Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99168 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fauzia Maulidiastuti Kusmarani
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pengayaan olfaktori terhadap perilaku adaptif populasi harimau sumatra di Taman Margasatwa Ragunan (TMR).  Pengayaan olfaktori yang diberikan berupa feses babi hutan (Sus scrofa) dan rusa sambar (Rusa unicolor).  Pengamatan berlangsung selama tujuh pekan efektif dengan komposisi tiga pekan pengamatan awal, dua pekan pengayaan, dan dua pekan pascapengayaan.  Pengambilan data seluruhnya menggunakan ethogram digital sebagai upaya peningkatan efisiensi penelitian.  Data utama berupa jenis, durasi, dan frekuensi perilaku untuk penghitungan time budget.  Data tambahan berupa pola interaksi dan penggunaan ruang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam analisis.  Peningkatkan efisiensi pengambilan data tercapai melalui sistem pencatat otomatis untuk perilaku, waktu, posisi, dan objek interaksi.  Analisis statistika menunjukkan perbedaan signifikan pada persentase perilaku adaptif antara periode pengamatan awal (9,772 ± 1,920%) dan periode pengayaan (1,128 ± 0,289%).  Penurunan persentase perilaku adaptif diikuti oleh peningkatan perilaku eksplorasi positif.  Eksplorasi positif ditandai dengan perilaku interaksi dan lokomosi.  Peningkatan perilaku lokomosi bertahan hingga pemberian pengayaan dihentikan.  Perubahan level perilaku timbul karena adanya fluktuasi pada stimulus dalam kandang.  Dapat disimpulkan bahwa penggunaan ethogram digital mampu mempermudah proses observasi perilaku langsung.  Kesimpulan lain yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu pemberian pengayaan olfaktori dapat mengurangi prevalensi kemunculan perilaku adaptif harimau sumatra di TMR.


This research observed the effects of olfactory enrichments on the adaptive behavior of captive Sumatran tigers at Ragunan Zoological Park.  Olfactory enrichment was given in form of fresh prey feces obtained from Ragunan herbivore enclosures.  Observation ran for seven weeks with three weeks of baseline observation, two weeks of enrichment, and two weeks of post-enrichment observation.  The data collection process was entirely done through digital ethogram as an effort to optimize the research.  Core data consisted of behavior type, duration, and frequency.  Additional data included spatial mapping and interactions between tigers and objects.  Efficiency of data collection process was successfully improved through automatic recording of time, behavior, tiger position in the enclosure, and interaction targets.  Statistical analysis of time budget revealed significant differences between the prevalence of adaptive behavior pre-enrichment (9.8 ± 1.92%) and during enrichment (1.1 ± 0.29%).  Lowered levels of adaptive behavior is followed by an increase in positive exploratory behavior.  Positive exploratory behavior consists of behaviors from Interaction and Locomotion categories.  The increase in locomotion is observed even after enrichment ceased to be given.  Changes in behavior resulted from fluctuation of stimulus that the tigers were exposed to within the enclosure.  It can be concluded that digital ethogram increases the efficiency of data recording in direct observation and that olfactory enrichment influences the prevalence of Sumatran tiger adaptive behavior at Ragunan Zoological Park.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52413
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Genoveva Kiranaputri Tjondrolukito
"Harimau sumatera di penangkaran dapat menunjukkan perubahan perilaku dalam
bentuk perilaku stereotipe. Kegiatan tindakan medis pun dapat menyebabkan
cedera saat handling dan stres pada satwa. Teknik enrichment (pengayaan) sudah
dikenal mampu mengurangi perilaku stereotipe dan stres harimau di penangkaran.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengevaluasi teknik environmental enrichment, food enrichment dan social enrichment pada harimau sumatera di Rescue Centre Tambling Wildlife Nature Conservation (Tambling), (2) mengevaluasi hubungan perilaku stereotipe dengan stres fisiologis harimau sumatera melalui rasio neutrofil per limfosit (Rasio N/L). Obyek penelitian ini ialah 4 ekor harimau sumatera (1 betina dan 3 jantan) di Rescue Centre Tambling. Kayu untuk environmental
enrichment, daging ayam segar untuk food enrichment dan positive reinforcement
conditioning (PRC) untuk social enrichment harimau digunakan pada penelitian ini.
