Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 219174 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bhisma Gusti Anugra
"ABSTRACT
Taman Nasional Baluran merupakan taman nasional yang terletak di Kabupaten Situbondo Jawa Timur dan merupakan habitat alami dari Jalak putih-punggung abu. Jalak putih-punggung abu (Acridotheres tricolor Horsfield, 1821) merupakan burung berukuran sedang (23 cm) dari famili sturnidae. Populasi jalak putih umum dijumpai di savana, namun belum ada catatan mengenai populasi burung tersebut di habitat lain selain savana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan relatif dan penggunaan habitat dari populasi jalak putih-punggung abu pada beberapa habitat di Baluran. Kelimpahan relatif populasi jalak putih dihitung dengan menggunakan rumus encounter rates, sedangkan penggunaan habitat akan dianalisis dengan menggunakan PCA. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober hingga November 2018 di 6 habitat berbeda yaitu savana padang rumput, savana hutan, savana restorasi, hutan musim, hutan akasia, dan hutan pantai. Berdasarkan hasil perhitungan encounter rates habitat savana padang rumput memiliki nilai encounter rates tertinggi sebesar 11,16; sedangkan habitat hutan pantai menjadi habitat dengan nilai encounter rates terendah sebesar 0. Hasil analisis PCA menunjukkan bahwa penggunaan habitat jalak putih-punggung abu cenderung ditentukan berdasarkan oleh struktur habitat dengan banyak Brachiaria reptans Acacia nilotica, gebang, (Corypha utan), terdapat batang pohon mati, dan pohon berdiameter besar, serta keberadaan pohon asam (Tamarindus indica) dan serasah yang sedikit.

ABSTRACT
Baluran National Park (TNB) is a national park located in Situbondo Regency, East Java one of the natural habitats of the Grey-Backed Myna. Grey-backed myna (Acridotheres tricolor Horsfield, 1821) is a medium-sized bird (23 cm) from the family sturnidae. The population of grey-backed myna is common in savannahs, but there is no record of these bird populations in habitats other than savanna. This study aims to determine the relative abundance and habitat use of grey-backed myna populations in several habitats in Baluran. The relative abundance of the grey-backed myna population is calculated using the encounter rates, while the habitat use will be analyzed using PCA. The study was conducted in October to November 2018 in 6 different habitats: grassland savannah, woodland savannah, restoration savannah, dry minsoon forest, acacia forest, and beach forest. The results showed that grassland savannah had the highest encounter rates with score 11,16; and the beach forest is a habitat with the lowest encounter rates with score 0. The results of PCA analysis show that the habitat use of grey-backed myna tends to be determined by habitat structure with the abundant of Brachiaria reptans, Acacia nilotica, gebang (Corypha utan), dead tree stem, and trees with large diameter, also a habitat with fewer tamarind trees (Tamarindus indica) and detritus."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Thiger Sanjaya
"ABSTRAK
Jalak putih memiliki tiga subspesies yaitu Acridotheres melanopterus tertius yang terdapat di Bali, Acridotheres melanopterus tricolor di daerah Jawa Timur dan Acridotheres melanopterus melanopterus di daerah Jawa Barat dan Madura. Taman Nasional Baluran memiliki spesies Jalak putih yang termasuk dalam subspesies Acridotheres melanopterus tricolor. Berdasarkan data International Union for Conservation of Nature IUCN status dari Jalak putih adalah Critically Endangered. Langkah yang dapat dilakukan untuk mendukung pelestariannya adalah melalui strategi konservasi secara in-situ yang diawali dengan penelitian lapangan. Perlu dilakukan penelitian yang bertujuan mengetahui perilaku harian dari Jalak putih yang diamati langsung di habitat aslinya, mengetahui pembagian persentase perilaku berdasarkan waktu, dan mengetahui hubungan antara persentase perilaku dengan struktur habitat. Pengambilan data berupa data perilaku Jalak putih dan data struktur habitat. Perilaku Jalak putih yang diambil berupa perilaku makan, bersuara, bertengger, berpindah, menelisik, dan terbang. Data perilaku Jalak putih diambil dengan menggunakan metode scan sampling dan ad-libitum sampling. Data struktur habitat yang diambil berupa tutupan kanopi, tumbuhan bawah kanopi, DBH, dan ketinggian pohon. Perilaku Jalak putih berdasarkan struktur habitat dianalisis menggunakan korelasi Spearman melalui aplikasi SPSS 16.0 untuk melihat hubungan setiap perilaku Jalak putih dengan struktur habitat. Jalak putih aktif di pagi hari dan sore hari. Persentase perilaku terbesar Jalak putih adalah persentase makan sebesar 27. Perilaku bertengger memiliki hubungan yang signifikan dengan tutupan kanopi dengan nilai korelasi sebesar 0,311. Perilaku menelisik memiliki hubungan yang signifikan dengan ukuran DBH dan ketinggian pohon dengan nilai korelasi sebesar 0,313 dan 0,333. Perilaku makan memiliki hubungan yang signifikan dengan tumbuhan bawah kanopi, tutupan kanopi, DBH dan ketinggian pohon dengan nilai korelasi sebesar -0,396, -0,352, -0,339 dan -0,334. Perilaku Jalak putih dapat dipengaruhi oleh keberadaan ungulata dan vegetasi.

