Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164828 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nindya Permata Bunda Surya Utami
"ABSTRAK
Latar Belakang : PBB menyatakan bahwa Indonesia memiliki kecenderungan peningkatan harapan hidup sebesar 71,7 di kisaran tahun 2010-2015 yang diperkirakan akan meningkat menjadi 77,6 pada 2045-2050. Hal ini dapat meningkatkan beban penanganan penyakit tidak menular. Oleh karena itu, penelitian dilakukan dengan tujuan mencari ekstrak tanaman herbal yang dapat memperlambat proses penuaan pada tikus tua dengan meninjau parameter histopatologis. Ekstrak Centella asiatica (CA) diketahui berpotensi dalam mengurangi tingkat penuaan di cerebrum. Metode : Penelitian dilakukan menggunakan 4 kelompok : kontrol negatif, perlakuan (CA 300 mg/kgBB), kontrol positif (Vitamin E 6 IU) dan tikus muda yang diberi perlakuan selama 28 hari. Setiap kelompok memiliki jumlah sampel minimal 4. Setelah 28 hari, tikus diterminasi dan diambil sediaan otaknya untuk dibuat preparat histopatologis pada bagian hipokampus. Sediaan kemudian diidentifikasi 4 variabel yaitu densitas sel normal, densitas sel abnormal, densitas sel piramidal, densitas sel piknotik dan densitas sel total pada 2 bagian hipokampus yaitu girus dentatus dan CA3. Analisis dilakukan secara komparatif pada 2 jenis sampel tersebut. Hasil : Pada akhir perlakuan, kelompok kontrol positif tidak dianalisis karena tidak memenuhi jumlah sampel minimal. Pada sampel girus dentatus, hasil analisis one-way anova menunjukkan hasil bermakna pada variabel densitas sel normal dan densitas sel abnormal, tetapi analisis post-hoc Bonferroni menunjukkan hasil yang tidak bermakna pada kelompok CA dibandingkan dengan kontrol negatif dan tikus muda. Sedangkan sediaan sampel CA3 tidak memiliki hasil yang bermakna pada analisis komparatif kategorik. Diskusi : CA diketahui memiliki efek antioksidan yang baik namun memerlukan durasi perlakuan yang lebih panjang untuk mendapat efek anti-penuaan.

ABSTRACT
Background: United Nations states that Indonesia has tendency to increase life expectancy in 2010-2015 by 71.7, and expected to increase to 77.6 in 2045-2050. This can increase the burden of handling non-communicable diseases. Therefore, research was conducted aiming to find herbal extracts that can slow down aging process in old mice by reviewing histopathological parameters. Centella asiatica (CA) is known to be potential in reducing the rate of aging in cerebrum. Method: The study was conducted using 4 groups: negative control, treatment (CA 300 mg/kgBW), positive control (Vitamine E 6 IU) and young mice days with each minimum sample size of 4. After 28 days of treatment, rats were terminated and brain preparations were taken to make histopathological preparations in 2 parts of hippocampus section : dentate gyrus and CA3. The preparations then identified 4 variables : normal cell density, abnormal cell density, pyramidal cell density, picnotic cell density and total cell density. The analysis was carried out comparatively. Results: At the end of the treatment, the positive control group was not analyzed due to low number of samples. In dentate gyrus, the results of One-way Anova analysis showed significant results on normal cell density and abnormal cell density variables, but Bonferroni's post-hoc analysis showed no significant results in the CA group compared to negative controls and young mice. CA3 preparations did not have significant results in categorical comparative analysis. Discussion: CA is known to have good antioxidant effects but requires a longer duration of treatment to show anti-aging effect."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nathaniel Aditya
"Pendahuluan: Pada tahun 2050, jumlah populasi lansia yang berusia lebih dari 65 tahun diperkirakan akan mencapai 1,5 milyar. Untuk mengatasi hal ini, dibutuhkan pergeseran paradigma dari proses penuaan kronologis menjadi proses penuaan biologis. Proses penuaan (aging) merupakan sebuah proses multifaktorial yang memiliki kaitan erat dengan stres oksidatif, sebuah fenomena yang lajunya dapat diketahui melalui kadar senyawa metabolit sekundernya, malondialdehid (MDA).
