Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161513 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nangoy, Edward
"Latar belakang: Stroke selalu menempati urutan pertama jumlah penderita rawat inap di pusat-pusat pelayanan neurologi di Indonesia. Keragaman faktor risiko dan penyakit penyerta menyebabkan farmakoterapi pasien stroke menjadi kompleks, bervariasi, dan dapat menimbulkan masalah terkait obat seperti ketepatan indikasi, polifarmasi, interaksi, dan efek samping obat.
Tujuan: Penelitian observasional retrospektif ini dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan obat pada pasien stroke rawat inap di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado pada periode bulan Juli-Desember 2013 dalam hal ketepatan indikasi, dosis, lama penggunaan, efek samping, dan kemungkinan interaksi obat.
Metode: Semua pasien stroke rawat inap pada periode bulan Juli-Desember 2013 yang rekam mediknya dapat ditelusuri dievaluasi pengobatannya. Ketepatan indikasi, dosis, lama penggunaan, efek samping, dan kemungkinan interaksi obat dinilai berdasarkan standar pelayanan medik RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou, berbagai literatur dan buku teks.
Hasil: Dari 127 pengobatan kasus stroke yang dapat dievaluasi, terdapat 762 penggunaan obat yang 61,5% di antaranya tepat indikasi, 35,2% kurang tepat indikasi, dan 3,30% tidak tepat indikasi. Dari penggunaan obat yang tepat indikasi, 89,6% di antaranya tepat dosis, 10,2% dosis subterapi, 0,20% dosis berlebih, 59,5% tepat lama penggunaan, 9,60% tidak tepat lama penggunaan dan 30,9% tidak dapat dinilai lama penggunaannya. Didapatkan 68,3% penggunaan ranitidin dengan indikasi kurang tepat. Frekuensi terbanyak (28,3%) jumlah jenis obat yang dipakai ialah 5 jenis. Interaksi antar obat potensial didapatkan pada 33 kasus (4,30%) dan kemungkinan kejadian efek samping obat didapatkan dua kasus (2,62%). Didapatkan 21,6% kasus stroke iskemik yang tidak mendapat terapi aspirin.
Kesimpulan: Ketepatan indikasipenggunaan obatpada pasien stroke rawat inap di RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou Manado masih perlu ditingkatkan. Ketidak tepatan indikasi ini berkaitan dengan penggunaan obat yang bukti ilmiahnya masih kurang atauindikasinyakurangtepat.

Background: Stroke is the most common disorder in patients hospitalized in Indonesia neurology centers. Various risk factors and comorbidities in patients with stroke may lead to a complex drug therapy that result in drug-related problems such as the inappropriateness of indications, polypharmacy, interactions, and adverse reactions.
Aim: This retrospective observational study was performed to evaluate drug therapy in stroke patients hospitalized at the Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Hospital within the period of July-December 2013 in terms of the appropriateness of the indications, dosages, duration of use, potential drug interactions and adverse drug reactions.
Methods: Drug therapy in stroke patients hospitalized within the period of JulyDecember 2013 and had traceable medical records were evaluated. The appropriateness of the indications, dosages, duration of use, potential drug interactions and adverse drug reactions were determined based on the Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Hospital medical services standard, literature and text books.
Results: Of the 127 evaluable stroke cases, there were 762 drug utilization, with 61.5%, 35.2%, and 3.30% of them given for appropriate, less appropriate, and not appropriate indications, respectively. Among drugs given for appropriate indications, 89.6%, 10.2.%, and 0.20% were given at appropriate, under, and over doses, respectively, while 59.5%, 9.60%, and 30.9% were given with appropriate, less appropriate, and undetermined duration of therapy, respectively. Less appropriate indication for using ranitidine was 68.3%. The number of drug most oftenly given to the patients was 5 (28.3%). The percentage of potential drug interactions and possible adverse drug reactions were 4.30% and 2.62%, respectively. Among patients with ischaemic stroke, 21.6% were not treated with aspirin.
Conclusion: The appropriateness of indication of drug therapy in stroke patients hospitalized at the Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Hospital needs to be improved. Inappropriate drug therapy was related to the use of drugs lacking the scientific evidence, or given without clear indications."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Beny Rilianto
"Latar Belakang: Trombolisis merupakan terapi definitif pada stroke iskemik hingga saat ini. Efektivitas trombolisis sangat bergantung waktu pemberian. Salah satu faktor yang memengaruhi luaran trombolisis pada stroke iskemik akut adalah waktu door to needle. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari faktor-faktor yang memengaruhi waktu DTN pada penderita yang mendapat terapi trombolisis. Metode: Penelitian berupa potong lintang untuk melihat faktor klinis dan logistik yang memengaruhi waktu DTN pada penderita stroke iskemik yang mendapat terapi trombolisis periode November 2014 hingga Oktober 2018 di rumah sakit Cipto Mangunkusumo. Hasil: Total 94 subjek didapatkan proporsi waktu DTN > 60 menit sebanyak 68(71,3%). Faktor yang secara dependen berpengaruh terhadap waktu DTN adalah: nilai NIHSS awal (OR: 0,29; CI: 0,091-0,938), penggunaan antitrombotik (OR: 0,128; IK: 0,024-0,692), dan lokasi CT scanner (OR: 0,168; IK: 0,046-0,611). Simpulan : Nilai NIHSS awal, penggunaan antirombotik, dan lokasi CT scan berhubungan terhadap waktu DTN.

