Ditemukan 112131 dokumen yang sesuai dengan query
Siti Adelia
"
ABSTRACTSetelah Perang Dunia II, masyarakat Jepang menganut maskulinitas hegemonik sarariiman, di mana laki-laki dewasa diekspektasikan untuk menjadi pencari nafkah dengan cara menjadi pekerja kantoran berkerah putih. Namun, setelah resesi ekonomi di era 1990an, ketidaktertarikan dari pemuda Jepang untuk bekerja kantoran mulai terlihat dan maskulinitas-maskulinitas baru pun mulai muncul. Salah satunya adalah maskulinitas alternatif bapak rumah tangga. Manga Gokushufudo bercerita tentang seorang mantan yakuza bernama Tatsu yang beralih profesi menjadi bapak rumah tangga. Dengan metode deskriptif analisis, penelitian ini menganalisis bagaimana representasi maskulinitas alternatif tersebut ditampilkan secara positif di dalam manga untuk memberikan sugesti kepada pembaca bahwa maskulinitas alternatif merupakan sesuatu yang dapat diterima oleh masyarakat Jepang.
ABSTRACTAfter World War II, Japanese society embraced the sarariiman hegemonic masculinity, in which adult men are expected to become breadwinners by becoming white-collar office workers. However, after the economic recession in the 1990s, the Japanese youths interest to become office workers has begun to decline, and new masculinities began to emerge. One of those masculinities is the alternative masculinity of househusband. Manga Gokushufudo tells the story of a former Yakuza named Tatsu who became a househusband. Using the descriptive analysis method, this study analyzes how the representation of alternative masculinity is shown positively in the manga to suggest that the alternative masculinity of househusband is something that can be accepted in the Japanese society."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fatia Nurizky
"Manga sebagai salah satu bagian dari kebudayaan populer Jepang memiliki satu genre yang unik yaitu Boys Love (BL). Genre ini berfokus kepada romansa yang terjadi di antara dua orang laki-laki homoseksual. Penelitian ini menggunakan teori wacana dan menggunakan metode semiotika untuk mengkaji tanda-tanda yang terdapat di dalam manga Boys Love. Tanda-tanda tersebut melingkupi apa yang menggambarkan anti-heteronormativitas dan anti-hegemoni maskulinitas dalam masyarakat Jepang. Melalui kajian tanda dalam manga tersebut, diharapkan perlawanan-perlawanan terhadap wacana heteronormativitas dan hegemoni maskulinitas dapat dilihat dan diteliti secara mendalam.
Manga as one aspect of Japanese Popular Culture has one unique genre called Boys Love (BL). This genre focuses on romance between homosexual men. This research uses discourse theory and semiotic method to decipher the signs contained in Boys Love manga. Those signs includes the depictions of anti-heteronormativity and anti-hegemonic masculinity in Japanese society. Through the sign deciphering, it is expected that the oppositions against heteronormativity and hegemonic masculinity can be seen and researched thoroughly."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T45073
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Davina Nathania Lestari
"Skripsi ini membahas pemanfaatan manga sebagai media pemelajaran di Perpustakaan The Japan Foundation (JF). Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi pemanfaatan koleksi manga melalui layanan perpustakaan JF hingga penyiangan serta menganalisis kebutuhan pengguna dalam mempelajari bahasa Jepang dengan menggunakan koleksi manga. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Hasil dari penelitian menunjukan penggunaan manga sebagai media pemelajaran bahasa Jepang merupakan cara yang efektif dalam mempelajari dan meningkatkan kemampuan bahasa Jepang. Hal ini ditunjukkan oleh informan dengan mudah mengingat informasi yang ada di dalam manga karena manga merupakan bacaan yang menyenangkan.