Tujuan: Studi ini meneliti efek dari tanaman obat yang sering digunakan sebagai agen antiinflamasi, Centella asiatica (CA), terhadap kadar MDA pada otak tikus Sprague-Dawley tua dan kemampuan kognitifnya.
Metode: Tikus jantan tua dibagi ke dalam 3 kelompok: Kontrol Negatif, Kontrol Positif (vitamin E 6 IU), dan CA 300 (ekstrak etanol daun CA 300 mg/kg), ditambah 1 kelompok Kontrol Pembanding tikus jantan muda yang diberi perlakuan selama 28 hari. Setiap minggunya, dilakukan uji memori jangka panjang menggunakan metode Y-maze untuk menilai fungsi kognitif tikus. Pada hari terakhir, organ otak dari setiap tikus diambil dan kadar MDA-nya diteliti.
Hasil: Pada kelompok CA 300, ditemukan kadar MDA otak yang relatif lebih rendah dibandingkan Kontrol Negatif, meskipun tidak signifikan (P = 0,5683). Pada uji memori jangka panjang Y-maze, meskipun secara statistik tidak bermakna, penurunan kemampuan kognitif pada kelompok CA 300 tidak sebesar penurunan pada Kontrol Negatif (nilai P kedua kelompok sama; P = 0,5).
Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol CA tidak memiliki pengaruh terhadap kadar MDA otak dan kemampuan kognitif pada tikus Sprague-Dawley jantan yang sedang mengalami proses penuaan.

Introduction: It is estimated that in 2050, the number of elderly aged >65 years will reach 1.5 billion. To overcome this issue, a shift of paradigm, from chronological aging to biological aging, is urgently needed. Aging is a multifactorial process related to oxidative stress, a process in which its rate can be identified from its secondary metabolite level, malondialdehyde (MDA).
Objective: This research studied the effect of a medicinal plant known for its anti-inflammatory properties, Centella asiatica (CA), on the level of brain MDA and cognitive abilities in aged Sprague-Dawley rats.
Methods: The aged male rats were divided into three groups: Negative Control, Positive Control (vitamin E 6 IU), and CA 300 (CA leaves ethanolic extract 300 mg/kg), with one additional Comparison Group consisted of untreated young rats which were given corresponding treatments throughout 28 days. Each week, a Y-maze test assessing the long-term memory of each rats was conducted. In the last day, all rats brains were collected, and their MDA levels were measured.
Results: Compared to the Negative Control, a lower MDA level was found on the brains of the CA 300 group, although statistically not significant (P = 0.5683). In the Y-maze test, a relatively lower decline in cognitive abilities was seen in CA 300 group when compared to Negative Control, even if it was insignificant (same P value on both groups; P = 0.5).
Conclusions: CA ethanolic extract has no influence on both the brain MDA concentration and the cognitive abilities of aging Sprague-Dawley rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Hartanto
"Pendahuluan: Saat ini, dunia secara global termasuk Indonesia tengah mengalami tren pesat peningkatan populasi lansia. Hal ini dapat menjadi tantangan kesehatan besar karena penuaan meningkatkan kerentanan terjadinya penyakit degeneratif. Sayangnya, agen antipenuaan seperti suplemen vitamin masih sulit terjangkau secara biaya atau diperoleh secara luas. Centella asiatica L. (CA) adalah tanaman herbal tradisional yang dilaporkan memiliki efek antiinflamasi dan antioksidan poten dalam banyak studi. Namun, studi yang meneliti efek CA dalam konteks penuaan masih sangat terbatas. Tujuan: Studi ini meneliti efek pemberian ekstrak etanol CA terhadap kadar TNF-α pada jantung dan ginjal tikus Sprague-Dawley tua Metode: Tikus Sprague Dawley jantan usia 8-12 minggu dan 20-24 bulan dibagi menjadi empat kelompok uji: kontrol positif (vitamin E 6 IU), kontrol negatif (air ad libitum), CA 300 (CA 300 mg/kgBB), dan kontrol muda (tikus usia 8-12 minggu dengan air ad libitum). Setelah 28 hari perlakuan, tikus diterminasi. Organ jantung dan ginjal setiap tikus diambil dan melewati pengukuran kadar TNF-α dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Hasil: Pada kelompok CA 300, terdapat penurunan kadar TNF-α jantung secara signifikan (p = 0,023) disertai penurunan kadar TNF-α ginjal secara tidak signifikan (p = 0,574). Namun, kadar TNF-α ginjal pada kelompok yang diberikan CA tetap paling rendah dibandingkan kelompok lainnya. Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol CA menurunkan kadar TNF- α jantung secara signifikan pada tikus Sprague-Dawley tua namun tidak berpengaruh terhadap kadar TNF-α ginjal. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menyelidiki efek CA sebagai agen antipenuaan.

