakukan dengan metode normalisasi min-max, aggregasi dan pembobotan menggunakan principal component analysis PCA untuk mengatasi masalah subjektivitas dalam penentuan bobot indikator. Hasil menunjukkan, bahwa dampak peningkatan ketahanan energi terjadi pada skenario transportasi massal dan skenario teknologi kendaraan, sedangkan skenario pajak bahan bakar memberikan efek negatif terhadap peningkatan ketahanan energi. Peningkatan ketahanan energi terbesar ditunjukkan oleh skenario teknologi kendaraan untuk kasus PHEV pada rentang tahun 2030 ndash; 2040, namun mengalami penurunan sampai dengan akhir tahun proyeksi yang disebabkan karena faktor emisi pembangkit listrik nasional yang masih relatif tinggi, sehingga penetrasi kendaraan berbasis listrik justru akan meningkatkan jumlah emisi CO2.

ABSTRACT
The study of energy security has become an emerging topic among energy researchers. The decline of oil production, the limited capacity of refineries, the low level of energy diversification, qualitatively shows that Indonesia is experiencing an unfavorable situation in the definition of energy security. therefore, it is necessary to measure energy security quantitatively. Since 2013, the transportation sector has become the largest consumer of final energy in Indonesia. The high energy consumption of the transportation sector is being a particular concern due to the impact to the energy security. Therefore, the aim of this study is to analyze the effects of transport sector policy on the energy security. This study measures the energy security using 14 indicators and grouped into each dimension such as availability, affordability, accessibility, acceptability, and efficiency. Energy security analyzed by min max normalization method and using principal component analysis PCA to overcome the problem of subjectivity in determining the indicator weight. The results show that the scenario of mass transportation and vehicle technology bring an increase in the energy security, while fuel tax scenario has a negative effect on energy security. The greatest increase in energy security is showed by vehicle technology scenarios for the PHEV case during 2030 2040. However, the increase is fall until 2050 due to relatively high of power emission factor, therefore penetration of electric based vehicles will actually increase the number of emissions CO2."
2017
D2433
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Putri Paramarta
"Pertumbuhan populasi dan pembangunan ekonomi yang cukup pesat beberapa tahun terakhir mengakibatkan pertumbuhan permintaan terhadap perjalanan pribadi maupun transportasi barang di Indonesia. Seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi, masyarakat akan memiliki kemampuan lebih dalam membeli kendaraan tambahan dan cenderung untuk meningkatkan intensitas perjalanan mereka yang disebabkan oleh semakin tingginya daya beli dan permintaan terhadap hiburan serta aktivitas sosial.
Fenomena ini menjadi katalisator bagi peningkatan jumlah konsumsi energi baik dari perjalanan pribadi maupun transportasi barang. Namun, ketersediaan sumber daya energi yang semakin menipis membuat pemerintah harus melakukan impor untuk menjamin keamanan pasokan energi. Proyeksi permintaan energi merupakan suatu hal krusial bagi pemerintah dalam melihat tren masa depan dan mengembangkan rencana strategis serta mengalokasikan sumber daya yang ada untuk berbagai sektor aktivitas dalam rangka mengakomodasi permintaan energi di masa mendatang.
Sebuah model sistem dinamis akan dikembangkan sebagai alat bantu dalam memberikan gambaran proyeksi permintaan energi di sektor transportasi darat dengan variabel output berupa jumlah permintaan energi dan bauran energi primer serta beberapa variabel input seperti Pendapatan Domestik Bruto (PDB), populasi warga, populasi kendaraan, dan jarak perjalanan penumpang (passenger-km).
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pemerintah akan mendapatkan kajian akademis prediksi permintaan energi di masa mendatang dengan lebih akurat, sehingga dapat membantu dalam merencanakan pengelolaan energi untuk sektor transportasi darat secara menyeluruh dan terintegrasi.

Population growth and economic development in the past few years have caused a growing demand for personal travel and freight transport in Indonesia. In good economic conditions, people are able to afford a vehicle or and additional vehicle to increase their travel intensity due to higher purchasing power and growing demand for entertainment and social activities.