ABSTRACT
Black winged Myna has three subspecies Acridotheres melanopterus tertius found in Bali, Acridotheres melanopterus tricolor in East Java and Acridotheres melanopterus melanopterus in West Java and Madura. Subspecies Acridotheres melanopterus tricolor can be found in Baluran National Park. Based on data from the International Union for Conservation of Nature IUCN the status of Black winged Myna is Critically Endangered. One of the step that can be taken such as through in situ conservation strategy that will be supported by the data from field research. The research aim to find out the daily behavior of the Black winged Myna that directly observed in their natural habitat, by examining the percentage distribution of time based behavior, and the relationship between the percentage of behavior and the habitat structure. Collected data is comprised of behavioral activities and habitat structure of Black winged Myna. Behavioral data is consist of feeding behavior, vocal, perching, moving, preening, and flying. Behavioral data collected using scan sampling method and ad libitum sampling. Structural data habitat consist of canopy coverage, vegetation under canopy, DBH, and tree rsquo s height. Black winged Myna behavior based on habitat structure analyzed using Spearman correlation with SPSS 16.0 application to determine the correlation between each behavior with the habitat structure. Black winged Myna active in the morning and evening. The most dominant behavioral data percentage is feeding percentage, with value of 27. Perching behavior has a significant relationship with a canopy cover with a correlation value of 0.311. Preening behavior has a significant relationship with DBH size and tree height with a correlation value of 0.313 and 0.333. Feeding behavior has a significant relationship with under canopy vegetation, canopy cover, DBH and tree height with a correlation value of 0.396, 0.352, 0.339 and 0.334. Black winged Myna behavior can be influenced by the existence of ungulate and vegetation."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Wulandari
"ABSTRACT
Jalak putih Acridotheres melanopterus merupakan burung endemik yang tersebar di daerah Jawa, Bali dan Lombok. Karena maraknya kasus perdagangan burung kicau, saat ini Jalak Putih telah termasuk dalam kategori Critically Endangered menurut IUCN. Pada habitatnya khususnya di daerah savana Bekol, Jalak Putih menempati relung tetentu. Selain Jalak Putih, teramati burung lain yang menempati habitat yang sama. Burung-burung yang menempati suatu habitat yang sama tentunya berbagi relung sebagai salah satu cara untuk menghindari kompetisi antar jenis. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembagian relung antara Jalak putih dan jenis burung lainnya. Penelitian ini dilaksanakan di 6 area yang ditentukan pada daerah di sekitar savana Bekol, Taman Nasional Baluran, Jawa Timur, pada 16 April hingga 23 Mei 2018. Penelitian dilakukan menggunakan metode jelajah bebas dengan mengunjungi tempat dan waktu yang berbeda setiap harinya. Penggunaan habitat Jalak Putih paling besar yaitu di pohon Pilang Acacia leucopholea sebanyak 27 kali perjumpaan dan Rusa Timor Cervus Timorensis sebanyak 10 kali perjumpaan. Teramati ada dua jenis burung yang kemungkinan berbagi relung dengan Jalak Putih yaitu Srigunting Hitam Dicrurus macrocercus dengan tingkat tumpang tindih relung 0,93 dan Kerak Kerbau Acridotheres javanicus dengan tingkat tumpang tindih relung 0,70. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua spesies terbukti memiliki nilai tumpang tindih relung yang cukup besar yang kemungkinan disebabkan oleh kesamaan sumber pakan atau adanya interaksi interspesifik, diantara lain yaitu kompetisi atau simbiosis yang terjadi diantara burung tersebut. Jalak putih berbagi sumber daya dengan cara pengambilan pakan yaitu dengan cara probing dan penggunaan sumber daya di waktu dan tempat yang berbeda.

