Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134161 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Hendriko
"Bahaya kebakaran merupakan suatu bahaya yang dapat membawa bencana yang besar dengan akibat yang luas, baik terhadap keselamatan jiwa maupun harta benda yang secara langsung akan menghambat kelancaran pembangunan. Khususnya di wilayah DKI Jakarta.
Salah satu bentuk proteksi terhadap kerugian yang diakibatkan oleh bahaya kebakaran pada bangunan tinggi adalah asuransi. Dalam memberikan proteksi terhadap kerugian akibat bahaya kebakaran pada bangunan tinggi. pihak asuransi melakukan penyebaran risiko kepada pihak reasuransi (penanggung ulang). Kebutuhan akan adanya reasuransi adalah dalam rangka memperkecil risiko yang ditanggung sendiri oleh asuransi terhadap kemungkinan adanya klaim (ganti rugi) yang wajib dibayar sesuai dengan ketentuan polis yang berlaku.
Sebelum memberikan pertanggungan terhadap risiko kebakaran, pihak asuransi melakukan survey risiko terhadap bangunan tinggi tersebut. Laporan survey risiko tersebut digunakan juga oleh pihak reasuransi sebagai acuan untuk melakukan penilaian. Isi laporan tersebut terdiri dari data-data kualitatif dan kuantitatif yang penilaiannya sebagai mana adanya yang dilakukan oleh pihak surveyor.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan serius pengaruh dari faktor faktor risiko terhadap pertanggungan yang direasuransi pada asuransi kebakaran bangunan tinggi di DKI Jakarta.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini didapat faktor penentu yang berpengaruh pada besar pertanggungan yang direasuransi adalah 69.1% dipengaruhi oleh Total Sum Insurance dan 14.8% dipengaruhi oleh Pemeliharaan bangunan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T2590
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus Rudy Wijaya
"Pengendalian terhadap biaya proyek merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan suatu proyek selain kendali terhadap waktu dan mutu. Direct cost sebagai salah satu bagian dari biaya proyek memegang peranan yang penting dalam keberlangsungan operasional suatu proyek. Oleh karena itu, keberhasilan dalam mengendalikan direct cost merupakan salah satu keberhasilan dalam pelaksanaan proyek. Overhead cost sebagai salah satu unsur biaya proyek meiniliki persentase 12% -15 % dari total nilai proyek. Selain itu komponen biaya loverhead ini tidak menjadi bagian yang permanen dari pekerjaan tetapi tetap berpengaruh pada operasional proyek. Untuk menghindari pemborosan biaya akibat pembengkakan biaya overhead maka perlu dilakukan identifikasi penggunaan biaya overhead secara cermat dan melakukan tindakan efisiensi yang tepat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35204
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendi
"Kebijakan subkontraktor dalam suatu proyek konstruksi dapat mencapai 80 - 90% dari total biaya yang dikeluarkan untuk proyek tersebut sehingga subkontraktor mempunyai pengaruh yang besar terhadap kinerja biaya akhir proyek. Kebijakan tersebut mencakup berbagai proses konstruksi, salah satu di antaranya adalah pengawasan dan pengendalian. Terdapat beberapa faktor dalam pengawasan dan pengendalian yang berpengaruh terhadap kinerja biaya proyek. Walaupun faktor-faktor yang teridentifikasi tersebut mempunyai peluang terjadi yang hampir sama, penilaian terhadap masing-masing faktor tersebut berbeda-beda pada tiap-tiap proyek konstruksi. Sehingga untuk mengetahui besarnya cost overruns yang sebenarnya ditimbulkan digunakan analisis dengan metode fuzzy. Namun, sebelumnya dilakukan analisis resiko, analisis korelasi, dan analisis Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan 2 (dua) faktor yang berpengaruh paling signifikan dan prioritas tertinggi. Kedua faktor tersebut digunakan dalam kuisioner untuk mendapatkan data primer untuk analisis dengan metode fuzzy. Analisis resiko, korelasi, dan AHP menghasilkan 2 (dua) faktor yang signifikan dan prioritas tertinggi yaitu Monitoring dan pengendalian tidak efektif akibat kurang baiknya administrasi dan dokumentasi serta Monitoring dan pengendalian tidak efektif akibat konflik akibat informasi yang tidak jelas. Analisis menggunakan metode fuzzy dengan 25 kombinasi tingkat pengaruh dari kedua faktor tersebut menghasilkan cost overruns 0,54 - 0,71% dari total biaya subkontraktor."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nieke Anggia Puri Zulhaida
