Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160042 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evie Lazuardy Fasa
"Telah dilakukan penelitian mengenai aktivitas amilase 28 isolat actinomycetes dari serasah pada ekosistem bakau di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Penapisan secara kualitatif dilakukan menggunakan metode iodin pada medium starch agar, kemudian berdasarkan zona bening yang terbentuk, aktivitas amilase diekspresikan sebagai Indeks Aktivitas (IA) amilase. Penapisan secara semi-kuantitatif dilakukan menggunakan metode iodin pada medium starch broth, kemudian nilai transmitan diukur menggunakan spektrofotometer pada λ=620 nm. Berdasarkan hasil penapisan tersebut, SM 25 merupakan isolat terpilih dengan nilai IA= 3,21 dan transmitan 84,3%. Uji aktivitas amilase isolat SM 25 dan konsentrasi glukosa yang terbentuk pada filtrat medium fermentasi dengan dua sumber pati berbeda yaitu soluble starch dan tepung beras diukur pada λ=540 nm berdasarkan metode dinitrosalicylic acid (DNS). Aktivitas amilase isolat SM 25 pada medium dengan tepung beras (3,33 U/mL) lebih rendah daripada medium dengan soluble starch (5,02 U/mL). Namun konsentrasi glukosa pada medium pertumbuhan isolat SM 25 dengan tepung beras (582 μg/mL) lebih tinggi daripada medium dengan soluble starch (407 μg/mL). Hasil identifikasi menggunakan sekuens parsial gen 16S rRNA, isolat SM 25 teridentifikasi sebagai Streptomyces sanyensis dengan homologi sebesar 99,66 persen.

Research about amylase activity of 28 actinomycetes isolates from mangrove litter at Pramuka Island, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, has been carried out. Qualitative screening was done using iodine method on starch agar, based on the formation of clear zone, then amylase activity was expressed as amylase Activity Index (AI). Semi-quantitative screening was done using iodine method on starch broth, then transmittance value was measured using spectrophotometer at λ=620 nm. Among the isolates tested, SM 25 was the isolate with the most potential for amylase activity with AI=3,21 and transmittance 84,3% which was further tested. Amylase activity of isolate SM 25 and glucose concentration in medium filtrate with soluble starch and rice flour was measured at λ=540 nm using the dinitrosalicylic acid (DNS) method. The result showed that isolate SM 25 has lower amylase activity in medium with rice flour (3,33 U/mL) than soluble starch (5,02 U/mL). However, isolate SM 25 has higher glucose accumulation in medium with rice flour (582 μg/mL) than soluble starch (407 μg/mL). Identification based on partial sequence of 16S rRNA gene, isolate SM 25 was identified as Streptomyces sanyensis with 99,66 homology.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qonita Gina Fadhilah
"Telah dilakukan penelitian aktivitas antibakteri 38 isolat actinomycetes hasil isolasi dari serasah pada ekosistem bakau di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Penapisan dengan plug method menunjukkan bahwa isolat SRM 2 merupakan isolat terunggul dengan Indeks Aktivitas IA antibakteri terhadap Kocuria rhizophila NBRC 12708 1,60, Staphylococcus aureus NBRC 100910 1,18, dan Escherichia coli NBRC 3301 0,71. Produksi senyawa antibakteri dari isolat SRM 2 dilakukan dengan metode still culture pada dua medium berbeda yaitu Cross Streak Media CSM broth dan Production Medium IV PM4 selama 3, 6, dan 9 hari inkubasi. Hasil uji antibakteri dari filtrat medium fermentasi menggunakan diffusion method menunjukkan bahwa medium CSM broth yang diinkubasi selama 6 hari memiliki IA tertinggi terhadap bakteri uji. Ekstraksi senyawa antibakteri dilakukan dengan pelarut etil asetat dan ekstrak kasar diuji pada konsentrasi 20 mg/mL. Hasil uji menunjukkan adanya IA antibakteri hanya terhadap K. rhizophila 0,45 0,08. Sementara hasil uji filtrat medium setelah ekstraksi dengan etil asetat menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap K. rhizophila IA: 1,75 0,16, S. aureus IA: 1,18 0,36, Bacillus subtilis NBRC 13719 IA: 0,16 0,05, E. coli IA: 0,79 0,03, dan Pseudomonas sp. IA: 0,10 0,04. Hal tersebut mengindikasikan bahwa isolat SRM 2 menghasilkan senyawa antibakteri bersifat sangat polar dan semi polar. Senyawa sangat polar terlarut dalam filtrat medium, sedangkan senyawa semi polar terekstraksi dengan etil asetat. Hasil analisis dengan High Performance Liquid Chromatography HPLC menunjukkan masih adanya senyawa antibakteri dalam filtrat medium setelah diekstraksi dengan etil asetat.