Thrombolysis is the definitive therapy in ischemic stroke to date. The effectiveness of thrombolysis is very time-dependent. One of the factors that influence the outcome of thrombolysis in acute ischemic stroke is the door to needle time. The aims of this study was to look for factors that influence DTN times in patients receiving thrombolysis therapy. Methods: A cross-sectional study to look at clinical and logistical factors that influence DTN times in patients with acute ischemic stroke who received thrombolysis therapy from November 2014 to October 2018 at Cipto Mangunkusumo Hospital. Results: A total of 94 subjects obtained a proportion of DTN time > 60 minutes of 68 (71.3%). Factors that are dependent on DTN times are: initial NIHSS (OR: 0.29; CI: 0.091-0.938), antithrombotic use (OR: 0.128; CI: 0.024-0.692), and CT scanner location (OR: 0.168; CI: 0.046-0.611). Conclusions: Initial NIHSS, antithrombotic use, and CT scan location are associated to DTN times."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aura Maghfira Ramadhani
"Saat ini warfarin adalah terapi standar yang digunakan untuk manajemen stroke jangka panjang, namun warfarin memiliki keterbatasan. Rivaroxaban telah dikembangkan untuk menjawab keterbatasan tersebut dengan keunggulan yang ada, namun memiliki harga yang lebih mahal per unitnya dibandingkan warfarin. Belum diketahui secara pasti besar total biaya terapi rivaroxaban dan warfarin pada pasien stroke iskemik. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis biaya terapi rivaroxaban dan warfarin pada pasien stroke iskemik rawat jalan berdasarkan perspektif rumah sakit. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pengambilan data secara retrospektif. Subjek penelitian ini adalah seluruh pasien stroke iskemik rawat jalan usia ≥18 tahun yang mendapatkan terapi rivaroxaban dosis 15 mg atau 20 mg atau terapi warfarin minimal 3 bulan berturut-turut di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta tahun 2018-2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel penelitian didominasi oleh laki-laki (64,8%) dan kategori usia 55-<65 tahun (37,0%). Total biaya terapi rivaroxaban dan warfarin pada pasien stroke iskemik di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta tahun 2018-2019 berturut-turut sebesar Rp3.377.977,00 dan Rp1.470.184,57 serta ada perbedaan signifikan total biaya antara kedua kelompok terapi (p=0,002).

