Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117146 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Mahardika
"ABSTRAK
Perempuan usia subur dengan histerektomi memiliki kebutuhan secara fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural yang berdasarkan hal-hal yang dirasakan setelah mengalami histerektomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan secara holistic pada perempuan usia subur dengan histerektomi. Penelitian ini menggunakan studi kualitatif grounded theory. Dalam penelitian ini  terdapat 6 partisipan perempuan usia subur post histerektomi, enam orang suami partisipan, anggota keluarga, dan tiga orang tenaga kesehatan. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Barat dengan kebudayaan minang yang menganut matrilineal. Didapatkan tujuh tema hasil penelitian yang membentuk konsep kebutuhan holistik pada perempuan usia subur dengan histerektomi. Adapun kebutuhan pada perempuan usia subur dengan histerektomi yang ditemukan yaitu  kebutuhan mengatasi masalah seksual dan nyeri, kebutuhan diperhatikan orang terdekat, kebutuhan untuk beraktivitas dan mendapat dukungan dari lingkungan, kebutuhan untuk meningkatkan hubungan dengan tuhan dan penerimaan diri, kebutuhan kepercayaan dari lingkungan dan nilai-nilai masyarakat untuk menerima dirinya. Disimpulkan bahwa kebutuhan pada perempuan usia subur dengan histerektomi tidak hanya secara fisik dan psikologis tetapi juga kebutuhan sosial, spiritual, dan kultural. Maka tenaga kesehatan perlu mengetahui pengkajian dalam memahami kebutuhan holistic pada perempuan usia subur dengan histerektomi.


Women of childbearing age with hysterectomy have physical, psychological, social, spiritual, and cultural needs based on things that are felt after experiencing a hysterectomy. This study aims to determine the needs holistically for women of childbearing age with hysterectomy. This research uses qualitative grounded theory. In this study there were 6 female participants of childbearing age post hysterectomy, six participants' husbands, family members, and three health workers. This research was conducted in West Sumatra Province with a Minang culture that embraced matrilineal. There are seven themes of research results that form the concept of holistic needs for women of childbearing age with hysterectomy. The needs of women of childbearing age with hysterectomy are found, namely the need to deal with sexual and pain problems, the need to pay attention to the closest person, the need to move and get support from the environment, the need to improve relationships with God and self-acceptance, the need for trust in the environment and values community to accept him. It was concluded that the needs of women of childbearing age with hysterectomy were not only physically and psychologically but also social, spiritual, and cultural needs. So health workers need to know the assessment in understanding holistic needs for women of childbearing age with hysterectomy.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T52426
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zaini
"[ABSTRAK
Bencana alam menimbulkan masalah psikologi. Masyarakat yang menjadi korban
harus memiliki resiliensi dan kesejahteraan spiritual supaya bersikap adaptif.
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor yang berhubungan dengan resiliensi
dan kesejahteraan spiritual survivor erupsi Gunung Kelud. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif korelasi cross sectional, jumlah sampel sebanyak
136 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor paling dominan
berhubungan dengan resiliensi adalah riwayat trauma. Faktor paling dominan
berhubungan dengan kesejahteraan spiritual adalah pendidikan. Pelayanan
keperawatan pasca bencana perlu dilakukan secara komprehensif, melibatkan
dukungan sosial serta nilai kepercayaan atau budaya sehingga meningkatkan
resiliensi dan kesejahteraan spiritual.