"Kemampuan dalam memperkirakan biaya secara akurat merupakan elemen kunci pada kesuksesan perusahaan kontraktor manapun. Meski telah diperidrakan dengan balk, kemungkinan teljadinya cost overruns dalam suatu proyek sclalu ada. Terdapat banyak hal yang dapat mempengaruhi terjadmya cost overruns, keterlibatan subkontraktor yakni dari segi kontraktual dan kualitas subkontraktor adalah sebagian diantara sekian banyak faktor-faktor ini. Keterlibatan subkontraktor tidak dapat dipungkiri pengaruhnya teAadap cost overruns. Kontribusi subkontraktor spesiahs ? dan pemasok pada total proses konstruksi di Eropa mencapai 80-90% dari nilai total proyek. Dari segi kontraktual, ada banyak sekali altematif pendekatan kontrak dan organisasi untuk desain dan konstruksi suatu proyek. Masing-masing jenis kontrak ini mempunyai keunggulan dan kelemahan untuk penggunaan tertentu. Sedangkan ditinjau dari kualitas subkontraktor, subkontraktor sendiri kadang menjadi sumber masalah. Banyak perusahaan subkontraktor tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan yang ditangani secara memuaskan, dan sebagai konsekuensinya, mereka tidak mampu memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh klien, serta faktor-faktor lainnya yang dapat menjadi penyebab atau berpengaruh terhadap terjadinya cost overruns. Terdapat banyak sekali faktor yang mempengaruhi kinerja biaya proyek dalam kontraktual dan kualitas subkontraktor. Pada penclitian ini melalui analisis statistik berupa analisis korelasi dengan menggunakao SPSS 11.00, dicari faktor-faktor yang paling berpengaruh signifikan, niasing-masirig dari segi kontraktual dan kuatitas subkontraktor. Dengan melakukan analisis Analytical Hierarchy Process (AHP), diperoleh urutan prioritas dari faktor-faktor signifikan tersebut. Faktor-faktor yang menempati urutan pertama dari segi kontraktual dan kualitas subkontraktor dipilih sebagai faktor yang akan dianalisis menggunakan metode Fuzzy. Pada analisis Fuzzy diprediksi besamya cost overruns akibat pengaruh kedua faktor tersebut. Melalui analisis statistik dan AHP diperoleh bahwa dua faktor yang paling signifikan pengaruhnya terhadap kinerja biaya proyek dalam kontraktual dan kualitas subkontraktor adalah aktivitas lapangan terganggu aldbat kurang lengkapnya klausul-klausul subkontraktor dan pekeijaan terhambat akibat kurangnya produktivitas lapangan dari subkontraktor. Besamya cost overruns aldbat pengaruh kombinasi dari kedua faktor tersebut berdasarkan analisis Fuzzy berkisar dalam interval 1,33 - 8,8 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35100
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edovita Samad
"Keberhasilan suatu proyek dipengaruhi oleh berbagai hal dan salah satunya ialah cost overruns yang terjadi pada proyek tersebut. Cost overruns bisa disebabkan oleh banyak faktor dan salah satunya ialah keterlibatan subkontraktor. Kontribusi subkontraktor pada proyek konstruksi mencapai 80-90% dari nilai total proyek. Keterlibatan subkontraktor yang bisa mempengaruhi terjadinya cost overruns meliputi berbagai proses konstruksi dan salah satunya adalah kualitas perencanaan dan penjadwalan. Di dalam kualitas perncanaan dan penjadwalan ini terdapat beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadinya cost overruns pada total biaya subkontarktor. Besar pengaruh dari masing-masing faktor ini berbeda-beda untuk setiap proyek konstruksi.