Warfarin is currently the standard therapy for long-term stroke management, but warfarin has limitations. Rivaroxaban has been developed to answer these limitations with existing advantages, but the price per unit is more expensive. The total cost of rivaroxaban and warfarin therapy in ischemic stroke patients is not known yet. This study was conducted to analyze the cost of rivaroxaban and warfarin therapy in ischemic stroke outpatients based on a hospital perspective. This study used a cross-sectional design with retrospective data collection. The subjects of this study were all ischemic stroke outpatients aged ≥18 years who received 15 mg or 20 mg rivaroxaban therapy or warfarin therapy for at least 3 consecutive months at National Brain Center Hospital Jakarta in 2018-2019. The results showed the subjects were dominated by men (64.8%) and the age category of 55-<65 years (37.0%). The total cost of rivaroxaban and warfarin therapy in ischemic stroke patients at National Brain Center Hospital Jakarta in 2018-2019 was Rp3,377,977.00 and Rp1,470,184.57 respectively and there was a significant difference in the total cost between the two groups (p = 0.002)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S70504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Charonika
"Stroke merupakan penyebab utama kecacatan sebagai akibat dari terganggunya suplai darah ke otak dan dampak yang paling sering muncul adalah disfungsi motorik ditandai dengan penurunan skor kekuatan otot. Salah satu upaya untuk memperbaiki fungsi motorik adalah dengan Latihan ROM. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh antara ROM terhadap skor kekuatan otot, dengan menggunakan 2 subjek kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi (jumlah responden masing-masing adalah 14). Penelitian dilakukan selama 4 hari dan menggunakan metode quasy eskperimental pre-post test with control group. Intervensi yang diberikan kepada kelompok intervensi adalah Latihan ROM 2 kali sehari dalam 30 menit selama 4 hari berturut-turut dengan kelompok pembandingnya adalah kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan rerata skor kekuatan otot kelompok kontrol dan kelompok intervensi masing–masing adalah 0,571 dan 1,357. Analisis lanjutan (pooled t-test) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok (p value = 0,000, α= 0,05). Latihan ROM memberikan pengaruh yang bermakna terhadap skor kekuatan otot. Penelitian ini merekomendasikan bahwa Latihan ROM sebagai intervensi mandiri perawat dilakukan sedini mungkin dengan syarat hemodinamik stabil, keadaan umum dan kesadaran pasien baik.

Stroke is the main cause of disability as a result of disruption of the blood supply to the brain and the most frequent impact is motor dysfunction which characterized by a decrease in the scale of muscle strength. One effort to improve motor function is with ROM exercise. This study aim to identify the effect of ROM on the muscel strength scale, which used 2 subject namely the control group and the intervention group (14 respondents for each grups). The study was conducted for 4 days and used the quasy experimental method pre-post test with control group. The intervention given to the treatment group was ROM Exercise twice a day in 30 minutes for 4 consecutive days with the comparison group being the control grou. The result showed that the average muscles strength scores of the control group and intervention group were 0,571 and 1,357. Further analysis (pooled t-test) is a significantly differences between the both of groups (p value = 0,000, α= 0,05). ROM exercises have a significant influence on the scale of muscle strength. This study recommends ROM Exercise as an independent nurse intervention do as early as possible with a stable haemodynamics, good general condition and consciouness.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selly Marisdina
"ABSTRAK
Nama : Selly MarisdinaProgram Studi : Kajian Administrasi Rumah SakitJudul : Manajemen lean terhadap proses pelaksanaan CT Scan kepalapasien stroke iskemik di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Moh.Hoesin PalembangWaktu tunggu proses pelaksanaan CT Scan kepala pasien stroke iskemik diIntalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Moh Hoesin belum standar. Tujuan penelitianadalah menerapkan manajemen lean terhadap proses pelaksanaan CT Scan kepalapasien stroke iskemik di IGD. Penelitian ini menggunakan metode operationalresearch. Hasil penelitian didapatkan lead time Current Visual Stream Map VSM adalah 175,41 menit. Pada Simulated VSM didapatkan penurunan lead timeyang signifikan menjadi 30,09 menit, peningkatan persentase Value AddedActivities dan penurunan Non Value Added activites. Disimpulkan bahwapenerapan manajemen lean telah berhasil memperbaiki waktu tunggu prosespelaksanaan CT Scan kepala pasien stroke iskemik di IGD.Kata kunci: lean, value added, non value added but neccessary, non value added,current, lead time value streaming map, simulated value streaming map