ABSTRACT
Natural disaster could inpact the psychological conditions of disaster affected
persons. The survivors must have resilience and spiritual well-being to enable
them to adapt positively to an unexpected situation. The purpose of this study was
to determine the factors related to resilience and spiritual well-being of
survivors. The design of this study was the correlation descriptive to wards 136
respondents. The results showed that the dominant factors related to resilience
was traumatic experiences. The dominant factors related to spiritual well-being
was level of education. The nursing care in the post disaster needs to be
comprehensive; involving community supports as well as spirituality in the
context of culture of survivors, so that it would improve the resilience and
spiritual well-being.;Natural disaster could inpact the psychological conditions of disaster affected
persons. The survivors must have resilience and spiritual well-being to enable
them to adapt positively to an unexpected situation. The purpose of this study was
to determine the factors related to resilience and spiritual well-being of
survivors. The design of this study was the correlation descriptive to wards 136
respondents. The results showed that the dominant factors related to resilience
was traumatic experiences. The dominant factors related to spiritual well-being
was level of education. The nursing care in the post disaster needs to be
comprehensive; involving community supports as well as spirituality in the
context of culture of survivors, so that it would improve the resilience and
spiritual well-being., Natural disaster could inpact the psychological conditions of disaster affected
persons. The survivors must have resilience and spiritual well-being to enable
them to adapt positively to an unexpected situation. The purpose of this study was
to determine the factors related to resilience and spiritual well-being of
survivors. The design of this study was the correlation descriptive to wards 136
respondents. The results showed that the dominant factors related to resilience
was traumatic experiences. The dominant factors related to spiritual well-being
was level of education. The nursing care in the post disaster needs to be
comprehensive; involving community supports as well as spirituality in the
context of culture of survivors, so that it would improve the resilience and
spiritual well-being.]"
2015
T42944
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nuraini
"Resistensi insulin adalah penurunan kemampuan jaringan (otot, hati, dan jaringan adiposa) untuk merespon insulin yang bersirkulasi secara normal dalam darah yang berisiko berkembang menjadi penyakit diabetes melitus tipe 2. Rasio tinggi asupan asam lemak omega-6/omega-3 diduga berperan dalam menurunkan sensitivitas insulin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara rasio asupan omega-6/omega-3 dan HOMA-IR pada perempuan usia reproduktif. Studi potong lintang ini dilakukan di Jakarta, pada bulan Juli sampai Oktober 2021. Pengambilan sampel menggunakan metode consecutive sampling dan diperoleh 79 subjek perempuan yang memenuhi kriteria penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara 24-hours food recall sebanyak 3 kali, pengukuran antropometri untuk menilai status gizi, dan pengambilan serum untuk mengukur kadar glukosa darah puasa dan insulin. Rerata asupan omega-6 pada subjek adalah 9.43 ± 3.69 gram/hari, median asupan omega-3 pada subjek adalah 0.79 (0.23–3.53) gram/hari, dan rerata rasio asupan omega-6/omega-3 adalah 12.32 ± 4.32. Rerata HOMA-IR pada subjek adalah 3.04 ± 1.24. Terdapat korelasi positif lemah antara rasio asupan omega-6/omega-3 dan HOMA-IR, namun tidak signifikan (r=0.161, p=0.157). Ditemukan hubungan signifikan antara DHA dan HOMA-IR setelah mengontrol faktor perancu (p=0.014). Tidak ada hubungan antara rasio asupan asam lemak omega-6/omega-3 dan HOMA-IR pada perempuan usia reproduktif. Namun, ditemukan hubungan antara asupan DHA dan HOMA-IR yang menunjukkan bahwa peningkatan asupan asam lemak tidak jenuh dapat mencegah terjadinya resistensi insulin.