Research about antibacterial activity of 38 actinomycetes isolates from leaf litter of mangrove ecosystem in Pramuka island, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta was carried out. Screening of antibacterial activity by plug method showed isolate SRM 2 was the most potential isolate which Activity Index AI against Kocuria rhizophila NBRC 12708 1.60, Staphylococcus aureus NBRC 100910 1.18, and Escherichia coli NBRC 3301 0.71. Production of antibacterial compound from isolate SRM 2 was done by using still culture method on Cross Streak Media CSM broth and Production Medium IV PM 4 for 3, 6, and 9 days incubation. Antibacterial test using filtrate medium by diffusion method showed CSM broth incubated for 6 days has the highest AI against bacterial tested. Extraction of antibacterial compound was done by ethyl acetate solvent and 20 mg ml extracts were tested. Antibacterial test showed AI of antibacterial against K. rhizophila AI 0.45 0.08. Meanwhile antibacterial test using filtrate medium after extraction showed antibacterial activity against K. rhizophila AI 1.75 0.16, S. aureus AI 1.18 0.36, Bacillus subtilis NBRC 13719 AI 0.16 0.05, E. coli AI 0.79 0.03, and Pseudomonas sp. AI 0.10 0.04. Antibacterial coumpounds from isolate SRM 2 were highly polar and semi polar. Highly polar compound dissolved in filtrate medium, while semi polar compound extracted with ethyl acetate. Analysis using High Performance Liquid Chromatography HPLC proved antibacterial compund contained in filtrate medium after extraction by ethyl acetate.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Sekar Ratih Prabhacitra
"Penapisan amilase 32 isolat actinomycetes dari sedimen pesisir dan serasah lamun Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta dilakukan secara kualitatif dan semi-kuantitatif menggunakan metode iodin. Penapisan amilase dari isolat secara kualitatif pada medium starch agar dilakukan dengan mengukur lebar clear zone dan diekspresikan dalam nilai indeks aktivitas. Penapisan amilase secara semi-kuantitatif pada medium pertumbuhan starch broth dilakukan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang cahaya 620 nm. Pengukuran kadar glukosa yang terbentuk dan aktivitas amilase dari isolat terpilih dalam medium soluble starch 1% (SBs) dan tepung beras 1% (SBb) dilakukan dengan metode Dinitrosalicylic Acid (DNS) pada panjang gelombang 540 nm. Hasil penapisan amilase kualitatif menunjukkan indeks aktivitas amilase tertinggi diperoleh dari isolat SD 5 (4,259), SD 13 (4,154), SD 14 (3,457), dan SD 15 (4,436). Sementara itu, hasil penapisan amilase semi-kuantitatif menunjukkan isolat SD 13 memiliki transmitansi tertinggi dengan nilai 64,3% dan aktivitas amilase diukur lebih lanjut dengan metode DNS. Hasil uji kadar glukosa menunjukkan bahwa isolat SD 13 dalam SBs menghasilkan kadar glukosa yang lebih tinggi (6.379,345 μg/mL) dibandingkan dengan isolat SD 13 SBb (3.254,741 μg/mL). Aktivitas amilase SD 13 pada medium SBs lebih tinggi (26,124 ± U/mL) dibandingkan dengan aktivitas amilase pada medium SBb (14,205 U/mL). Tingginya aktivitas amilase pada SBs tersebut setara dengan banyaknya kadar glukosa yang terbentuk. Isolat SD 13 teridentifikasi secara molekuler berdasarkan data sekuens gen 16S rRNA sebagai anggota dari spesies Streptomyces champavati.