This phenomenon has become a catalyst for the increment in the amount of energy consumption both from personal travel and freight transport. However, the availability of energy resources are depleting which made the government must import a massive amount of oil to ensure national energy security. Projection of energy demand is perhaps the crucial step for the government to predict future’s trend of consumption and to develop an appropriate strategic plan as well as to allocate proper amounts of resources available for various activities in order to accommodate future energy demand.
A system dynamic model will be developed as a decision-making tool to provide an overview of energy demand projections in road transport sector with future energy demand and future energy mix as the output variables and Gross Domestic Product (GDP), number of population, number of vehicle registered, and travel demand (passenger-km) as model inputs.
It is expected that this research will give an academic view for the government on the prediction of future energy demand more accurately, so it could help the government in planning national energy management for land transportation as well as support a sustainable transportation development.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fathoni Fikri
"Nusa Penida adalah pulau terbesar di Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Pulau ini begitu indah dan salah satu tujuan wisata favorit. Luas wilayah Nusa Penida termasuk Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan adalah 202.840 hektar dengan total populasi 47.448 orang. Nusa Penida hanya memiliki satu sistem kelistrikan interkoneksi dalam sistem distribusi 20 kV, kebutuhan energi di sistem Nusa Penida pada 2018 adalah sebesar 44.538.220 kWh/tahun dengan beban puncak sebesar 7,9 MW. Beban ini dipasok oleh pembangkit diesel di Kutampi, total kapasitas terpasang 13.84 MW sedangkan kapasitas bersih 11.4 MW.
Pemenuhan kebutuhan listrik dengan hanya bergantung pada satu sumber ini tentunya memiliki kekurangan, selain Biaya Pokok Penyediaan yang tinggi, penggunakan BBM tentunya tidak sejalan dengan target capaian bauran energi terbarukan sebesar 23 pada tahun 2025. Ada dua langkah yang sudah dilakukan dalam rangka memitigasi problematika di atas yaitu penyediaan Pembangkit EBT (PLTS dan PLTB) dan konstruksi sistem interkoneksi kabel bawah laut 20 kV Bali- Nusa Lembongan. Untuk kabel bawah laut gagal pada saat instalasi dan untuk pembangkit EBT yang terpasang tidak optimal. Penelitian ini menyajikan Simulasi dan Analisa dengan menggunakan perangkat lunak HOMER untuk didapatkan skenario pembangkit hibrida yang memiliki kehandalan baik dan biaya pembangkitan yang optimal.
Dari hasil simulasi dan optimasi didapatkan PLTH optimum untuk diterapkan di area studi adalah integrasi antara PLTB, PLTS dan PLTD. Pada Kondisi optimum ini Total produksi listrik yang dihasilkan oleh PLTH adalah 57.447,48 MWh/tahun dengan optimisasi kapasitas sebesar 39 (22.440,74 MWh) untuk PLTS, 25(14.368,8 MWh) untuk PLTB, 35,9% (20.637,9 MWh) untuk PLTD. COE mengalami penurunan setelah masuknya sistem PLTH yaitu menjadi 13,5 cent/kWh. Sedangkan COE pada konfigurasi sistem eksisting (PLTD) adalah sebesar 19 cent/kWh. Skenario terbaik ini selanjutnya akan dilakukan evaluasi ekonomi nya, didapatkan NPV = USD 21.136.331 ; IRR = 14,3% ; PBP = 6 tahun.

Nusa Penida is the largest island in Klungkung Regency, Bali Province. This island is so beautiful and one of the favorite tourist destinations. The area of Nusa Penida including Nusa Lembongan and Nusa Ceningan is 202,840 hectares with a total population of 47,448 people. Nusa Penida only has one interconnection electricity system in a 20 kV distribution system, the energy requirements in the Nusa Penida system in 2018 are 44.538.220 kWh / year with a peak load of 7.9 MW. This load is supplied by diesel plants in Kutampi, the total installed capacity is 13.84 MW while the net capacity is 11.4 MW.