Insulin resistance is a decrease in the ability of tissues (muscle, liver, and adipose tissue) to respond to insulin that circulates normally in the blood which is at risk of developing type 2 diabetes mellitus. A high ratio of omega-6/omega-3 fatty acid intake is thought to play a role in reducing insulin sensitivity. This study aims to determine the association between the ratio of omega-6/omega-3 intake and HOMA-IR in reproductive-aged women. This cross-sectional study was conducted in Jakarta, from July to October 2021. Sampling used the consecutive sampling method and obtained 79 women subjects who met the research criteria. Data was collected through 24-hour food recall interviews 3 times, anthropometric measurements to assess nutritional status, and serum sampling to measure fasting blood glucose and insulin levels. The mean omega-6 intake in the subjects was 9.43 ± 3.69 grams/day, the median omega-3 intake in the subjects was 0.79 (0.23–3.53) grams/day, and the mean ratio of omega-6/omega-3 intake was 12.32 ± 4.32. The mean HOMA-IR in the subjects was 3.04 ± 1.24. There was weak positive correlation between the ratio of omega-6/omega-3 intake and HOMA-IR, but not significant (r=0.161, p=0.157). A significant relationship was found between DHA and HOMA-IR after adjusted confounding factors (p=0.014). There was no association between the ratio of omega-6/omega-3 fatty acid intake and HOMA-IR in reproductive-aged women. However, it was found that there was a assocation between DHA intake and HOMA-IR which indicated that increasing intake of unsaturated fatty acids could prevent insulin resistance"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ashram Vrata Wijaya merupakan sebuah bangunan arsitektur Ashram yang berusaha menyelaraskan diri dengan lokasi dan lingkungannya. Ashram Vrata Wijaya dengan bentuk interior plafon dengan lukisannya yang unik menjadi daya tarik bagi pemakai ruang dan mereka yang memasuki ruangan, menjadi bahan pertanyaan, apa maksud dan makna dari lukisan plafon tersebut? Sehingga untuk itu agar menghindari terjadinya kesalahan informasi maka penelitian ini sangant diharapkan nantinya sebagai sumber yang akurat mengenai makna yang terkandung dari lukisan plafon pada interior Ashram Vrata Wijaya. Ashram Vrata Wijaya dibangun sebagai tempat memperdalam ilmu spiritual khususnya kesiwaan. Arsitektur dan iteriornya bukan semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan fungsi sebagai tempat suci untuk menaungi kebutuhan aktivitas para bhakta (umat) namun juga sebagai sebagai usaha penyelarasan hubungan manusia dengan alam. Lukis pada plafon interior banyak dibuat dalam bentuk dan motif karya dua dimensi lukis bercorak lukis wayang kamasan dilihat dari teknik pengerjaan dan bahan-bahan yang digunakan sebagai usaha memunculkan makna dan keindahan dimasa proses pembangunan arsitektur dan interiornya jika dieksplor secara mendalam makna yang terkandung dalam lukisan plafon Ashram ini ingin mengabadikan semangat pengabdian yang tulus yang lahir dari dalam diri bakta untuk menjadi bakta yang baik dan berbakti pada ajaran jnama buda siva.
"
SWISID 2:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M Luthfi Adillah
"Pandemi COVID-19 membuat banyak dari kita tinggal dirumah dan sulit untuk melakukan jenis olahraga yang biasa kita lakukan. Bahkan kualitas tidur pasien yang terdiagnosa COVID-19 dengan gejala berat menunjukkan efisiensi tidur dan waktu imobilitas yang lebih dibandingkan dengan pasien yang hanya mengalami gejala yang ringan. Latihan fisik yang cukup dan kualitas tidur yang baik sangat diperlukan untuk mencegah terkonfirmasi COVID-19 dan menjaga imunitas tubuh selama masa pandemi COVID-19. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi hubungan antara kualitas tidur dan aktifitas fisik dengan derajat keparahan COVID-19. Desain penelitian ini adalah deskriptif retrospektif dengan pendekatan cross sectional dengan 120 Sampel. Hasil penelitian menunjukan prosentase 75,8% responden mempunyai kualitas tidur yang buruk dan aktifitas fisik sedang mencapai 60% responden. Responden dengan derajat keparahan COVID-19 mempunyai prosentase yang tidak parah 60%. Hasil uji Rank Spearmen variabel Kualitas tidur diperoleh nilai p > 0,05 sebesar 0,409 yang menunjukkan bahwa korelasi tidak bermakna dan Variabel Aktifitas fisik diperoleh nilai p < 0,05 sebesar 0,007 yang menunjukkan bahwa korelasi bermakna. Kesimpulannya latihan fisik merupakan faktor utama dalam membantu individu untuk lebih meningkatkan imunitas. Aktivitas fisik dan latihan fisik mungkin menjadi faktor utama untuk mencegah derajat keparahan COVID-19 di masa pandemi.

