Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 210702 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zarwindo Sumardi
"ABSTRAK
Latar belakang : Gonore masih menjadi masalah kesehatan yang cukup signifikan terutama pada
laki-laki dengan perilaku seksual risiko tinggi. Pemeriksaan baku emas untuk diagnosis gonore
adalah biakan dan tes amplifikasi asam nukleat. Namun, kedua tes tersebut sulit dilakukan pada
tempat dengan keterbatasan fasilitas serta sumber daya manusia. ENCODETM gonorrhea rapid
test (GRT) merupakan salah satu point of care test (POCT) yang relatif mudah untuk digunakan
dan dapat memberikan hasil dalam waktu singkat. Jenis POCT ini diperkirakan dapat menegakkan
diagnosis gonore lebih praktis, cepat, dan akurat di Indonesia.
Tujuan : Mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif dari
GRT dalam diagnosis gonore pada duh tubuh uretra laki-laki risiko tinggi di Jakarta
Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang terhadap laki-laki risiko tinggi dengan
keluhan duh tubuh uretra yang mengunjungi dua klinik IMS di Jakarta selama Bulan September-November 2018. Jenis POCT gonore yang digunakan adalah ENCODETM GRT untuk menguji
sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi negatif dan positifnya. Pemeriksaan baku emas yang
digunakan adalah biakan.
Hasil : Telah berhasil diseleksi sebanyak total 54 subyek penelitian. Sensitivitas dan spesifisitas
GRT diperoleh sebesar 96,77% (95% IK 83,3-99,92%) dan 82,6% (95% IK 61,22-95,05%).
Nilai prediksi positif didapatkan sebesar 88,24% (95% IK 75,43-94,82%) sedangkan nilai
prediksi negatif sebesar 95% (95% IK 73,25-99,25%).
Kesimpulan : ENCODETM GRT menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik
untuk diagnosis gonore pada laki-laki risiko tinggi dengan keluhan duh tubuh uretra.
Pengunaannya cukup praktis, sehingga dapat disarankan untuk tempat dengan keterbatasan
fasilitas.

ABSTRACT
Background : Gonorrhea still becomes a significant health problem especially in men with highrisk
sexual activities. The gold standard diagnostic tests are culture and nucleic acid amplification
test. However, both of the tests were difficult to perform in the setting of limited resources. Other
tests require trained analyst to perform, which may also not available in rural areas. ENCODE
gonorrhea rapid test (GRT) is a point of care test (POCT) which is relatively easy to use and can
provide result quickly. This POCT may provide more practical, faster, and more accurate
diagnosis of gonorrhea in Indonesia.
Objective : To know the sensitivity, specificity, positive predictive value, negative predictive
value of gonorrhea rapid test in diagnosing gonorrhea urethritis on high risk men in Jakarta.
Methods : This is a cross-sectional study including men with symptomatic gonococcal urethritis
who visited two STI clinics in Jakarta during September-November 2018. ENCODETM GRT was
performed to evaluate its sensitivity, specificity, positive and negative predictive value. The gold
standard diagnostic test was culture.
Result : There were 54 men recruited in this study. The sensitivity and specificity for ENCODE
gonorrhea rapid test are 96.77% (95% CI 83.3-99.92%) and 82.6% (95% CI 61.22-95.05%).
Positive and negative predictive values respectively are 88.24% (95% CI 75.43-94.82%) and
95% (95% CI 73.25-99.25%).
Conclusion : ENCODE GRT has a good sensitivity and specificity rates for diagnosing gonorrhea
in high risk men with urethral discharge. Its use is recommended especially in rural areas or areas
with limited resources due to its practicality."