Dengan metode fuzzy dapat diprediksi besarnya cost overruns yang disebabkan oleh faktor-faktor ini. Tetapi, sebelumnya harus dilakukan analisa resiko, analisa korelasi, dan Analytical Hierarchy Process untuk memperoleh 2 (dua) faktor yang signifikan. Dari analisa resiko, analisa korelasi, dan Analitycal Hierarchy Process diperoleh faktor ketepatan waktu penyelesaian-penyelesaian akibat kualitas pengaturan waktu dan lahan untuk pekerjaan subkontraktor yang akan bekerja serta faktor ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan akibat tingkat kejelasan atau kedetailan perencanaan jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan subkontraktor sebagai 2 (dua) faktor yang signifikan. Dari metode fuzzy dengan kombinasi 25 tingkat pengaruh dari kedua faktor tersebut didapat besarnya cost overruns berkisar dari 1,33% sampai 8,75% dari total biaya subkontraktor. Kata kunci : Subkontraktor, perencanaan, penjadwalan, cost overruns, fuzzy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rully Intan Agustian
"Pengelolaan subkontralctor dalam proyek konstruksi merupakan hal yang sangat panting dilakukan dalam suatu pelaksanaan proyek konstruksi. Hal ini disebabkan karena pengaruh subkontraktor dalam suatu proyek konstruksi mencapai 80 - 90 %
terhadap biaya total proyek. Dalarn pengelolaan subkontraktor terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan kinelja biaya proyell; Salah samnya dapat disebabkan oleh adanya pekerjaan Iambah kurang (change orderaj dan faktor ekstemal yang terjadi pada pelaksanaan proyek.
Dalam pelaksanaannya falctor-faktor tersebut dapat terjadi dengan peluang yang bervariasi pada setiap proyek konstruksi, untuk mengetahui besamya pengaruh falctor-
faktor tersebut terhadap terjadinya cos: overruns, didapatkan data-data dari hasil kuisioner dan selanjutnya dllakukan analisa dengan menggunakan analisa statistik dan metodejizzzy.
Dari hasil analisa ditemukan bahwa besamya cos! overruns akibat faktor-falnor dalam pelcerjaan tambah kurang (change orders) dan faktor ekstemal yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinexja biaya adalah antara 1,33 % - 7,ll %_"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Akhir Matua
"Di tengah kontroversi terhadap kekhawatiran bahaya merokok dan perkembangan industri rokok di Indonesia, studi ini memberikan suatu pemahaman yang lebih komprehensif tentang faktor-faktor yang mempengaruhi (determinan) probabilitas merokok dan besamya jumlah konsumsi rokok. Studi ini menganalisis data individu berskala nasional yang diperoleh dari IFLS-1997 dengan menggunakan 'sample selection model'.
Hasil studi ini menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya jumlah konsumsi rokok berbeda dengan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi merokok. Dua variabel ekonomi, harga rokok dan pendapatan memiliki hubungan yang signifikan dengan besamya jumlah konsumsi rokok, dimana harga rokok berpengaruh negatif dan pendapatan berpengaruh positif. Variabel-variabel sosiodemografi-sebagai proksi 'selera'--yang secara signifikan memiliki hubungan dengan jumlah konsumsi rokok adalah umur, pendidikan, jenis kelamin dan status perkawinan. Wilayah dan daerah tempat tinggal jugs memiliki hubungan yang signifikan dengan besamya jurnlah konsumsi rokok."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20427
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Suharsa
"Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Perkembangan lain yang perlu mendapat perhatian pada remaja diantaranya perkembangan kognisi, sosial dan seksual.
Berbagai pengaruh yang berkaitan dengan perilaku seksual remaja diantaranya tradisi dan budaya setempat, komunikasi dengan kelompok sebaya, pengaruh keluarga dan lingkungan, keterpajanan media informasi baik media cetak maupun elektronik, pengaruh pendidikan seks di sekolah dan komunikasi dengan guru. Hal tersebut apabila tidak diantisipasi sejak dini akan berdampak pada perilaku seksual yang berisiko.
Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya perilaku seksual remaja pada Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Pandeglang serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Manfaat yang diharapkan dapat memberikan masukan bagi Pemerintah daerah (Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Kependudukan Keluarga Berencana dan Catatan Sipil dan Kantor Departemen Agama Kabupaten Pandeglang) perihal perilaku seks anak didik, sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan solusi dan intervensi yang tepat, cepat dan berkesinambungan untuk membimbing anak didik mengatasi masalah perilaku seks yang dihadapinya.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Lokasi penelitian di Kabupaten Pandeglang dengan populasi penelitian siswa pada 30 Sekolah Menengah Atas. Penentuan sampel menggunakan rancangan Multi Stage Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 131 siswa. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat, analisis bivariat (uji chi square) dan analisis multivariat (uji regresi logistik).
