Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130330 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Anindya
"ABSTRACT
In Indonesia, the number of children who commit crimes and stay in Juvenile Prison is increasing every year. Actually, there is a major cause of children committing crimes, which are low self-concept and sufficient attention. Juvenile Prison as an institution that serves to educate criminals must be able to provide what they need, not just to confine and punish them. Open space based on research has proven to have a positive effect on the child's mental healing process (Wilson,1984). Open space is also believed to be a place where children can find identity, because during adolescence, they are incessantly seeking their identity. Therefore, the making of this thesis is to review the use of open space in Tangerangs Juvenile Prison and its effect on the childs mental recovery process. 

ABSTRACT
Di Indonesia, jumlah anak yang melakukan tindakan kriminal dan menetap di penjara anak semakin meningkat tiap tahunnya. Sebenarnya, penyebab utama anak remaja melakukan tindakan kriminal adalah karena rendahnya konsep diri dan kurangnya perhatian. Penjara anak sebagai institusi yang berfungsi untuk membina anak harus bias memberikan apa yang dibutuhkan remaja, bukan hanya untuk menghukum dan mengurung mereka. Ruang terbuka berdasarkan penelitian terbukti mampu memberikan efek positif pada proses penyembuhan mental anak (Wilson,1984). Ruang terbuka juga dipercayaadalah tempat dimana remaja mencari identitas mereka, karena selama masa remaja, mereka sedang marak-maraknya mencari identitas diri. Oleh karena itu, pembuatan skripsi ini adalah untuk meninjau kegunaan ruang terbuka di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tangerang dan efeknya terhadap proses pemulihan mental anak. "
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasya Lillah
"ABSTRAK
Suatu ruang tinggal dalam perkembanganya akan selalu mengalami perubahan ruang akibat penyesuaian antara aktivitas pengguna dengan kebutuhannya. Perubahan penggunan ruang yang terjadi merupakan transformasi ruang. Skripsi ini membahas mengenai proses transformasi ruang yang terjadi dengan cara adaptasi pada pemukiman padat penduduk dan faktor yang memengaruhinya. Proses transformasi dipahami dari pendekatan teori produksi ruang Lefebvre, 1991 dengan menggunakan adaptasi sebagai metode yang digunakan untuk melihat transformasi. Studi kasus dilakukan pada ruang tinggal di pemukiman padat penduduk. Hasil yang ditemukan dalam proses transformasi ruang yang terjadi dengan cara adaptasi yakni peran waktu memengaruhi perubahan aktivitas yang terjadi. Aktivitas akan berubah ketika terdapat peran elemen dan cara yang bekerja. Waktu, aktivitas, cara dan elemen saling berhubungan dengan cara adaptasi yang akhirnya mentransformasi ruang.

ABSTRACT
A living space in its development will always changed by the user 39 s activities to adjust their needs. Space change is the transformation of space. This thesis will discuss the process of space transformation through adaptation in densely populated settlements and which factors affect it. I used theory production of space Lefebvre 1991 to understand the process of space transformation by using adaptation as the method. Case studies were held in densely populated settlements. This thesis found that time affects activity that will happen. Activity will change when there are work of elements and mechanisms. Time, activity, mechanism and elements are interconnected each other through adaptation and finally transform the space."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarisya Ramadhani Putriutami
"Ruang terbuka publik dalam sebuah kota harus dapat menjadi sarana rekreasi masyarakat kota. Sebagai sarana rekreasi, ruang terbuka publik menawarkan berbagai macam aktivitas outdoor yang terdiri dari passive recreation dan active recreation. Pelaksanaan aktivitas-aktivitas tersebut tentunya harus dapat diakomodasi oleh elemen fisik yang ada pada sebuah taman. Salah satu elemen fisik yang pasti ada dan dapat mengakomodasinya adalah tempat duduk. Tempat duduk pada ruang terbuka tidak hanya sebagai tempat untuk duduk tetapi juga dapat memicu terjadinya aktivitas-aktivitas lainnya. Hal ini dapat dijelaskan dengan teori affordance bahwa suatu lingkungan menawarkan potensi-potensinya untuk makhluk hidup melakukan aktivitas dengan cara yang berbeda-beda. Taman Mal Bintaro Xchange dan Taman Lapangan Banteng merupakan dua taman yang menawarkan berbagai macam jenis tempat duduk untuk manusia melakukan berbagai macam aktivitas outdoor. Penulis menggunakan metode observasi dan wawancara pengunjung untuk mengetahui bagaimana manusia cara mengokupansi ruang pada tempat duduk di taman. Kemudian, penulis akan membahas bagaimana passive dan active recreation dapat terjadi pada tempat duduk di taman.