Introduction: Currently, the world including Indonesia are experiencing a trend of rapid growth in aging population. This poses a major challenge to healthcare due to increasing incidence of degenerative diseases. In spite of this, preventive antiaging agents such as vitamin supplements are not widely available nor affordable. Centella asiatica L. (CA), a traditional herbal plant native to Southeast Asia, has been widely studied and demonstrated potent anti-inflammatory and antioxidant effects in clinical studies. However, studies examining effects of CA in aging population are very limited. Objective: This study investigates effects of CA treatment on aged Sprague-Dawley rats. Methods: Male Sprague-Dawley rats aged 8-12 weeks and 20-24 months were split into four experimental groups: positive control (vitamin E 6 IU), negative control (water ad libitum), CA 300 (CA 300 mg/kgBW), and young control (young rats given water ad libitum). After 28 days of treatment, the rats underwent termination with kidneys and hearts harvested. TNF-α concentration were determined using enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) method. Results: In the CA 300 group, there was a significant decrease in heart TNF-α levels (p = 0,023) accompanied by an insignificant decrease in kidney TNF-α levels (p = 0,574). However, renal TNF-α levels in the group given with CA is still the lowest among all groups. Conclusion: The administration of CA ethanolic extract on aged Sprague-Dawley rats significantly reduced heart TNF-α level and had no effect on the kidney TNF-α level. Further research and exploration needs to be made to investigate the effects of CA as an antiaging agent"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris Rizqhilmi
"Latar belakang: Perkembangan global yang cepat di seluruh dunia meningkatkan rerata angka harapan hidup manusia, hal ini mendorong peningkatan jumlah populasi lanjut usia. Penuaan dapat meningkatkan resiko penyakit terkait usia. IL-10 adalah sitokin antiinflamasi yang memainkan peran penting dalam menginhibisi proses inflamasi kronik yang disebabkan oleh proses penuaan. Masalah kesehatan yang muncul karena penuaan, salah satunya penyakit kardiovaskular dapat bersifat debilitatif dan fatal. Oleh karena itu, upaya preventif menjadi prioritas utama agar kualitas hidup dapat terjaga. Centella asiatica secara umum diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi terutama di negara-negara dengan jumlah tanaman obat yang berlimpah seperti Indonesia
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efek dari Centella asiatica sebagai tanaman obat yang sudah dikenal luas, terhadap kadar IL-10 di jantung.
Metode: Subjek yang diteliti adalah tikus Sprague-Dawley (SD) yang dibagi kedalam kelompok kontrol pembanding yang berisi tikus muda (8-12 minggu) dan tiga kelompok lainnya yang berisi tikus SD tua (20-24 bulan) terdiri dari kontrol negatif yang diberi placebo, kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak etanol CA 300 mg/kgBB, dan kelompok kontrol positif yang diberikan vitamin E 6 IU. Setelah 28 hari, tikus-tikus tersebut diterminasi dan diukur kadar IL-10 di jantung menggunakan ELISA. Data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan uji parametrik one-way ANOVA.
Hasil: Administrasi CA memberikan hasil berupa peningkatan kadar IL-10 di jantung (16.33 ± 2.71 pg/mg pada kelompok perlakuan CA vs 10.81 ± 0.75 pg/mg di pada kontrol negatif) meskipun tidak signifikan secara statistik (p = 0,106)
Simpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa Centella asiatica tidak mempengaruhi kadar IL-10 di jantung tikus SD tua secara bermakna.

Background: Rapid global improvement across the world have increased the average life expectancy of people, thus drives the increasing number of elderly population. Aging could increase the risk of age-related disease. IL-10 is an anti-inflammatory cytokine that plays an important role in inhibiting the chronic inflammatory process that occurs due to aging. The resulting health problems caused by aging, including cardiovascular diseases could be debilitative and fatal. Therefore, preventive measures are a primary priority so that quality of life can be maintained. Centella asiatica (CA) are known to have anti-inflammatory activity, especially in countries with abundant medicinal plants such as Indonesia.