The COVID-19 pandemic has left many of us staying at home and finding it difficult to do the kind of exercise we are used to. Even the sleep quality of patients diagnosed with COVID-19 with severe symptoms showed more sleep efficiency and immobility time compared to patients who only experienced mild symptoms. Adequate physical exercise and good quality sleep are necessary to prevent confirmed COVID-19 and maintain body immunity during the COVID-19 pandemic. The purpose of this study was to identify the relationship between sleep quality and physical activity with the severity of COVID-19. The design of this research is retrospective descriptive with a cross sectional approach with 120 samples. The results showed the percentage of 75.8% of respondents had poor sleep quality and moderate physical activity reached 60% of respondents. Respondents with the severity of COVID-19 had a non-severe percentage of 60%. The results of the Spearmen Rank test for the sleep quality variable obtained p value > 0.05 of 0.409 which indicates that the correlation is not significant and the physical activity variable obtained p value <0.05 of 0.007 which indicates that the correlation is significant. In conclusion, physical exercise is a major factor in helping individuals to further enhance their immunity. Physical activity and physical exercise may be the main factors to prevent the severity of COVID-19 during the pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tria Astika Endah
"Osteoporosis merupakan salah satu Pcnyakit Tidak Menular (PTM) yang menjadi beban kesehatan mayarakat di negara bcrkembang tezmasuk di Indonesia. Osteoporosis discbut sebagai silent disease karena pada stadium awal tidak menimbulkan gejala yang nyata. Osteoporosis bisa menyerang laki-iaki maupun perempuan dan lebih berisiko pada usia Ianjut. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang memiliki karakteristik yang khas, yaitu rendahnya massa tulang disertai pcrubahan-perubahan mikro arsitcktur dan mundumya kualitasjaringan pada tulang. Kondisi ini pada akhimya dapat menyebabkan tenjadinya pcningkatan kerapuhan tulang dan rneningkatkan risiko terjadinya fraktur pada tulang.
Pengukuran Dcnsilas Massa Tulang (DMT) dapat dilakukan dengan mcnggunakan alat densitomcter tulang. Metode ini mcncntukan kandungan mineral tulang pada seluruh tulang. Dengan uji Densitas Massa Tulang (DMT) dapat didiagnosis terkena osteoporosis ataukah tidak. Pengukuran dapat dilakukan pada tulang belakang, tuiang pinggul, tulang pergelangan tangan, tumit atau pun jari tangan. Mctode Quantitative Ultrasound (QUS) mcngukur densitas tulang pada tumit. Daiam mendiagnosis terjadinya osteoporosis, alat tersebut mengukur keoepatan gelombang suara yang bergerak sepanjang tulang.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian osteoporosis pada kelompok dewasa usia 40 sampai 65 tahun di Kota Depok. Disain penclitian yang digunakan adalah disain studi kasus kontrol dengan jumlah keseluruhan subjek yang diteliti scbanyak 116 orang yaitu tcrdiri dari 29 orang kasus dan 87 orang kontrol (1 : 3). Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2008. Populasi adalah seluruh orang dewasa laki-laki maupun perempuan bemsia antara 40 sampai 65 tahun yang menetap atau tinggal di wilayah Kota Depok, Jawa Barat. Kelompok kasus ditetapkan dengan kriteria seluruh orang dewasa laki-Iaki maupun perempuan benlsia 40 sampai 65 tahun yang tinggal di ernpat lokasi penclitian terpiiih (Pesona Khayangan, Mutiara Depok, Durian Mekar RW 02 dan RW 03) di Kota Depok, Jawa Barat yang didiagnosis osteoporosis menggunakan alat Achilles Exprem/Insight rnetode Quantitative Ultrasound (QUS) dengan scnsitivitas alat sebesar 97%, diperoleh nilai t-score 5 -2,5 SD, sedangkan jika nilai t-score 2 -1 SD ditctapkan sebagai kontrol.
Hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda model faktor risiko menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara IMT dengan osteoporosis (p-vaIue<0,05}. Nilai Odds Ratio (OR) dari hasil uji statistik diperoleh hasil bahwa subjek dengan IMT ‘kurang’ berisiko terkena osteoporosis sebanyak l85,8 kali dibandingkan dengan subjek yang mempunyai IMT ‘nom1al’. Dari hasil analisis tersebut terbukti bahwa 11 (sebelas) variabel mempakan variabel confounder yaitu terdiri dari merokok, aktivitas olahraga, tingkat pendidikan, tingkat pcngetahuan, pekexjaan, pendapatan, frekuensi konsumsi buah, frekuensi konsumsi minuman penghambat penyerapan kalsium, asupan protein, asupan vitamin C, serta asupan vitamin D.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai osteoporosis dengan menggunakan jumlah subjek yang lebih banyak untuk disain kasus kontrol. Selain itu juga dapat dilakukan penelitian lain dengan mengukur kadar kalsium dalam darah pada subjek disamping pengukiuan terhadap Densitas Massa Tulang (DMT). Dapat juga diiakukan penelitian berikutnya dengan disain studi yang berbeda yaitu dengan disain studi kohort. Hal ini ditujukan untuk rnengetahui lebih lanjut mcngenai pengaruh faktor-faktor risiko lainnya yang berkaitan dengan osteoporosis.

Osteoporosis is one of non-communicable diseases that becomes problem among people in developing countries, including in Indonesia. Osteoporosis is known as silent disease where in the first stadium does not have a significant symptom. Osteoporosis may attack men and women and it is higher risk to old people. Osteoporosis has specific characters they are low of bone weight repeated with micro-architecture changes and the decrease of bone tissues quality. This condition, at the end, may cause the increase of bone brittle and bone fracture risk. Bone Mass Density (BMD) measurement was done by using bone densitomcter. This method measures mineral content in the bone. The osteoporosis can be diagnosed by using the Bone Mass Density test. The measurements were carried out from back bone, hip bone, wrist bone, heel bone, and fmgers bone.
Quantitative Ultrasound Method measured the heel bone density. It measured the speed of sound wave moving throughout the bone while diagnosing the osteoporosis. The objectives are to find out the relation between Body Mass Index (BMI) and osteoporosis to adult people aged 40 - 65 years in Depok in 2008. Case contorol study design was carried out in this research by using 116 subject as samples divided into 29 case and 87 control (I : 3). The research was done on May 2008. Population involved in this research were men and women aged between 40 until 65 years old, lived or stayed in Depok, West Java. The osteoporosis was measured by using Achilles Express/Insight with Quantitative Ultrasound Method with 97% tools sensitivity, resulted the t-score (osteoporosis : 5 -2.5 SD decided as case, while normal : 2 -1 SD as control). Case and control stayed in 4 (four) selected location (Pesona Khayangan, Mutiara Depok, Durian Mekar RW 02 and RW 03) in Depok, West Java.