2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sonia Hanifati
"Latar belakang: Gonore merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia dan sebagian besar infeksi gonore pada perempuan bersifat asimtomatik. Dibutuhkan sebuah tes cepat untuk mendiagnosis servisitis gonore dengan sensitivitas dan spesifisitas yang baik. Tujuan: menentukan nilai diagnostik dari ENCODE Gonorrhea Rapid Test (GRT) dalam mendiagnosis servisitis gonore pada perempuan risiko tinggi di Jakarta. Metode: Studi potong lintang ini melibatkan perempuan risiko tinggi, baik simtomatik maupun asimtomatik, yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo dan Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya selama bulan Agustus hingga Oktober 2018. Apusan endoserviks diambil dari tiap subjek dengan urutan acak untuk pemeriksaan ENCODE GRT, pewarnaan Gram, dan biakan. Hasil: Sebanyak 44 subjek berpartisipasi dalam penelitian ini. Prevalensi gonore dalam penelitian ini sebesar 9,1%. Sensitivitas dan spesifisitas ENCODE GRT adalah 75% (IK 95%: 19,41% sampai 99,37%) dan 100% (IK 95%: 91,19% sampai 100%), dengan nilai duga positif dan negatif sebesar 100% and 97,56% (IK 95%: 87,99% sampai 99,54%). Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa ENCODE Gonorrhea Rapid Test dapat menjadi alternatif dalam mendiagnosis servisitis gonore pada perempuan risiko tinggi di Jakarta.

Background: Gonorrhea is one of health problems in Indonesia and most infections in women are asymptomatic. Thus, a rapid test with good sensitivity and specificity is needed to aid gonorrhea cervicitis. Objective: To determine the diagnostic value of ENCODE GRT in diagnosing gonorrhea cervicitis among high-risk women in Jakarta. Methods: This cross-sectional study included symptomatic and asymptomatic high risk women visiting Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo dan Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya during August-October 2018. Endo-cervical swabs from each participant were taken in random sequence for ENCODE GRT, Gram staining, and culture. Results: A total of 44 participants were enrolled. Gonorrhea prevalence was 9.1% in this study. The sensitivity and specificity for ENCODE Gonorrhea Rapid Test were 75% (19.41% to 99.37%) and 100% (91.19% to 100%). Positive and negative predictive value were 100% and 97.56% (87.99% to 99.54%). Conclusion: ENCODE GRT may become alternative diagnostic test among high-risk women in Jakarta."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Azizah
"Servisitis klamidia masih menjadi masalah kesehatan yang cukup signifikan di Indonesia karena sulitnya diagnosis pasti klamidia. Pemeriksaan penunjang yang mudah dan murah dilakukan yaitu pewarnaan Gram namun memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Pemeriksaan baku emas adalah polymerase chain reaction (PCR) namun membutuhkan biaya mahal dan membutuhkan fasilitas laboratorium lengkap. Dibutuhkan sebuah tes cepat untuk mendiagnosis klamidiosis dengan sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik dari pewarnaan Gram. Penelitian ini bertujuan menentukan nilai diagnostik dari QuickStripe™ Chlamydia rapid test (CRT) dalam mendiagnosis servisitis klamidia pada perempuan risiko tinggi di Jakarta. Studi potong lintang ini melibatkan perempuan risiko tinggi, baik simtomatik maupun asimtomatik, yang berada di Balai Rehabilitasi Sosial Eks Watunas Mulya Jaya selama bulan Juni hingga Juli 2020. Apusan endoserviks diambil dari tiap subjek dengan urutan acak untuk pemeriksaan QuickStripe™ CRT, pewarnaan Gram, dan real time PCR. Sebanyak 41 subjek berpartisipasi dalam penelitian ini. Sensitivitas dan spesifisitas QuickStripe™ CRT pada penelitian ini adalah 73,6% (IK 95%: 48,80% sampai 90,85%) dan 81,82% (IK 95%: 59,72% sampai 94,81%), dengan nilai duga positif dan negatif sebesar 77,78% (IK 95%: 58,09% sampai 89,84%) dan 78,05% (IK 95%: 62,39% sampai 89,44%). Proporsi servisitis klamidia berdasarkan real-time PCR pada penelitian ini adalah 46,3%. Sebuah studi menyatakan bahwa penggunaan rapid test dengan sensitivitas suboptimal pada populasi risiko tinggi dapat meningkatkan angka pengobatan dibandingkan penggunaan baku emas yang membutuhkan kunjungan ulang agar pasien mendapatkan pengobatan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa QuickStripe™ CRT dapat menjadi alternatif dalam mendiagnosis servisitis klamidia pada perempuan risiko tinggi di Jakarta.