Public open space in a city must accommodate recreation activity for its citizen. As a recreation place, public open space offer many outdoor activity such as passive recreation and active recreation. The execution of those activities should be accommodate by the physical element at the park. One of the physical element that must be there and could accommodate the activity is sitting place. Sitting place in an open space is not only a place to sit but should triggered another activity to happen. This phenomenon could be explained by affordance theory that. Gibson (1986) said that affordance is how the environment provides a lot of possibility for human to do an activity with so many different ways. Taman Mal Bintaro Xchange and Taman Lapangan are two parks that have some kind of sitting place to accommodate outdoor activity. This study will be using literature review, observation and interviewing the park visitors to know how they occupied the space at the sitting place in park. This study examines how passive and active recreation could happen at the sitting place in park."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Muhamad Saefulloh
"Juvenile delinquency with law today have need to receive an attention because they are a next generation that we must keep watch over them in order that they do not make a deviation that finally they must experience a hard live in prison. A prison as a place for the exile of individual groups because they have a crime behavior. It is not a good place for a juvenile. To enter a juvenile will be contaminated and learn a bigger crime.
Research method used a qualitative approach with case study conducted. In data collecting the researcher performed an observation in the research location and interview in depth with the informants and also a structured interview with the prisons officer.
An applied incarceration for a juvenile is designed as a punishment in order that a juvenile has a daunt because a juvenile has not a special guiding during in prison, in addition a treatment for adult. Because there do not perform a guiding for a juvenile, so there is much free time, it can be used by a juvenile to learn on other delinquency in way mutual change an experience.
A juvenile learning process in performing a delinquency or deviation occur in a long time and in an intimate group. Tis process did not performed only in prison but also it occur after they have released from the prison in intimate group. A crime learning process can be absorbed easily by a juvenile, because during in prison a juvenile has less related to a binding elements. With a weak social relation and occuring a crime learning process that a juvenile had performed in prison, then, a juvenile has a probability in significant to do a delinquency, so that the new and young criminals will be created as an impact of incarceration of juvenile."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Indira Okta
"Penulisan ini membahas tentang fleksibilitas sebagai strategi bertinggal di hunian yang berbasis standar occupancy. Standar yang ada secara tidak langsung mengatur kegiatan domestik di dalamnya secara kaku, karena ada berbagai persyaratan matra ruang dan luas minimumnya. Bentuk rasionalisasi ini sangat kontradiktif dengan kegiatan bertinggal yang dinamis. Karenanya, penulisan ini akan menelusuri bagaimana fleksibilitas hadir merespon standar occupancy, baik di tahap prior-occupancy maupun post-occupancy. Penulisan ini menggunakan kasus Apartemen The Smith Alam Sutera yang kemudian dianalisis melalui dua tahapan. Tahapan prior-occupancy  menjelaskan tentang peran arsitek dalam menyediakan “variasi” berbagai kemungkinan fleksibilitas dengan tujuan membuka kemungkinan kepada user untuk berkontribusi pada hasil rancangan ruang. Analisis kemudian dilanjutkan ke tahap post-occupancy. Di tahap ini analisis terbagi lagi menjadi fase mobility, evolution, dan elasticity yang melihat bagaimana perkembangan, penyesuaian, dan modifikasi initial flexibility oleh user. Hasil studi kasus menunjukkan bahwa pada realisasinya, initial flexibility yang dirancang oleh arsitek sebagai pemicu fleksibilitas tidak semuanya dimanfaatkan oleh user dalam menjalankan aktivitas domestiknya. Seringkali user menciptakan sendiri suatu strategi fleksibilitas untuk memenuhi kebutuhan dalam kesehariannya tanpa berbasis pada rancangan yang sudah ada, namun tetap ada indikasi modifikasi dan penyesuaian fleksibilitas yang terus berkembang sepanjang masa periode bertinggal.