The multivariat analysis by using risk factor model with double logistic regression analysis shows that there is a significant relation between Body Mass Index (BMI) and osteoporosis (p-value < 0.05). Odds Ratio (OR) value from statistical test shows that people ‘under’ Body Meight Index (BMI) are high risk to osteoporosis, 185.8 times than people above ‘normal’ Body Mass Index (BMI). The iinal result from multivariate analysis proved that 11 (eleven) variables were confounder; there were smoking, exercise activity, education level, knowledge level, jobs, earning, fruit consumption frequency, calcium absorption resistor drinking frequency, protein intake, Vitamin C intake, and Vitamin D intake. It is necessary to carry out next step research by sampling more case and control population, not only measuring Bone Mass Density (BMD) but also measuring blood calcium content with different study design by using kohort study. This will find out, further, the effect of other risk factors dealing with osteoporosis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34577
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kartika Estiani
"Premenstrual Syndrome (PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosional yang terkait dengan siklus menstruasi yang biasanya terjadi 7-14 hari sebelum periode menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai. Gejala yang muncul dapat mengganggu aktivitas. Salah satu faktor penyebab Premenstrual Syndrome adalah usia menarche dan asupan zat gizi mikro. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis data sekunder terkait hubungan antara usia menarche dan asupan zat gizi mikro dengan kejadian Premenstrual Syndrome pada remaja putri di SMAN 4 Surabaya tahun 2017. Penelitian ini menggunakan studi Cross Sectional dengan pendekatan kuantitatif. Data dianalisis secara multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia menarche (p=0,0005), vitamin B1 (p=0,033), vitamin B2 (p=0,011), vitamin B6 (p=0,023), vitamin E (p=0,045), zink (0,014), dan kolesterol (0,001) dengan kejadian Premenstrual Syndrome. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa asupan natrium merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian Premenstrual Syndrome dengan OR=5,787 artinya remaja putri yang memiliki asupan natrium tinggi berisiko mengalami kejadian Premenstrual Syndrome 5,8 kali lebih tinggi dibandingkan remaja putri yang tidak mengonsumsi natrium secara berlebih, setelah dikontrol usia menarche, vitamin B1, vitamin B2, zink, dan kolesterol

Premenstrual Syndrome (PMS) consists of physical, psychological, and emotional symptoms associated with menstrual cycle which usually occurs 7-14 days before the menstrual period and disappears when menstruation begins. The symptoms can even cause interference activities. Menarche and micronutrition intake are the factors causing PMS. The purpose of this study was to analyze the relationship between menarche and micronutrition intake with PMS in adolescent girls at SMAN 4 Surabaya in 2017. This study uses a ross sectional study with a quantitative approach. Data analyzed by logistic regression. The result of bivariate analysis found correlation between menarche (p=0,0005), vitamin B1 (p=0,033), vitamin B2 (p=0,011), vitamin B6 (p=0,023), vitamin E (p=0,045), zinc (0,014), dan cholesterol (0,001) with Premenstrual Syndrome. The results of multivariate analysis found that sodium intake is the dominant variable in the correlation with Premenstrual Syndrome, OR=5,787 means that adolescent girls with high sodium intake will increase the risk of Premenstrual Syndrome 5,8 times higher than adolescent girls with normal sodium intake, after controlled by menarche, vitamin B1, vitamin B2, zinc, dan cholesterol"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linny Grasiana Maria Liando
"Latar Belakang:
Anak usia batita yang pernah mengalami perawatan di Unit Neonatologi pada saat lahir berada dalam risiko
mengalami keterlambatan perkembangan. Terdapat berbagai faktor terkait perkembangan anak usia batita,
baik dari aspek ibu maupun anak.
Tujuan:
Mendapatkan gambaran Developmental Quotient anak usia batita yang pernah dirawat inap di Unit
Neonatologi RSCM dan faktor-faktor terkait.