.....Chlamydial cervicitis is one of health problems in Indonesia due to difficulty of definitive diagnosis for Chlamydia trachomatis. Gram staining is quick and affordable and usually done to make presumptive diagnosis despite its low sensitivity and specificity. Polymerase chain reaction (PCR) is considered gold standard but costly, technically demanding and difficult to be performed in low-resource settings. Thus, a rapid test with higher sensitivity and specificity is needed to aid chlamydial cervicitis. This study aims to determine the diagnostic value of QuickStripe™ Chlamydia rapid tests (CRT) in diagnosing chlamydial cervicitis among high-risk women in Jakarta. This cross-sectional study included symptomatic and asymptomatic high risk women in Balai Rehabilitasi Sosial Eks Watunas Mulya Jaya during June to July 2020. Endocervical swabs from each participant were taken for QuickStripe™ CRT, Gram staining, and real time PCR. A total of 41 participants were enrolled. The sensitivity and specificity for QuickStripe™ CRT were 73.6% (95% CI: 48,80% to 90.85%) and 81.82% (95% CI: 59.72% to 94.81%). Positive and negative predictive value were 77.78% (95% CI: 58.09% to 89.84%) and 78.05% (95% CI: 62.39% to 89.44%). Chlamydial cervicitis proportion based on real-time PCR was 46.3% in this study. A modelling study stated that a rapid test with suboptimal sensitivity in a high risk setting can improve rates of treatment compared to a gold standard test that requires return visits for patients to receive results and treatment. We concluded that QuickStripe™ CRT may become alternative diagnostic test among high-risk women in Jakarta."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Herni
"[ABSTRAK
Duh tubuh vagina adalah cairan yang keluar dari alat genital perempuan yang tidak berupa darah. World Health Organization (2007) merekomendasikan dalam menegakkan diagnosis duh tubuh vagina dengan menggunakan alur pemeriksaan dengan spekulum. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah merekomendasikan alur tersebut untuk seluruh puskesmas di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas alur pemeriksaan duh tubuh vagina dengan spekulum oleh dokter puskesmas di Kota Pontianak yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium. Uji diagnostik sensitivitas dan spesifisitas dilakukan terhadap 52 subyek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan nilai sensitivitas dan spesifisitas diagnosis vaginitis menggunakan spekulum sebesar 57,1% dan 52%, sedangkan sensitivitas dan spesifisitas untuk diagnosis servisitis sebesar 75% dan 57,7%. Hal tersebut menunjukkan nilai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah (≤85%), menunjukkan bahwa pemeriksaan menggunakan spekulum tidak cukup baik untuk digunakan sebagai dasar dalam menegakkan diagnosis duh tubuh vagina.

ABSTRACT
Vaginal discharge is the discharge from womens genitals which does not consist of blood. World Health Organization in 2007 provide recommendations for diagnosis vaginal discharge in health care one of them by using a speculum. The Ministry of Health of Indonesia has recommended speculum examination of vaginal discharge to all health centers in Indonesia. This research aim was to study the sensitivity and specificity of vaginal discharge examination using a speculum by doctors in primary health care in Pontianak confirmed by laboratory examination. Sensitivity and specificity of diagnostic testing were conducted on 52 research subjects. The result of the study showed the sensitivity and specificity for the diagnosis of vaginitis using a speculum were 57.1% and 52%, whereas the sensitivity and specificity for the diagnosis of cervicitis were 75% and 57.7%. Low sensitivity and specificity values (≤85%), indicating that the use of a speculum examination is not good enough to be used as a basis in the diagnosis of vaginal discharge., Vaginal discharge is the discharge from womens genitals which does not consist of blood. World Health Organization in 2007 provide recommendations for diagnosis vaginal discharge in health care one of them by using a speculum. The Ministry of Health of Indonesia has recommended speculum examination of vaginal discharge to all health centers in Indonesia. This research aim was to study the sensitivity and specificity of vaginal discharge examination using a speculum by doctors in primary health care in Pontianak confirmed by laboratory examination. Sensitivity and specificity of diagnostic testing were conducted on 52 research subjects. The result of the study showed the sensitivity and specificity for the diagnosis of vaginitis using a speculum were 57.1% and 52%, whereas the sensitivity and specificity for the diagnosis of cervicitis were 75% and 57.7%. Low sensitivity and specificity values (≤85%), indicating that the use of a speculum examination is not good enough to be used as a basis in the diagnosis of vaginal discharge.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suliyani Suwardi Pawiro