This writing explores flexibility as a strategy of living in standardized housing. Standardization is seen as a form of rationalization that is contradictory to dynamic living activities. Therefore, this paper will explore how flexibility exists and responds to a standardized living space, both at the prior-occupancy and post-occupancy stages. This writing uses the case of The Smith Alam Sutera Apartment which is then analyzed through two stages. The prior-occupancy stage explains the role of the architect in providing "variations" of various possible flexibility with the aim of opening up possibilities for the user to contribute to the spatial design results. The analysis then proceeds to the post-occupancy stage, at this stage the analysis is further divided into mobility, evolution, and elasticity phases which focuses at how the user develops, adjusts, and modifies the initial flexibility. The results of the case study show that in reality, the initial flexibility designed by the architect as a trigger for a chance of flexibility in the future occupation is not all utilized by the users in carrying out their domestic activities. Instead,  users often create their own flexibility strategy to meet their daily needs without utilizing the prior architect’s design. However, there are still indications of modifications and flexibility adjustments that continue to develop throughout the period of residence."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nirissa Arviana Fardani
"Ruang publik terbuka khususnya taman di dalam ruang kota memiliki potensi yang dapat memicu interaksi yang dapat dikembangkan pengguna di dalamnya. Potensi ruang dan interaksi antar pengguna dalam taman tersebut kemudian mendorong terciptanya komunitas. Skripsi ini bertujuan memahami bagaimana peran ruang publik terbuka terhadap terbentuknya aktivitas komunitas. Pembahasan mencakup taman sebagai ruang publik, persepsi pengguna terhadap ruang tersebut, aktivitas di dalamnya hingga tercipta komunitas dan studi kasus pada Taman Menteng dan Taman Suropati. Temuan skripsi ini adalah potensi dari elemen fisik ruang publik terbuka memicu persepsi dan interaksi pengguna hingga terbentuknya komunitas.

Open public space, especially parks in urban space has potential to develop user interaction. Interaction between user and potential space in the park could encourage community existance. This study aims to understand the role of open public space in order to form activities of community. The study examines furter regarding park as public space, user perception, the occur activity and how the community formed. It uses Taman Menteng and Taman Suropati. Findings show that a physical element of open public space able to encourage perception and user interaction to formed community."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meinil Santina
"Remaja menurut WHO adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yaitu batasan usia 10 sampai 19 tahun. Permasalahan remaja begitu kompleks. Pengaruh media massa memancing remaja untuk mengadaptasi kebiasaan tidak sehat. Akibatnya remaja rawan terjangkit penyakit Menular seksual, aborsi dan ketergantungan Napza. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku remaja dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi siswa Paket B Setara SMP PKBM Bina Insan Mandiri, Kota Depok. Jenis penelitian ini adalah kuantitaif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan 54,6% responden pernah berperilaku berisiko dan faktor personal yang berhubungan secara signifikan adalah pada variabel jenis kelamin, pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi dan faktor lingkungan yang berhubungan signifikan adalah variabel akses terhadap media informasi. Berdasarkan hasil penelitian, perlunya diselenggarakan pendidikan kesehatan bagi remaja dan program pelayanan kesehatan peduli remaja di PKBM Bina Insan mandiri, Kota Depok.