Hasil analisis univariat menunjukkan 12 (9,2%) siswa pernah melakukan hubungan seksual dengan alasan tertinggi ingin coba-coba 50% yang dilakukan dengan pacar sebanyak 91,6%. Seluruh siswa pernah mempunyai pacar, namun dari 14 item pertanyaan mengenai perilaku seksual alasan tidak melakukan salah satu perilaku seks karena takut dosa 31,3% dan dilarang agama 29,0%. Hasil Analisis Bivariat yang rnempunyai hubungan bermakna adalah faktor pengetahuan, faktor keterpajanan media informasi dan faktor kepatuhan agama. Sedangkan hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seksual remaja adalah keterpajanan media informasi.
Disarankan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang seksual dan kesehatan reproduksi, instruksi pendidikan segera mewujudkan instruksi Menteri Pendidikan NasionaI Nomor 91[]11997 tentang HIV/AIDS, kesehatan reproduksi dan Infeksi Menular Seksual. Perlunya dibentuk layanan informasi dan konseling tentang kesehatan reproduksi dan perlunya meningkatkan pengetahuan guru melalui berbagai pelatihan kesehatan reproduksi. Selain itu, peran orang tua diharapkan dapat lebih meningkatkan komunikasi dengan remaja perihal perilaku seksual dan kesehatan reproduksi.

Adolescence is known as transition period from childhood to adulthood that can be identified with the changes of physical, emotion, and psychology of the individual. Other developments that occur on the period of adolescence are includes the cognition, social, and sexual development.
Regards to sexual development, there are many influences to the adolescent that will determine her/his sexual behavior, such as local tradition and culture, communication with peers, family and environs influence, exposures on media of both written and electronic, openness to sex education at school, and communication with the teachers. It is believed that those factors mention above will lead to a risky sexual behavior if they have not anticipated in early stage.
The purpose of the study is to find out the adolescent sexual behavior and its related factors among Senior High School students at the district of Pandeglang. It is hope that the result of the study will 'give a contribution to the district authority offices related (Education Authority, Health Authority, Population Authority Family Planning and Civilian Record and District Ministry of Religion of District of Pandeglang) in regards to the students sexual behavior, as a consideration on making suitable solution and carrying out a prompt and persist intervention, in order to give guidance to the students to deal with her/his sexual behavior problems they faced.
The study is a quantitative study that using cross sectional research design. The study is carried out at the district of Pandeglang with the students of 30 Senior High Schools as the population. Sample is determined by using a multistage sampling method, and yielded the sample at 131 students. Data is analyzed in three stages procedures, i.e. the univariate analysis, bivariate analysis (with chi's square test), and multivariate analysis (using logistic regression test).
All the students are stated that they have ever had a boy/girlfriend. The univariate analysis showed that among 131 students, there are 12 (9.2%) students that have committed on having sexual intercourse. The most reason for having sexual intercourse is `just want to try' (50.0%) and most of the sexual partner is their boy/girlfriend (91.6%). Among those who stated that never do any sexual behavior, of 14 items on the reason why they never did, are: afraid to be sin (31.3%) and because it's forbidden in the religion (29.0%). Result from bivariate analysis, variables that having significantly related to adolescent sexual behavior are: knowledge on reproductive health, media information exposures, and religious obedience. The multivariate analysis found that the most dominant variable related to the adolescent sexual behavior is the media information exposures.
It is suggested that there is a need on increasing the students' knowledge on sexual and reproductive health; the educational institution should implement the decree of the Ministry of National Education Number 9IU/1997 about HIV/AIDS, Reproductive Health, and Sexually Transmitted Diseases; the need on establishing the information and counseling services on reproductive health; the need on increasing the teachers' knowledge on reproductive health by training; and the role of parents is also need to enhance in order to elevate the relationship with teenagers, and they can discuss freely the issues on sexual behavior and reproductive health.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>