Metode:
Penelitian ini adalah studi analitik observasional potong lintang yang menilai Developmental Quotient pada
83 anak usia batita yang pernah dirawat inap di Unit Neonatologi RSCM pada tahun 2018-2019 yang diambil
secara acak sederhana. Developmental Quotient dinilai dengan menggunakan Capute Scale, dan terdiri dari
Full-Scale Developmental Quotient (FSDQ), Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale (DQ
CLAMS), Cognitive Adaptive Test (DQ CAT). Dilakukan identifikasi faktor-faktor terkait DQ sebagai
variabel bebas, yaitu : jenis kelamin anak, usia gestasi, berat badan lahir, panjang badan lahir, lingkar kepala
lahir, lama rawat inap di unit Neonatologi, lama lepas rawat, diberikan ASI eksklusif atau tidak, ada tidaknya
intervensi rehabilitasi, usia ibu saat melahirkan, psikopatologi ibu, komplikasi persalinan, mother-infant
bonding, pendidikan ibu, jumlah anak, status sosial ekonomi. Analisis bivariat dengan Chi-square dan
multivariat dengan regresi logistik dilakukan untuk menguji hipotesis.
Hasil:
Sebanyak 38,6% anak usia batita dengan riwayat perawatan di unit Neonatologi RSCM mengalami
keterlambatan FSDQ, 47% keterlambatan DQ CLAMS, dan 31,4% keterlambatan DQ CAT. Terdapat
hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu, psikopatologi ibu, dan status sosial ekonomi terhadap
terjadinya keterlambatan FSDQ; serta hubungan bermakna antara jenis kelamin, pendidikan ibu dan
psikopatologi ibu dengan keterlambatan DQ CLAM pada subjek penelitian ini. Pada analisis multivariat
didapatkan bahwa variabel paling bermakna dengan kejadian keterlambatan FSDQ pada subjek penelitian
ini adalah pendidikan ibu (p= 0,048; rasio odd= 4,751; interval kepercayaan 1,017-22,199) dan
psikopatologi ibu (p= 0,023; rasio odd= 0,2; interval kepercayaan 0,05-0,804).
Simpulan :
Anak usia batita dengan riwayat perawatan di Unit Neonatologi perlu diperiksa secara berkala untuk
mencegah keterlambatan perkembangan. Meningkatkan kesehatan mental ibu dapat mencegah
keterlambatan perkembangan.

Infants with history of hospitalization in Neonatology Unit at births are at risk of delayed development. There
are various risk factor associated with infant development, either from maternal or infant factor.
Objectives:
To determine developmental quotient of infants with history of hospitalization in Neonatology Unit in Dr
Cipto Mangunkusumo General Hospital, and to identify factors related to it.
Method:
Study design was cross-sectional observational analytic study. Subjects were 83 infants with history of
hospitalization in Neonatology Unit, from January 2018 to December 2019 randomly selected. The
Developmental Quotients were assessed using The Capute Scale, and consist of Full-Scale Developmental
Quotient (FSDQ), Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale (DQ CLAMS), Cognitive Adaptive Test
(DQ CAT). We analyzed the association of DQ with 15 independent variables: gender, gestational age,
birthweight, length at birth, head circumference at birth, length of hospitalization in Neonatology Unit,
duration from hospital discharge, exclusively breastfed or not, rehabilitation intervention, age of mother at
birth, mother’s psychopathology, pregnancy and delivery complication, mother-infant bonding, mother
education, number of siblings, and socio-economic status. Bivariate analyzes using Chi-square and
multivariate analyzes using logistic regression were applied for hypothesis testing.
Result:
FSDQ, DQ CLAMS and DQ CAT delay were found in 38,6%, 47,0% and 31,4% of subjects, respectively.
There were significant correlations between maternal education, mother’s psychopathology and socioeconomic
status with delayed FSDQ while delayed DQ CLAMS were related to gender, maternal education
and maternal psychopathology. Multivariate analyzes revealed that the most responsible factor related to
delayed FSDQ in this research were mother’s psychopathology (p= 0,023; odd ratio= 0,2; confidence
interval 0,05-0,804) and mother’s education (p= 0.048; odd ratio= 4.751; confidence interval= 1.017-
22.199).
Conclusion:
Infants with history of hospitalization in Neonatology Unit, should be checked regularly fot delayed
development. Improving maternal mental health and education is important in preventing developmental
delay.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>