WHO defined adolescent period refery to stage aged 10-19 years. Some common issues related to adolescent reproductive health are sexually transmitted disease, abortion dan drug dependenc. This study aims to issues the adolescent behavior and factor associated with adolescent reproductive health behavior among the students PKBM Bina Insan Mandiri Depok. This Survey was a cros-sectional design the result showed 54,6% of responden had performed risk behavior such as smoking, substance abused, drinking alkohol, and sexual engagement. Personal factor such as sex, knowledge of reproductive health and enviromental factors i.e mass media exposure the pornographic mentioned significantly related civil the adolescent behavior."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sherin Meutia Khansa
"Gaya hidup sedenter dengan aktivitas fisik yang minim merupakan gaya hidup sehari-hari yang tidak sehat yang lazim terjadi saat ini dan kesehatan fisik manusia diperkirakan akan menurun akibat kurangnya aktivitas fisik. Kelebihan berat badan/overweight dan obesitas adalah beberapa dari banyak penyakit yang disebabkan oleh perilaku kurang gerak. Penduduk Indonesia secara fisik tidak aktif dan memiliki proporsi individu yang overweight dan obesitas yang tinggi. Prevalensi obesitas di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun dan mendekati proporsi obesitas global. Ini menyiratkan bahwa perilaku sedentari memiliki konsekuensi jangka panjang, baik bagi individu yang terlibat di dalamnya, maupun kota dan negara. Sebagai fasilitas publik yang dapat diakses oleh berbagai kalangan pengguna, ruang terbuka hijau berpotensi untuk mendorong gaya hidup sehat dengan mendorong aktivitas fisik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meninjau peran ruang terbuka hijau dalam kaitannya dengan elemen desain dan aktivitas untuk mendorong aktivitas fisik di antara anggota masyarakat. Dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat, desain ruang terbuka hijau harus menyediakan ruang yang dapat digunakan oleh semua kelompok dan masyarakat. Melalui metode literature review, survei kuesioner, dan analisis, survei kuesioner yang telah disebarkan diperoleh sebanyak 324 responden dengan sampel penduduk Jabodetabek. Dapat dipelajari lebih lanjut tentang signifikansi dan bagaimana ruang terbuka hijau mendorong aktivitas fisik di antara penggunanya dan kemungkinan dampak yang ditimbulkan dari keterlibatan masyarakat di ruang terbuka hijau. Studi ini menemukan bahwa ruang terbuka hijau memiliki peran dalam mendorong aktivitas fisik. Ada korelasi antara ruang terbuka hijau dan tidak hanya dorongan aktivitas fisik, tetapi juga dalam mengakomodasi kohesi sosial melalui pemanfaatan olahraga komunitas.

Sedentary lifestyles with minimal physical activity are everyday unhealthy lifestyles prevalent nowadays and human’s physical health is anticipated to decline due to physical inactivity. Overweight and obesity are some of the many illnesses induced by sedentary behavior. The Indonesian population is physically inactive and has a high proportion of overweight and obese individuals. The obesity prevalence in Indonesia has grown throughout the years and is close to the global obesity proportion. This implies that sedentary behavior has long-term consequences, both for individuals who engage in it, as well as cities and countries. As public facilities that are accessible to various groups of users, green open spaces have the potential to promote a healthy lifestyle by encouraging physical activity. The aim of this study is to review the roles of green open space in relation to design elements and activities in order to encourage physical activity among community members. In the context of improving community health, green open space design should provide space that can be used by all groups and communities. Through methods of literature review, questionnaire survey, and analysis, a questionnaire survey has been distributed obtained by a total of 324 respondents with a sample of Jabodetabek residents. It can be further studied about the significances and how green open space encourages physical activity among its users and the possibility of impacts derived from community involvement in green open spaces. This study finds that green open space has roles in encouraging physical activity. There is a correlation between green open spaces and not only the encouragement of physical activity, but also in accommodating social cohesion through sports community uses."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Puspa Indah
"Skripsi ini membahas tentang adanya ruang healing yang terdapat pada area Pesantren Daarut Tauhid, Gegerkalong Bandung. Pesantren Daarut Tauhid tidak seperti pesantren lain, bangunannya menyebar dan membaur dengan bangunan milik masyarakat umum. Pola persebaran ini menciptakan ruang healing yang cukup kuat. Ruang healing di sini berarti ruang itu memiliki potensi untuk menyembuhkan, memberikan ketenangan batin dan ruhani. Faktor apa saja yang mendukung terciptanya suasana kampung healing pada area Gegerkalong? Selain karena pola persebaran, ruang interior pesantren dan pola interaksi yang terbuka ke masyarakat sekitar pesantren ternyata memberikan pengaruh cukup besar pada proses healing tersebut. Kualitas space yang terbuka dan tidak mengisolasi santrinya dalam berkegiatan menjadi salah satu kunci tercapainya kawasan kampung healing.