Pengamatan perilaku harimau dilakukan selama 2 bulan (baseline) dan 2 bulan
(post-enrichment) dengan metode focal animal sampling dalam radius <10 m.
Koleksi sampel darah dilakukan 2 kali setelah pengamatan perilaku baseline dan
post-enrichment. Hasil penelitian menunjukkan teknik social enrichment paling
efektif (Z = -,0730, P = 0,465<0,05) dibandingkan environmental & food
enrichment. Pemeriksaan medis dan tindakan medis dapat lebih mudah dilakukan
dengan PRC. Hasil rasio N/L tidak berkorelasi dengan perilaku stereotipe harimau
sumatera (x2 = 3, P = 0,392 > 0,05). Hasil rasio N/L tersebut menandakan bahwa
perilaku sterotipe harimau merupakan bentuk coping mechanism di RC Tambling.

Sumatran tiger (Panthera tigris sumatrae, Pocock, 1929) shows behavioural change
such as stereotype behaviour in captivity as a wild carnivore. Handling wild animals
on medical procedures often cause stress and injury. Enrichment techniques are
well known for reducing tiger’s stereotype behaviour and stress. This research aims
to (1) evaluate suitable enrichment techniques (between food enrichment,
environmental enrichment and social enrichment) on Sumatran tiger and (2)
evaluate the correlation between stereotype behaviour and physiological stress
through neutrophil/lymphocyte ratio (N/L Ratio). This research was conducted at
Tambling Wildlife Nature Conservation Rescue Centre and 4 tigers as subjects (1
female, 3 males). Novel wood as environmental enrichment, fresh chicken meat as
food enrichment and positive reinforcement conditioning (PRC) as social
enrichment were used on this research. Behavioural observations were conducted
with focal continuous animal sampling in two months as a baseline and two months
post-enrichment. The distance between observer and the subject was within 10
metres. Blood sample collections were conducted twice after the behavioural
observations. The N/L ratio was counted on the field to minimize the damage of the
sample during transportation to the laboratory. The result showed that social
enrichment is the most effective (Z = -,0730, P = 0,465<0,05) compared to food
enrichment and environmental enrichment. Medical check-up and procedure could
be more convenient using PRC on the tiger. N/L ratio indicated there was no
significant correlation between stereotype behaviour and physiological stress (x2=
3, P = 0,392 > 0,05). The four
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yesi Mardhatillah
"Latar belakang : Gangguan penghidu saat ini lebih disadari oleh masyarakat akibat terjadinya pandemi COVID-19. Tatalaksana gangguan penghidu pasca-virus belum disepakati secara universal meskipun beberapa obat telah diuji coba. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran jenis dan derajat gangguan penghidu pasca-virus serta efektifitas kombinasi latihan penghidu ortonasal (LPO) dan protokol terapi penghidu terhadap perbaikan fungsi penghidu pasca-virus. Metode: Penelitian dilakukan bulan Februari – Mei 2022 di poliklinik THT-KL RSCM. Desain penelitian yang digunakan uji kuasi eksperimental 1 grup pre dan post test dengan 12 subjek gangguan penghidu yang terjadi mendadak pasca infeksi virus. Subjek penelitian dilakukan penilaian fungsi penghidu dengan uji penghidu alkohol (UPA), uji penghidu intravena (UPI) dan sniffin stick test (SST). Subjek penelitian diberikan kombinasi LPO dan protokol terapi hidung yang terdiri dari irigasi hidung, steroid intranasal, dekongestan topikal, omega-3 dan oles balsam aromatik selama 6 minggu kemudian dilakukan penilaian statistik. Hasil: Didapatkan hiposmia 8 subjek dan ansomia 4 subjek. Pada subjek hiposmia terdapat 2 subjek pantosmia dan 3 subjek parosmia, sedangkan pada subjek anosmia didapatkan 1 subjek pantosmia. Pada penelitian ini didapatkan 9 subjek jenis sensorineural dan 3 subjek jenis konduksi. Setelah dilakukan terapi didapatkan hasil siginifikan berdasarkan pemeriksaan UPA, UPI, diskriminasi, identifikasi dan total ADI (p<0,05). Kesimpulan: Karakteristik gangguan penghidu pada penelitian ini sesuai dengan jenis gangguan penghidu sensorineural dan konduksi serta derajat anosmia dan hiposmia. Kombinasi LPO dan protokol terapi hidung selama 6 minggu terbukti efektif pada gangguan penghidu pasca-virus.