This thesis discusses the use of manga as a medium learning in the Library of The Japan Foundation (JF). The purpose of this study is to identify the utilization of manga collection through JF library services to weeding and analyzing the needs of users in learning the Japanese language by using manga collection. This study uses a qualitative approach with case study method and through interviews. The results of this study showed the use of manga as a medium of learning Japanese is an effective way to learn and improve the ability of Japanese language. It is indicated that they seemed easily to remember information by using manga that has attractive appearance in the way it is presented."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S64694
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nanda Nugraheni Subakingkin
"
ABSTRAKSkripsi ini membahas tentang fenomena ojōman dalam masyarakat Jepang. Tujuan penelitian untuk memaparkan fenomena ojōman di Jepang serta melihat ojōman dari sudut pandang maskulinitas umum dan juga maskulinitas yang ada di Jepang. Penelitian kualitatif yang menggunakan metode deskripsi analisis ini difokuskan pada pemuda Jepang usia 20?34 tahun. Ojōman terbebas dari stereotip pria dengan maskulinitas yang berbeda. Perbedaan karakter ojōman dengan gambaran pria Jepang yang maskulin membawa pengaruh dan pandangan yang tidak hanya negatif tetapi juga positif dalam masyarakatnya Jepang.
ABSTRACTThis thesis is made to explain about ojōman phenomenon in Japan's society. The main purpose of this research is to explain ojōman phenomenon itself and to compare ojōman with masculinity concept in general. It also compared with the view from Japanese masculinity. This qualitative research is using analytical description method which focused to Japanese young man age 20-34. Ojōman is free from man's stereotype expectation with different code of masculinity. The difference between ojōman character and the image of Japanese masculinity not only emerge the positive side of impact and opinion but also the negative one."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S453
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Ariana Ratnasari
"
ABSTRAKSkripsi ini membahas tentang fenomena soushoku danshi sebagai representasi perlawanan terhadap konsep maskulinitas hegemonik di Jepang. Dalam penelitian ini penulis mengkaji fenomena soushoku danshi dari sudut pandang posfeminisme, khususnya melalui teori gender performativity Judith Butler. Masalah yang dibahas yaitu bentuk perlawanan soushoku danshi terhadap konsep maskulinitas hegemonik di Jepang. Tujuan penelitian ini untuk mewujudkan wacana yang berimbang mengenai fenomena soushoku danshi dan mengidentifikasi perlawanan soushoku danshi terhadap konsep maskulinitas hegemonik di Jepang. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah metode deskriptif-analitis dengan teknik pengambilan data studi kepustakaan. Melalui teori gender performativity Judith Butler dapat disimpulkan bahwa fenomena soushoku danshi merupakan representasi perlawanan terhadap konsep maskulinitas di Jepang.
ABSTRACTThis thesis discusses soushoku danshi phenomenon in Japan as resistance against hegemonic masculinity concept in Japan. This thesis examines soushoku danshi phenomenon from post feminism point of view, specifically through Judith Butler 39 s regarding gender performativity. Issue that explained is the soushoku danshi 39 s resistance forms against hegemonic masculinity concept in Japan. The purpose of this research is to make a balanced discourse regarding soushoku danshi and identifies soushoku danshi 39 s resistance forms. The method used in this research is analytic descriptive along with literature review. Through gender performativity theory, it can be concluded that soushoku danshi phenomenon is representation of resistance against hegemonic masculinity concept in Japan. "
2017
S68728
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Hanni Thenadiputto
"Penelitian ini berfokus pada dialek Kansai dalam anime Gokushufudo episode 1 dan 2 karya Kousuke Oono. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan dialek Kansai yang muncul pada anime Gokushufudo. Penulis menganalisis dialek Kansai tersebut dengan teori dialektologi untuk mempelajari variasi bahasa berdasarkan kelompok sosial tertentu.
Penulis menyajikan data berupa ujaran dalam dialek Kansai. Data tersebut dikelompokkan berdasarkan bentuknya dan dianalisis berdasarkan konteks dan dipadankan ke dalam bahasa Jepang standar untuk memudahkan analisis. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa terdapat 28 jenis dialek Kansai yang digunakan dalam anime Gokushufudo episode 1 dan 2 dan seluruh dialek Kansai tersebut diujarkan oleh karakter yakuza. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dialek Kansai di dalam anime Gokushufudo merupakan dialek sosial karena digunakan oleh sekelompok yakuza yang cenderung menggunakan dialek Kansai dalam percakapan sehari-hari.