"Infeksi Menular Seksual (IMS) saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Gonore dan klamidia merupakan IMS yang banyak terjadi, dan seringkali bersifat asimtomatik, namun manifestasinya dapat menyebabkan penyakit serius lainnya secara sistemik. Sebagian besar komunitas Lelaki Seks Lelaki (LSL) melakukan seks anal, sehingga dianggap sebagai suatu kelompok berisiko untuk terinfeksi gonore dan klamidia. Infeksi yang sering terjadi adalah di daerah anus (proktitis gonore dan/atau proktitis klamidia). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jumlah pasangan anal dengan proktitis gonore dan/atau proktitis klamidia pada LSL. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Responden berasal dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya pada tahun 2011, dengan metode pengambilan sampel Respondent Driven Sampling. Dari 750 sampel yang ada, sampel yang eligible sebanyak 644, karena data terisi lengkap. Prevalens kasus proktitis gonore dan/atau proktitis klamidia adalah sebesar 32,4%, dengan hasil bivariat yang menunjukkan bermakna secara statistik adalah variabel pendidikan, sumber pendapatan utama, dan penggunaan kondom. Setelah dilakukan uji stratifikasi, didapatkan ada interaksi variabel dikontak oleh petugas lapangan dan jumlah pasangan seks anal terhadap hubungan jumlah pasangan seks anal dengan proktitis gonore dan/atau klamidia. Analisis multivariat yang digunakan adalah cox regression. Hasil akhir hubungan jumlah pasangan seks anal dengan proktitis gonore dan/atau klamidia yang didapatkan setelah mengontrol penggunaan kondom serta interaksi dikontak oleh petugas lapangan dan jumlah pasangan seks anal adalah prevalence ratio (PR) sebesar 1,219 (95% CI 0,883-1,681). Tingginya jumlah pasangan seks anal serta rendahnya penggunaan kondom konsisten dan dikontak oleh petugas, maka perlunya upaya kerjasama dengan berbagai pihak untuk peningkatan kesadaran setia pada satu pasangan, kemudahan akses kondom dan pemberian pelayanan kesehatan pada komunitas LSL untuk mencegah terinfeksi gonore dan klamidia.

Sexually Transmitted Infections (STIs) is currently still be a public health problem worldwide. Gonorrhea and chlamydia are the common STIs happen. Most cases are asymptomatic, but its manifestations can cause other serious systemic illnesses. Most men who have sex with men (MSM) having anal sex, treated as a high risk group for gonorrhea and chlamydia infection. Infection commonly occurs in the anal area (gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis). The aim of this study is to estimate the correlation of anal-sex partner number and gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis in MSM. Study design is crosssectional. Respondents are taken from Jakarta, Bandung, and Surabaya in 2011, by Respondent Driven Sampling method. Among 750 samples available, the eligible sample is 644 (complete data). Prevalence of gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis cases is 32,4%. Results of bivariate analysis showed statistically significant variables are education, source of income, and the use of condoms. There is interaction variables of being contacted by health workers and number of anal-sex partner to the correlation of anal-sex partner number and gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis. Cox regression was used for multivariate analysis. The end result is the prevalence ratio (PR) of anal-sex partner number and gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis after controlling confounder use of condom and interaction of being contacted by health workers and anal-sex partner number is 1,219 (95% CI 0,883-1,681). It is needed policy and collaborative action from all sectors to prevent gonorrhea and chlamydia infection by increased awareness of faithful to one partner, improve condom accessibility and delivery of health services easiness for MSM community. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Made Kurniati
"ABSTRAK
