Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158746 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A. Tatiani Hartanti Adriantini
"ABSTRAK
Sejak awal tahun 196O, masalah kontaminasi minyak bumi
oleh mikroorganisme telah menarik perhatian para peneliti.
Jenis kapang yang paling sering dijurapai pada bahan tersebut
adalah Cladogporium resinae (Lindau) de Vries. Kapang ini dikenal sebagai perusak bahan bakar, dan menyebabkan korosi pada tangki-tanki penyimpanan serta menyumbat filter pada saluran bahan bakar pesawat terbang.
Sampai saat ini belum ditemukan cara yang paling efektif untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh kapang tarsebut. Penelitian mengenai aspek-aspek biologis dari C. resinae
seringkali menemui hauibatan, karena kapang ini biasanya kehilangan kemampuan untuk menghasilkan konidia setelah dibiakkan beberapa kali. Karena itu perlu dicari medium yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kapang ini.
Dalara.penelitian ini, C. resinae ditumbuhkan pada medium
PDA (Potato Dextrose Agsu») dan MEA (Malt Extract Agar) dengan
sembilan variasi pH, yaitu: pH 3,0 - pH 7,0 dengan rentang 0,5. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang {- 30°C) selama 6 hari. Pengukuran pertumbuhan dilakukan dengan cara mengukur diameter koloni\menggunakan jangka sorong.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa C. resinae
tumbToh baik pada medium PDA dengan pH 3,5 atau medium MEAdengan
pH 3,5.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.Tatiani Hartanti Adriantini
"Sejak awal tahun 1960, masalah kontaminasi minyak bumi oleh mikroorganisme telah menarik perhatian para peneliti. Jenis kapang yang paling sering dijumpai pada bahan tersebut adalah Cladosporium resinae (Lindau) de Vries. Kapang ini dikenal sebagai perusak bahan bakar, dan menyebabkan korosi pada tangki-tangki penyimpanan serta menyumbat filter pada saluran bahan bakar pesawat terbang. Sampai saat ini belum ditemukan cara ynag paling efektif untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh kapang tersebut. Penelitian mengenai aspek-aspek biologis dari C. resinae seringkali menemui hambatan, karena kapang ini biasanya kehilangan kemampuan untuk menghasilkan konidia setelah dibiakkan beberapa kali. Karena itu perlu dicari medium yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kapang ini. Dalam penelitian ini, C. resinae ditumbuhkan pada medium PDA (Potato Dextrose Agar) dan MEA (Malt Extract Agar) dengan sembilan variasi pH, yaitu: pH 3,0 - pH 7,0 dengan rentang 0,5. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang (kurang lebih 30 derajat Celsius) selama 6 hari. Pengukuran pertumbuhan dilakukan dengan cara mengukur diameter koloni menggunakan jangka sorong. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa C. resinae tumbuh baik pada medium PDA dengan pH 3,5 atau medium MEA dengan pH 3,5."
1987
S-Pdf (sedang dalam proses digitalisasi)
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muryanto
"Proses sakarifikasi dan fermentasi serentak/SSF memberikan keunggulan dalam pembuatan bioetanol. Namun proses SSF masih menemui kendala berupa perbedaan suhu optimum proses sakarifikasi dan fermentasi. Pada penelitian ini dilakukan enkapsulasi Rhizopus oryzae dengan memberikan perlindungan menggunakan polimer kalsium-alginat sehingga sel dapat lebih tahan terhadap lingkungan dan suhu, kemudian digunakan pada proses SSF tandan kosong kelapa sawit. Enkapsulasi sel R. oryzae berhasil meningkatkan produksi bioetanol sampai 17% dibandingkan dengan penggunaan sel bebas R. oryzae pada proses SSF tandan kosong kelapa sawit yang telah dilakukan perlakuan awal (pret-TKKS) dengan variasi pH. Produksi etanol yang dihasilkan pada pH 4,5; 5,0; dan 5,5 berturut-turut adalah 33,99 g/l, 38,92 g/l, dan 37,66 g/l. Enkapsulasi sel R. oryzae dapat meningkatkan ketahanan terhadap suhu proses dengan perbedaan produksi etanol yang dihasilkan antara enkapsulasi dengan sel bebas sebesar 31.95 % pada suhu 40°C, dan sebesar 89,16 % pada suhu 45°C, dibandingkan dengan sel bebas R. oryzae. Yield etanol tertinggi yang dihasilkan adalah 0,43 g/g selulosa, dengan konversi sebesar 75,89 % dibandingkan konsentrasi etanol secara teoritis.