Background: Postviral olfactory dysfunction is becoming more aware of the public due to the COVID-19 pandemic. The management of chronic postviral olfactory dysfunction is still unknown, although several drugs have been tried, but the treatment is not universally agreed yet. Objective: This study was conducted to describe the types and degrees of postviral olfactory dysfunction and the effectiveness of the combination of orthonasal olfactory training and nasal protocols therapy on the improvement of postviral olfactory function. Methode: The research was conducted from February to May 2022 at ENT outpatient clinic Dr. Cipto Mangunkusumo hospital. The research design used was a quasi-experimental test with 1 pre and post-test group with 12 subjects with olfactory dysfunction that occurred suddenly after viral infection. The research subjects will be assessed for olfactory function using the alcohol sniff test (AST), the intravenous olfactory test (IOT) and the sniffin stick test (SST). Subjects will be given a combination of orthonasal olfactory training and a nasal protocol therapy consisting of nasal irrigation, intranasal steroids, topical decongestants, omega-3 and aromatic balsam for 6 weeks then statistical analysis was performed. Results: There were 8 subjects with hyposmia and 4 subjects with ansomia. In hyposmic subjects there are 2 phantosmia subjects and 3 parosmia subjects, while in anosmia subjects there are 1 subject with phantosmia. The types of post-viral olfactory disorders in this study were 9 sensorineural subjects and 3 conductive subjects. The results of statistical calculations of olfactory function after therapy were found to be significant based on AST, IOT, discrimination, identification and TDI (p<0.05). Conclusion: The characteristics of the olfactory dysfunction in this study are sensorineural and conduction olfactory dysfunction. The combination of orthonasal olfactory training and nasal protocol therapy for 6 weeks has been shown to be effective in improving olfactory function in postviral olfactory dysfunction."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonia Lisa Meilanda
"Aktivitas pengunjung dapat memberikan dampak pada perilaku satwa di kebun binatang. Telah dilakukan penelitian pengaruh aktivitas pengunjung terhadap perilaku diurnal harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae, Pocock 1929) hasil pertukaran di Taman Margasatwa Ragunan. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku adaptasi harimau hasil pertukaran dikaitkan dengan aktivitas pengunjung. Fokus penelitian yaitu pada dua ekor harimau hasil pertukaran yang dibandingkan dengan dua ekor harimau TMR sebagai kontrol. Keempat harimau berjenis kelamin jantan dengan rentang usia yang tidak jauh berbeda. Penelitian dilakukan pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi DKI Jakarta, yaitu selama delapan pekan dari Juli sampai September 2020 mulai pukul 08.00—13.00 WIB. Metode yang digunakan ialah continuous focal sampling dan ad libitum dengan interval waktu 15 menit tanpa jeda. Perilaku yang diamati terbagi menjadi lima kategori, yaitu aktif, marking, lokomosi, istirahat, dan Abnormal Repetitive Behaviour (ARB). Kondisi pengunjung dibagi menjadi tiga kategori, yaitu aktivitas, kepadatan, dan kebisingan. Terdapat perbedaan kondisi pengunjung yang terjadi pada tiga kategori kondisi hari berbeda, yaitu hari libur kebun binatang, hari kerja, dan akhir pekan. Hasil pengamatan menggunakan uji t independen dengan α = 0,050 menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara harimau baru dan harimau lama pada perilaku aktif dan istirahat di ketiga kategori kondisi hari. Hal tersebut diasumsikan bahwa perilaku aktif dan istirahat harimau baru telah teradaptasi dengan lingkungan kandang TMR. Perbedaan yang signifikan muncul pada perilaku ARB saat hari libur kebun binatang, perilaku marking dan lokomosi saat hari kerja, dan perilaku marking, lokomosi, dan ARB saat akhir pekan. Perbedaan tersebut muncul karena adanya perbedaan kondisi kandang dan kemunculan kondisi pengunjung yang berbeda pada setiap kandang.