This writing will analyze the presence of healing space that exists in Daarut Tauhid Islamic Dormitory area, Gegerkalong Bandung. The Daarut Tauhid Islamic Dormitory is different with another dormitory; the buildings are spreading and blending with local residential home. These spreading patterns interestingly create a healing space. Healing space that mentioned here is a potential space to curing, giving the need for healthcare. What is the crucial factor which promoted the healing atmosphere inside the Gegerkalong suburban area? Besides of the building spreading patterns, evidently interiority of space and free-connection with the civil society and existing neighborhood around the Islamic dormitory give big influence of healing process. The space which is opened and not isolating the student when taking some activities are the key of the suburban-healing area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S65718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Amalia Rahmi
"Tingginya angka perilaku seksual pranikah pada remaja pria di Indonesia berisiko terhadap masalah kesehatan. Keluarga khususnya orangtua ikut berperan dalam upaya mencegah hubungan seksual pranikah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran informasi kesehatan reproduksi (kespro) dari keluarga terhadap perilaku seksual pranikah remaja pria umur 15-24 tahun di Indonesia. Penelitian ini merupakananalisis lanjut data SDKI-KRR tahun 2017 yangmenggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 7.030 remajapria yang memenuhi kriteria: remaja pria berumur 15-24 tahun dan belum kawin.Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 11% remaja pria pernah melakukan hubungan seksual pranikah, sedangkan yang pernah mendapatkan informasi kespro dari keluarga hanya sebesar 19,5%.Informasi kesprodari keluarga berperan terhadap perilaku seksual pranikah remaja pria di Indonesia setelah dikontrol oleh tingkat pendidikan dan diskusi kespro dengan guru. Remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan berpendidikan rendah berpeluang hampir 4kali untuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga, sedangkan remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan berpendidikan tinggi berpeluang 3,5kali untuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga. Remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan tidak pernah berdiskusi dengan guru mengenai kesproberpeluang hampir 4 kali untuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga, sedangkan remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan pernah berdiskusi dengan guru mengenai kespro berpeluang 3,3 kaliuntuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga. Harapannya, BKKBN melalui program GenRe (PIK R/M, dan BKR) dapat lebih ditingkatkan pemanfaatannya oleh remaja pria dan orang tua remaja terutama ayah, sedangkan program PKPR, Kemenkes perlu lebih banyak menjangkau remaja pria di Indonesia sehingga dapat membantu penurunan angka perilaku seksual pada remaja pria di Indonesia.

The high rate of premarital sexual behavior in male adolescents in Indonesia at risk for health problems. Families, especially parents, play a role in preventing premarital sexual intercouse. This study aims to determine the role of reproductive health information from families on premarital sexual behavior of male adolescents aged 15-24 years in Indonesia. This study is a further analysis of the 2017 IDHS-KRR data using a cross sectional design with a sample of 7,030 male adolescents who meet the criteria: male adolescents aged 15-24 years and unmarried. The results showed that about 11% of male adolescents had premarital sexual intercourse, while only 19.5% had received information on health issues from their families. Reproductive health information from family contribute to adolescent premarital sexual intercouse of male adolescents in Indonesia after being controlled by the level of education and reproductive health discussions with teachers. Adolescents who do not get reproductive health information from their families and have low education are nearly 4 times more likely to have premarital sexual intercourse compared to adolescents who get reproductive health information from their families, while adolescents who do not get reproductive health information from their families and are highly educated are 3.5 times more likely to have premarital sexual intercouse compared adolescents who get reproductive health information from their families. Adolescents who do not get information on reproductive health from their families and have never discussed with the teacher about reproductive health are nearly 4 times more likely to have premarital sexual intercourse than adolescents who get information on health care from their families, while adolescents who do not get information on reproductive health from their families and have had discussions with teachers about reproductive health have the opportunity 3.3 times for having premarital sexual intercourse compared to adolescents who get reproductive health information from their families. The hope is that the BKKBN through the GenRe program (PIK R / M, and BKR) can be further utilized by young men and teenage parents, especially fathers, while the PKPR program, the Ministry of Health needs to reach more young men in Indonesia so that it can help reduce the number of sexual behavior young men in Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>