ABSTRACT
Name Selly MarisdinaStudy Progam Hospital Adiministration ProgramJudul Lean management in Head CT Scan Proses of Ischemic StrokePatients inMohammad Hoesin Hospital PalembangThe waiting time of head CT Scan prosess of ischemic stroke patient inEmergency Departement of Mohammad Hoesin Hospital Palembang has not beenstandard yet. The objectives was to apply lean management in this process byoperational research. We found that lead time of Current Visual Stream Map is175,41 minutes and in Simulated VSM, there were a significant decrease of leadtime to 30,09 minutes, increase of Value added Activites percentage and decreaseof Non Value Added Activites. Lean management has been successfully improvedthe waiting time of head CT Scan proses of ischemic stroke patient in ED.Key word lean, value added, non value added but neccessary, non value added,current, lead time value streaming map, simulated value streaming map"
2017
T47225
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A`an Haryono
"Stroke merupakan penyakit neurologi yang dapat menyebabkan berbagai kerusakan neurologis seperti paralisis, afasia, disfagia, gangguan sensorik. Suwita (2012), mengatakan bahwa 30-50% pasien stroke sering mengalami disfagia. Tingginya kejadian disfagia, membuat penderita stroke memiliki resiko tinggi dalam aspirasi dan terjadinya infeksi pernapasan. Sehingga perawatan mulut (Oral Hygiene) sangat diperlukan bagi pasien stroke. Studi kasus ini merupakan penerapan oral hygiene menggunakan Chlorhexidine 0,2 % dalam menjaga kebersihan mulut dan mencegah infeksi. Metode yang dilakukan dalam melakukan studi ini adalah dengan melakukan pengkajian tentang tingkat kebutuhan perwatan pasien. Kemudian dilakukan dengan pengkajian tingkat kebersihan mulut pasien dengan instrument AOG (oral assessment guide ), dan pasien dilakukan perawatan mulut menggunakan sikat gigi anak dan menggunakan Chlorhexidine 0,2%. Perawatan mulut dilakukan selama 3-5 menit dua kali dalam sehari dan dievaluasi setelah 6 hari. Evaluasi dilakukan menggunakan AOG (oral assessment guide). Setelah dilakukan perawatan mulut selama 6 hari didapatkan nilai AOG menurun yang menandakan terjadi perbaikan dalam tingkat kebersihan mulut

Stroke is a neurological disease that can cause various neurological damage such as paralysis, aphasia, dysphagia, sensory disorders. Suwita (2012), said that 30-50% of stroke patients often experience dysphagia. The high incidence of dysphagia, making stroke patients have a high risk of aspiration and respiratory infections. So that oral care (Oral Hygiene) is very necessary for stroke patients. This case study is the application of oral hygiene using Chlorhexidine 0.2% in maintaining oral hygiene and preventing infection. The method used in conducting this study is to conduct an assessment of the level of patient needs. Then it was carried out by assessing the level of oral hygiene of the patients with the AOG instrument (oral assessment guide), and the patients having oral care using a childs toothbrush and using Chlorhexidine 0.2%. Oral care is carried out for 3-5 minutes twice a day and evaluated after 6 days. Evaluation is done using AOG (oral assessment guide). After 6 days of oral care, the AOG value was decreased which indicated improvement in the level of oral "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yoza Misra Fatmi
"Malnutrisi sering ditemukan pada pasien stroke. Malnutrisi dapat menyebabkan komplikasi seperti pneumonia, perdarahan gastrointestinal, mengurangi perbaikan fungsional dan memperpanjang lama rawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan malnutrisi pada pasien stroke. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif analitik menggunakan pendekatan Cross Sectional yang melibatkan 106 responden. Analisis data menggunakan Mann Withney, Chi-Square dan regresi logistik prediktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien mengalami malnutrisi ringan (86,8%).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara stroke berulang (p=0,012), DM (p=0,037), penggunaan NGT (p=0,037), depresi (p=0,016) dan dukungan keluarga (p=0,001), dimana dukungan keluarga merupakan faktor yang paling berhubungan dengan malnutrisi pada pasien stroke (OR=8,699). Namun tidak terdapat hubungan antara usia (p=0,733), jenis kelamin (p=1,000) dan penerimaan penyakit (p=0,136) dengan malnutrisi pada pasien stroke. Perawat dianjurkan melakukan pengkajian faktor yang berhubungan dengan malnutrisi pada pasien stroke untuk mencegah komplikasi malnutrisi.

Malnutrition is often found in stroke patients. Malnutrition may cause complications such as pneumonia, gastrointestinal bleeding, reduce functional improvement and prolong the length of stay. This study aimed to determine the factors associated with malnutrition in stroke patients. This research is a quantitative research with descriptive analytic design using a Cross Sectional approach involving 106 respondents. Data analysis used Mann Whitney, Chi-Square and predictive logistic regression.
The results showed that the majority of patients experienced mild malnutrition (86.8%). The results showed that there was a relationship among recurrent strokes (p = 0.012), DM (p = 0.037), NGT (p = 0.037), depression (p = 0.016) and family support (p = 0.001), where family support was the most factor associated with malnutrition in stroke patients (OR = 8,699). But there was no relationship between age (p = 0.733), sex (p = 1,000) and acceptance of illness (p = 0.136) with malnutrition in stroke patients. Nurses might be recommend to assess malnutrition factors in stroke patients to prevent complications of malnutrition. Nurses might be recommend to assess factors related to malnutrition and motivate families to provide support to stroke patients to prevent complications of malnutrition.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T54508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Tania
"Pasien stroke merupakan kelompok risiko tinggi terhadap kejadian aspirasi, baik akibat penurunan kesadaran maupun gangguan menelan. Perawat berperan penting dalam mencegah terjadinya aspirasi pada pasien stroke. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku perawat dalam mencegah aspirasi pada pasien stroke di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta. Penelitian menggunakan metode deskriptif dan pendekatan cross sectional, terhadap 78 perawat yang pernah merawat pasien stroke yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar perawat memiliki tingkat pengetahuan cukup (43,6%), bersikap positif (96,2%), dan melakukan tindakan dengan baik (60,3%). Perilaku perawat berperan penting dalam mencegah terjadinya aspirasi pada pasien stroke. Upaya peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan perawat perlu dilakukan lebih baik lagi, untuk menghindari terjadinya aspirasi pada pasien stroke.