Visitor’s activities can have an impact on animal’s behaviour in the zoo. Research about the effects of zoo visitors on the diurnal behaviour of exchanged Sumatran tiger (Panthera tigris sumatrae, Pocock 1929) program at Taman Margasatwa Ragunan (TMR) has been studied. The aim of this research is to identify the behavioral adaptation of two exchanged Sumatran tigers related to the zoo visitors’ activity. The main subjects of this research are the two (2) exchanged Sumatran tigers compared with two (2) TMR’s tigers as the control. All of them are male tigers which short-age differences. The Research has been studied while the transition of Mass Social Distancing or Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) in DKI Jakarta enforced and lasted for eight (8) weeks from July until September 2020 start from 08.00—13.00 WIB (Western Indonesian Time). Continous focal sampling and ad libitum methods with fifteen (15) minutes interval without pause was used for this research. The focused behaviours were divided into five (5) categories: active, marking, locomotion, resting, and Abnormal Repetitive Behaviour (ARB). The visitor’s conditions were divided into three (3) categories: activity, density, and intensity. There were three conditions that represented zoo visitors: the closed day zoo, the weekdays, and the weekend. Based on the independent samples t-test with α = 0,050, it was shown, there were no significant difference between the exchanged and the control tigers in their active and resting behaviour on all conditions. Because of these, it could be assumed that the active and resting behaviour of new tigers have been adapted with TMR’s captive environment. The significant difference occurred on ARB when the closed day zoo, marking and locomotion behaviour on the weekdays, and marking, locomotion, and ARB on the weekend. It was because the difference of captive condition and the presence of zoo visitors on each captive."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Narawidya Ammani
"Harimau sumatra menurut IUCN merupakan hewan dengan status terancam punah (Critically endangered), sehingga untuk mencegah dari kepunahan, dibutuhkan peningkatan populasi. Penelitian dilakukan untuk mengamati dan menganalisis perilaku sosial dari harimau sumatra jantan dan betina yang mengarah pada perilaku reproduksi. Pengambilan data diambil menggunakan metode focal sampling dan ad libitum. Dilakukan selama tiga jam per hari dan interval lima menit dengan ulangan 18 hari, mulai dari April hingga Mei 2023. Subjek penelitan adalah harimau sumatra jantan dan betina di Taman Margasatwa Ragunan. Pengambilan data dilakukan dengan melihat perilaku sosial yang mengarah ke perilaku reproduksi pada harimau sumatra. Pengamatan dilakukan pada kandang tidur dengan adanya pemisah antara harimau sumatra jantan dan betina. Hasil yang di dapat dari penelitian ini adalah adanya perbedaan perilaku sosial pada kedua harimau sumatra. Perbedaan perilaku meliputi interaksi jantan mendekati betina (11,61±7,32), betina mendekati jantan (1±0), vokalisasi (102,6±35,59), menggeram (136,72±84,16), dan sifat agresif (27,08±20,78). Terdapat korelasi suhu dan kelembaban terhadap salah satu perilaku sosial harimau sumatra betina (Sig. (2-tailed) < 0,05) yaitu perilaku interaksi betina terhadap jantan (Sig. (2-tailed) = 0,044). Harimau sumatra jantan dan betina menunjukkan perilaku sosial seperti, adanya interaksi, vokalisasi, dan agresivitas, namun tidak di dapat perilaku sosial yang mengarah kepada perilaku reproduksi.