Nama : Ni Made KurniatiProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Prevalen Sifilis, Gonore Dan/Atau Klamidia Sebagai PrediktorEpidemi HIV Pada Berbagai Kelompok Seksual BerisikoEpidemi HIV di Indonesia merupakan permasalahan yang harus segera ditangani karenaberdampak pada derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Deteksi prediktor utama yangberkaitan dengan kejadian Infeksi Menular Seksual IMS terhadap terjadinya infeksiHIV sangat penting untuk diketahui, mengingat IMS merupakan pintu utama masuknyainfeksi HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan anatara IMS yangterdiri dari sifilis, gonore dan klamidia terhadap HIV serta mengetahui keterkaitanketiga IMS tersebut dengan prevalen HIV pada kelompok seksual berisiko. Penelitianini menggunakan desain cross-sectional dengan menganalisis data Survei TerpaduBiologi dan Perilaku tahun 2007, 2009, 2011, 2013 dan 2015. Analisis yang digunakanadalah analisis regresi logistik dan regresi fraksional. Infeksi sifilis, gonore danklamidia dapat meningkatkan odds kelompok seksual berisiko untuk terinfeksi HIVmeskipun tidak bermakna secara statistik. Nilai OR infeksi sifilis pada sebagian besarmodel adalah nilai OR terbesar yang meningkatkan peluang terjadinya infeksi HIV.Model hubungan antara IMS dan HIV dapat dilihat pada kota/lokasi yang masuk dalamkuadran I. Prevalen sifilis berhubungan dengan prevalen HIV pada setiap kelompokberisiko terutama pada kelompok waria dan LSL. Setiap kelompok seksual berisikodiharapkan dapat berpartisipasi dalam setiap program untuk pencegahan danpengendalian IMS dan HIV. Selain itu, perlu dilakukan penguatan program yangterfokus pada eradikasi IMS pada kelompok seksual berisiko.Kata kunci: HIV, Infeksi Menular Seksual, Kelompok Seksual Berisiko

ABSTRACT
Name Ni Made KurniatiStudy Program Public HealthTitle Prevalence of Syphilis, Gonorrhea and or Chlamydia as Predictor ofHIV Epidemics among Sexually High Risk Populations Analysis ofData from the Indonesia Integrated Biological and Behavioral Surveys,2007 2015The HIV epidemic in Indonesia is a problem that addressed immediately because itaffects the health status of Indonesian society. Detection of major predictors associatedwith the incidence of Sexually Transmitted Infections STIs against the occurrence ofHIV infection is important to note, because STIs are the main entrance of HIV infection.This study aims to determine the association between STIs consisting of syphilis,gonorrhea and chlamydia against HIV and knowing the relationship between these STIswith HIV prevalence in sexual risk groups. This study uses cross sectional design byanalyzing the data of ldquo Survei Terpadu Biologi dan Perilaku rdquo in 2007, 2009, 2011, 2013and 2015. Logistic regression analysis and fractional regression used for analysis.Syphilis, gonorrhea and chlamydia infections increase odds of sexual risk groups forHIV infection even if not statistically significant. The odds ratio of syphilis infection inmost models is the largest odds ratio that increases the chances of HIV infection. Themodel of the relationship between STIs and HIV can be seen in the cities or sites thatfall within quadrant I. Prevalent syphilis is associated with HIV prevalence in each riskgroup especially in transsexual groups and MSM. Sexual risk group expected toparticipate in programs for STI and HIV prevention and control. In addition, it isnecessary to strengthen programs focused on eradicating STIs in sexual risk groupsbased on cities or sites quadran.Keywords HIV, Sexually Transmitted Infections, Sexually High Risk Populations"
2018
T51356
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Romi
"Tujuan: Mengetahui sensitivitas dan spesifisitas Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan baku emas slide darah mikroskop untuk deteksi dini malaria dalam kehamilan.
Tempat: Puskesmas dan Puskesmas Pembantu di kecamatan Sei Berombang, kabupaten Labuhan Baku, Sumatera Utara (daerah endemik malaria).
Bahan dan Cara Kerja: Penelitian ini merupakan uji diagnostik yang bersifat sesaat (cross sectional). Wanita hamil atau dalam masa nifas yang berdomisili di daerah endemik malaria tersebut diminta kesediaannya untuk mengikuti penelitian ini. Anamnesis, pemeriksaan lisik dan Obstetrik dilakukan sesuai dengan protokol penelitian. Kemudian diambil sampel darah tepi masing-masing untuk pemeriksaan RDT (Parascreen®, produksi Zephyr Biomedicals, India, ML No: 558, Lot No: 101017), dan slide darah mikroskop. Pembacaan slide darah mikroskop dilakukan di laboratorium Sub Dit. Malaria Depkes Ri, Jakarta, oleh mikroskopis nasional. Data yang didapatkan kemudian diolah dan dianalisa.