Objective: Present study aimed to investigate the effect of Centella asiatica as a widely-known medicinal plant to IL-10 level in the heart.
Methods: Subjects were old Sprague-Dawley rats divided into comparison control using young rats (8-12 weeks age) and three other groups of aged SD rats (20-24 months age) consisting of negative control (placebo), treatment group was given 300 mg/kgBW CA ethanolic extract, and positive control group was given 6 IU vitamin E. After 28 days, the rats were terminated then measured the concentration of IL-10 in the heart by ELISA. The data obtained were then analyzed using the one-way ANOVA test.
Results: CA administration resulted an increase in heart IL-10 concentration (16.33 ± 2.71 pg/mg in treatment group vs 10.81 ± 0.75 pg/mg in negative control) although insignificant statistically (p = 0,106).
Conclusion: Present study showed that Centella asiatica did not affect IL-10 level in the heart of aged Sprague-Dawley rats
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Astrid Mariam Khairani
"Pendahuluan: Setiap manusia pasti mengalami proses penuaan, dimana proses penuaan itu sendiri erat kaitannya dengan kerusakan akibat radikal bebas. Kerusakan ini dapat terjadi pada protein dan akan memicu proses karbonilasi yang menghasilkan komponen toksik yaitu karbonil. Berbagai kerusakan dan penurunan fungsi tubuh yang terkait dengan proses penuaan menyebabkan minat masyarakat terhadap suplemen anti penuaan, termasuk tanaman Acalypha indica dan Centella asiatica yang berpotensi untuk mengurangi radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemampuan Acalypha indica dan Centella asiatica dalam menurunkan kadar karbonil akibat kerusakan protein pada proses penuaan. Metode: Penelitian dilakukan secara eksperimental di Laboratorium Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI dengan menggunakan homogenat otak tikus Sprague dawley yang dikelompokkan sesuai perlakuannya masing-masing. Hasil: Kadar karbonil otak tikus tua yang diberi Centella asiatica menunjukkan angka yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tikus tua tanpa perlakuan, sedangkan kelompok yang diberi Acalypha indica tidak berbeda nyata dengan kelompok tua. tikus. Kesimpulan: Pegagan mampu menurunkan kadar karbonil akibat kerusakan protein pada proses penuaan.
Introduction: Every human being must experience the aging process, where the aging process itself is closely related to damage caused by free radicals. This damage can occur in proteins and will trigger the carbonylation process which produces a toxic component, namely carbonyl. Various damages and declines in body functions associated with the aging process have led to public interest in anti-aging supplements, including Acalypha indica and Centella asiatica plants which have the potential to reduce free radicals. This study aims to examine the ability of Acalypha indica and Centella asiatica to reduce carbonyl levels due to protein damage in the aging process. Methods: The study was conducted experimentally at the Laboratory of the Department of Biochemistry and Molecular Biology, Faculty of Medicine, using a brain homogenate of Sprague dawley rats which were grouped according to their respective treatments. Results: The brain carbonyl levels of old rats that were given Centella asiatica showed a much lower number than the group of old rats without treatment, while the group that was given Acalypha indica was not significantly different from the old group. rat. Conclusion: Gotu kola is able to reduce carbonyl levels due to protein damage in the aging process."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Marthin Anggia
"Latar belakang: Penuaan merupakan proses biologis yang ditandai dengan proses
degenerasi pada sel yang menyebabkan perubahan struktur dan penurunan fungsi
jaringan dan organ. Prevalensi sejumlah penyakit degeneratif meningkat pada
kelompok lansia, salah satunya adalah penyakit organ ginjal. Biaya penanganan
penyakit ginjal saat ini masih sangat mahal, sehingga dapat membebani ekonomi
negara dan masih menjadi suatu masalah di dunia kedokteran. Salah satu
mekanisme proses penuaan adalah adanya stres oksidatif. Tanaman Centella
asiatica (CA) dan Acalypha indica (AI) diketahui memiliki kandungan antioksidan
tinggi. Sejumlah penelitian menunjukkan kemampuan CA dan AI dalam
memperbaiki kondisi stres oksidatif.
Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak CA dan AI terhadap gambaran
histologis glomerulus pada ginjal tikus Sprague-Dawley tua.