Simultaneous saccharification and fermentation process (SSF) was the promising technique for converting cellulose to bioethanol. However, the main problems in SSF process are difference the optimum temperature in saccharification and fermentation. The aim of this research is to encapsulation cell in natural polymer in order to increasing the cell tolerant from environment and high temperature. This research was conduct to encapsulation of Rhizopus oryzae with calcium alginate polymer then used for SSF process from pretreated oil palm empty fruit bunch (EFB). The adaptation ability of these capsules on high temperature and different pH of medium in SSF process oil palm EFB was examined. Encapsulated R. oryzae was increasing the bioethanol production from pretreated EFB in SSF process up to 17 % compared the use of free cell of R. oryzae. The bioethanol production by encapsulated R. oryzae on pH 4.5, 5.0 and 5.5 were 33,99 g/l, 38,92 g/l, and 37,66 g/l. Encapsulated R. oryzae was more resistant from increasing temperature with disparities ethanol production between encapsulated and free cell R.oryzae up to 31.95 % at a temperature of 40°C and up to 89.16% at 45°C.The highest ethanol yield was 0.43 g/g cellulose with maximal theoritical ethanol yield was 75.89 % from pretreated EFB."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30615
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Okky Septi Dwiputra Zahir
"Pada penelitian ini, telah dibuat gemuk bio food grade berbasis turunan minyak kelapa sawit menggunakan thickener sabun kalsium kompleks. Pada penelitian ini, sebagai komponen sabun utama akan digunakan akan digunakan asam stearat dan asam oleat serta asam oleat yang telah terepoksidas sebagai pengganti asam 12- hidroksistearat yang lebih umum digunakan. Dibuat variasi perbandingan massa base oil dengan thickener dengan variasi thickener 15% -19%.Untuk mendapatkan komposisi gemuk terbaik, rasio mol sabun utama dengan sabun pengompleks akan dibuat 1:5. Gemuk ini dibuat dengan tahapan saponifikasi di reaktor batch tertutup dengan skala 1 kg, pendinginan di crystallizer dan homogenisasi di homogenizer.
Parameter uji pelumas gemuk yang dilakukan yaitu uji dropping point (ASTM D-566), uji penetrasi (ASTM D-217), dan uji anti aus four ball (ASTM D-4172). Hasil terbaik yang didapat yaitu gemuk pada komposisi 83% w/w base oil dan 17% w/w pengental dengan NLGI 2, dan dropping point 232 C untuk gemuk stearat dan 82% w/w base oil dengan NLGI 2 , dan dropping point 263 C untuk gemuk oleat terepoksidasi. Gemuk dengan menggunakan asam oleat setelah beberapa kali pembuatan, tidak mendapatkan hasil yang diinginkan.

In this research, we make bio food grade grease based palm-kernel oil that use complex calcium soap as thickener. In this research, as main soap component used stearate acid and oleic acid as well as epoxidized oleic acid as substitute of 12-hidroxy stearate acid that commonly used. Made variations of mass ratio of base oil and thickener with thickener variations are 15% - 19%. To get the best grease composition, mol ratio of main soap and complexing soap made 1:5. This grease made with stage of saponification on closed batch reactor with scale of 1 kg, cooling on crystallizer and homogenization on homogenizer.
As lubricating grease test parameters are dropping point test (ASTM D-566), penetration test (ASTM D-217), and four ball anti-wear test (ASTM D-4172). The best result obtained is grease with composition of 83% w/w base oil and 17% w/w thickener with NLGI 2, and 232 C dropping point for stearat grease and 82% base oil with NLGI 2, and 263 C dropping point for epoxidized oleat grease. Grease using oleat acid not showing any good result after several experiments.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43067
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shahrul Hisam Zainal Ariffin
Selangor Darul Ehsan: Universiti Kebangsaaan Malaysia, 2011
660.6 SHA b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Berita tentang masih perlunya impor beras,adanya konsep raskin operasi pasar,dijumpainya anak-anak kurang gizi dan kejadian keracunan makanan pada sekelompok orang setelah mendapat pembagian makanan atau hidangan di berbagai daerah di tanah air merupakan bukti adanya hal yang kurang beres dalam masalah pangan
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sardjoko
Jakarta: Gramedia, 1991
620.8 SAR b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rima Febrina
"Bioetanol telah disepakati pemerintah sebagai bahan bakar alternatif yang perlu dikembangkan. Melalui PERMEN ESDM No. 32 tahun 2008, pemerintah menetapkan program jangka panjang 2016-2025 memfokuskan material lignoselulosa limbah pertanian memasok 4,99 juta kilo liter gasohol. Sorgum manis merupakan tanaman serealia yang mulai dibudidayakan sebagai salah satu penyokong swasembada pangan nasional. Budidaya sorgum kini tidak kurang menghasilkan 1.212.187,03 ton/hektar limbah.