Hasil: Pengambilan sampel dilakukan pada 18 Agustus 2006. Diteliti 45 subyek penelitian yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Didapatkan usia populasi penelitian berkisar antara 18-38 tahun dengan kelompok usia terbanyak (48,9%) usia 20-39 tahun. Sebagian besar (93,3%) tingkat pendidikan peserta penelitian adalah rendah. Penghasilan peserta penelitian sebanyak (86,7%) di bawah Rp.1.000.000,00, hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan eratnya hubungan antara malaria dan kemiskinan. Tidak ada satu pun responden yang demam namun pemeriksaan mikroskopik menunjukkan ada 5 wanita hamil yang positif parasit malarianya dan semuanya tidak terdeteksi dengan RDT sehingga didapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas alat RDT masing-masing 0% dan 100% untuk deteksi dini malaria dalam kehamilan. Nilai duga positif 0%, nilai duga negatif 91,1%, rasio kemungkinan positif 0, rasio kemungkinan negatif 1, dan nilai kappa O. Prevalensi malaria dalam kehamilan pada wanita hamil asimptomatik pada penelitian ini didapatkan 11,1%. Distribusi jenis malaria terbanyak adalah P falciparum (60%), dengan jumlah parasit malaria 79-2381 µL. Populasi penelitian adalah ibu hamil dan nifas dengan distribusi kelompok terbesar pada usia gestasi trimester 3 (57,8%). Sebagian besar populasi (64,4%) merupakan primigravida atau hamil ke-2.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan RDT yang dipakai tidak akurat untuk deteksi dini malaria dalam kehamilan. Prevalensi malaria dalam kehamilan pada wanita hamil asimptomatik di daerah endemik malaria pada penelitian ini adalah 11,1%. Pemeriksaan slide darah mikroskop masih merupakan baku emas untuk deteksi dini malaria dalam kehamilan. Jumlah parasit malaria pada wainta hamil asimptomatik termasuk rendah.
Saran: Deteksi dini malaria dalam kehamilan perlu dilakukan pada wanita hamil di daerah endemik malaria. Dengan masih terbatasnya tenaga mikroskopis terlatih dan perlengkapan di daerah pedalaman, ROT merupakan alternatif untuk deteksi dini malaria dalam kehamilan namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di lapangan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan menggunakan jenis RDT lainnya sehingga dapat ditentukan RDT yang lebih layak.

Objective: To know the sensitivity and specificity of the rapid diagnostic test (RDT) for early detection of malaria during pregnancy with the microscopic slide as the gold standard.
Venue: Public Health Facility located in Sei Berombang district, Labuhan Batu county, North Sumatra province.
Methods and Materials: Cross sectional diagnostic test. Pregnant or puerperal women who live in that location were asked to participate in this study. Anamnesis, physical and obstetrical examination were performed according to the protocol of the study. Peripheral blood from each participants for RDT (Parascreen®, produced by Zephyr Biomedicals, India, ML No: 558, Lot No: 101017), and microscopic slide examination obtained. Microscopic slides were read by national microscopist in the laboratory of Sub Dit Malaria Indonesia Republic Department of Health in Jakarta. The data then collected and analyzed.
Results: The sample was taken on August 18th 2006. There were 45 samples that met the inclusion and exclusion criteria. The age of the participants were between 18-38 years old, and the majority (48,9%) were in the 20-39 years old group. For the level of formal education, the majority (93,3%) were in the low level group. Most of the participants (86,7%) had the average income below Rp.1.000.000,00 per month. This condition supports the theory that suggests the strong correlation between poverty and malaria. None of the participants complaining of fever, from the microscopic examination, there were 5 pregnant women positive for parasitemia and none of them could be detected by the RDT, so the sensitivity and the specificity of the RDT was 0% and 100% respectively for early detection of malaria during pregnancy. The positive predictive value was 0%, the negative predictive value was 91,1%, the positive probability ratio 0, the negative probability ratio 1, and the kappa value was O. The prevalence of malaria during pregnancy among the asimptomatic pregnant women in this study was 11,1%. Most of the species (60%) was P falciparum with the parasite count ranging from 79-238l µL. This study population was pregnant and puerperal women with the majority were on the 3rd trimester. Most of the population (64,4%) were primi or 2nd gravidae.