IUCN has declared that Sumatran tiger has a status of critically endanger species and so to prevent it from extinction the raise of population is needed. This study aims to observed and analyze the social behavior of male and female sumatran tiger. This study also aims to observe if the social behavior will lead to reproductive behavior. The observation method use in this study is focal sampling, with addition of adlibitum. Data was collected by observing the social behavior that lead to reproductive behavior of sumatran tiger for 3 hours and five minute interval per day with 18 repetitions, starting from April to May 2023. The research subject were male sumatran tiger and female sumatran tiger in Taman Margasatwa Ragunan. Observation were carried out in sleeping cages with a separation between male and female tiger. The result of this study were that there are differences of social behavior between male and female tiger including, male approach it’s conspecies (11,61±7,32), female approach it’s conspecies (1±0), vocalization (102,6±35,59, growling (136,72±84,16), and aggressive behavior (27,08±20,78). There is a correlation between temperature and humidity on one of the female sumatran tiger’s social behavior (Sig. (2-tailed) < 0,05) on female approach it’s conspecies (Sig. (2- tailed) = 0,044). Both male and female sumatran tiger shown social behavior including, interaction between each other, vocalization, and aggressive behavior but no social behavior that lead to reproductive behavior."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsya Ramadina Semudi
"Harimau sumatra merupakan salah satu spesies endemik Indonesia yang keberadaannya terancam punah (critically endangered) menurut IUCN sehingga diperlukan upaya konservasi. Konservasi harimau sumatra dilakukan Taman Margasatwa Ragunan (TMR) beserta IUCN melalui program GSMP (Global Species Management Plan) yang dilakukan secara collaborative breeding. Collaborative breeding dilakukan dengan memasangkan betina asal TMR dengan jantan hasil pertukaran dengan Medan Zoo untuk mencegah inbreeding. Pemasangan harimau harus melalui proses introduksi dan interaksi keduanya perlu diamati. Oleh karena itu, penelitian dilakukan terhadap pasangan harimau sumatra untuk menganalisis perilaku sosial yang terjadi antara harimau sumatra jantan dan betina yang mungkin mengarah ke perilaku reproduksi. Metode scan sampling dan ad libitum digunakan dalam penelitian selama tiga jam perhari dengan total pengulangan sebanyak 23 kali dari Januari hingga Maret 2024. Pengambilan data dilakukan dengan mengamati perilaku sosial dan reproduksi harimau sumatra jantan dan betina di kandang dalam Zona Harimau 1 Taman Margasatwa Ragunan. Hasil dari penelitian ini didominasi oleh perilaku sosial berupa perilaku saling mendekati (♀ 26,29%; ♂ 21,58%). Perilaku chuffing, head rubbing dan sniffing lebih sering dilakukan kedua harimau sumatra dibandingkan dengan perilaku growl dan aggression. Jantan dan betina juga melakukan perilaku reproduksi, yaitu flehmen, sedangkan mating call dan sniffing genitalia hanya dilakukan oleh jantan. Penelitian ini menunjukkan adanya perilaku sosial harimau sumatra yang mengarah pada perilaku reproduksi, yaitu perilaku chuffing, head rubbing, body rubbing, flehmen dan sniffing genitalia.

The sumatran tiger is one of Indonesia's endemic species that is critically endangered according to the IUCN so that conservation efforts are needed. Sumatran tiger conservation is carried out by Ragunan Zoo (TMR) and IUCN through the GSMP (Global Species Management Plan) by doing collaborative breeding. Collaborative breeding is done by pairing female from TMR with male from Medan Zoo to prevent inbreeding. The pairing of tigers must go through an introduction process and their interactions need to be observed. Therefore, research was conducted on pairs of sumatran tigers to analyze the social behaviors that occurs between male and female sumatran tigers that may lead to reproductive behavior. Scan sampling and ad libitum methods were used in the study for three hours per day with a total of 23 repetitions from January to March 2024. Data were collected by observing the social and reproductive behavior of male and female sumatran tigers in sleeping cages, Tiger Zone 1 of Ragunan Zoo. The results of this study were dominated by social behavior in the form of approaching behavior (♀ 26,29%; ♂ 21,58%). Chuffing, head rubbing and sniffing behaviors were more often performed by both sumatran tigers compared to growl and aggression behaviors. Male and female sumatran tigers also perform reproductive behaviors, such as flehmen, while mating calls and genitalia sniffing are only done by male. This study shows the existence of social behavior of sumatran tigers that lead to reproductive behavior, such as chuffing, head rubbing, body rubbing, flehmen and sniffing genitalia."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Naufal Nur
"Perburuan harimau sumatra masih marak terjadi dan mengancam keberadaan subspesies harimau terakhir yang tersisa di Indonesia. Tingginya permintaan bagian tubuh harimau hasil perburuan mendorong praktik pemalsuan yang berpotensi mempersulit identifikasi secara morfologis sebagai langkah awal penegakan hukum. Identifikasi secara akurat juga merupakan hal penting, mengingat hukum nasional hanya melindungi spesies asli Indonesia. Identifikasi berbasis DNA dapat menjadi alternatif untuk mengatasi kesulitan tersebut. Namun, ukuran sampel forensik yang tersedia, serta waktu dan cara penyimpanannya dapat menyulitkan proses ekstraksi DNA dan berpotensi membatasi aplikasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode yang cepat dan efektif untuk mengekstrak DNA dari sampel forensik terpreservasi. Sampel yang digunakan terdiri dari rambut harimau yang diawetkan dengan arsen dan potongan kulit yang diperoleh dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, rambut harimau yang diperoleh dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BSKDA) Bengkulu, serta potongan kulit harimau hasil sitaan BKSDA Aceh. Tiga metode ekstraksi DNA, metode ion exchange, salting out, dan metode berbasis protease dikaji dalam penelitian ini. Hasil yang diperoleh menunjukkan ekstraksi berbasis protease memiliki keunggulan dalam menghasilkan DNA yang berdaya guna dalam proses identifikasi spesies dari sampel terpreservasi. Studi lebih lanjut masih diperlukan agar dapat memulihkan DNA yang cukup digunakan dalam proses identifikasi seks.