The fulfillment of electricity needs by relying solely on this one source certainly has drawbacks, in addition to the high Cost of Supply, the use of BBM is certainly not in line with the target of achieving the renewable energy mix of 23% in 2025. There are two steps taken to mitigate for the provision of EBT Generators (PLTS and PLTB) and construction of the 20 kV Bali submarine cable interconnection system- Nusa Lembongan. The Project failed during installation and for EBT plants installed are not optimal. This study presents Simulation and Analysis using HOMER software to obtain hybrid generator scenarios that have good reliability and optimal generation costs.
From the simulation and optimization results, the optimum PLTH to be applied in the study area is the integration between PLTB, PLTS and PLTD. In this optimum condition the total electricity production generated by PLTH is 57,447.48 MWh / year with capacity optimization of 39% (22,440.74 MWh) for PLTS, 25% (14,368.8 MWh) for PLTB, 35.9% (20,637 , 9 MWh) for PLTD. COE declined after the inclusion of the PLTH system, which was 13.5 cent $ / kWh. Whereas COE in the existing system configuration (PLTD) is 19 cents / kWh. This best scenario will be evaluated for its economic study. From the analysis, NPV = USD 21.136.331 ; IRR = 14,3% ; PBP = 6 years.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T52540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadianto Prasetio
"Perubahan iklim dunia akibat pemanasan global mendorong dunia untuk mensubstitusi penggunaan sumber energi fosil ke arah energi bersih dan rendah karbon. Penelitian ini akan menganalisis dampak sosioekonomi transisi energi pada sektor hulu migas sesuai laporan IEA untuk skenario peta jalan energi transisi Indonesia. Model ekonomi makro menggunakan pendekatan model Miyazawa Input Output Model (MIOM) dengan database Input-Output Indonesia tahun 2016 yang memasukkan shock dari skenario STEPS/BAU, APS, dan NZE. Hasil yang diharapkan dari simulasi model ekonomi adalah perubahan Produk Domestik Bruto (PDB), pendapatan rumah tangga, dan perubahan lapangan kerja di sektor Hulu Migas. Hasil dari simulasi MIOM menghasilkan bahwa perubahan pasokan energi skenario APS dan NZE mengakibatkan kontraksi PDB, pendapatan rumah tangga, dan jumlah lapangan kerja hulu migas sekitar minus 1.2 kali dan 1.5 kali lipat lebih rendah relatif terhadap skenario STEPS. Perubahan investasi energi skenario APS dan NZE juga membawa dampak kontraksi PDB, pendapatan rumah tangga, dan jumlah lapangan kerja hulu migas sekitar minus 3.5 dan 6.5 kali lipat lebih kecil relatif terhadap skenario STEPS.

Global climate changes due to global warming stimulate the world for energy transition by substituting the fossil energy sources towards cleaner energy sources. This study will analyse the energy transition impact on socioeconomic of the upstream oil and gas sector according to the energy roadmap scenario of Indonesia. The economic model utilizes Miyazawa Input-Output Model (MIOM) approach with the 2019 updated data version of the 2016 Indonesia Input-Output Table database which incorporates shocks from the STEPS, APS, and NZE scenarios. The expected results from the economic model simulation are changes in Gross Domestic Product (GDP), household’s income, and employment in the upstream oil and gas sector. The MIOM simulation results exhibit the changes in energy supply in APS and NZE scenario bring in contractions in GDP, household income, and the number of jobs of upstream oil and gas of around minus 1.2 times and 1.5 times lower relative to STEPS scenario. Changes in energy investment in APS and NZE scenarios also lead to a shrinkage impact on GDP, household income, and the number of jobs of upstream oil and gas of around minus 3.5 and 6.5 times smaller relative to STEPS scenario."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merry Tanujaya