Conclusion: This study shows that the RDT used were inaccurate for early detection of malaria during pregnancy. The prevalence of malaria during pregnancy among the asimptomalic pregnant women living in the endemic malaria area in this study was 11,1%. The microscopic blood slide remains the golden standard for early detection of malaria during pregnancy. The parasite count in the asimptomatic women with malaria during pregnancy was low.
Suggestion: Early detection for malaria during pregnancy should be performed for pregnant women living in the endemic area. Because of the limited trained microscopist and facility in the remote area, RDT could be an alternative for early detection of malaria during pregnancy, but further study with larger samples and using variety of RDTs should be performed, so that the ideal RDT for early detection of malaria during pregnancy could be established.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18044
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratri Ainulfa
"Latar belakang: Gonore (GO) merupakan salah satu jenis IMS yang sering ditemukan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pada wanita diperkirakan 50% infeksi GO di serviks bersifat asimtomatik dan bila tidak diobati secara adekuat dapat menimbulkan penyakit radang panggul. Pewarnaan Gram merupakan pemeriksaan penunjang yang digunakan secara luas untuk diagnosis GO. Terdapat beberapa fasilitas kesehatan menggunakan pewarnaan biru metilen untuk mendeteksi GO karena dianggap lebih mudah dan lebih cepat.
Tujuan: Membandingkan sensitivitas dan spesifisitas pewarnaan biru metilen dengan pewarnaan Gram untuk mendeteksi servisitis gonore.
Metode: Penelitian uji diagnostik dengan rancangan studi potong lintang pada wanita penjaja seks (WPS). Dua spesimen apusan serviks dari subyek yang sama diwarnai, yang satu dengan biru metilen dan lainnya dengan Gram. Sebagai baku emas dibuat biakan yang dilanjutkan uji identifikasi dan konfirmasi.
Hasil: Berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi terpilih 296 WPS sebagai subyek penelitian. Diperoleh sensitivitas dan spesifisitas pewarnaan biru metilen untuk mendeteksi servisitis gonore berturut-turut sebesar 21,5% dan 97,8%; dibandingkan dengan pewarnaan Gram sebesar 39,3% dan 97,4%. Kesesuaian kedua jenis pemeriksaan adalah 0,5.
Kesimpulan: Sensitivitas pewarnaan biru metilen dalam mendeteksi servisitis gonore lebih rendah dibandingkan sensitivitas pewarnaan Gram, meskipun spesifisitasnya sebanding dengan Gram. Nilai kesesuaian hasil pewarnaan Gram dan biru metilen tergolong sedang, sehingga pewarnaan biru metilen tidak dapat menggantikan pewarnaan Gram untuk mendeteksi servisitis gonore.

Background: Gonorrhea (GO) is one of STI, that is often found around the world, including Indonesia. It was estimated that 50% gonococcal cervicitis in women are asymptomatic and if not treated adequately may lead to pelvic inflammatory disease. Gram staining is laboratory examination that widely used for GO diagnosis. A number of health facilities used methylene blue staining to detect the gonococcus because it was considered easier and faster.
Purpose: To compare the sensitivity and specificity of methylene blue staining with Gram staining in detecting gonococcal cervicitis.
Method: Diagnostic test research was conducted with a cross-sectional study design on female sex workers (FSW). Two cervical smear specimen from the same FSW were stained, one with methylene blue and the other with Gram. Culture for Neisseria gonorrhoeae was done as gold standard.
Result: Based on the inclusion and exclusion criterias, 296 FSW were selected as research subjects. Sensitivity and specificity of methylene blue staining to detect gonococcal cervicitis is 21.5% and 97.8% respectively, compared with 39.3% and 97.4% for Gram staining.The value of agreement between both examination was 0.5.