Poaching and illegal wildlife trade present serious threats to the Sumatran tiger, the only remaining tiger subspecies in Indonesia. High demand for tiger body parts leads to many imitation merchandises sold in the markets, and this might complicate morphological identification of any confiscation cases. Accurate identification is also important in a legal due process, given the national protection law only regulates Indonesia’s native species. Identification using molecular approaches may overcome the problem. However, most illegally traded tiger body parts have been preserved for a long time, reducing the quantity and quality of DNA that could be recovered. This study aims to develop a fast and effective method to extract DNA from preserved forensic samples. We used museum samples of arsenic-treated hairs and a tiger skin piece obtained from the Indonesian Institute of Sciences, tiger hairs obtained from Conservation of Natural Resources Office (BKSDA) Bengkulu, and a confiscated tiger skin sample from BKSDA Aceh. DNA was extracted using ion exchange, salting out, and protease-based methods. The results showed that the protease-based extraction outperformed the rest of the methods to yield applicable DNA isolates for species identification from preserved samples. Further works still needed to recover enough DNA yields for sex identification."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Gusti Ariani
"Identifikasi jenis kelamin secara cepat, sensitif dan noninvasif penting dilakukan untuk mengetahui rasio jenis kelamin harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) sebagai upaya konservasi dari spesies yang terancam punah tersebut. Identifikasi jensi kelamin harimau sumatra pada penelitian ini dilakukan pada empat jenis sampel dengan total 55 sampel noninvasif dengan menargetkan marka gen amelogenin (AMEL) menggunakan primer AMEL-F/R dan gen sex-determining region Y (SRY) menggunakan primer (SRY-PTF/R). Penelitian bertujuan untuk menguji dan mengaplikasikan high resolution melting (HRM) realtime PCR untuk identifikasi jenis kelamin harimau sumatra, serta membandingkan metode tersebut dengan metode PCR konvensional dan elektroforesis. Berdasarkan hasil penelitian, 42 sampel dapat teridentifkasi melalui metode high resolution melting (HRM) realtime PCR dengan total tingkat keberhasilan identifikasi sebesar 76%. Tidak ada perbedaan yang signifikan dari hasil identifikasi kedua metode pada sampel feses (P = 0,09), tulang dan kuku basah forensik (P = 0,6), rambut dan kulit BKSDA Aceh dan rambut BKSDA Bengkulu (P = 0,4), serta kulit dan rambut museum (P = 0,05), namun dengan persentase keberhasilan high resolution melting (HRM) realtime PCR yang lebih tinggi dari PCR konvensional, menjadikan metode high resolution melting (HRM) realtime PCR metode yang lebih efektif dan efisien untuk mengidentifikasi jenis kelamin harimau sumatra dari sampel noninvasif.