Dari hasil analisis limbah sorgum mengandung 22,3184% air, 2,5312% ekstraktif, 6,2579% abu, 26,420% lignin, selulosa dan hemiselulosa. Hidrolisis selulosa limbah sorgum manis varietas unggul Numbu dengan katalis H2SO4 akan menghasilkan glukosa. Fermentasi glukosa oleh Saccharomyces cerevisiae menghasilkan etanol.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi optimum hidrolisis asam limbah sorgum dan waktu fermentasi untuk menghasilkan yield bioetanol terbesar. Hidrolisis dilakukan pada suhu 121°C selama 30 menit menghasilkan kadar glukosa terbesar 2204,6014 ppm dari 1 gram sampel dengan konsentrasi H2SO4 3%. Perolehan etanol tertinggi dari fermentasi selama 24 jam sebesar 645,00 ppm atau 0,0817% (v/v).

Bioethanol has been compromised as most potential resource for alternative biofuel. Through PERMEN ESDM No.32/2008, government declared long term program for 2016-2025 focus on processing lignoselulotic materials from agricultural residues supply 4,99 billion liters national gasohol. Sweet sorghum is cerealia plant which is cultivated for supporting in national food self-sufficient program. Sorghum produces up to 1.212.187,03 tons/ha agricultural residues.
From chemical anlysis found that Numbu, the best variety of sweet sorghum consist of 22,184% water, 2,5132% extractive, 6,2579% ash, 26,420% lignin, cellulose and hemicellulose. Acid hydolysis with H2SO4 degrade cellulose in Numbu-waste materials to glucose. Glucose is converted to bioethanol by Saccharomyces cerevisiae fermentation.
This research was done to find optimum condition of acid hydolysis and fermentation time to produce higher bioethanol. Hydolisis run on condition 121°C for 30 minutes yield the highest glucose 2204,6014 ppm from 1 gram sample with 3% H2SO4 concentration.The highest ethanol yield is from 24 hours fermentation which is 645,00 ppm or 0,0816% (v/v)
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47150
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiharto Yosaputra
"Pembentukan mikrosfer kitosan-sodium tripolifosfat (TPP) dengan metode gelasi ionotropik, parasetamol digunakan sebagai model obat. Mikrosfer obat-kitosan- TPP menunjukkan profil rilis yang bersifat pH independen yang terlihat pada nilai rilis kumulatif pada buffer pH 1,2 dan 7,4. Terdapat fenomena yang berbeda pada rilis mikrosfer di buffer pH 4 yang mengindikasikan terbentuknya konjugasi kitosan-ptalat karena tingginya rilis pada pH tersebut. Mikrosfer yang dibuat dengan larutan TPP pH 8,6 memiliki rilis yang paling tinggi dibandingkan mikrosfer yang dibuat pada pH TPP lainnya. Mikrosfer yang dibuat dengan TPP pH 7 menunjukkan nilai efisiensi enkapsulasi dan loading yang paling baik dibandingkan mikrosfer yang dibuat pada pH TPP lainnya. Hasil penelitian ini mengindikasikan mikrosfer kitosan-TPP dapat menjadi senyawa pelepasan terkendali yang potensial untuk obat.

Ionotropic gelation based Chitosan-Sodium Tripolyphosphate (TPP) microsphere preparation was used as the method in this research, using paracetamol as a model drug. Drug-chitosan-TPP microspheres show pH independent cumulative release properties in release tests using pH 1.2 and 7.4 buffer. Different phenomenon was found in buffer pH 4 release test which indicates that a reaction occurred between chitosan and phthalate ions which formed chitosan-phthalate conjugates for the high release profiles occurred at that pH. Microspheres which are cross-linked in pH 8.6 TPP solution shows the highest release than microspheres which cross- linked in other pH TPP solutions. pH 7 TPP solutions cross-linked microspheres show the highest encapsulation efficiency and loading than other pH TPP solutions cross-linked microspheres. These results indicate that chitosan-TPP microspheres may become a potential delivery system to control the release of drug."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44042
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>