ABSTRACT
Black Winged Myna Acridotheres melanopterus is one of endemic species which distribute at Java, Bali and Lombok. Black Winged Myna is one of endangered species and categorized to Critically Endangered according to IUCN because of song bird trade crisis. Black Winged Myna lived at their habitat especially at Bekol savannah at their certain niche. Birds that lived at same habitats, usually part their niche to avoid competition among species. Therefore this study supposed to knows about niche partitioning and niche overlap between Black Winged Myna and another bird species. This study was conducted at six area which is determined before at Bekol savannah, Baluran National Park, East Java. Study held from April 16th to May 23rd 2018. Method that use for observation and study is encounter survey, we visited different area and different time for each day. Black Winged Myna rsquo s habitat use mostly found at Pilang tree Acacia leucopholea with 27 encounter and Deer Cervus Timorensis with 10 encounter. We found two bird species which is mostly found at same habitat or interact each other, probably part their niche at their habitats with Black Winged Myna. The bird species is Black Drongo Dicrurus macrocercus with 0,93 niche overlap. and Javan Myna Acridotheres javanicus with 0,70 niche overlap. The result represent that those two species have high niche overlap value. That can be happens probably because of same food resource or any interspecific interaction, which is competition or symbiosis among those bird. Black Winged Myna share their resource with difference their way to take the food, which is probing and difference their foraging time and place. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Donokusumo
"Jalak Bali merupakan satwa endemik Pulau Bali dan masuk kategori hewan yang dilindungi. Penurunan populasi jalak bali disebabkan faktor alih fungsi lahan sehingga sumber makan dan tempat bersarang di Taman Nasional Bali Barat berkurang. Persyaratan hidup jalak bali untuk kesesuaian habitat meliputi variabel wilayah ketinggian, jarak dari sungai, tipe vegetasi, jarak dari permukiman dan jarak dari jalan. Dengan menentukan indeks kesesuaian dibantu dengan metode pembobotan dan analisis overlay akan didapatkan wilayah kesesuaian habitat jalak bali. Wilayah yang paling sesuai memiliki karakteristik dataran rendah, berupa vegetasi hutan musim dan savana, dekat dengan sungai dan jauh dari permukiman dan akses jalan.

Bali starling is a species endemic of the Bali Island and in the category of protected animals. Bali starling population declines due to land conversion factor so that the source of food and nesting places in the Bali Barat National Park is reduced. Bali starling life requirements for habitat suitability covering altitude region, distance from the river, vegetation type, distance from settlements and distance from the road variable. By determining the suitability index and aided by the weighting method and overlay analysis will be obtained suitability region of Bali starling?s habitat. The most suitable areas for the Bali starling?s habitat has the characteristics of the lowland areas, such as monsoon forest vegetation and savanna, close to the river and away from settlements and roads access.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59604
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Aiyla Nova
"Ancaman perburuan dan perdagangan ilegal disertai kerusakan habitat, menempatkan trenggiling jawa Manis javanica, Desmarest 1822 sebagai salah satu spesies mammalia yang terancam punah. Sementara itu, informasi mengenai ekologi spesies tersebut belum banyak tersedia sehingga menyulitkan upaya konservasinya di alam. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan penggunaan habitat trenggiling jawa di Stasiun Penelitian Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung, Sumatra, Indonesia. Keberadaan trenggiling jawa diketahui dari data enam puluh kamera jebak yang dioperasikan selama rentang waktu 2010 hingga 2017, kemudian dianalisis menggunakan metode pemodelan okupansi melalui perangkat lunak PRESENCE untuk memperoleh nilai Proportion of Area Occupied PAO.