Metode: Penelitian ini menggunakan sampel bahan biologis tersimpan berupa blok
parafin jaringan ginjal dari penelitian sebelumnya. Terdapat 5 kelompok perlakuan:
tikus usia muda (8-12 minggu), tikus usia tua (20-24 bulan), tikus tua + AI, tikus
tua + CA, dan tikus tua + Vitamin E. Perlakuan diberikan selama 28 hari sebelum
terminasi tikus. Organ ginjal diproses menjadi preparat histologis dengan
pewarnaan hematoksilin-eosin, dan dilakukan pengukuran 3 variabel yaitu jumlah
glomerulus, diameter glomerulus, dan persentase luas ruang Bowman.
Hasil: Tikus usia tua mempunyai kecenderungan untuk mempunyai jumlah
glomerulus yang lebih sedikit dan persentase luas ruang Bowman yang lebih kecil
dibanding kelompok lainnya, namun secara statistik tidak bermakna (ANOVA
p=0,260 dan p=0,141). Pengukuran diameter glomerulus juga menunjukkan
kecenderungan tikus tua mempunyai diameter yang lebih besar (ANOVA p=0,000),
tetapi tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada pemberian AI (p
=0,697) maupun CA (p=0,158).
Simpulan: Ekstrak Acalypha indica dan Centella asiatica tidak menyebabkan
perubahan bermakna pada gambaran histologis glomerulus tikus tua. Diperlukan
penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis yang lebih besar dan durasi
perlakuan lebih lama untuk mengetahui efek anti-aging pada ginjal dari AI dan CA.

Background: Aging is a biological process marked by cellular degeneration that
causes structural changes and declining organ function. The prevalence of
degenerative diseases has increased in the elderly population, one of which is
kidney disease. The current cost for kidney diseases management is very expensive,
therefore it could burden the country’s economy, and it is still a major health
problem. One of the main underlying mechanism in the aging process is oxidative
stress. Herbal plants such as Centella asiatica (CA) and Acalypha indica (AI) are
known to have high antioxidant levels. Previous studies have shown that CA and
AI have the capability to inhibit the oxidative stress.
Purpose: To investigate the effect of Acalypha indica and Centella asiatica extract
on glomerular histology of the old Sprague-Dawley rats.
Method: We used stored biological samples of the kidney paraffin blocks taken
from the previous study. There were 5 treatment groups: younger age rats (8-12
weeks), older age rats (20-24 months), old rats + AI, old rats + CA, and old rats +
Vitamin E. Treatments were given in 28 days and then the rats were terminated.
The kidneys were processed into histological slides with hematoxylin-eosin
staining. There were 3 variables measured from the samples, which were
glomerular number, glomerular diameter, and Bowman’s space area percentage.
Result: The old rats tend to have fewer glomerular number and narrowing
Bowman’s space area percentage compared to other groups, however they are not
statistically significant (ANOVA p=0,260 dan p=0,141). The old rats also have the
tendency of bigger glomerular diameter (ANOVA p=0,000), however it is not
significantly different in AI (p=0,697) and CA treatment (p=0,158).
Conclusion: Our study showed that the extract of Acalypha indica and Centella did
not cause any histological changes in the glomerulus of the older age rats. Further
studies are needed using higher dosage and longer duration of treatment to
investigate the antiaging effect of AI and CA in the aging kidney
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valdi Ven Japranata
"ABSTRACT
Pendahuluan: Penuaan adalah penurunan integritas struktur dan fungsi organisme yang bersifat progresif dan tidak dapat kembali. Pada manusia, hal ini berdampak pada penurunan kognisi dan kekuatan otot, serta peningkatan kerentanan terhadap penyakit degeneratif. Kecepatan penuaan individu berkaitan dengan derajat stres oksidatif yang ditentukan oleh keseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan. Ekstrak etanol Centella asiatica (CA) diketahui berefek antioksidan dan antiinflamasi sehingga berpotensi sebagai agen antipenuaan untuk individu tua. Metode: Tikus Sprague-Dawley (SD) tua dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kontrol negatif (n = 6), kontrol positif (vitamin E 6 IU, n = 7), dan perlakuan (ekstrak etanol CA 300 mg/kg berat badan, n = 8). Sebagai pembanding, terdapat satu kelompok tambahan yang terdiri atas tikus SD muda (n = 6). Kognisi tikus SD sebelum perlakuan ditentukan menggunakan labirin Y. Perlakuan kemudian diberikan selama 28 hari dan kognisi tikus dinilai setiap minggunya. Pada hari ke-29, kekuatan otot tikus diukur dengan uji genggaman dan tikus diterminasi untuk diukur kadar interleukin-6 (IL-6) darah dengan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Hasil: Peningkatan kekuatan otot (p = 0,014) dan penurunan kadar IL-6 darah (p = 0,001) yang signifikan ditemukan pada kelompok perlakuan dengan CA dibandingkan kontrol negatif, namun tidak ditemukan perbedaan signifikan secara statistik pada kognisi baik antarkelompok setiap minggu maupun antarminggu setiap kelompok (p > 0,05). Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol CA menurunkan kadar IL-6 darah dan meningkatkan kekuatan otot pada tikus SD tua, namun tidak berefek terhadap kognisi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mempelajari efek CA sebagai agen antipenuaan.