"Penelitian ini berfokus pada model permintaan energi berbasis optimisasi di sektor rumah tangga dan komersial di Indonesia hingga tahun 2050 dan menganalisis portofolio teknologi pengguna akhir untuk memenuhi permintaan energi dan target pengurangan emisi yang memberikan total biaya services minimum dengan menggunakan piranti lunak TIMES. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total kapasitas terpasang peralatan lighting dan peralatan cooking meningkat dua kali lipat, masing-masing menjadi 1490 juta unit dan 202,8 juta unit di tahun 2050 pada skenario Business as-usual (BAU) dan Carbon reduction scenario (CRS). Bauran teknologi lighting didominasi oleh LED yang mencapai 100% mulai tahun 2025 pada skenario BAU dan CRS. Bauran teknologi cooking didominasi oleh kompor LPG dengan penetrasi kompor listrik pada skenario BAU baru dimulai tahun 2045 karena total biaya kompor listrik yang kompetitif. Share kompor listrik pada CRS berkurang signifikan untuk mencapai target penurunan emisi. Kapasitas terpasang peralatan cooling meningkat 5,6 kali lipat menjadi 73,4 juta unit pada tahun 2050. Bauran teknologi didominasi oleh AC Inverter pada skenario BAU dan CRS di sektor rumah tangga. Di sektor komersial, CCHP memasok sebesar 20% dari total permintaan pada tahun 2030 - 2050. Portofolio teknologi cooling di sektor komersial pada skenario CRS didominasi oleh AC central pada tahun 2030 – 2040 sebesar 80% karena memiliki efisiensi tertinggi yang memberikan penggunaan listrik dan emisi CO2 yang lebih rendah. Biaya investasi pada tahun 2050 empat kali lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 pada skenario BAU, yaitu sebesar 3620 juta USD. Carbon reduction scenario menghasilkan peningkatan biaya investasi sebesar 17%, setara dengan 630 juta USD, dan penurunan intensitas emisi sebesar 25%, setara dengan 90 gCO2/kWh (25 gCO2/MJ), dibandingkan BAU pada tahun 2050. Optimisasi dengan mempertimbangkan suplai listrik berbasis 100% energi terbarukan menghasilkan penurunan total emisi sebesar 70% pada tahun 2050 dan pengurangan intensitas emisi sebesar 265 gCO2/kWh (73,6 gCO2/MJ). Hasil studi menunjukkan bahwa kualitas energi berpengaruh signifikan terhadap penurunan emisi.

This study focuses on an optimization-based energy demand model of residential and commercial sectors in Indonesia out to 2050 and assess the end-use technology portfolio to fulfill energy demand and emission reduction target that provides a minimum total services cost in the TIMES model. The results show that total installed capacity of lighting and cooking appliances increased double to 1490 million unit and 202.8 million unit by 2050, respectively in the Business as-usual (BAU) and Carbon reduction scenario (CRS). The lighting technology mix is dominated by LED that reaches 100% starting in 2025 in the BAU and CRS. The cooking technology mix is dominated by LPG stoves with electric stoves penetration in BAU started in 2045 due to the competitive total cost. The share of electric stoves in CRS was significantly reduced to achieve the emission reduction target. The installed capacity of cooling appliances is drastically increased by a multiple of 5.6 to 73.4 million unit by 2050. The technology mix is dominated by Inverter AC for the residential sector in BAU and CRS. In the commercial sector, CCHP supplies 20% of total cooling demand in 2030 – 2050. Cooling technology portfolio for commercial sector in CRS is dominated by central AC in 2030 – 2040 by 80% because it has the highest efficiency that provides lower electricity consumption and CO2 emissions accordingly. The investment cost in 2050 is four times higher than 2020 in BAU, equal to 3,620 million USD. The Carbon Reduction Scenario results in a 17% increase in investment cost, equal to 630 million USD, and a 25% reduction in emission intensity, equal to 90 gCO2/kWh (25 gCO2/MJ), compared to BAU in 2050. By considering the electricity supply based on 100% renewable energy, the optimization results in total emission reduction of 70% by 2050 and emission intensity reduction of 265 gCO2/kWh (73.6 gCO2/MJ). The result reveals that the quality of energy has a significant impact on emissions reduction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>