Analisis okupansi berdasarkan keempat belas lokasi kamera penjebak yang merekam keberadaan trenggiling jawa serta kamera yang tidak merekam keberadaan trenggiling jawa deteksi/non-deteksi menghasilkan nilai PAO 0,769 0,005 dan nilai probabilitas deteksi 0,040 0,005. Faktor yang memengaruhi okupansi trenggiling jawa adalah keberadaan liana pada pohon =0.212 0.256, sementara itu probabilitas deteksi trenggiling jawa dipengaruhi oleh Rerata DBH pohon, keberadaan sumber pakan, jumlah spesies pohon, persentase tutupan semak, persentase tutupan tajuk, dan keberadaan manusia.

The threats of poaching, illegal trade,and habitat destruction putting the Sunda Pangolin Manis javanica, Desmarest 1822 as one of the critically endangered mammal species. Meanwhile, information about this species is not widely available and thus make conservation efforts of sunda pangolin is more complicated. This research was conducted to study the habitat use of sunda pangolin in Way Canguk Research Station, Bukit Barisan Selatan National Park, Lampung, Sumatra, Indonesia. The data of the sunda pangolins were taken from sixty camera traps deployed during 2010 to 2017, the data then analyzed using occupancy modeling through PRESENCE software to obtain the value of Proportion of Area Occupied PAO.
Occupancy analysis based on the presence and absence detection non detection of sunda pangolin in camera traps resulted in PAO values of 0.769 0.005 and detection probability values 0.040 0.005. Factor that affected the occupancy of sunda pangolin is the presence of liana in the trees 0.212 0.256, and factors that affecting the probability of detection are mean DBH of trees, feeding source, the number of tree species, the percentage of understorey, the percentage of canopy cover, and the presence of human.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Yustian
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T40118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafia Zahra
"Vachellia nilotica diintroduksi ke Taman Nasional Baluran (TNB) sejak tahun 1969 sebagai sekat bakar antara savana dan hutan tropis. Namun, tanaman tersebut tumbuh secara tidak terkendali dan menjadi tumbuhan invasif. Pengendalian secara mekanik dan kimia telah digunakan tapi belum berhasil menyelesaikan masalah tersebut. Solusi alternatif seperti penggunaan serangga sebagai agen pengendali hayati perlu diterapkan. Nilai Potensial serangga (NP) ditentukan oleh Indeks Nilai Penting (INP), dan hubungan filogeni serangga Indonesia dan Afrika. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2014 dengan 150 sampel V. nilotica menggunakan purposive sampling method dan line transect, sedangkan serangga dikumpulkan menggunakan metode beating tray. Terdapat 50 jenis serangga ditemukan pada V. nilotica. Lima jenis serangga dengan nilai NP yang tinggi dipilih. Jenis tersebut dikelompokan kedalam suku Geometridae (NP = 2.594 dan 2.004), Pyralididae (NP = 2.391), Aphididae (NP = 2.042), dan Membracidae (NP = 2.004). Geometridae dan Pyralididae adalah serangga yang paling direkomendasikan karena spesifisitas dan dominansinya. Penelitian lebih lanjut dianjurkan untuk melihat aktivitas serangga potensi sebagai pengendali hayati.