ABSTRACT
Introduction: Aging is progressive and irreversible declines in structural integrity and function of organisms. In human, it leads to cognition and muscle strength impairment, also increased vulnerability to degenerative disorders. Individual aging rate is influenced by degree of oxidative stress, determined by equilibrium between free radicals and antioxidants. Centella asiatica (CA) ethanolic extract has antioxidant and anti-inflammatory effects so it potentially acts as antiaging agent for aged individuals. Methods: Aged Sprague-Dawley (SD) rats were divided into three groups: negative control (n = 6), positive control (vitamin E 6 IU, n = 7), and treatment (CA ethanolic extract 300 mg/kg body weight, n = 8). There is an additional group of young SD rats for comparison (n = 6). Their cognition was measured with Y-maze prior treatment. The treatment was given for 28 days and the cognition level was measured each week. At day 29, their muscle strength was measured with grip test and the rats were terminated to determine their blood interleukin-6 (IL-6) level with enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Results: Significant muscle strength improvement (p = 0,014) and blood IL-6 level reduction (p = 0,001) were found in group receiving CA treatment compared with negative control, but differences in cognition were not significant, both among groups each week and among weeks each group (p > 0,05). Conclusions: CA ethanolic extract treatment reduces blood IL-6 level and improves muscle strength in aged SD rats, but exerts no effect to cognition. Further studies are required to investigate CA effect as antiaging agent."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yusuf
"Latar belakang: Penuaan adalah penurunan fungsi tubuh secara progresif yang melibatkan akumulasi kerusakan oleh stres oksidatif. Secara alami, antioksidan endogen diproduksi tubuh untuk mengatasi kondisi ini. Glutathion (GSH) adalah salah satu antioksidan endogen yang mencegah kerusakan pada komponen sel penting. Ketika tua, GSH akan meningkat untuk melawan kadar radikal bebas yang meningkat. Dalam kondisi ini, asupan antioksidan eksogen dapat membantu kerja dari GSH. Tanaman herbal memiliki peran penting dalam pencegahan dan pengendalian suatu penyakit dengan sifat antioksidan dari konstituen fitokimia yang dikandungnya. Salah satu herbal Indonesia yang kaya akan sumber antioksidan eksogen adalah Centella asiatica (CA).
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol CA terhadap kadar GSH hepar tikus Sprague-Dawley (SD) tua.
Metode: Dua puluh satu ekor tikus tua (20-24 bulan) dibagi menjadi tiga kelompok: kontrol negatif, CA 300 mg/kgBB, kontrol positif (vitamin E 6 IU), serta enam ekor tikus muda (8-12 minggu) sebagai kontrol pembanding. Hewan coba diberi perlakuan selama 28 hari. Kadar GSH diukur menggunakan metode spektrofotometri dan data dianalisis dengan one-way ANOVA.
Hasil: Pemberian ekstrak CA mengakibatkan penurunan kadar GSH hepar tikus tua yang tidak signifikan (29.025 ± 6.410 μM/mg pada kelompok CA, sedangkan 35.495 ± 12.809 μM/mg pada kelompok kontrol negatif, p > 0.05). Hasil tersebut mendukung efek antipenuaan ekstrak CA dengan membantu GSH melawan radikal bebas, walau tidak signifikan.
Simpulan: CA tidak menurunkan kadar GSH di hepar tikus SD tua.