This study focuses on the Kansai dialect in the anime Gokushufudo episodes 1 and 2 by Kousuke Oono. The purpose of this study is to explain the Kansai dialect that appears in the anime Gokushufudo. The researcher analyzes the Kansai dialect with dialectology to study language variations based on certain social groups.Researcher presents the data in the form of sentences in Kansai dialect. The data is grouped by form and analyzed by context and translated into standard Japanese for easy analysis. From the results of the analysis, it can be seen that there are 28 types of Kansai dialects used in the anime Gokushufudo episodes 1 and 2 and all of the Kansai dialects are spoken by yakuza characters. So it can be concluded that the Kansai dialect in the anime Gokushufudo is a social dialect because it is used by a group of yakuza that tend to use the Kansai dialect in daily conversation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nuri Cipta Illahi
"Skripsi ini mengkaji bagaimana manga Sanctuary yang terbit pada tahun 1990 sampai tahun 1995 merepresentasikan politik Jepang. Teori sosiologi sastra yang dirangkum oleh Swingewood digunakan untuk menganalisa bagaimana manga Sanctuary merepresentasikan politik, sedangkan teori sosiologi politik digunakan untuk membatasi bahasan politik yang muncul dalam manga. Hasil analisis menunjukkan bahwa manga Sanctuary menggambarkan antagonisme tokoh utama serta bagaimana antagonisme tersebut berkonflik dalam pemilu yang dapat diidentifikasi sebagai representasi pemilu Majelis Rendah tahun 1993. Hal tersebut sesuai dengan teori Swingewood yang menyatakan bahwa sastra adalah cerminan sebuah zaman, dan manga Sanctuary merupakan cerminan politik Jepang kontemporer.
This research analyzes how the Sanctuary manga published between 1990 and 1995 represents the politics of Japan. The sociology of literature theory summarized by Swingewood is used to analyze how the manga represents politics, while the sociology of politics theory is used to limit the study of politics consisted in the manga. Analytical results show that Sanctuary manga illustrates antagonism of the main characters and how such antagonism displays a conflict with an election that could be identified as a representation of Japan Lower House general election in 1993. This is fitting with Swingewood's theory that claims literature is a reflection of its era, and Sanctuary manga reflects the contemporary politics of Japan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69732
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Raisa Rakhmania
"Tesis ini membahas tentang bagaimana representasi perempuan sebagai Objek Moe yang tercermin dalam Manga K-On!. Moe merupakan suatu ungkapan yang mengekspresikan obsesi dan perasaan Otaku yang menggebu-gebu terhadap karakter pujaannya. Tesis ini menganalisis tokoh utama perempuan pada Manga K-On! yang populer di kalangan Otaku. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis menggunakan bantuan Semiotika Charles Sanders Peirce. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh utama dalam Manga K-On! merepresentasikan perempuan sebagai Objek Moe dengan karakteristik utama sebagai perempuan muda yang lugu dan imut. Selain itu, penelitian menemukan bahwa penggemar tokoh fiksi sebagai Objek Moe dalam Manga dan Anime adalah pria dewasa. Oleh karena itu, Manga K-On! yang bertema Moe masuk dalam kategori Seinen Manga.
The thesis discuss about how representation of women as the object of Moe which portrayed in K-On! Manga. Moe is a phrase to express an obsession and Otaku's passionate feeling toward their favorite character. This thesis analyze heroines in K-On! Manga who are very popular among Otaku. Also, the type of this research is a qualitative research using descriptive analysis with help of Charles Sanders Peirce's Semiotic method. The result shows that heroines in K-On! Manga represent women as the Object of Moe with the main characteristic as an innocent and cute young beauties. Furthermore, this research found that fans of Moe's Object in Manga or Anime are adult men. In consequence, K-On! Manga as Manga with Moe theme is categorized as Seinen Manga."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Bergas Fadhil Widyadhana
"Serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945 merupakan sebuah peristiwa yang cukup berpengaruh terhadap kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Jepang. Gambaran peristiwa tersebut masih banyak ditemukan dalam kehidupan di Jepang, termasuk dalam media populer seperti anime dan manga. Anime yang berupa animasi dan manga yang berupa komik merupakan hal yang dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat Jepang dan seringkali dinilai identik dengan sifat imut. Akan tetapi, anime dan manga tetap dapat merefleksikan realita peristiwa tersebut serta sikap masyarakat Jepang terhadap peristiwa tersebut, hal itulah yang ingin ditemukan dalam penelitian ini. Budaya populer seperti keduanya dapat merefleksikan realita dan kerangka geopolitik suatu negara, dan dalam fokus penelitian ini adalah sikap anti-perang dan dukung perlucutan senjata nuklir. Hal tersebut dapat dipelajari lewat geopolitik populer yang merupakan studi bagaimana media menyebarkan nilai atau ide seperti batas atau ancaman negara terhadap khalayak penontonnya. Nilai yang dibawa tersebut merupakan realita kerangka geopolitik yang dapat ditemukan di antara masyarakat dan pemerintah Jepang sehingga manga dan anime dapat memberikan refleksi representasi geopolitik Jepang. Penelitian ini menggunakan studi geopolitik populer dan studi semiotika untuk membedah refleksi nilai pasifisme dan anti-persenjataan nuklir Jepang yang dapat ditemukan dalam berbagai anime dan manga pasca-perang. Ditemukan bahwa manga dan anime dapat merefleksikan kerangka pasifis geopolitik Jepang serta menyorot perkembangan visi geopolitik tersebut. Manga dan anime yang berasal dari generasi perang menunjukkan penderitaan dan tragedi bom atom secara detil dan manga dan anime dari generasi pasca perang mengambil pendekatan sentimen anti-perang dan anti-persenjataan nuklir yang lebih pasif dan tidak kritis. Hasil termuan tersebut menunjukkan posisi pasifis netral geopolitik pasca perang Jepang yang terepresentasikan dalam manga dan anime.
The Atomic bomb attack on Hirsohima and Nagasaki in 1945 is an event that left a big impact on the life of society and the state in Japan. Depictions of the event are still widely found in Japanese life, including in popular media such as anime and amnga. Anime or animation and manga or comic are things that are enjoyed by various groups of Japanese society and are often considered synonymous with cuteness. However, anime and manga can still reflect the reality of that event and the attitude of the Japanese society towards it, this is what this research wants to find. Popular culter like manga and anime can reflect the reality and geopolitical framework of a country, and in this research focus is anti-war attitude and support for nuclear disarmament. his can be studied through popular geopolitics which is the study of how the media spreads values or ideas such as state boundaries or threats to its audience. The value that is brought is the reality of the geopolitical framework that can be found among the people and government of Japan so that manga and anime can provide a reflection of Japan's geopolitical representation. This research uses popular geopolitical studies and the semiotic approach to look at the reflection of Japanese pacifism and anti-nuclear weapons attitudes that can be found in post-war anime and manga. It was found that manga and anime can both reflect Japan's geopolitical pacifist framework and highlight the development of their geopolitical vision. Manga and anime from the war generation show the agony and tragedy of the atomic bomb in detail and manga and anime from the post war generation take a more passive and uncritical approach to anti-war and anti-nuclear weapons sentiments. The findings show that postwar geopolitically neutral pacifist positions of Japan are represented in manga and anime."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Angela Novitasari
"
ABSTRAKManga sebagai bacaan yang dianggap sederhana sebenarnya memiliki genre tertentu yang memerlukan pemikiran lebih mendalam untuk memahaminya, salah satunya yakni Monster karya Urasawa Naoki. Hal menarik dalam manga ini adalah cerita dengan tokoh protagonis berkebangsaan Jepang namun berlatar tempat di Jerman. Untuk memahami secara mendalam, skripsi ini membahas unsur-unsur intrinsik yang meliputi alur, latar, tokoh dan penokohan, serta kesatupaduan unsur-unsur tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manga ini membentuk cerita yang realistis, koheren, dan plausibel, dengan mempertanyakan mengenai hakikat kemanusiaan seperti: Apakah penjahat sebaiknya mati saja? Masalah lain yang turut diangkat yakni pentingnya pendidikan anak yang tepat dan benar.
ABSTRACTManga, widely known as an easy read book, has certain genre that needs deeper understanding to digest the story, such as Monster by Urasawa Naoki. Point of interest in this manga is the protagonist is a Japanese yet set in another country Germany. To understand deeper, this research covers intrinsic components such as plot, setting, character and characterization also the corelation between the components. The unity of components creates a realistic, coherent and plausible story, in which question humanity: would?ve it been better if a criminal die? The story also stresses on the importance of proper early education for children."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S61516
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library