Amylase activity of 32 Actinomycetes isolates from coastal sediment and seagrass litter of Pramuka Island, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta were screened using two different methods involving iodine in starch medium. The first amylase screening test using starch agar was performed by measuring width of the clear zone and was expressed in activity index value. The second amylase screening test used starch broth for was done by using spectrophotometer in 620 nm of wave length.The first result showed amylase activity index is highest in SD 5 (4.259), SD 13 (4.154), SD 14 (3.457), and SD 15 (4.436) respectively. The second result indicated SD 13 has the highest transmittance of 64,3% and its glucose concentration and amylase activity was further measured using Dinitrosalisylic acid (DNS) method with two different media; 1% soluble starch (SBs) dan 1% rice flour (SBb) in 540 nm of wave length. The result showed that SD 13 isolate in SBs medium has higher glucose concentration (6,379.345 μg/mL) than in SBb (3,254.741 μg/mL). Amylase activity assay result indicated that SD 13 in SBs produced amylase with 26.124 of Enzyme Unit (U/mL), higher than in SBb (14.205 U/mL). The result was supported by the previous glucose concentration measurement. Molecular identification based on 16S rRNA gene sequences showed that SD 13 belongs to Streptomyces champavati.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Fitroh
"Telah dilakukan penelitian mengenai aktivitas antagonistis 52 isolat actinomycetes terhadap 2 isolat Ganoderma TB3 dan TB4. Isolat actinomycetes tersebut berasal dari pesisir Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Isolat Ganoderma berasal dari hutan kota Wales Timur serta kawasan hijau seberang Stadion Universitas Indonesia, Depok. Penapisan aktivitas antagonistis dilakukan dengan metode plug dan metode cross streak. Hasil penapisan diperoleh satu isolat actinomycetes SM 12 yang menghambat pertumbuhan kedua isolat Ganoderma. Uji lanjutan untuk mengetahui aktivitas antibiosis isolat SM 12 dilakukan dengan mencampurkan filtrat medium pertumbuhan SM 12 terhadap medium pertumbuhan Ganoderma TB3 dan TB4. Uji filtrat medium pertumbuhan pada hari ke-13 dan hari ke-16 inkubasi menunjukkan penghambatan pertumbuhan Ganoderma TB3 dan TB4. Sementara itu, aktivitas antagonistis dalam medium serbuk gergaji (bag log) tidak menunjukkan adanya hambatan pertumbuhan GanodermaTB3 dan TB4.

Research about antagonistic activity of 52 isolates of actinomycetes against 2 isolates of Ganoderma TB3 and TB4 has been carried out. These actinomycetes were obtained from the of Pramuka Island Coast, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Ganoderma isolates were obtained from Hutan Kota Wales Timur and green areas opposite Stadion Universitas Indonesia, Depok. Screening of antagonistic activity was carried out by plug method and cross streak method. The results of screening showed one actinomycetes isolate, SM 12, which able to inhibit two Ganoderma isolates. Further test to determine the antibiosis activity of SM 12 was carried out by mixing the growth filtrate of SM 12 on the growth media of Ganoderma TB3 and TB4. The test of the growth filtrate after 13 and 16 days of incubation showed inhibition of the growth of Ganoderma TB3 and TB4. Meanwhile, the antagonistic activity test on the sawdust media (bag log) did not show any inhibition of the growth of Ganoderma TB3 and TB4.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qonita Gina Fadhilah
"Isolat-isolat actinomycetes laut dari ekosistem bakau Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta dilaporkan dapat menghasilkan senyawa bioaktif dengan aktivitas sebagai antibakteri dan antifungi. Penelitian ini bertujuan untuk menyeleksi isolat-isolat actinomycetes laut yang berpotensi sebagai agen biokontrol berdasarkan aktivitas antagonistik terhadap fungi patogen tanaman Colletotrichum siamense KA, mengevaluasi aktivitas senyawa antifungi, dan menelaah profil isolat actinomycetes laut terpilih. Penapisan isolat dilakukan dengan metode plug dengan penundaan uji hingga 9 hari pada medium Potato Dextrose Agar (PDA) modifikasi. Hasil penapisan diperoleh 12 isolat actinomyctes laut mampu menghambat pertumbuhan C. siamense KA, dengan persentase hambatan berkisar antara 47,96% hingga 84,94%. Enam dari 12 isolat diuji aktivitas antagonistik menggunakan metode plug dan gores dengan variasi penundaan uji (6, 9, dan 12 hari). Hasil uji aktivitas antagonistik menunjukkan penundaan uji hingga 12 hari memiliki persentase hambatan pertumbuhan tertinggi