Rapid, sensitive and noninvasive sex identification is important to determine the sex ratio of the Sumatran tiger (Panthera tigris sumatrae) as a conservation effort of this endangered species. The current study was carried out on 4 types of samples with a total of 55 noninvasive samples targeting the amelogenin (AMEL) gene marker using AMEL-F/R primers and sex-determining region Y (SRY) gene using (SRY-PTF/R) primers. The aim of this study is to test and apply high resolution melting (HRM) realtime PCR for sex identification of Sumatran tigers, as well as to compare the method with conventional PCR and electrophoresis methods. Based on the study result, 42 samples could be identified through high resolution melting (HRM) realtime PCR method with a total identification success rate 76%. There is no significant difference from the results of the identification by both methods on faecal samples (P = 0,09), forensic bones and wet nails (P = 0,6) and Aceh BKSDA skin and hair and Bengkulu BKSDA hair (P = 0,4), as well as museum skin and hair (P = 0,05), but a higher success percentage of high resolution melting (HRM) realtime PCR than conventional PCR, making the HRM realtime PCR a more effective and efficient method to identify Sumatran tiger sex from noninvasive samples."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Fikri
"Sebagai harimau terakhir yang ada di Indonesia dan dengan banyaknya ancaman kepunahan yang dihadapi subspesies ini, upaya konservasi harimau sumatra memerlukan perhatian khusus. Salah satu strategi konservasi bagi spesies terancam punah adalah program penangkaran ex situ dan kebun binatang memiliki peran dan tanggungjawab penting dalam implementasinya. Kebijakan manajemen genetik harimau sumatra di penangkaran tersebut perlu ditinjau dengan metode molekuler agar efektivitasnya dapat dipantau dengan lebih baik. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengamati kekerabatan harimau sumatra di Taman Safari Indonesia melalui pendekatan genetik, menggunakan empat belas lokus markah molekuler mikrosatelit dari sembilan individu anggota populasi harimau sumatra di Taman Safari Indonesia. Hasil yang diamati menunjukkan bahwa kekerabatan rata-rata antarindividu di dalam populasi ini lebih rendah dari biasa (r = -0,13), dan heterozigositasnya lebih tinggi dari ekspektasi sehingga koefisien inbreeding-nya bernilai negatif pula (Fis = -0.245). Hal ini menunjukkan bahwa tidak teramati adanya inbreeding, sehingga kesehatan genetik populasi ini dianggap baik. Namun, potensi dari terjadinya outbreeding depression belum dapat diamati karena metode yang digunakan ini ditujukan untuk mengamati terjadinya inbreeding yang umum dianggap sebagai ancaman utama dari populasi satwa di penangkaran. Pengamatan ini menunjukkan bahwa diperlukan adanya pendekatan manajemen genetik yang lebih komprehensif untuk menjaga keragaman dan kesehatan genetik harimau sumatra di Taman Safari Indonesia.

As the last surviving tiger in Indonesia, considering the many threats to extinction this subspecies is facing, conservation efforts for sumatran tigers require great care. One effective conservation strategy for endangered species involves a captive breeding program and zoos have important roles and responsibilities in its implementation. Such a genetic management policy for a captive breeding facility requires an assessment through molecular means so that its efficacy can be monitored. This study is done with the aim to observe the relatedness of sumatran tigers in Taman Safari Indonesia using fourteen microsatellite loci markers from nine individuals among the Taman Safari Indonesia sumatran tiger population. The results show that the mean pairwise relatedness among the individuals in this population is lower than usual (r = -0,13), and the heterozygosity is also higher than expected which leads to a negative inbreeding coefficient value (Fis = -0,245). This reveals that no inbreeding has been observed, which likely indicates the genetic health of this population is not at risk. However, the risk of outbreeding depression could not be ruled out, because the method used is intended to observe the presence of inbreeding, which is the more commonly investigated threat to a population’s genetic health in captivity. These findings suggest that there needs to be a more comprehensive approach to the population’s genetic management to preserve the genetic diversity and health of sumatran tigers in Taman Safari Indonesia."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Perubahan resistivitas relatif (respon) setiap sensor dal= sistem sensor penciuman (berupa susunan 6 macam sensor gas dari bahan semikonduktor) terhadap 4 macam aroma kopi (arabica, rabusta, frezee-dried dan spray-dried) yang pemah dilakukan oleh Tetsuo Aisima (1990), membentuk pola yang khas dan sulit diidentifikasi dengan metoda konvensional. Salah satu alternatif metoda identifikasi yang dilakukan adalah dengan membangun sistem jaringan syaraf tiruan propagasibalik (JSTPP). Pola-pola respon tersebut, digunakan untuk melatih dan menguji JSTPP. Hasil identifikasi, menunjukkan bahwa JSTPP mampu mengklasifikasi semua pola yang dilatihkan dan pola-pola kritis dari pola latih (asalkan deviasi standarnya kurang dari 10% dari respon rata-ratanya)."
JURFIN 2:5 (1998)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>