Vachellia nilotica was introduced to Baluran National Park (BNP) since 1969 as firebreaks between savana and tropical forest . However, this plant grows out of control and becomes invasive. Mechanical and chemical control have been used but have not managed to resolve the problem. Alternative solution such as using insect as biocontrol agent should be applied. Potential Value of insects (PV) is determined by the importance value index (IVI), and insect phylogeny relations between Indonesia and Africa insects. The study was conducted in March 2014, with 150 V. nilotica using purposive sampling method and line transects, while insects collected using beating tray method. There are 50 species of insects found on V. nilotica. Five species whose NP is high are choosen. These species grouped into Family Geometridae (PV= 2.594 and 2.004), Pyralididae (PV = 2.391), Aphididae (PV = 2.042), and Membracidae (PV = 2.004). Geometridae and Pyralididae are the most recommended insect because of their specificity and dominance. Further research need to be conducted to see the activity of insect as biocontrol.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55481
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Supardi Wibowo
"Capung (Odonata) adalah organisme yang sangat efektif digunakan sebagai spesies indikator untuk penilaian habitat akuatik. Karena Odonata sangat spesifik terhadap pemilihan habitat dan menjadi spesies kharismatik di habitat akuatik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan, menganalisis struktur komunitas Odonata, menginterpretasikan kualitas habitat dan melihat hubungan antara kualitas habitat terhadap distribusi spesies Odonata di Telaga Saat, Telaga Warna dan Telaga Biru dataran tinggi Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2019. Pengambilan data spesies, jumlah individu Odonata dan variabel habitat menggunakan metode fixed point counts dengan 59 titik pengamatan. Analisis komunitas Odonata dilakukan dengan model kelimpahan spesies, indeks keanekaragaman spesies (Shannon-Wienner, Margalef, Simpson), indeks kemerataan dan indeks similaritas Jaccard. Kualitas habitat di tiga telaga dianalisis menggunakan Principal Component Analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurva rarefaction di tiga telaga terlihat sudah mendatar atau mencapai titik asymptote. Kurva akumulasi spesies di Telaga Warna dan Telaga Biru tampak sudah mendatar atau mencapai titik asymptote, sedangakan Telaga Saat masih menaik tajam. Total 157 individu terdapat 11 spesies, 5 famili dan 2 subordo yang ditemukan di tiga telaga. 9 spesies di Telaga Saat, 6 spesies di Telaga Warna, dan 4 spesies di Telaga Biru. Tampak semakin tinggi suatu telaga cenderung semakin sedikit keanekaragaman spesies Odonata yang diperoleh. Telaga Saat memiliki nilai indeks keanekaragaman spesies paling tinggi, sedangkan Telaga Warna terendah. Telaga Biru memiliki nilai indeks kemerataan paling tinggi, sedangkan Telaga Warna terendah. Indeks similaritas Jaccard menunjukkan komunitas Odonata di Telaga Warna dan Telaga Saat paling mirip (Cj = 0.25). Variabel yang sangat mempengaruhi kualitas habitat di tiga telaga pada komponen 1 dan komponen 2 adalah intensitas cahaya dan oksigen terlarut. Kualitas habitat di Telaga Saat dan Telaga Warna terdapat kemiripan, sedangakan di Telaga Biru terpisah. Kemiripan kualitas habitat di kedua telaga ditunjukkan oleh variabel oksigen terlarut (DO), suhu air, dan keberadaan plastik. Terdapat 5 spesies Odonata memiliki korelasi signifikan dengan variabel habitat. A. pygmaea berkorelasi dengan kelimpahan (0.53), A. rubescens dengan kelembapan udara (0.52), tumbuhan akuatik A. philoxeroides (0.50), dan tumbuhan perdu (0.52), A. guttatus dengan tumbuhan akuatik Polygonum sp. (0.57), C. membranipes dengan ketinggian (0.66), suhu air (-0.56), tumbuhan akuatik Nasturtium sp. (0.74), Polygonum sp. (0.72), dan tumbuhan riparian (0.66), serta O. pruinosum dengan kekayaan spesies (0.55) dan kelimpahan Odonata (0.58). Untuk keberhasilan konservasi spesies Odoanta di tiga telaga harus dilakukan dengan cara melindungi habitatnya dari kerusakan dan modifikasi lahan.