hingga 84,16% (metode plug) dan 85,91% (metode gores). Uji antagonistik dengan penundaan (3 dan 5 hari) serta tanpa penundaan menggunakan metode plug menunjukkan dua isolat (SM11 dan SM15) memiliki peningkatan persentase hambatan pertumbuhan hingga 57,99% (SM11) dan 59,88% (SM15). Aktivitas antifungi tiga isolat actinomycetes laut terpilih (SM11, SM14, dan SM15) diuji menggunakan uji antibiosis pada medium Potato Dextrose Broth (PDB) modifikasi. Fermentasi untuk memproduksi senyawa antifungi dilakukan selama 6, 9, dan 12 hari. Hasil uji antibiosis menunjukkan isolat SM14 memiliki aktivitas antifungi tertinggi pada hari ke-12 dengan persentase hambatan 64,90%. Tiga isolat actinomycetes laut terpilih memiliki karakter morfologi dan biokimia yang serupa. Identifikasi molekular ketiga isolat tersebut menunjukkan hubungan dekat dengan Streptomyces sanyensis dengan persentase kemiripan hingga 99,66%.

Marine actinomycetes isolates from mangrove ecosystem Pramuka Island, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta have been reported produce bioactive compound with antibacterial and antifungal activity. The aims of this research were to select potential marine actinomycetes isolates as biocontrol agent based on antagonistic activity against fungal phytopathogen Colletotrichum siamense KA, evaluate antifungal activity, and analyze profile of selected marine actinomycetes isolates. Screening of isolates was performed using plug method with delayed antagonist assay for 9 days on modified Potato Dextrose Agar (PDA) medium. The result of screening displayed that 12 marine actinomycetes isolates can inhibit the growth of C. siamense KA, with percentage inhibition from 47.96% to 84.94%. Among 12 isolates, six isolates have been subjected for antagonistic assay using plug and streak method with various delayed assay (6, 9, and 12 days). The result presented delayed antagonist assay until 12 days has higher percentage inhibition up to 84.16% (plug method) and 85.91% (streak method). The antagonistic assay using delayed assay (3 and 5 days) and non-delayed assay using plug method presented two isolates (SM11 and SM15) showed increasing percentage inhibition up to 57.99% (SM11) and 59.88% (SM15). Antifungal activity of selected isolates (SM11, SM14, and SM15) was assayed using antibiosis assay in modified Potato Dextrose Broth (PDB) medium. Fermentation for producing antifungal compound was performed for 6, 9, and 12 days. The result of antibiosis assay showed SM14 isolate has higher antifungal activity at 12 days incubation with percentage inhibition was 64.90%. The three marine actinomycetes isolates have similar morphological and biochemical characters. Molecular identification of three isolates showed that the isolates were closely related to Streptomyces sanyensis with 99.66% percent similarity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifki Alfisyahri
"Telah dilakukan penapisan senyawa antimikroba terhadap 22 isolat Actinomycetes hasil isolasi dari sedimen pesisir Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Penapisan senyawa antimikroba dilakukan menggunakan metode plug dan hasil penapisan dinyatakan dalam indeks aktivitas IA . Hasil penapisan menunjukkan tidak terdapat aktivitas antimikroba terhadap Escherichia coli NBRC 3301. Namun terdapat 13 isolat yang mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus NBRC 100910 IA 0,461-2,338, sebanyak 19 isolat mampu menghambat pertumbuhan Kocuria rhizophila NBRC 12708 IA 0,705-8,200, ada lima isolat dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans UICC Y-29 IA 0,357-0,885, dan terdapat empat isolat yang mampu menghambat pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae UICC Y-17 IA 0,357-1,348. Berdasarkan data penapisan, isolat SD 17 ditetapkan sebagai isolat terpilih karena mampu menghambat pertumbuhan dari bakteri Gram positif S. aureus dan K. rhizophila, serta yeast S. cerevisiae dan C. albicans yang diujikan. Penentuan waktu fermentasi yang optimal dari isolat SD17 untuk produksi senyawa antimikroba dilakukan dengan medium CSM Cross Streak Media dan PM4 Production Medium 4 pada hari ke-3, 6, 9, dan 12. Hasil uji aktivitas antimikroba dari filtrat medium pertumbuhan menunjukkan produksi senyawa antimikroba dari isolat SD 17 optimal pada hari ke-9 dengan menggunakan medium CSM. Uji aktivitas antimikroba hasil ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat, pada konsentrasi 20 mg/mL, menunjukkan terdapat aktivitas antimikroba terhadap S. aureus IA 2,33, K. rhizhophila IA 4,71, S. cerevisiae IA 1,36 dan Candida albicans IA 0,22.