Stroke patients were high-risk groups on incidence of aspiration, either due to loss of consciousness or swallowing disorder. Nurses behavior plays an important role to prevent aspiration in stroke patients. The purpose of this study was to describe the behavior of nurses in preventing aspiration in stroke patients in RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. This study used a descriptive cross sectional method approach, with purposive sampling technique, to 78 nurses who had care stroke’s patients.
The result of study showed most of nurses had sufficient level of knowledge (43,6%), positive attitude (96,2%), and good action (60,3%) to prevent aspiration in stroke patients. The programs to increase knowledge, attitudes, and action of nurses needed to avoid the occurance of aspiration in stroke patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Suhartini
"Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan. Pada tingkat dunia merupakan penyebab kematian nomor tiga. Salah satu masalah kesehatan yang timbul akibat stroke yaitu gangguan bioara (afasia) yang bersifat sementara atau menetap. Apabila hal tersebut tidak ditangani dengan baik menyebabkan ketergantungan terus menerus dan menjadi stresor untuk pasien stroke. Mekanisme koping merupakan cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah dan menyesuaikan diri dengan perubahan, dengan menggerakan sumber koping yang dimiliki.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui mekanisme koping pasien stroke yang mengalami afasia dan sumber koping yang banyak digunakan. Penelitian dilakukan di ruang rawat inap IRNA B lantai I kanan dan lantai II kiri terhadap 30 responden. Desain yang digunakan adalah deskripsi sederhana, sedangkan alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan sumber koping yang paling banyak digunakan oleh pasien stroke yang mengalami afasia adalah keyakinan diri yang positif (73,3 %) dan respon koping pasien sebagian besar (80 %) adalah adaptif."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5451
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyadi
"Stroke merupakan salah satu penyebab kematian ketiga. Ketahanan Hidup Satu Tahun Pasien Stroke dipengaruhi oleh umur, tipe stroke, larna hari rawat, diabetes melitus, hipertensi, hiperkolesterol, penyakit jantung, merokok, jenis kelarnin dan riwayat stroke. Desain penelitian ini adalah kohort restrospektif. Probabilitas ketahanan hidup pasien stroke satu tahun sebesar 61% . Pasien stroke berulang memiliki resiko meninggal 2,0 kali dibandingkan yang stroke pertama pada penyakit jantung dan kolesterol yang sarna. Pasien stroke yang menderita penyakit jantung memiliki resiko meninggal 2,8 kali dibandingkan dengan yang tidak menderita penyakit jantung pada riwayat stroke dan kadar kolesterol yang sarna. Pasien stroke dengan kolesterol memiliki resiko meninggal 1,8 kali dibandingkan dengan yang tidak kolesterol pada riwayat stroke dan penyakit jantung yang sarna.

Stroke is the third most common cause of death. A one-year survival rate of stroke patients has been affected by their ages, type of stroke, period of treatment, diabetes mellitus, hypertension, hypercholesterolemia, heart disease/cardiovascular disease, smoking, gender, and the patients' parental/maternal history of stroke. This research uses retrospective cohort design. The probability of stroke patients' survival rate for the duration one year is 61%. Patients with frequent stroke recurrence have 2,0 times of death risk compared to patients with first time stroke on identical level of medical history in heart disease and cholesterol leveL Whereas stroke patients with heart disease have 2,8 times of death risk compared to stroke patients with no heart disease on identical level of medical history in stroke illness and cholesterol level. Meanwhile stroke patients with hypercholesterolemia have 1,8 times of death risk compared to stroke patients with low cholesterol level on identical level of medical history in stroke illness and heart disease."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30357
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>