Background: Aging is a progressive decline in body functions that involves damage accumulation by oxidative stress. Naturally, endogenous antioxidants are produced to overcome this condition. Glutathione (GSH) is one of endogenous antioxidants that prevents damage in important cellular components. In old age, GSH will increase according to increasing free radical levels. In this condition, intake of exogenous antioxidants could help GSH. Herbal plants play an essential role in disease hindrance and control with their phytochemical constituents' antioxidant properties. Centella asiatica (CA) is one of these herbal plants.
Objective: This study aims to find CA ethanol extract's effect on the liver GSH level of aged Sprague-Dawley (SD) rats.
Method: Twenty one aged (20-24 months) rats are divided into three groups: negative control, CA 300 mg/kgBW, positive control (vitamin E 6 IU), and six young rats (8-12 weeks) as comparison control group. They were treated for 28 days. GSH concentration was measured by spectrophotometry and the data was analyzed by one-way ANOVA.
Result: Administration of CA resulted in an insignificant decrease in liver GSH level of aged rats (29.025 ± 6.410 μM/mg in CA treated while 35.495 ± 12.809 μM/mg in negative control). The result supports the anti-aging effect of CA extract by helping GSH in fighting free radicals, even though insignificantly.
Conclusion: CA doesn’t decrease GSH levels in the liver of aged SD rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Estiana Filzadiyanti
"Menurut The Free Radicals Theory of Aging akumulasi radikal bebas salah satu faktor penyebab penuaan yang dapat merusak sel-sel tubuh. Tubuh memiliki sistem antioksidan untuk menjaga homeostasis dan melindungi dari stres oksidatif. Namun, antioksidan endogen yang bekerja dianggap belum sepenuhnya dapat menangani masalah tersebut, sehingga diperlukan suplementasi antioksidan eksogen yang memanfaatkan sumber tanaman herbal di Indonesa. Tanaman Acalypha indica (AI) dan Centella asiatica (CA) diketahui memiliki berbagai kandungan senyawa, salah satunya adalah flavonoid. Pada berbagai penelitian, flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang diketahui dapat membantu melindungi tubuh dari stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak AI dan CA terhadap kadar antioksidan Glutation (GSH) otak tikus Sprague Dawley tua. Studi eksperimental in vivo menggunakan otak tikus dari lima kelompok percobaan, yaitu tikus kontrol tua, tikus yang diberi AI (250 mg/kgBB), tikus yang diberi CA (300mg/kgBB), tikus yang diberi vitamin E (15 UI/kgBB), dan tikus kontrol muda. Pengukuran kadar GSH menggunakan metode Ellman. Kadar GSH otak pada kelompok tikus yang diberi AI lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan tikus yang diberi CA (p= 0,001), Vitamin E (p=,006), dan tikus kontrol muda (p= 0,003). Kadar GSH pada kelompok tikus kontrol tua lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan tikus yang diberi CA, Vitamin E, dan tikus kontrol muda. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua tanaman memiliki kadar antioksidan dan berpotensi sebagai suplemen bagi tubuh.

According to The Free Radical Theory of Aging, accumulation of free radicals lead to aging which can damage body cells. Our body has antioxidant system to maintain homeostasis and protect from oxidative stress. However, the endogenous antioxidant cant fully solve the problem, thus our body needs exogenous antioxidant supplement that can utilize from herbal plants in Indonesia. Acalypha indica (AI) and Centella asiatica (CA) is a plant known having several chemical compounds which one of them is flavonoid. In many studies, flavonoid has antioxidant activity that can help protect body from oxidative stress. This study has objective to discover the effect of AI and CAs extract to antioxidant GSH (glutathione) level in old Sprague Dawley rats brains.This study was conducted as in vivo experimental research using rats brains from 5 experimental groups, which are old control rats, rats that were given AI (250 mg/kgBW), rats that were given CA (300 mg/kgBW), rats that were given vitamin E (15 UI/kgBW), and young control rats. Measurement of GSH lever was done by using Ellman method. GSH level in group of rats that were given AI was significantly higher compared to brain GSH level in group of rats that were given CA (p=0.001), vitamin E (p=0.006), and young control rats (p=0.003). GSH level in old control rats group was significantly higher compared to group of rats that were given CA, vitamin E, and young control rats. This result show that both plants have antioxidant activity and potentially used as supplementation for body."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>