Twenty two isolates of Actinomycetes have been screened for antimicrobial activity, all isolates were isolated from sediment in coastal Pramuka island, Kepulauan Seribu, Jakarta, Indonesia. Strains were screened for antimicrobial activity using plug method and determined by antimicrobial Activity Index AI. The result showed no inhibition activity was observed in the Escherichia coli NBRC 3301. However, there were 13 isolates inhibited Staphylococcus aureus NBRC 100910 0.461 mdash 2.338, 19 isolates inhibited Kocuria rhizophila NBRC 12708 0.705 mdash 8.200, 5 isolates inhibited Candida albicans 0.885 mdash 0.357, and 4 isolates inhibited Saccharomyces cerivisiae 0.357 mdash 1.348. Based on the results of antimicrobial test, SD17 is the most potential strain since it is able to inhibit all Gram positive and yeast tested. To acquire optimal period for antimicrobial fermentation from isolate SD 17, isolates were screened with two different fermentation medium Cross Streak Media CSM and Production Medium 4 PM4. Medium filtrates were tested at 3,6,9 and 12 days incubation. The result showed the optimal activity was observed at 9 days incubation using CSM. The result of antimicrobial test from medium extract with concentration 20 mg mL showed inhibition zone against S. aureus IA 2,33, K. rhizhophila IA 4,71, S. cerevisiae IA 1,36 and Candida albicans IA 0,22.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrizal Ari Iwari
"Peningkatan gas CO2 di atmosfer dapat mengakibatkan peningkatan suhu rata-rata di bumi yang dapat menyebabkan perubahan iklim. Padang lamun, salah satu komunitas penyusun ekosistem pesisir pantai memiliki fungsi yang dapat dipertimbangkan sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis laju penyerapan karbon dan potensi tiap jenis lamun sebagai penyimpan karbon serta mengestimasi total kandungan karbon komunitas lamun. Penelitian dilakukan pada bulan Januari - Juni 2013 di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Data diperoleh dengan menggunakan metode transek kuadrat untuk menentukan struktur komunitas dan biomassa. Pengukuran pertumbuhan dan produksi daun lamun dilakukan dengan metode penandaan daun, sementara untuk produktivitas serasah menggunakan metode kurungan. Analisis kandungan karbon dalam bagian tanaman lamun dan serasah lamun dilakukan dengan metode Walkley & Black.
Hasil menunjukan bahwa rata-rata laju penyerapan karbon di Pulau Pramuka sebesar 0,53 gC/m2/hari. Dua jenis lamun yang mempunyai laju penyerapan karbon yang tinggi yaitu Thalassia hemprichii (1,69 gC/m2/hari) dan Cymodocea rotundata (0,65 gC/m2/hari), sedangkan jenis lamun yang memiliki cadangan karbon yang tertinggi yakni Enhalus acoroides (139,95 gC/m2) diikuti oleh Thalassia hemprichii (56,87 gC/m2) dan yang terendah ditemukan pada Halophila ovalis (1,91 gC/m2). Rata-rata cadangan karbon pada komunitas lamun Pulau Pramuka sebesar 200,90 gC/m2. Berdasarkan estimasi, total luas padang lamun di Pulau Pramuka sebesar 59,25 ha, sehingga total kandungan karbon yang diperoleh yakni 119,03 ton atau setara dengan 2,01 ton/ha dan jumlah CO2 yang diserap oleh padang lamun Pulau Pramuka yakni sekitar 436,84 ton CO2.