The dragonfly (Odonata) was organism very successfull which used as indicator species for assessment of the aquatic habitat. Because their very specific toward preference the habitat and became flagship species in aquatic habitat. This research aims to compare, analyse the community structure of Odonata, interpret the habitat quality and seen the correlation between habitat quality to species distribution Odonata in the highland freshwater Lake Saat, Lake Warna and Lake Biru, Bogor, West Java. The research was conducted in May - August 2019. Data species, individual Odonata and variable habitat were collected using fixed point counts method at 59 observation point. Community of Odonata were analysed with species abundance model and diversity indices using Shannon-Wiener, Margalef and Simpson indices, as well as evenness index and similarities index using Jaccard method. The habitat quality in those lake were analyzed by Principal Component Analysis (PCA). The result showed that rarefaction curve in three lake have seem flattened or reached an asymptote. Species accumulation curve in Telaga Warna and Telaga Biru also flattened or reached asymptote point, while in Telaga Saat still showing increasing curve. A total of 157 individual of Odonata were recorded which belong to 11 species, 5 families and 2 suborder. At least 9 species were recorded in Telaga Saat, 6 species in Telaga Warna, and 4 species in Telaga Biru. It appears there will be more less species were recorded at high altitude. The index of species diversity of Odonata in Telaga Saat was the highest, while Telaga Warna was the lowest. The highest of evenness index was in Telaga Biru and the lowest was in Telaga Warna. The Jaccard index of similarity, it showed that Telaga Warna and Telaga Saat had the most similar communities (Cj = 0,25). The habitat quality in three lake were affected by variable light intensity on PC1 and dissolved oxygen on PC2. The habitat quality in Telaga Saat and Telaga Warna more similar quality at some points, while in Telaga Biru was separate. The similarity of habitat quality in two locations were showed from variables dissolved oxygen (DO), water temperature and emegernce of plastic. The correlation showed significant between five Odonata species and habitat variable. A. pygmaea was correlation with abundance (0.53), A. rubescens with humidity (0.52), A. philoxeroides (0.50), and shrub (0.52), A. guttatus with of Polygonum sp. (0.57), C. membranipes with altitude (0.66), water temperature (-0.56), Nasturtium sp. (0.74), Polygonum sp. (0.72), and riparian vegetation (0.66), as well as O. pruinosum with species richness (0.55) and abundance (0.58). The succesful for conservation of Odonata species in those lake must be protected the habitat from destruction and land modification."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T54839
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Badzlina Amalia
"Penelitian Karakteristik Habitat dan Tingkat Simpanan Karbon Pada Hutan Dataran Rendah Dipterocarpaceae di Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan telah dilakukan pada bulan Juni 2013. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakter habitat yang mempengaruhi pertumbuhan Dipterocarpaceae, mengetahui habitus pertumbuhan semai hingga pohon dan pengaruhnya terhadap tingkat simpanan karbon Dipterocarpaceae, serta peran Dipterocarpaceae dalam menentukan besaran nilai simpanan karbon seluruh vegetasi pada hutan dataran rendah Dipterocarpaceae di TNBBS. Pengamatan Karakter habitat dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap faktor lingkungan tumbuh Dipterocarpaceae pada hutan tidak terbakar dan pasca terbakar. Pengamatan Simpanan karbon dilakukan dengan mengukur diameter pohon setinggi dada. Hasil penelitian menunjukkan intensitas cahaya yang lebih banyak, serasah yang tebal, dan liana yang sedikit, merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan Dipterocarpaceae. Faktor-faktor tersebut mendukung lingkungan tumbuh bagi habitus semai, pancang, tiang, dan pohon Dipterocarpaceae. Habitus pohon Dipterocarpaceae yang pada umumnya memiliki DBH besar mampu meningkatkan nilai simpanan karbon hutan Dipterocarpaceae Di Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung

Habitat characteristics and the level of Carbon stocks in Lowland Dipterocarp forest in The Way Canguk, Bukit Barisan Selatan National Park was conducted in June 2013. The study aims to determine the habitat characteristics that affect growth Dipterocarpaceae, knowing habitus up a tree seedling growth and its effect on the level of carbon savings dipterocarp and dipterocarp role in determining the amount of the value of carbon storage in forest vegetation throughout lowland dipterocarp in TNBBS. Character habitat observations made by direct observation of environmental factors on the growth dipterocarp not burn and burned forests. Observations of carbon Deposits made by measuring the diameter at breast height of trees. The results showed that more of the light intensity, litter is thick, and a minimum of liana, are factors that influence the growth Dipterocarpaceae. These factors support the habitus growing environment for seedlings, saplings, poles, and Dipterocarpaceae trees. Habitus dipterocarp trees , which generally have a large DBH able to increase carbon storage in Dipterocarp forest Way Canguk, Bukit Barisan Selatan National Park, Lampung."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53915
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Broto Raharjo
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S31285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>