Conclusion: Sensitivity of methylene blue staining in detecting gonococcal cervicitis is lower than Gram staining, although the specificity was comparable. The value of agreement between Gram and methylene blue staining is moderate, therefore methylene blue can not be use to replace Gram staining in detecting gonococcal cervicitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nezza Nehemiah
"Individu dalam populasi umum yang pernah mengalami gejala psikotik psychotic-like experience memiliki risiko lebih besar untuk mengembangkan berbagai gangguan klinis seperti gangguan psikotik maupun gangguan psikologis berat lain di masamendatang. Oleh sebab itu diperlukan langkah preventif untuk mencegah berkembangnya gangguan pada individu normal. Berbagai penelitian terdahulu telah menggunakan berbagai alat tes skrining dalam upaya mengidetifikasi kelompok-kelompok berisiko, salah satunya adalah kelompok remaja. Akan tetapi, validitas dari alat tes skrining yang ada dan digunakan belum banyak diuji.
Penelitian ini adalah penelitian longitudinal berbasis sekolah yang telah dimulai sejak awal tahun 2017. Dalam penelitian tahap awal telah diperoleh data mengenai fenomena psychotic-like experience dengan menggunakan alat tes skrining Psychotic-Like Experiences PLEs di 5 sekolah di Jakarta. Pada tahap kedua yang saat ini dilaksanakan, peneliti melibatkan 40 orang siswa yang dipilih dengan teknik purposive sampling berdasarkan hasil temuan penelitian tahap awal. 40 orang siswa dilibatkan dalam wawancara diagnostik dengan panduan yang diadaptasi dari The Structured Clinical Interview for DSM-IVAxis I Disorders SCID-IV untuk dijadikan dasar acuan pembanding hasil diagnosis gold standard dari alat tes skrining PLEs. Validitas alat tes skrining diuji dengan melakukan perhitungan sensitivitas, spesifisitas, predictive values, likelihood ratios, beserta nilai cut-off optimum dari alat skrining tes dilakukan dengan menggunakan analisis Cross-tabulation dan analisis Area Under the Receiver Operating Characteristic ROC Curve.
Berdasarkan analisis Area Under the ROC Curvediketahui bahwa alat tes skrining PLEs memiliki sensitivitas 75 dan spesifisitas 87.5 yang baik untuk membedakan individu dengan atau tanpa gejala psikotik. Alattes skrining PLEs juga telah memiliki nilai cut-off yang optimum yaitu sebesar 1 gejala.Terdapat perbedaan cakupan gejala antara alat tes skrining PLEs dan panduanwawancara SCID-IV yang dapat turut mempengaruhi hasil penelitian. Adaptasi lebih lanjut dengan menambah cakupan gejala dirasa dapat meningkatkan sensitivitas dari alattes skrining PLEs di masa mendatang.

Individuals from general population who ever experienced psychotic like experience areat more risk to develop psychotic disorder or other psychological disorders in the future.Therefore, any prevention action is needed to prevent the development of any seriousdisorder in individuals from general population. Previous research had used variousscreening instruments for psychotic experience to identify at risk groups one of them isadolescents. Unfortunately the validity of these screening instruments has not yet beentested.
This is a longitudinal school based study which has been conducted since theearly 2017. In the first study, we use the Psychotic Like Experiences PLEs questionnaire to identify at risk individuals from 5 high schools in Jakarta. In this study second study , 40 students are selected by using purposive sampling technique based on the result of our first study. These 40 students then interviewed using The Structured Clinical Interview for DSM IV Axis I Disorders SCID IV to provide the gold standardbases for measuring PLEs questionnaire validity. The sensitivity, specificity, predictive values, likelihood ratios, and optimum cut off score were analyzed by using the Crosstabulation and Area Under the Receiver Operating Characteristic ROC Curve analysis.
Based on the analysis, we found that the sensitivity 75 and specificity 87.5 ofPsychotic Like Experiences PLEs questionnaire is good enough to differentiate individuals with or without psychotic experience. The cut off score of PLEs questionnaire is also found to be optimum ge 1 symptom to identify at risk individuals. There are differences in the number of symptoms covered by PLEs questionnaire andSCID IV, which is assumed to affect this study result. Further adaptation by addingmore symptoms covered by PLEs questionnaire are believed to increase its sensitivity infuture studies.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T49073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>