The increase of CO2 in the atmosphere may caused the increasing average temperature of the earth, which could cause climate change. Seagrass beds, one of the constituent communities and coastal ecosystems has a function that can be considered as a carbon sink and carbon stock. This study aims to analyze the rate of carbon sequestration and the potential of each species of seagrass as a carbon sink as well as estimating total carbon stock in seagrass communities. The study was conducted in January - June 2013 in the Pramuka Island, Seribu Islands, Jakarta. Data obtained using quadratic transect method for determining community structure and biomass of seagrass. Measurement of seagrass growth and leaf production is done by the leaf marking method, while for leaf litter productivity using cages method. Analysis percentage of carbon in the plant parts of seagrass and seagrass leaf litter carried by Walkley & Black method.
The results show that the average rate of carbon sequestration at Pramuka Island is 0,53 gC/m2/day. There are two species of seagrass that have a high rate of carbon sequestration is Thalassia hemprichii (1,69 gC/m2/day) and Cymodocea rotundata (0,65 gC/m2/day). While seagrass species that has the highest carbon stocks that Enhalus acoroides (139,95 gC/m2) followed by Thalassia hemprichii (56,87 gC/m2) and the lowest was found in Halophila ovalis (1,91 gC/m2). Average carbon stock in seagrass communities Pramuka Island at 200,90 gC/m2. Based on estimates​​, the total area of ​​seagrass beds at Pramuka Island of 59,25 ha. The total carbon stock can be determined that 119,03 tons, or equivalent to 2,01 tons/ha and the amount of CO2 absorbed by seagrass Pramuka Island which is about 436,84 tons of CO2.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mohammad Hilmi Rizadha
"Sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi, membuat Indonesia memiliki banyak perbedaan pada kondisi lingkungan, tingkat keanekaragaman hayati, hingga pada tingkat komposisi kimia dan kuantitas suatu senyawa yang terdapat dalam suatu makhluk hidup, salah satunya adalah senyawa metabolit sekunder. Hal ini membuat perlu adanya analisis secara metabolomik terhadap suatu makhluk hidup dengan membandingkan lokasi yang berbeda. Phyllidiella nigra merupakan salah satu Nudibranchia yang banyak ditemui di Pulau Rambut dan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Phyllidiella nigra mendapatkan metabolit sekunder dari mangsanya dengan cara mengakumulasi kemudian memanfaatkan senyawa metabolit sekunder untuk peran ekologisnya seperti sebagai antimicrobial, antifeedant, dan antifouling. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui perbandingan metabolit sekunder pada Phyllidiella nigra di lokasi yang berbeda yaitu Pulau Rambut dan Pulau Pramuka. Sampel diambil dengan cara jelajah bebas sebanyak sepuluh sampel. Metabolit sekunder diekstraksi menggunakan metanol 96%, diuapkan, kemudian dideteksi menggunakan GC-MS. Data kemudian dianalisis dengan PCA dengan scatter plot dan HCA dengan dendrogram. Terdapat delapan senyawa yang dapat dianalisis, tiga senyawa diantaranya memiliki pengaruh yang tinggi dalam pembentukan kelompok yaitu 1-propene-1,2,3-tricarboxylic acid, tributyl ester; tributyl acetylcitrate; dan phenol, 2,4-bis (1,1- dimethylethyl)-. Senyawa metabolit sekunder di kedua pulau tidak ditemukan adanya perbedaan karena berdasarkan PCA dan HCA, sampel di kedua pulau saling campur dan tidak membentuk kelompok sesuai lokasinya yaitu Pulau Rambut dan Pulau Pramuka.

As one of the largest archipelagic countries in the world that is rich in biodiversity, Indonesia has various environmental conditions and biodiversity, either at the chemical composition and quantity contained in a living thing such as secondary metabolites. Hence, there is a need to perform a metabolomic analysis of a living thing that lived at different locations. Phyllidiella nigra is one of the Nudibranchia that is commonly found on Rambut Island and Pramuka Island, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Phyllidiella nigra accumulates secondary metabolites from its prey and then used the compounds for several ecological roles such as antimicrobial, antifeedant, and antifouling. This study analyses and compares the secondary metabolites of Phyllidiella nigra from two different locations, namely Rambut Island and Pramuka Island. Samples were taken by free-roaming as many as ten. The secondary metabolites were extracted using 96% methanol, evaporated, and then detected using GC-MS. Data was then analyzed by PCA with scatter plot and HCA with dendrogram. Eight compounds could be analyzed, three of which were dominant on group formation, namely 1-propene-1,2,3-tricarboxylic acid, tributyl ester; tributyl acetylcitrate; and phenol, 2,4-bis (1,1-dimethylethyl)-. There were no differences in the secondary metabolites between islands. Based on PCA and HCA, the samples on the two islands mixed and did not form groups according to their location, namely Rambut Island and Pramuka Island."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Arvanza Rivaie
"Teritip (Thecostraca) adalah satu krustasea laut yang memiliki keragaman paling tinggi dan sangat penting secara ekologis di dunia. Pulau Pramuka dengan keragaman terumbu karang yang sangat tinggi, merupakan habitat bagi berbagai biota laut. Diduga keragaman teritip cukup tinggi di pulau ini, mengingat ekosistem lautnya yang hangat, merupakan habitat optimal bagi teritip. Akan tetapi, sejauh ini informasi mengenai keragaman teritip di Pulau Pramuka masih terbatas. Untuk itu, telah dilakukan suatu penelitian untuk mengkaji keragaman spesies teritip secara morfologi di Pulau Pramuka dan Area Perlindungan Laut Taman Nasional Kepulauan Seribu, guna mendapatkan informasi yang diperlukan untuk penelitian selanjutnya. Penelitian dilakukan pada bulan Januari dan Februari 2024, pada pengambilan sampel di kedalaman 10–25 m. Identifikasi dan deskripsi morfologi dari sampel teritip dilakukan dengan cara mencocokkan karakter morfologi dari spesimen teritip yang diperoleh dengan deskripsi terdahulu untuk dilihat persamaan dan perbedaannya, di laboratorium Krustasea dan Entomologi, BRIN Cibinong. Hasil penelitian ini menemukan 7 genus dan 10 spesies teritip di perairan Pulau Pramuka. Spesies-spesies teritip tersebut berasal dari 3 famili teritip acorn dan 1 famili teritip penggali (burrowing barnacle). Spesies-spesies teritip yang ditemukan antara lain adalah Chthamalus malayensis, Chthamalus sp., Trevethana sarae, Darwiniella angularis, Tetraclita squamosa, Neonrosella vitiata, Megabalanus tintinnabulum, Amphibalanus Amphitrite, Amphibalanus reticulatus, dan Amphibalanus zhujiangensis. Teritip-teritip tersebut ditemukan baik di zona intertidal maupun pada rataan terumbu karang. Pada zona intertidal, sebagian besar teritip menempel pada struktur buatan manusia, sedangkan pada zona subtidal ditemukan berasosiasi dengan terumbu karang sebagai inangnya.

Barnacle (Thecostraca) is one of the most diverse and ecologically important marine crustaceans in the world. Pramuka Island, with its very high diversity of coral reefs, is a habitat for various marine biota. It is suspected that the diversity of barnacles is quite high on this island, considering that its warm marine ecosystem is an optimal habitat for barnacles. However, so far, information regarding their diversity on Pramuka Island is still limited. A research was carried out to identify the morphological diversity of barnacle species on Pramuka Island and the National Park Marine Protection Area at Seribu Islands in order to obtain the information needed for further research. The research was carried out in January and February 2024, at a depth of 10–25 m. Identification and morphological description of the barnacle samples were carried out by matching the morphological characters of the barnacle specimens obtained with the previous description to see the similarities and differences at the Crustacean and Entomology Laboratory, BRIN Cibinong. The results of this research revealed seven genera and 10 species of barnacles in the waters of Pramuka Island. Species of barnacles come from three families of acorn barnacles and one family of burrowing barnacles. The barnacle species found included Chthamalus malayensis, Chthamalus sp., Trevethana sarae, Darwiniella angularis, Tetraclita squamosa, Neonrosella vitiata, Megabalanus tintinnabulum, Amphibalanus amphitrite, Amphibalanus reticulatus, and Amphibalanus zhujiangensis. These barnacles were found both in the intertidal zone and on coral reef flats. In the intertidal zone, most barnacles were attached to man-made structures, while on coral reef flats, they were found associated with coral reefs as their hosts."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>